BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan yang akan dialami oleh semua individu. Proses ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa usia lanjut. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Umur harapan hidup manusia yang semakin meningkat menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan cenderung bertambah lebih cepat. Data World Heatlh Organization (WHO) pada tahun 2000 diperkirakan terdapat 600 juta jiwa lansia (usia lebih dari 60 tahun) di dunia. Angka ini diperkirakan akan mencapai sekitar 1,2 miliar orang pada tahun 2025 dan selanjutnya diperkirakan akan mencapai 2 miliar orang pada tahun 2050. Data Departemen Sosial di Indonesia pada tahun 2050 diperkirakan akan terdapat 80 juta lansia, dengan rasio 60-69 tahun berjumlah 35,8 juta dan usia 70-79 tahun sebesar 21,4 juta dan 80 tahun ke atas berjumlah 11,8 juta. Namun dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia di berbagai negara menunjukkan bahwa sebenarnya keadaan lansia memiliki permasalahan yang sangat serius seperti bunuh diri dengan penyebab dari gangguan jiwa (depresi). Banyak hal yang menyebabkan banyaknya gangguan jiwa yang terjadi pada lansia, misalnya banyak ditemukan bahwa tidak tersedianya tempat bagi lansia. Sehingga hal ini menyebabkan banyak lansia yang hidup di panti-panti werdha atau di tempat lain yang hidup dengan keterasingan, kesepian dan isolasi sosial. Karena lansia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia, dan semua orang berharap akan menjalani hidup masa tuanya dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama keluarga dengan penuh kasih sayang. Namun dengan demikian tidak semua lansia bisa merasakan kondisi hidup yang seperti ini. Berbagai persoalan hidup yang terjadi pada lansia sepanjang hidupnya, seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stres yang berkepanjangan, ataupun

2 konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya (Boedhi et al., 2011). Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi. Gangguan mental yang sering dijumpai pada lansia yaitu insomnia, stres, depresi, ansietas, demensia, dan delirium. World Health Organization (WHO) pada tahun 1993, kurang lebih 18% penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur, dengan keluhan yang sedemikian hebatnya sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya. Salah satu bentuk perubahan pada lansia adalah perubahan pola tidur. Gangguan tidur disebabkan oleh beberapa faktor yaitu psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan yang mengganggu serta kebiasaan buruk juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Stanley (2006) menyebutkan bahwa selama penuaan pola tidur mengalami perubahan-perubahan yang khas yang membedakan dari orang-orang yang lebih muda. Perubahanperubahan tersebut mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari dan peningkatan jumlah tidur siang. Gangguan sulit tidur yang biasa dialami oleh lansia adalah insomnia. Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang mulai mengeluh dengan sulitnya tidur di malam hari, atau sering terbangun di tengah malam. Satu fakta bahwa insomnia lebih sering diderita oleh wanita dan pada mereka yang berusia lanjut. Menurut ilmu psikologi, insomnia sering dikategorikan sebagai penyakit padahal insomnia hanyalah salah satu gejala dari beberapa penyakit yang diderita atau karena adanya suatu masalah yang menimpa. Biasanya insomnia disebabkan oleh stres, perubahan hormon, dan kelainan-kelainan kronis. Insomnia yang terjadi dalam tiga malam atau lebih dalam seminggu dalam jangka waktu sebulan termasuk insomnia kronis, salah satu penyebab insomnia kronis adalah depresi. Pada usia sekitar 60 tahun keatas umumnya kebutuhan akan tidur berkurang dibandingkan sebelumnya. Lama tidur malam hari sekitar 5 jam dianggap normal. Bila tidur menjadi sulit, mata sulit terpejam atau pikiran terus melayang-layang, sering mimpi buruk, atau jika terbangun tengah malam tidak bisa tertidur lagi, maka hal ini perlu diwaspadai. Apakah ada gangguan psikiatri yang mendasarinya atau gangguan fisik lainnya.

3 Perlu dicari kondisi apa saja yang dapat menyebabkan gangguan tidur tersebut. Suatu penelitian pada kelompok umur 65 tahun sejumlah 9000 orang, lebih dari 50% dengan keluhan sulit tidur hampir setiap hari, 24% dengan keluhan insomnia dan 15% mengeluh tidak dapat beristirahat sama sekali. Analisa multivariat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi adalah gejala gangguan pernafasan, disabilitas fisik, penyakit-penyakit kronis, penggunaan obat-obatan bukan dari resep dokter, depresi dan status kesehatan yang rendah (Joni et al., 2011). Stres merupakan salah satu penyebab terjadinya insomnia pada lansia dan sebagian besar lansia yang menderita stres mengalami gangguan tidur. Sedangkan stres merupakan bagian di dalam kehidupan manusia sehari-hari. Bagi orang yang penyesuaiannya baik maka stres dapat cepat diatasi dan ditanggulangi. Bagi orang yang penyesuaian dirinya kurang baik, maka stres merupakan bagian terbesar di dalam kehidupannya sehingga stres dapat menghambat kegiatannya sehari-hari. Mungkin dari luar seseorang tidak nampak apabila dia mengalami stres, akan tetapi apabila kita bergaul dekat dengannya maka akan tampak sekali manifestasi stres yang dialaminya (Noviati et al., 2011). Wibowo (2009) menyatakan bahwa stres yang dialami oleh lansia dapat mempengaruhi kebutuhan waktu untuk tidur. Semakin tinggi tingkat stres pada lansia maka kebutuhan waktu untuk tidur juga akan berkurang. Gangguan tidur pada lansia sering tidak terdeteksi karena anggapan bahwa pada lanjut usia jika tidur berkurang merupakan hal yang wajar. Bila gangguan sulit tidur tidak dikenali penyebabnya maka tatalaksananya juga tidak akan tepat. Maka, diperlukan peningkatan awareness terhadap gangguan tidur pada lanjut usia baik dikalangan profesi kesehatan maupun masyarakat. Gangguan tidur juga mempunyai hubungan dengan peningkatan penyakit dan kematian pada lanjut usia. Kondisi ini juga harus dapat dideteksi dan di tatalaksana secara benar agar terhindar dari komplikasi penyakit yang lebih berat sebagai akibat tidak langsung dari kurang tidur (Joni et al., 2011). Dengan melihat banyaknya penyebab dari terjadinya insomnia pada lanjut usia, maka peneliti menjadi tertarik untuk mengetahui hubungan insomnia terhadap tingkat stres pada lanjut usia di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman

4 Yogyakarta. Peneliti mengambil tempat penelitian di Kecamatan Turi, Sleman Yogyakarta karena disana belum pernah dilakukan penelitian tentang insomnia pada lanjut usia. Banyak penelitian tentang insomnia dan stres pada lanjut usia yang tempat penelitiannya sering dilakukan di panti-panti wredha, sedangkan penelitian ini dilakukan di satu desa karena di suatu desa tersebut belum tentu lansianya mendapatkan perhatian yang lebih daripada di panti wredha. Sehingga peneliti mengharapkan adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel jika penelitian tersebut dilakukan di suatu desa, bukan di panti wredha yang lansianya sudah tertatalaksana dengan baik. Penelitian ini juga dimaksudkan agar apabila ternyata terdapat pengaruh yang signifikan antara angka kejadian insomnia dengan tingkat stres maka dapat menjadi manfaat bagi Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Yogyakarta. 1.2 Perumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara sulit tidur (insomnia) dengan tingkat stres pada lanjut usia di Kecamatan Turi Sleman Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini kami lakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan sulit tidur (insomnia) dengan tingkat stres pada lanjut usia di Kecamatan Turi Sleman Yogyakarta. 1.4 Keaslian Penelitian Berbagai penelitian menunjukkan penyebab dari sulit tidur (insomnia) di masyarakat. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti disebutkan dalam tabel 1.

5 Tabel 1. Keaslian penelitian No. Nama Penulis 1. Fitrananda Hanifa Ulfah, 2014 Judul Hubungan Insomnia Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadyah Surakarta Perbedaan Penelitian ini mengambil sampel pada mahasiswa tingkat akhir S1. Pada penelitian kami, peneliti mengambil sampel lanjut usia. 2. Ericha Aditya Raharja, 2013 Hubungan antara Tingkat Depresi Dengan Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia Di Karang Werdha Semeru Jaya Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan insomnia. Pada penelitian kami bertujuan untuk mengetahui hubungan insomnia dengan tingkat stres. 3. Wahyu Wiyono, 2009 Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kecenderungan Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan insomnia. Pada penelitian kami bertujuan untuk mengetahui hubungan insomnia dengan tingkat stres. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti sendiri Memberi pengalaman dan pengetahuan terhadap bidang ilmu yang didalami dan syarat kelulusan peneliti. 2. Bagi ilmu pengetahuan Memberi tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang sulit tidur (insomnia) dan stres, serta sebagai pedoman tambahan untuk melakukan intervensi kualitas tatalaksana pada lansia.

6 3. Bagi peneliti lain Dapat digunakan untuk mempelajari atau meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor atau aspek-aspek lain yang berhubungan dengan sulit tidur (insomnia) pada lanjut usia. 4. Bagi masyarakat Dapat digunakan bila terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara sulit tidur (insomnia) dengan stres sehingga dapat ditelusuri lebih lanjut penyebabnya dan diusahakan cara-cara untuk mengatasi sulit tidur (insomnia).