BAB I PENDAHULUAN. air. Dalam proses metabolisme, sistem jaringan semua memerlukan air. Melihat
|
|
- Siska Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan, pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pelestarian sumberdaya air harus mendapat perhatian secara menyeluruh dengan memperhatikan aspek-aspek pendukung kelestarian sumberdaya perairan. Peran air sangat penting bagi kehidupan. Seluruh komponen dalam jaringan tubuh suatu organisme sangat tergantung dengan air. Dalam proses metabolisme, sistem jaringan semua memerlukan air. Melihat sedemikian pentingnya air dalam kehidupan, kita perlu lebih bijaksana dalam pemanfaatan air. Salah satu cara untuk konservasi air yaitu dengan metode fitoremediasi. Fitoremediasi adalah penggunaan tanaman-tanaman dan mikroba sebagai rekan mereka untuk membersihkan lingkungan (Elizabeth Pilon-Smith, 2005). Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair yang dibuang ke lingkungan. Sehingga sangat perlu mengurangi pencemaran tersebut dengan pengelolaan limbah yang baik dan sesuai peraturan perundang-undangan 1
2 2 Secara umum limbah rumah sakit terdiri dari tiga kelompok yaitu: limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah tersebut bisa dianggap sebagai limbah yang infeksius sehingga diperlukan pemisahan limbah secara ketat berdasarkan jenis limbahnya akan tetapi hal ini sangat bergantung pada macam dan jenis kuman yang terkandung di dalam limbah dan jenis limbahnya. Pada beberapa jenis limbah, kuman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik karena memang sesuai dengan kondisi ideal yang dibutuhkan oleh jenis kuman tersebut, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan kuman dengan menggunakan berbagai cara pengolahan limbah. Pada penelitian ini khusus dibahas tentang penanganan limbah cair di Rumah Sakit. Data limbah cair dari beberapa rumah sakit dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Data Limbah Cair Rumah Sakit Panti Rapih (April-Juni 2013, data RS Panti Rapih) No Parameter Kadar Satuan April Mei Juni maks Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet 1 Suhu 30 mg/l 26,9 26,9 27,1 27,4 26,6 27,6 2 Konduktivitas 1562,5 Umhos/cm TSS 30 mg/l TDS 1000 mg/l BOD 30 mg/l 77,6 12,1 57,6 14, COD 80 mg/l NH 3 Bebas 0,1 mg/l 0,411 0,0633 0,203 0,0216 0,380 0, PO 4 2 mg/l 5,993 7,4862 6,91 3, ,60 6, Deterjen 3 mg/l 3,793 1,0152 3,634 1,3608 2,386 1, Minyak lemak 3 mg/l <2,5 - -
3 3 No Parameter Kadar Satuan April Mei Juni Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet 11 Phenol 0,25 mg/l 0,049 0,0763 0,078 0,0245 0,077 0, Ph 6,0-9,0 mg/l 7,2 7,1 7,1 6,9 7,1 7,1 13 Total coliform 5000 N/100ml 1,8 0 1,8 Tabel 1.2 Data Limbah Cair Rumah Sakit Pupuk Kaltim (Desember Januari 2007, Data Bestari) Variabel 18 Desember Januari 2007 SK Gub No 26 tahun 2002 Satuan inlet outlet inlet outlet Suhu 28,5 26,5 28,8 26, C Ph 6,69 7,39 7,16 6,89 6,8 mg/l NH 3 32,16 8,43 28,23 4,86 0,1 mg/l PO 4 2,44 2,25 1,58 1,56 2 mg/l TSS mg/l COD 126,95 20,31 25,15 20,31 80 mg/l BOD 4,86 2,74 8,35 2,74 30 mg/l Tabel 1.3. Hasil analisa sampel limbah cair RSU Cut Meutia Lhoksumawe (Oktober 2008, Suryati dkk) No Parameter Kadar Satuan Sumber sample maksimum Inlet Outlet 1 Suhu 30 0 C 26,8 27,3 2 Ph 6,0-9,0 6,8 6,7 3 BOD 30 mg/l 14,558 8,177 4 COD 80 mg/l 65,075 49,640 5 TSS 30 mg/l NH3 bebas 0,1 mg/l 18,7618 2,06 7 PO4 2 mg/l 2,3450 2,5003
4 4 Dari data- data di atas, parameter PO4 dan NH3 belum memenuhi baku mutu, oleh sebab itu peneliti memfokuskan penelitian pada penurunan kedua parameter tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Gunawan, dkk (2009) penurunan kadar PO4 dan NH3 dapat dilakukan dengan fitoremidiasi. Tanaman yang digunakan pada penelitian Gunawan dkk (2009) adalah enceng gondok. Sedangkan Qin Lu, Zhenli L, Donald A Graetz (2010) menggunakan tanaman azolla pinata untuk menurunkan N dan P. Oleh karena itu perlu dikaji ulang penggunaan enceng gondok dan azolla pinata dalam menurunkan PO4 dan NH3 pada limbah cair Rumah Sakit. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah enceng gondok dan azolla pinata dapat menurunkan PO 4 dan NH 3 limbah cair Rumah Sakit sehingga di bawah baku mutu yang dipersyaratkan (PO4 = 2 mg/l ; NH3 = 0,1)? Manakah diantara keduanya yang lebih efektif dalam menurunkan PO 4 dan NH 3? 2. Bagaimana pengaruh kerapatan tanaman terhadap penurunan kadar PO 4 dan NH 3 limbah cair rumah sakit? 3. Bagaimana pengaruh waktu tinggal terhadap penurunan PO 4 dan NH 3 limbah cair Rumah Sakit?
5 5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diidentifikasi tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mempelajari pengaruh tanaman enceng gondok dan azolla pinata dalam menurunkan PO4 dan NH3 limbah cair Rumah Sakit. 2. Mempelajari pengaruh kerapatan tanaman enceng gondok dan azolla pinata dalam menurunkan PO4 dan NH3 limbah cair Rumah Sakit. 3. Mempelajari pengaruh waktu tinggal enceng gondok dan azolla pinata dalam menurunkan PO4 dan NH3 limbah cair rumah sakit Batasan Masalah 1.Limbah yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah cair Rumah Sakit Panti Rapih. 2. Parameter limbah cair yang diteliti adalah PO4 dan NH3 1.5 Manfaat Penelitian Apabila tujuan penelitian telah tercapai, maka hasil penelitian ini akan memberi manfaat: 1. Bagi Rumah Sakit merupakan masukan dalam pengolahan limbah cair dengan fitoremidiasi terutama untuk menurunkan kadar PO4 dan NH3 sehingga sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit.
6 6 2. Bagi pengembangan ilmu lingkungan terutama dalam penerapan fitoremidiasi untuk menurunkan PO4 dan NH3 pada limbah cair Keaslian Penelitian Penelitian tentang fitoremediasi sudah banyak dilakukan diantaranya oleh Gunawan,dkk (2009) memanfaatkan proses fitoremediasi menggunakan tanaman enceng gondok dan kiambang untuk menurunkan kadar minyak dan lemak pada limbah rumah makan, LAS (Linear Alkylbenzene Sulphonate) untuk limbah laundry, dan krom total untuk limbah tekstil. Kerapatan tanaman yang digunakan adalah kiambang 40 mg/cm2, 50 mg/cm2 dan 60 mg/cm2 sedangkan enceng gondok 80 mg/cm2 dan 100 mg/cm2. Hasil penelitian diperoleh bahwa peningkatan kerapatan tanaman semakin meningkatkan prosentase penurunan konsentrasi parameter yang dianalisa. Prosentase penurunan tertinggi terjadi pada kerapatan Kiambang 60 mg/cm2 dan kerapatan Eceng gondok 100 mg/cm2. Aulia Nurmitha (2013) menggunakan metode fitoremediasi dengan tanaman enceng gondok untuk membandingkan karakter fisik dan kimia limbah cair rumah tangga. Hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik fisik dan karakteristik kimia limbah cair rumah tangga mengalami penurunan setelah melalui fitoremediasi dengan tumbuhan enceng gondok khususnya TSS, BOD, dan COD. Efektifitas penurunan untuk TSS sebesar 89,3%, BOD 92,9%, COD 90,4%. Dewi Septiana Wati (2012) melakukan penelitian fitoremediasi untuk menurunkan BOD dan TSS pada limbah cair rumah makan. Tanaman yang
7 7 digunakan adalah azolla microphylla. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi BOD rata-rata menurun dari 1724 mg/l untuk 610 mg/l atau 64,12% dan konsentrasi TSS rata-rata menurun dari 2018,67 mg/l untuk 100,33 mg/l atau 95,28%. Tes statistik yang sesuai menunjukkan konfirmasi signifikan, yaitu p = 0,0075 untuk BOD dan p = 0,0055 untuk TSS. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa pengobatan Fitoremediasi dengan Azolla microphylla mampu untuk mengurangi BOD dan konsentrasi TSS dari limbah cair, namun kedua parameter masih belum memenuhi standar yang diperlukan. Penelitian terdahulu masih seputar penurunan kadar kontaminan belum mencari koefisien kecepatan penurunan kadar kontaminan. Penelitian penulis sudah ada perhitungan koefisien kecepatan penurunan kadar kontaminan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sebelum dibuang ke lingkungan, keberadaan suatu limbah membutuhkan pengolahan dan pengendalian agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang tidak terkendali. Sehingga, setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak beberapa dasawarsa terakhir masyarakat semakin menyadari pentingnya upaya mengatasi masalah-masalah lingkungan hidup. Di antara masalah-masalah lingkungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk
Lebih terperinciAnis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI
Kadar N dan P Limbah Cair Tahu Anis Artiyani PENURUNAN KADAR N-TOTAL DAN P-TOTAL PADA LIMBAH CAIR TAHU DENGAN METODE FITOREMEDIASI ALIRAN BATCH DAN KONTINYU MENGGUNAKAN TANAMAN HYDRILLA VERTICILLATA Anis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran air merupakan permasalahan yang cukup serius. Aktivitas manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL
LAMPIRAN 3 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL 488 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK
Lebih terperinciLampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l
Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji 1. 2. 3. 4. ph Padatan Tersuspensi Minyak BOD - 7,2 19 1,3 8 SNI 06-6989.11-2004 SQA-WI24-025/1 SQA-WI24-063/2
Lebih terperincidikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Pada saat ini, sistem pengelolahan limbah di Kota Yogyakarta dibagi menjadi dua sistem, yaitu : sistem pengolahan air limbah setempat dan sistem pengolahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan bidang kesehatan dengan bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun promotif (Kusumanto,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT
Lampiran KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. b. c. bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 1 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
Lebih terperinciPENENTUAN STATUS MUTU AIR
PENENTUAN STATUS MUTU AIR I. METODE STORET I.. URAIAN METODE STORET Metode STORET ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI
, Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan fungsi dan tatanan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 1 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999
KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR KEPALA DAERAH
Lebih terperinciVI. ESTIMASI MARGINAL ABATEMENT COST (MAC) Besar kecilnya tingkat pencemaran yang disebabkan oleh pembuangan
VI. ESTIMASI MARGINAL ABATEMENT COST (MAC) 6.2 Estimasi Nilai MAC Besar kecilnya tingkat pencemaran yang disebabkan oleh pembuangan limbah cair ke badan penerima (sungai) dapat dilihat dari besar kecilnya
Lebih terperinciL A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH
L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH 323 BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI KECAP PARAMETER BEBAN PENCEMARAN Dengan Cuci Botol (kg/ton) Tanpa Cuci Botol 1. BOD 5 100 1,0 0,8 2. COD 175 1,75 1,4 3. TSS
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 99 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 112 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 112 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciUJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)
UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) BRIAN PRAMUDITA 3310100032 DOSEN PEMBIMBING: BIEBY VOIJANT TANGAHU
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.
No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD 5.1.1. Parameter BOD Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam hal cuci mencuci pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari yang
Lebih terperinciBAB V ANALISA AIR LIMBAH
BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Kuantitas Air Limbah Untuk kuantitas dapat dilakukan dengan menghitung debit limbah cair dan beban pencemaran. Untuk analisa kualitas dengan cara menghitung efesiensi
Lebih terperinciLAMPIRAN A1 KUISIONER
LAMPIRAN A1 KUISIONER Dengan hormat, Dalam rangka pelaksanaan penelitian Tugas Akhir yang berjudul Implementasi Green Productivity Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Produktivitas Dan Kinerja Lingkungan,
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang
Lebih terperinciFitoremediasi Phospat dengan menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Limbah Cair Industri kecil Pencucian Pakaian (Laundry)
Fitoremediasi Phospat dengan menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Limbah Cair Industri kecil Pencucian Pakaian (Laundry) CUT ANANDA STEFHANY 1, MUMU SUTISNA 2, KANCITRA PHARMAWATI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998
KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan
Lebih terperinciDAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG
DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air di negara berkembang seperti Indonesia saat ini telah menunjukkan gejala cukup serius dan harus segera mendapat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi
Lebih terperinciEFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN
EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya
Lebih terperinciSTUDI DAYA DUKUNG SUNGAI DI PERKEBUNAN KALIJOMPO KECAMATAN SUKORAMBI JEMBER
STUDI DAYA DUKUNG SUNGAI DI PERKEBUNAN KALIJOMPO KECAMATAN SUKORAMBI JEMBER SKRIPSI Oleh Yustina Ekayanti NIM 091710201006 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN TANAH GAMBUT DAN TANAMAN AIR DOMESTIC WASTEWATER TREATMENT USING PEAT SOIL AND WATER PLANTS
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN TANAH GAMBUT DAN TANAMAN AIR DOMESTIC WASTEWATER TREATMENT USING PEAT SOIL AND WATER PLANTS Rizki Nainggolan 1, Ardeneline
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan kegiatan terencana dalam upaya merubah suatu keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu membawa dampak positif dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi
Lebih terperinciEfisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014
ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014 Abd. Gafur 1 * Abstract Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v viii ix xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Pertanyaan
Lebih terperinciBAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM
L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purbalingga adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berada di dekat lereng Gunung Slamet. Jumlah penduduk Purbalingga pada tahun 2013 mencapai 884.683
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : 1. bahwa untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Peraturan Pemerintah Tentang Limbah Berdasarkan peraturan pemerintah No. 58 Tahun 1995 baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit menyebutkan bahwa kegiatan rumah sakit
Lebih terperinciLampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007 BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN YANG MELAKUKAN SATU JENIS KEGIATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bab V Pasal 16 ayat 1 menyatakan bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) Kota Medan secara administratif berada di wilayah Kota Medan Kecamatan Medan Deli tepatnya Kelurahan Mabar Hilir. PD
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015
PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air yang terus meningkat telah menurunkan kualitas air di seluruh dunia. Pencemaran air disebabkan oleh jumlah manusia dan kegiatan manusia yang beragam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini, proses modernisasi akan menaikkan konsumsi sejalan dengan berkembangnya proses industrialisasi. Dengan peningkatan industrialisasi tersebut maka
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peruntukannya. Menurut Kristanto (2002:71) pencemaran air adalah. penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian survei melalui kegiatan wawancara,
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei melalui kegiatan wawancara, observasi, pengukuran lapangan dan laboratorium. Untuk menjawab permasalahan
Lebih terperinciEfektifitas Tanaman Air dalam Mereduksi BOD dan COD Sudiro Agnes Tyagita A.
KAJIAN EFEKTIFITAS TANAMAN AIR LEMNA MINOR DAN HYDRILLA VERTICILLATA DALAM MEREDUKSI BOD DAN COD SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU Sudiro Agnes Tyagita Ayudyaningtyas Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Kota Denpasar terletak diantara 08 35"31' "49' Lintang Selatan dan
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Kota Denpasar Kota Denpasar terletak diantara 08 35"31' - 08 44"49' Lintang Selatan dan 115 10"23' - 115 16"27' Bujur Timur,
Lebih terperinciBAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk
BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk 5.1. Hasil Analisa Laboratorium Setelah pelaksanaan konstruksi IPAL Produksi PT. United Tractors Tbk selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah dilakukan
Lebih terperinciMakalah Baku Mutu Lingkungan
Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian
Lebih terperinciSISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN
SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga Indonesia disebut sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar pada urutan ke-2 di kawasan
Lebih terperinciBAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS
6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan
Lebih terperincibarang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin pesatnya pertumbuhan industri yang beraneka ragam sudah barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari berbagai macam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan
Lebih terperinciPENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Diperoleh penurunan kadar COD optimum pada variasi tumbuhan Tapak Kuda + Kompos 1 g/l. Nilai COD lebih cepat diuraikan dengan melibatkan sistem tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,
Lebih terperinciGambar 2 Aklimatisasi Eceng Gondok. Tabel.3 Pertambahan Berat Basah Eceng Gondok Saat Aklimatisasi. Berat Tanaman (gram) HARI
Gambar 2 Aklimatisasi Eceng Gondok Kondisi eceng gondok pada tahap aklimatisasi ini dapat hidup dengan baik. Hasil pengamatan fisik pada tahap aklimatisasi ini eceng gondok memiliki daun berwarna hijau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT... i INTISARI... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan IPAL Komunal menjadi salah satu pilihan untuk menangani limbah yang berasal dari aktivitas kegiatan permukiman agar tidak menjadi bahan pencemar mahluk
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. b.
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR VARIASI WAKTU DAN JARAK TEMPAT PENGAMBILAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN. Mukhtar Ali *) ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR VARIASI WAKTU DAN JARAK TEMPAT PENGAMBILAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN Mukhtar Ali *) ABSTRAK Rumah sakit merupakan suatu sarana untuk perbaikan kesehatan yang
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 185 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 185 TAHUN 2012 TENTANG IJIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DARI HASIL PENGOLAHAN AIR LINDI DI LOKASI PEMBUANGAN LIMBAH PADAT DOMESTIK MP-38 PT. FREEPORT INDONESIA KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG
S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI VINYL CHLORIDE MONOMER DAN POLY VINYL CHLORIDE MENTERI NEGARA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).
PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bioflokulan DYT merupakan material polimer alami yang telah diuji dapat digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan limbah cair
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit
Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat
Lebih terperinci