IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN Muhammad Habibie Dalimunthe 1, Nursyamsi 2 dan Indra Jaya 3 1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA E-mail: habibiedali@gmail.com 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA E-mail: njnursyamsi@gmail.com 3 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA E-mail: indrajaya80@gmail.com Abstrak Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana pembangunan, terutama pembangunan gedung sangatlah pesat. Maka tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan sebuah proyek gedung semakin tinggi, Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu.. Adapun temuan yang didapat dari faktor resiko keterlambatan tersebut yaitu : faktor resiko yang terdiri dari 11 pengelompokan faktor yaitu: Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap (X1), rangking 1 (4,575); Intensitas curah hujan (X14), rangking 2 (4,550); Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor (X32), rangking 3 (3,875); Keterlambatan pengiriman barang (X17), rangking 4 (3,800); Kekurangan bahan konstruksi (X18), rangking 5 (3,600); dan Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan (X2), rangking 6 (3,575). Kata kunci: Faktor resiko, keterlambatan pekerjaan konstruksi di Kota Medan. Abstract The Progress of industry and development today, especially the construction of the building is very rapid. Then the level of difficulty to manage and execute a building project more higher. Risk can be said is a result that may occur unexpectedly. Although an activity was planned as possible, but still bears the uncertainty that will be goes according to plan. When a construction project late, meaning that the implementation of the project work can not be completed in accordance with the contract. If the project work can not be performed under the contract then will have additional time. As for the findings of risk factors for the delay are: a risk factor consist of 11 groupof factors : Planning (drawings / specifications) incorrect or incomplete (X1), rank 1 (4.575); Rainfall intensity (X14), ranking second (4,550); Communication between labor and foreman / supervisor (X32), ranking third (3,875); Delays in delivery of goods (X17), ranking fourth (3,800); 1
Shortage of construction materials (X18), ranking fifth (3,600); and Changes in scope of work on execution time (X2), ranking sixth (3,575). Keywords: The risk factors, delays in construction work. 1. Pendahuluan Dalam pelaksanaan proyek konstruksi tepat waktu, dapat dipastikan menguntungkan kedua belah pihak, oleh sebab itu perusahaan yang baik akan selalu berusaha melaksanakan sesuai waktu yang telah ditetapkan atau berusaha meminimalkan keterlambatan dengan memilih tindakan koreksi yang perlu dilakukan dan mengambil keputusan berdasarkan analisa dari berbagai faktor keterlambatan. Oleh sebab itu diperlukan kajian untuk mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek. Pada faktor resiko, factor risiko yang melekat pada proyek konstruksi adalah ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian sendiri dapat dibedakan antara lain. Ketidakpastian Risiko yang terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif, apabila kita dapat memperoleh informasi. Selanjutja Ketidakpastian yang diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian yang akan menyebabkan hasil yang berbeda, Tetapi tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadiannya tidak diketahui secara kuantitatif. Bramantyo(2008). Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor faktor apa sajakah yang mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan gedung di kota Medan, dan Untuk mengetahui tindakan apa yang perlu diperhitungkan terhadap resiko-resiko yang dominan dalam mempengaruhi keterlambatan proyek gedung di kota Medan. Menurut Ervianto (2004) terdapat hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yang pada umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek, pihak konsultan dan pihak kontraktor. Keterlambatan proyek dapat dilihat dalam dua hal yaitu aspek yang terpengaruh dan faktor yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab. Adapun faktor yang terpengaruh yang menyebabkan proyek terlambat adalah: Keterlambatan terkait material Keterlambatan terkait tenaga kerja Keterlambatan terkait peralatan Perencanaan yang tidak sesuai Lemahnya kontrol waktu proyek Keterlambatan Sub-kontraktor Koordinasi yang lemah Pengawasan yang tidak memadai Metode pelaksanaan yang tidak sesuai Kurangnya personil secara teknikal Komunikasi yang lemah Berdasarkan 3 jenis utama keterlambatan, maka penyebab keterlambatan proyek dapat dikelompokan sebagai berikut: Non Excusable Delays. Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah: 2
a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik. Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan jadwal proyek.identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja. b. Ketidak tepatan perencanaan tenaga kerja jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan proyek berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya. Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat menimbulkan persoalan karena tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah didapat dan mahal sekali harganya. c. Kualitas tenaga kerja yang buruk Kurangnya ketrampilan dan ke ahlian pekerja dapat mengakibatkan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek. d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktor. Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara langsung adalah tersediannya peralatan dan material yang akan digunakan. Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat dikarenakan keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk mendapatkannya, dan kekurangan material itu sendiri. Penyediaaan alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja menurun karena banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan. e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek. Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara langsung didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai. f. Mobilisasi sumber daya yang lambat Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier kelokasi proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek ke luar lokasi proyek. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material. g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena cacat/salah Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja. Pada dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah memerlukan tambahan waktu Excusable Delays a. Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, cuaca buruk. Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunnya produktivitas. Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak sesuai yang direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek. Gempa bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan proyek terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih. b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan waktu yang akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan. c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda- beda, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang berakibat pada berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. 3
Compensable Delays Penyebab-penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah: a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan pemakian yang mendesak. Kesalahan-kesalahan akan timbul karena adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan-perbaikan. Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah dan memerlukan tambahan waktu. b. Persetujuan ijin kerja yang lama Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan.proses persetujuan ijin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengambil keputusan. c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan jadwal yang telah dibuat kontraktor. Setiap pembongkaran ulang dalam pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu penyelesaian. d. Sering terjadi penundaan pekerjaan Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara langsung berakibat pada mundurnya jadwal proyek. e. Keterlambatan penyediaan meterial Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang disiapkan oleh pemilik. Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah dijadwalkan. Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah karena menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek. f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi dan proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari pemilik proyek yang tidak cukup. g. Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak. Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua sistim pendanaan proyek tersebut dan menpengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor. h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat. 2. Metode Penelitian Setelah disederhanakan, langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam pelaksanaan survei ini adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survey. 2. Menentukan konsep dan hipotesis serta menggali kepustakaan. 3. Adakalanya hipotesis tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional. 4. Mengambil sampel. 5. Membuat kuesioner 6. Melakukan pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih wawancara. 7. Mengolah data. 8. Menganalisis dan melaporkan. 4
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey melalui pengisian kuesioner dan wawancara kepada responden. Data yang akan diteliti dan dianalisa secara rinci terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan studi lapangan. Data primer didapat melalui survey dengan teknik wawancara kepada pakar yang bekerja di bidang jasa konsultan/konstruksi dan para pelaku pengambil kebijakan yang dianggap mengetahui tentang faktor-faktor keterlambatan proyek pada kota Medan. b. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yaitu, dinas PU, konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor dan owner serta dokumen-dokumen terkait dengan pengembangan gedung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada responden. Dengan kriteria dan persyaratan sebagai berikut : a. Penelitian akan dilakukan terhadap proyek konstruksi gedung yang berada di Kota Medan. b. Difokuskan pada pelaksanaan pengadaan proyek jasa konstruksi pemerintah dengan menerapkan Keppres 80 Tahun 2003. c. Kontraktor galongan kecil dan menengah. d. Populasi penelitian ini melibatkan owner, kontraktor, konsultan perencana dan konsultan supervisi. Sedangkan sampel responden yang digunakan adalah yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berdasarkan dari reputasi, pengalaman dan kerjasama sebagai berikut : a. Responden penelitian adalah owner dan konsultan Supervisi dan kontraktor. b. Owner adalah Kepala satker dan penjabat pembuat komitmen serta pengendali teknis. c. Bagi konsultan supervisi dan kontraktor memiliki pengalaman memimpin perusahaan jasa konstruksi. d. Memiliki pendidikan yang menunjang dibidangnya dan reputasi yang baik. Metode Pengumpulan Data Adapun proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder - Data Primer Data primer merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan studi lapangan. Data primer didapat melalui survey dengan teknik wawancara kepada pakar yang bekerja di bidang jasa konsultan/konstruksi dan para pelaku pengambil kebijakan yang dianggap mengetahui tentang faktor-faktor keterlambatan proyek pada kota Medan. - Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yaitu, dinas PU, konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor dan owner serta dokumen-dokumen terkait dengan pengembangan gedung. 5
IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN Studi Literatur Pengumpulan Data Proyek pembangunan di Kota Medan Data Primer Data yang didapat langsung oleh peneliti: 1. Wawancara 2. Pengisian kuisioner 3. Pengamatan Data Sekunder Data di dapat dari data lokasi proyek : 1. Data kurva S 2. Data pelaksanaan Pengolahan Data Program SPSS Hasil, Kesimpulan, dan Saran Selesai 3. Hasil dan Pembahasan Dari analisa statistik deskriptif yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai mean dan median dari keseluruhan penelitian yang telah diberikan oleh responden atas variabel yang telah ditanyakan. Penggunaan dari nilai mean ditujukan untuk mendapatkan gambaran secara kualitatif mengenai respon dari responden. Tabel deskriptif dampak faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi di kota Medan adalah sebagai berikut : 6
Tabel 3.1. deskriptif dampak faktor resiko yang mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi Tingkat Resiko Variabel Faktor Penyebab Keterlambatan Mean Median X1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap 4,575 5 X2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan 3,575 4 X3 Keterlambatan pemilik dalam pembuatan keputusan 3,375 3 X4 Adanya banyak (sering) pekerjaan tambahan 3,300 3 X5 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 3,375 3 X6 Ketidak sepahaman antara pembuatan gambar kerja antara perencanaan dan kontraktor 2,525 3 X7 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan 2,575 3 X8 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu 2,300 2 X9 Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama 2,425 2 X10 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah 2,600 3 X11 Pengalaman manajer lapangan 2,950 3 X12 Komunikasi antara wakil owner dan kontraktor 2,925 3 X13 Komunikasi antara perencana dan kontraktor 2,725 3 X14 Intensitas curah hujan 4,550 5 X15 Faktor sosial dan budaya 3,025 3 Terjadinya hal-hal tak terduga seperti kebakaran,banjir,cuaca amat 2,275 X16 buruk,badai,angin ribut,gempa bumi dan tanah longsor 2 X17 Keterlambatan pengiriman barang 3,800 4 X18 Kekurangan bahan konstruksi 3,600 4 X19 Kualitas bahan yang kurang baik 3,075 3 X20 Kerusakan bahan di tempat penyimpanan 2,825 3 X21 Perubahan material pada bentuk, fungsi dan spesifikasi 2,975 3 X22 Kelangkaan karena kekhususan 3,325 3 X23 Ketidaktepatan waktu pemesanan 3,025 3 X24 Keterlambatan pengiriman / penyediaan peralatan 3,275 3 X25 Kerusakan peralatan 3,300 3 X26 Ketersediaan peralatan yang memadai/ sesuai kebutuhan 3,200 3 X27 Produktifitas peralatan 2,800 3 Kemempuan mandor atau operator yang kurang dalam 2,775 X28 mengoperasikan peralatan 3 X29 Keahlian tenaga kerja 3,400 3 X30 Kedisiplinan tenaga kerja 3,325 3 Jumlah pekerja yang kurang memadai/ sesuai dengan aktifitas 3,375 X31 pekerjaan yang ada 3 X32 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor 3,875 4 X33 Harga material 3,050 3 X34 Kesulitan pendanaan di kontraktor 3,175 3 X35 Kesulitan pembayaran oleh pemilik 2,975 3 X36 Terjadi perubahan desain oleh owner 3,200 3 X37 Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana 3,175 3 7
X38 Kesalahan dalam penyelidikan tanah 2,975 3 X39 Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah 2,825 3 X40 Tempat penyimpanan bahan/ material 2,700 3 X41 Akses ke lokasi proyek 2,475 2 X42 Kebutuhan ruang kerja 2,350 2 X43 Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek 2,275 2 X44 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal 2,350 2 X45 Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan 2,275 2 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/ diulang karena cacat/ 2,475 X46 tidak benar 2 Vaktor dominan yang berpengruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan pembangunan pada proyek gedung di kota Medan. Tabel 3.2 variabel yang dominan No Kelompok Faktor Variabel Variabel Dominan yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu 1 Faktor lingkup dan kontrak/ dokumen pekerjaan X1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap 2 Faktor lingkup dan kontrak/ dokumen pekerjaan X2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan 3 Faktor situasi X14 Intensitas curah hujan 4 Faktor bahan X17 Keterlambatan pengiriman barang 5 Faktor bahan X18 Kekurangan bahan konstruksi 6 Faktor tenaga kerja X32 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor Untuk variabel Y, yang merupakan kinerja waktu pelaksanaan proyek, diperoleh nilai modus (mode) sebesar 3 yang berarti kinerja waktunya rata-rata mengalami keterlambatan 0% s/d -8% Bedasarkan hasil pengolahan data, ditemui 46 peringkat faktor risiko dari (sebelas) sumber risiko yang ada pada pelaksanaan proyek konstruksi. Hasil statistik variabel-variabel yang dominan mempengaruhi keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi, dan ada enam variabel yang dominan dari faktor risiko yang paling berdampak dengan keterlambatan proyek konstruksi yaitu: Tabel 3.3 variabel yang dominan dan tindakan koreksi No Faktor Resiko Tindakan Koreksi 1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) - Membentuk tim perencana yang profesional sesuai dengan latar belakang keahlian. yang salah atau tidak - Mengidentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun kuantitas lengkap. (X1) dari lingkup proyek terdahulu dengan proyek yang akan dikerjakan. - Pendidikan tim perencana minimal S1 teknik sesuai jurusan yang dibuktikandengan ijazah. - Membentuk tim perencana yang propesional sesuai dengan latar 2 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan. (X2) belakang keahlian. - Pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan, mengubah metode atau cara kerja bagi pekerja dan memperketat disiplin kerja. 8
3 Intensitas curah hujan (X14) 4 Keterlambatan pengiriman (X17) barang 5 Kekurangan bahan konstruksi (X18) 6 Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor (X32) - Seringnya melakukan pengontrolan tiap-tiap pekerjaan yang dilakukan khususnya pada pekerjaan yang berada pada jalur-jalur kritis. - Membuat saluran drainase kecil di sekitar area proyek yang sering di genangi oleh air. - Menambah peralatan pompa air untuk mempercepat pekerjaan di area-area yang tergenangi air. - Melakukan komunikasi terus menerus kepada pihak pengiriman barang dan sekaligus mengkoordinasikan pekerjaan yang bisa dikerjakan terlebih dahulu oleh pekerja. - Melakukan kesepakatan terlebih dahulu kepada pihak pengiriman barang sebelum memulai proyek. - Melakukan pengontrolan bahan-bahan konstruksi bangunan sesering mungkin, terkhusus dengan material yang sulit di dapat. - Seringnya melakukan rapat antara kontraktor dan konsultan perencana dan pihak owner mengenai permasalahan penyelesaian proyek. - Selalu melakukan pendekatan terhadap tukang. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpula sebagai berikut : 1. Hasil analisa data menunjukan ada enam faktor resiko utama yang sangat berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung di kota Medan, penilaiannya di lihat dari 46 faktor resiko yang terdiri dari 11 pengelompokan faktor yaitu: Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap (X1), rangking 1 (4,575); Intensitas curah hujan (X14), rangking 2 (4,550); Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/ mandor (X32), rangking 3 (3,875); Keterlambatan pengiriman barang (X17), rangking 4 (3,800); Kekurangan bahan konstruksi (X18), rangking 5 (3,600); dan Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan (X2), rangking 6 (3,575). 2. Untuk mengatasi keterlambatan ini, pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan konstruksi gedung harus melakukan beberapa cara atau strategi diantaranya: pemantauan dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan, mengubah metode atau cara kerja bagi pekerja dan memperketat disiplin kerja, melakukan pendekatan terhadap tukang yang bekerja di lapangan, dan seringnya melakukan rapat-rapat antara pekerja yang terkait. 3. Perusahaan konstruksi yang akan melaksanakan proyek hendaknya memperhatikan metode pelaksanaan, kebutuhan tenaga kerja dan peralatan, dan dengan mengetahui faktor resiko yang dominan dapat menbantu untuk mengambil keputusan dalam menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai. 5. SARAN Dari hasil pengamatan dan penelitian dilapangan serta evaluasi terhadap kuesioner, ada beberapa saran yang perlu dikemukakan yaitu: 1. Agar tidak terjadi penundaan dalam melaksanakan proyek, maka pekerjaanpekerjaan di jalur kritis perlu diawasi dan kontrol dengan ketat agar tidak terlambat dan juga mengakibatkan pekerjaan yang tidak dalam jalur kritis terganggu. 9
2. Dalam pembangunan suatu proyek konstruksi, sebaiknya metode pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan proyek dapat diperhatikan yang lebih karena peranan metode pelaksanaan dan manajemen pelaksanaan sangat penting mulai dari awal sampai akhir pelaksanaan proyek gedung, dan juga pada manajemen k3 sangat dibutuhkan terutama pada pembangunan konstruksi gedung, dan sebaiknya pada manajemen k3 perlu juga diawasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan pada k3 agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan pelaksanaan konstruksi gedung. DAFTAR PUSTAKA Abrar, Husein. 2008. Manajemen Proyek, perencanaan, penjadwalan & pengendalian proyek. Yogyakarta : Andi. Amalia R, Arif Rohman M, Bintang C, 2012, Analisa Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Sidoarjo Town Square Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)(Studi Kasus Di Wilayah Sidoarjo) Vol. 1, No.1. September 2012 Asiyanto, (2005).Construction Project Cost Manajemen, Jakarta : Pradnya Paramita. Bakhtiar A, Soehardjono A, Hasyim Hamzah M, 2012, Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung di Kota Lamongan (Studi Kasus Di Wilayah Lamongan) Vol. 6, No.1-2012 Bramantyo Djohanputro, (2008), Manajemen Resiko Korporat, (Jakarta : Penerbit PPM Darmawi, Herman. 2005. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, Jakarta. Effendi Sofian. 1987. Metode Penelitian Survai. Kota : PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Ervianto, Wulfram I. 2004. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Andi. I Gede Putu joni. 2012. Resiko Manajemen Proyek. Jurnal Teknik Sipil. 16 : 48-55. Ismael Idzurnida, 2013, Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab dan Tindakan Pencegahannya. Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Padang 14 : 46-55. Levis dan Atherley. (1996). Delay Construction. Langford Project Management Institute A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK) United States: PMI Polications, 1996 Santosa, Budi. 2009. Manajemen Proyek: Konsep & Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Soeharto, Imam Ir. 1995. Menajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional Jakarta : Erlangga. Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional Jilid I. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional Jilid II. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. 10
11