Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS NaCl DAN CaCl 2 DALAM MEMURNIKAN MDAG DENGAN METODE CREAMING DEMULSIFICATION TECHNIQUE. Abstrak. Abstract

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Sifat Fisikokimia Bahan Baku

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri dunia menganalisa peningkatan pasar emulsifier. Penggunaan

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

II. DESKRIPSI PROSES

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN MONO DAN DIACYLGLYCEROL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN PROSES GLISEROLISIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

INTERESTERIFIKASI INTERESTERIFIKASI 14/01/2014

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder

BAB I PENDAHULUAN. rasa bahan pangan. Produk ini berbentuk lemak setengah padat berupa emulsi

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI. Gambar 5. Reaktor eterifikasi gliserol

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

Bab III Metode Penelitian

GLISEROLISIS RBDPO (REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OIL) DENGAN LIPASE UNTUK SINTESIS MDAG (MONO-DIASILGLISEROL)

STUD1 KlNETlKA KONVERSI DISTILAT ASAM LEMAK KELAPA MENJADI PENGEMULSI MENGGUNAKAN ENZlM LIPASE Rhizomucor meihei DALAM REAKTOR TANGKI KONTINYU 1)

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

Bab III Metodologi Penelitian

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4 Pembahasan Degumming

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

4022 Sintesis etil (S)-(+)-3-hidroksibutirat

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGANDAAN SKALA PRODUKSI MONO DAN DIASILGLISEROL (MDAG) BERBASIS SAWIT DENGAN METODE GLISEROLISIS ANDRI J LAKSANA

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

SINTESIS MONO-DIASILGLISEROL BERBASIS GLISEROL DAN PALM FATTY ACID DISTILLATE

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

III. METODA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

III. METODE PENELITIAN

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

4010 Sintesis p-metoksiasetofenon dari anisol

LAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al.

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

MODIFIKASI PROSES IN SITU ESTERIFIKASI UNTUK PRODUKSI BIODIESEL DARI DEDAK PADI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis kalium diklofenak

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

FORMULASI DAN PENGOLAHAN MARGARIN MENGGUNAKAN FRAKSI MINYAK SAWIT PADA SKALA INDUSTRI KECIL SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG

3 Metodologi penelitian

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

Transkripsi:

APLIKASI TEKNIK DEMULSIFIKASI PEMBENTUKAN KRIM DALAM PEMURNIAN MDAG YANG DIPRODUKSI SECARA GLISEROLISIS Mursalin 1), Lavlinesia 1) dan Yernisa 1) 1) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi, Jalan Raya Jambi-Muara Bulian Km.15 Mendalo Indah, Jambi 36122, Telp. 0741-580053 email: mursalin@unja.ac.id; esya60@yahoo.com; yernisa@yahoo.com ABSTRAK Teknik pemisahan residu gliserol dari MDAG yang diproduksi dengan cara gliserolisis paling efektif adalah dengan menggunakan Short Path Distillation (SPD) atau distilasi molekuler yang masih merupakan teknologi mahal dan canggih sehingga sulit untuk diaplikasikan secara luas. Ekstraksi dan fraksinasi menggunakan pelarut merupakan teknik pemisahan residu gliserol yang lain, teknik ini telah dikembangkan oleh beberapa peneliti, tetapi panjangnya prosedur pengerjaan dan adanya kemungkinan sisa pelarut dalam produk akhir menjadi kendala tersendiri. Penelitian ini mempelajari pemisahan residu gliserol dari MDAG hasil proses gliserolisis melalui proses demulsifikasi pembentukan krim dengan atau tanpa penambahan larutan pada berbagai suhu minyak sehingga terbentuk krim dan skim yang mudah dipisahkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemisahan gliserol dari sistem emulsinya, dengan metode demulsifikasi pembentukan krim paling efektif jika dilakukan pada suhu tinggi (65 o C) karena pada suhu tersebut minyak memiliki densitas yang paling rendah dan akan berada pada bagian atas dalam reaktor pemisah residu gliserol saat sistem emulsinya mengalami instabilitas (creaming) sehingga lebih mudah dipisahkan. Pemurnian MDAG dengan cara demulsifikasi pembentukan krim tanpa penambahan air hanya mampu menurunkan kandungan gliserol maksimal sebesar 37%; sisa gliserol yang masih berada dalam produk akhir sekitar 9.17% dirasakan masih terlalu tinggi untuk dapat dikatakan sebagai MDAG murni. Pemurnian dengan cara demulsifikasi pembentukan krim dengan penambahan air suling menghasilkan MDAG dengan kandungan gliserol berkisar aintara 4.05 6.59%. Pemurnian dengan cara demulsifikasi pembentukan krim dengan penambahan larutan elektrolit menghasilkan MDAG dengan kandungan gliserol berkisar antara 1.94 1.95% (tanpa proses sentrifugasi) dan 0.02-0.05% (dengan sentrifugasi 2000 rpm selama 5 menit). Kata Kunci: Demulsifikasi, Emulsifier, Gliserolisis, Minyak Sawit, Pemurnian MDAG PENDAHULUAN Gliserolisis merupakan reaksi kimia yang banyak digunakan untuk mensintesis MDAG dari minyak (triasilgliserol) dan gliserol pada kondisi suhu dan waktu reaksi tertentu dengan atau tanpa penambahan katalis. Gliserolisis tipe conventional batch menghasilkan produk akhir yang umumnya mengandung 35-50% MAG dan sebagian DAG, sebagian TAG yang tidak bereaksi, residu gliserol dan asam lemak bebas (Hui 1996). MDAG yang dihasilkan dari proses gliserolisis secara umum masih mengandung residu gliserol yang cukup tinggi, yaitu 4-8% (Cheng 2005); 7% (Damstrup 2006); dan 8% ( Chetpattananondh dan Tongurai 2008). Untuk itu perlu dilakukan penghilangan residu gliserol (purifikasi) pada akhir proses. Purifikasi dilakukan untuk mendapatkan produk emulsifier dengan kandungan MDAG yang LPPM Universitas Jambi Halaman 170

lebih tinggi. Residu gliserol ini sangat sulit untuk dipisahkan dari sistem karena terikat sangat kuat pada salah satu sisi hidrofilik MDAG dalam bentuk emulsi. Teknik pemisahan residu gliserol paling efektif menggunakan Short Path Distillation (SPD) atau distilasi molekuler yang keduanya masih merupakan teknologi mahal dan canggih sehingga sulit untuk diaplikasikan secara luas. Ekstraksi dan fraksinasi menggunakan pelarut telah pula dikembangkan oleh beberapa peneliti, tetapi panjangnya prosedur pengerjaan dan adanya kemungkinan sisa pelarut dalam produk menjadi kendala tersendiri. Salah satu cara penghilangan residu gliserol yang dikembangkan oleh Chetpattananondh dan Tongurai (2008) adalah dengan menambahkan HCl 35% sebanyak 1 ml untuk 100 g produk gliserolisis yang telah dilelehkan. Penambahan HCl dilakukan pada suhu 80 o C sambil terus diaduk. Setelah itu campuran dibiarkan hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan bawah dibuang dan lapisan atas diambil untuk selanjutnya dicuci dengan air panas suhu 90 o C. Campuran MDAG dan air panas ini dijaga suhunya agar tetap 80 o C sambil terus diaduk. Kemudian campuran dibiarkan untuk beberapa saat hingga kembali terbentuk 2 lapisan fraksi, fraksi bawah di buang dan fraksi atas diambil sebagai produk MDAG yang bebas gliserol. Dengan cara ini mereka dapat menurunkan kandungan gliserol bebas dari 11.2% hingga menjadi 0.1% dengan tingkat kehilangan MAG sebesar 2.4%. Chetpattananondh dan Tongurai (2008) juga telah melakukan purifikasi dengan cara kristalisasi dan fraksinasi MDAG menggunakan pelarut isooktan pada rasio MDAG:isooktan 80 g:400 ml dan suhu kristalisasi 35 o C. Sebelum dikristalisasi, campuran MDAG dan isooktan dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 70 o C sambil diaduk dengan kecepatan 200 rpm dan dipertahankan pada suhu tersebut selama 10 menit. Setelah itu campuran minyak dan pelarut didinginkan hingga suhu 35 o C pada laju pendinginan 1 o C/menit, suhu kristalisasi ini dipertahankan selama 90 menit baru kemudian dilakukan fraksinasi dengan filtrasi vakum. Dengan cara ini diperoleh MDAG dengan kadar MAG sebesar 95% dan DAG sebesar 5%. Affandi (2007) menghilangkan residu gliserol dengan cara melarutkan MDAG yang terbentuk setelah proses gliserolisis dalam heksan lalu dilakukan sentrifuse pada kecepatan tinggi selama 5-10 menit. Fraksi bawah dan juga endapan yang terbentuk (yang merupakan fraksi gliserol, air dan sabun) dibuang, fraksi atas yang terlarut dalam heksan selanjutnya diambil dan dikristalisasi pada suhu refrigerator selama 16-18 jam. Setelah itu difraksinasi menggunakan filtrasi vakum sehingga dihasilkan fraksi padat yang kaya akan MDAG dan fraksi cair yang kaya akan TAG. Soekopitojo (2011) melakukan pemisahan MDAG dari TAG produk transesterifikasi enzimatik menggunakan fraksinasi pelarut. Sebelumnya, produk transesterifikasi dilarutkan dalam heksana (1:5, b/b) kemudian dinetralisasi menggunakan NaOH 1 M dalam etanol 50%. Filtrat yang mengandung asilgliserol bebas asam lemak dipisahkan dari residu dengan penyaringan, kemudian dilakukan fraksinasi pada suhu sekitar 4 C selama 4 jam. Selanjutnya fraksi cair dipisahkan dengan penyaringan vakum dari residu padat yang terbentuk. MDAG akan terkonsentrasi pada fraksi padat sedangkan TAG akan terkonsentrasi pada fraksi cair. Sulitnya menghilangkan residu gliserol dari produk MDAG yang dihasilkan secara gliserolisis terutama disebabkan oleh kuatnya gliserol dan air terikat dalam sistem emulsi W/O yang dibentuk oleh adanya MDAG (emulsifier) dala m sistem. Pengrusakan sistem emulsi dengan cara pembentukan krim ( creaming demulsification) diperkirakan dapat LPPM Universitas Jambi Halaman 171

memisahkan residu gliserol dari dalam sistem karena gliserol beserta air akan berada dalam fase skim sedangkan MDAG dan TAG akan berada dalam fase krim. Pengrusakan emulsi (demulsifikasi) dapat dilakukan secara fisika melalui pemanasan dan pengadukan intensif dan secara kimia melalui penambahan larutan elektrolit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan air dan larutan elektrolit pada proses demulsifikasi pembentukan krim untuk memisahkan residu gliserol dari MDAG yang diproduksi secara gliserolisis. METODE PENELITIAN Reaktor yang digunakan untuk proses demulsifikasi pembentukan krim ini didisain dengan kapasitas sebesar 500 ml. Reaktor dibuat dari bahan gelas dan dibuat berjaket untuk sirkulasi air dari waterbath, sehingga suhu reaktor dapat dipertahankan. Reaktor juga dilengkapi dengan filter pada bagian atas dan bawah untuk memisahkan antara krim dan skim yang dihasilkan. Design reaktor pemisahan residu gliserol secara demulsifikasi creaming dari produk MDAG dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Design reaktor pemisahan residu gliserol secara demulsifikasi creaming dari produk MDAG (keterangan : a. tangki substrat, b. Termometer, c. agitator, d. pompa, e. water bath, f. Wadah penampung produk akhir MDAG hasil gliserolisis ditempatkan dalam reaktor lalu dipanaskan hingga suhu 80 o C atau semua kristal telah mencair, pada suhu ini minyak dipertahankan selama 10 menit. Setelah itu, 3 macam perlakuan (tanpa penambahan larutan, penambahan air suling dan penambahan larutan elektrolit sebanyak volume minyak) diterapkan. Selanjutnya, suhu minyak diturunkan secara perlahan dengan laju pendinginan 1 o C/menit. Selama pendinginan ini, minyak diaduk secara intensif dengan kecepatan 500 rpm. Pada setiap suhu yang ditetapkan sebagai perlakuan (65 o C, 55 o C dan 45 o C) suhu MDAG dipertahankan selama (20, 30 dan 40 menit). Pengadukan intensif ini akan menyebabkan fase minyak membentuk krim dan terpisah dari bagian cair lainnya (skim yang mengandung gliserol). Selanjutnya skim akan dipisahkan LPPM Universitas Jambi Halaman 172

dengan cara memompanya dari reaktor dan terhadap lemak (krim) yang tinggal dalam reaktor kembali diterapkan 3 macam perlakuan (tanpa penambahan larutan, penambahan air suling dan penambahan larutan elektrolit sebanyak volume minyak) lalu diaduk pada kecepatan 500 rpm selama 2 menit dan didiamkan selama 10 menit hingga skim dan krim kembali terpisah dan krim akan dikoleksi untuk dianalisis lebih lanjut kandungan gliserol bebasnya. Kandungan gliserol bebas dalam MDAG ditentukan bersama-sama dengan penentuan komposisi gliserida menggunakan kromatografi gas (Modifikasi AOAC Official Method 993.18, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Demulsifikasi Pembentukan Krim tanpa Penambahan Larutan Pemurnian MDAG yang diproduksi dengan cara gliserolisis menggunakan reaktor demulsifikasi pembentukan krim yang dilakukan tanpa penambahan larutan pada semua variasi suhu dan lama proses yang diusulkan ternyata tidak menghasilkan pemisahan gliserol yang signifikan. Kenyataan yang ditemukan setelah MDAG dipanaskan hingga suhu 80 o C selama 10 menit, MDAG akan mencair sempurna lalu ketika dilakukan proses pendinginan lambat hingga dicapai suhu pendingan sesuai taraf perlakuan yang ditetapkan ( 65, 55 dan 45 o C) dan dilakukan holding proses masing-masing selama (20, 30 dan 40 menit), ternyata tidak satu pun kombinasi perlakuan yang menghasilkan pemisahan gliserol secara signifikan. Gliserol masih tetap tercampur dan terikat kuat dalam sistem emulsi pada MDAG. Penerapan perlakuan dengan 3 kali ulangan ternyata tidak menghasilkan produk yang berbeda. Hasil analisis GC untuk 3 produk pemurnian terbaik dengan metode ini disajikan pada Gambar 2 analisis kandungan gliserol bebasnya ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil kuantifikasi kandungan gliserol (%) dalam MDAG dan produk murninya Komponen Produk Demulsifikasi Produk sebelum I II III Rata-rata didemulsifikasi Gliserol 10.04 8.65 8.83 9.17 14.66 ALB 6.74 5.97 6.15 6.29 6.16 MAG 31.96 30.88 30.89 31.24 37.48 DAG 19.76 20.85 20.99 20.53 20.97 TAG 31.50 33.65 33.14 32.76 20.73 Gambar 2 menunjukkan bahwa secara visual memang telah terjadi penurunan kandungan gliserol produk MDAG (peak dengan retensi time kurang dari 5 menit) yang dimurnikan dengan cara demulsifikasi pembentukan krim tanpa penambahan larutan, tetapi secara kuantitatif penurunan kandungan gliserol tersebut belum terlalu signifikan dan belum memuaskan (Tabel 1). Tingkat penurunan gliserol sebesar 37% memang telah dapat dicapai, tetapi kandungan gliserol dalam produk akhir (9.17%) masih terlalu tinggi untuk dapat dikatakan sebagai MDAG murni. LPPM Universitas Jambi Halaman 173

MDAG sebelum dimurnikan (A) Produk MDAG murni 1 (B) Produk MDAG murni 2 (C) Produk MDAG murni 3 (D) Gambar 2. Kromatogram tiga produk pemurnian MDAG (B, C, dan D) dengan metode demulsifikasi pembentukan krim tanpa penambahan air; A = MDAG sebelum dimurnikan Ketiga produk pemurnian yang disajikan pada Gambar 2 dan Tabel 1 adalah produk yang dihasilkan dari proses demulsifikasi pembentukan krim yang pendinginannya setelah rejuvenasi dilakukan pada suhu tertinggi dan lama proses terlama (65 o C dan 40 menit). Hal ini mengindikasikan bahwa pemisahan gliserol dari sistem emulsinya, paling efektif jika dilakukan pada suhu tinggi karena pada suhu tersebut minyak memiliki densitas yang paling rendah dan akan berada pada fraksi di bagian atas saat sistem emulsinya mengalami instabilitas sehingga lebih mudah dipisahkan. Hal lainnya yang dapat dipelajari dari proses ini adalah bahwa untuk memisahkan fraksi polar dari sistem emulsinya dengan cara demulsifikasi pembentukan krim akan lebih efektif jika sistem emulsi tersebut dalam bentuk O/W dan bukan W/O. Oleh karena itu untuk memisahkan fase polar (gliserol) dari sistem emulsinya (produk MDAG) yang kandungan gliserolnya jauh lebih sedikit dari fase non polarnya (sistem emulsi W/O), perlu ditambahkan a ir atau larutan elektrolit untuk meningkatkan efektivitas pemisahannya. Demulsifikasi Pembentukan Krim dengan Penambahan Air Penambahan air dengan jumlah yang sama dengan volume minyak saat melakukan demulsifikasi pembentukan krim dalam reaktor pemisah residu gliserol pada suhu 65 o C dan LPPM Universitas Jambi Halaman 174

lama proses 40 menit ternyata berpengaruh nyata terhadap tingkat pemisahan gliserol dari MDAG yang dimurnikan. Aplikasi demulsifikasi pembentukan krim dengan penambahan air suling sebanyak 3 kali ulangan, menunjukkan nilai konsistensi yang cukup baik. Parameter yang dianalisis pada tahap verifikasi adalah komposisi MAG dan residu gliserol. Kromatogram GC hasil pemurnian MDAG dengan cara demulsifikasi pembentukan krim dengan menambahkan air dapat dilihat pada Gambar 3. A B Gambar 3. Hasil penghilangan sisa gliserol produk MDAG dengan cara demulsifikasi pembentukan krim dengan penambahan air pada suhu 65 o C selama 40 menit, A dan B menunjukkan ulangan untuk substrat yang berbeda Pada Gambar 3 terlihat bahwa jumlah gliserol yang dapat dihilangkan dari produk sudah sangat tinggi, ditandai dengan tinggi peak pada waktu retensi kurang dari 5 menit sudah sangat rendah (kurang dari 200 pa pada Gambar 3a dan bahkan kurang dari 150 pa pada Gambar 3b). Hasil identifikasi kuantitatif menunjukkan bahwa dengan metode ini kandungan gliserol dalam produk tinggal 6.59% untuk substrat A dan bahkan tinggal 4.05% untuk substrat B. Demulsifikasi Pembentukan Krim dengan Penambahan Larutan Elektrolit Penambahan larutan elektrolit dengan jumlah yang sama dengan volume minyak saat melakukan demulsifikasi pembentukan krim dalam rangka memurnikan MDAG dari LPPM Universitas Jambi Halaman 175

campuran gliserol bebasnya ternyata berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kemurnian MDAG yang dihasilkan. Aplikasi demulsifikasi pembentukan krim dengan penambahan larutan elektrolit sebanyak 3 kali ulangan, menunjukkan nilai konsistensi yang cukup baik. Parameter yang dianalisis pada tahap verifikasi adalah komposisi MAG dan residu gliserol. Kromatogram GC hasil pemurnian MDAG dengan cara demulsifikasi pembentukan krim dengan menambahkan larutan elektrolit dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4 terlihat bahwa peak pada waktu retensi kurang dari 5 menit sudah sangat rendah, kurang dari 30 pa untuk substrat pada Gambar 4A dan sudah tidak lagi terdeteksi pada Gambar 4B. Artinya, jumlah gliserol yang dapat dihilangkan dengan metode ini sudah maksimal. Hasil identifikasi kuantitatif menunjukkan bahwa kandungan gliserol MDAG untuk Gambar 4A dan B masing-masing adalah sebesar 1.94% dan 0.02%. Gambar 4A merupakan deskripsi hasil pemurnian MDAG tanpa meambahkan proses sentrifugasi di akhir proses pemisahan krim dan skim sedangkan 4B ditambahkan proses sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. A B Gambar 4. Hasil penghilangan sisa gliserol produk MDAG dengan cara demulsifikasi pembentukan krim dengan penambahan larutan elektrolit pada suhu 65 o C selama 40 menit, A tanpa dilakukan proses sentrifugasi sedangkan B dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. LPPM Universitas Jambi Halaman 176

KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksnaan penelitian, dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut: 1. Pemisahan gliserol dari sistem emulsinya, dengan metode demulsifikasi pembentukan krim paling efektif jika dilakukan pada suhu tinggi (65 o C) karena pada suhu tersebut minyak memiliki densitas yang paling rendah dan akan berada pada fraksi di bagian atas saat sistem emulsinya mengalami instabilitas (creaming) sehingga lebih mudah dipisahkan 2. Pemurnian MDAG dengan cara demulsifikasi pembentukan krim tanpa penambahan air hanya mampu menurunkan kandungan gliserol maksimal sebesar 37%; sisa gliserol yang masih berada dalam produk akhir sekitar 9.17% dirasakan masih terlalu tinggi untuk dapat dikatakan sebagai MDAG murni. 3. Pemurnian MDAG dengan cara demulsifikasi pembentukan krim dengan penambahan air suling menghasilkan produk MDAG dengan kandungan gliserol berkisar aintara 4.05 6.59%. 4. Pemurnian MDAG dengan cara demulsifikasi pembentukan krim dengan penambahan larutan elektrolit menghasilkan produk MDAG dengan kandungan gliserol sebesar 1.94 1.95% (tanpa proses sentrifugasi) dan 0.02 0.05% (dengan sentrifugasi 2000 rpm selama 5 menit). UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M DIKTI atas bantuan dana penelitian program Hibah Fundamental tahun 2015 dan SEAFAST CENTER IPB yang telah memberikan fasilitas penelitian. DAFTAR PUSTAKA Affandi, Arief R. 2007. Sintesis Mono dan Diasilgliserol Dari Minyak Inti Sawit Dengan Metode Gliserolisis. Skripsi. FATETA IPB Bogor. Affandi AR. 2011. Studi Sintesis Mono-Diasilgliserol (MDAG) dengan Metode Gliserolisis Skala Pilot Plant. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cheng SF, Choo YM, Ma AH, Chuah CH. 2005. Rapid synthesis of palm-based monoacylglycerols. AM J Oils Chem Soc. 82(11): 791-795. Chetpattananondh P, Tongurai C. 2008. Synthesis of High Purity Monoglycerides from Crude and Palm Stearin. Songklanakarin J. Sci. Technol. 30(4): 515-521. Damstrup ML, T Jensen, FV Sparso, SZ Kiil, AD Jensen, dan X Xu. 2006. Production of Heat- Sensitive Monoacylglycerols by Enzimatic ysis in tert-pentanol: Process Optimization by Response Surface Methodology. JAOCS,83: 27-33. Hui YH. 1996. Bailey s Industrial Oil and Fat Products, 5th Edition, Volume 4, Edible Oil and Fat Products: Processing Technology. New York (US): J Wiley. Soekopitojo 2011. Interesterifikasi Enzimatik Bahan Baku Berbasis Minyak Sawit untuk Produksi Cocoa Butter Equivalents. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. LPPM Universitas Jambi Halaman 177