TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN C, KADAR AIR DAN KAPSAISIN THE INFLUENCE OF THE TREATMENT STORAGE CAYENNE PEPPER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh. tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

PENGARUH JENIS BAHAN PENGEMAS DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN SUSUT BERAT CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor

BAB III METODE I II III BKK1 U1 U2 U3 BKH2 U1 U2 U3 BKK3 U1 U2 U3 BKH4 U1 U2 U3 BKK5 U1 U2 U3 BKH6 U1 U2 U3 BKHKK7 U1 U2 U3 BKHKK8 U1 U2 U3

BAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri dari 2 faktor dengan 3

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Fakultas Kedokteran, Universiras Muhammadiyah Yogyakarta, Laboratorium

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B.

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

Kajian Hydrocooling dan Tempat Penyimpanan untuk Mempertahankan Kualitas Cabai Gendot (Capsicum annum var. Abbreviata)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

Lampiran 1. Prosedur Analisis Kimia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

METODE. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Formulir organoleptik

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Transkripsi:

PENGARUH PERLAKUAN PENYIMPANAN CABAI RAWIT Capsicum frutencens L var Cengek TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN C, KADAR AIR DAN KAPSAISIN THE INFLUENCE OF THE TREATMENT STORAGE CAYENNE PEPPER Capsicum frutencens L var Cengek AND IN TERMS OF VITAMIN C, THE WATER LEVEL AND CAPCAISIN Megawati 1), Sri Suhadiyah 2), Eva Johannes 2) (1) Departemen Biologi, FMIPA Universitas Hasanuddin, Jl.Perintis Kemerdekaan 10 Telp. (0411) 586200 (2) Dosen Departemen Biologi FMIPA Universitas Hasanuddin, Jl.Perintis Kemerdekaan 10 Telp. (0411) 586200 E-Mail: Megawatibio02@gmail.com ABSTRAK Penelitian Pengaruh perlakuan penyimpanan cabai rawit Capsicum frutencens L var. Cengek terhadap kandungan kadar air, vitamin C dan kapsaisin dilaksanakan pada bulan November 2016 - Januari 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan penyimpanan cabai rawit Capsicum frutencens L var. Cengek terhadap kandungan vitamin C, kadar air dan kapsaisin menggunakan system RAL rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan. Dengan perlakuan suhu dingin (5 o C) dan suhu ruang (27 o C) yang dibungkus plastik dan tidak dibungkus plastik, lama penyimpanan 2 hari, 4 hari, 6 hari dan 8 hari. Penelitian menggunakan analisis variansi (ANAVA) dengan uji lanjut Duncan taraf signifikan 5% dengan program SPSS. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh perlakuan terhadap vitamin C, kadar air dan kandungan kapsaisin cabai rawit Capsicum frutencens L var. Cengek. Perlakuan penyimpanan terbaik pada penelitian diatas adalah pada suhu dingin (5 o C) dan dibungkus plastik, hal ini disebabkan karena suhu yang dingin dapat meminimalisir kerja enzim sehingga metabolisme dalam cabai rawit juga terhambat sedangkan untuk lama penyimpanan yang baik yaitu selama 2 hari, karena semakin lama penyimpanan maka kandungan dalam cabai rawit akan semakin menurun. Kata Kunci : Capsicum frutencens L., Vitamin C, Kadar air, kapsaisin, suhu. ABSTRACT Research influence treatment storage chili Capsicum frutencens L var.cengek to the womb the vitamin C, water level and kapsaisin in november 2016 - january 2017. The purpose of this research is to find the influence of treatment storage chili Capsicum frutencens L var.cengek to the womb vitamin C, the water level and kapsaisin use system RAL (design random complete )with three times remedial. Treatment with a cool temperature and room temperature a plastic-wrapped and packaged and not plastic-wrapped and packaged, long storage 2 days, 4 days, 6 days and 8 days.the research uses analysis variansi (ANAVA) with advanced test duncan significant level of 5 percent SPSS with the program. Based on the research, so it can be concluded that due to treatment of vitamin c, the water level and of the womb kapsaisin cayenne pepper capsicum frutencens l var.cengek. Best storage treatment to research above is at the temperature cold (5 o C) and shrink wrapped, This is because the cold able to minimize a working enzyme so of metabolism in cayenne pepper by also held up while to long storage that good over two days, Because the longer so in storage content cayenne pepper by could decrease. Keywords: Capsicum frutencens L, vitamin C, the water level, Capcaisin, temperature. 1

PENDAHULUAN Sayuran bagi masyarakat Indonesia tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari hari, karena manfaatnya yang begitu banyak diantaranya adalah sebagai sumber vitamin dan protein. Cabai rawit Capsicum frutencens L yang merupakan sayuran buah kebanyakan ditemui dalam masakan Indonesia, membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat menyukai cabai rawit Capsicum frutencens L (Prajnanta, 2007). Cabai pada dasarnya terdiri atas dua golongan utama yaitu cabai besar Capsicum annuum L dan cabai rawit Capsicum frutencens L. Cabai besar terdiri atas cabai merah (hot pepper/cabai pedas), cabai hijau dan paprika (sweet pepper/cabai manis). Cabai merah besar terdiri dari cabai hibrida dan nonhibrida. Cabai rawit pun banyak ragamnya dan biasanya merupakan cabai lokal yang bukan hibrida (Prajnanta, 2007). Masyarakat memiliki kecenderungan berbeda-beda dalam memilih jenis cabai. Salah satu yang banyak dikonsumsi yaitu jenis cabai rawit Capsicum frutencens L. Masyarakat yang banyak mengonsumsi produk sayuran seperti cabai rawit Capsicum frutencens L masih kurang diperhatikan perlakuan penyimpanan sayuran konsumsi setelah panen. Sayuran yang telah mengalami masa panen masih melakukan aktivitas metabolisme, tetapi prosesnya tidak sama ketika sebelum dipanen (Martoredjo, 2009). Aktivitas fisiologis dapat menyebabkan gangguan pada bahan tanaman diantaranya adalah penguapan atau transpirasi, pernafasan atau respirasi dan perubahan fisiologis lainnya (Utama, 2005). Proses ini yang dapat mempengaruhi beberapa faktor kandungan yang terdapat didalam bahan makanan sehingga dibutuhkan perlakuan penyimpanan yang tepat agar dapat pertahankan. Salah satu faktor penting yang terdapat dalam bahan makanan yaitu kadar air. Kadar air yang terdapat dalam bahan makanan dapat berupa komponen intrasel dan atau ekstrasel, sebagai medium pelarut dalam berbagai produk. Proses penanganan sayuran segar diperlukan untuk pengendalian suhu dan kelembapan agar hilangnya kadar air dan kerusakan selama penyimpanan dapat dihindari. Cabai memiliki kandungan vitamin yang tinggi, salah satunya yaitu vitamin C. Kandungan Vitamin C dalam cabai dapat hilang jika tidak ditangani dengan tepat. Beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan vitamin C dalam sayuran buah seperti cabai yaitu: perendaman dalam air, memasak dalam panci besi atau tembaga, membiarkan lama sesudah dimasak pada suhu kamar atau suhu panas sebelum dimakan. Hal tersebut dijelaskan pula oleh Almatsier (2004) bahwa Vitamin C yang terkandung dalam bahan pangan yang bersifat tidak stabil dibandingkan dengan zat gizi lainnya sehingga dapat mudah hilang diakibatkan kesalahan dalam proses penyimpanan. Selain itu cabai juga memiliki kandungan kapsaisin sangat berpengaruh karena zat pedas yang ada dalamnya, tingkat zat pedas yang terdapat pada senyawa kapsaisin dapat dipengaruhi dari cara perlakuan dan penyimpanan, Sehingga dibutuhkan perlakuan yang tepat, di samping itu juga harus disimpan pada tempat sejuk hal ini disebabkan suhu dapat mempengaruhi kandungan vitamin dan senyawa yang terdapat dalam cabai. Perlakuan penyimpanan yang tepat perlu dilakukan untuk memperoleh mutu yang optimal. Berhubung ada nilai lebih yang terdapat dalam cabai rawit, ditinjau dari gizi dan konsumsi masyarakat, maka perlu 2

kiranya dilakukan penelitian apakah ada pengaruh perlakuan penyimpanan terhadap kandungan vitamin C, kadar air dan kapsaisin pada cabai rawit atau tidak. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh perlakuan penyimpanan cabai rawit Capsicum frutencens L var. Cengek terhadap kandungan kadar air, vitamin C dan kapsaisin. METODE PENELITIAN Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lemari es, timbangan digital, Thermometer, kantong plastik, wadah, erlenmeyer 250 ml, buret, gelas ukur 100 ml, corong, penumbuk, selang, pisau, kertas saring, pipet tetes, oven, desikator, labu takar 100 ml, labu kjeldahl 500 ml, sentrifuge. Color reader, Rotari evaporator, Beaker glass. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cabai rawit Capsicum frutencens L., aquades, amilum 1%, yodium, NaOH 0,1 N, indikator pp, HCl 0,1 N, etanol 20 ml, dan Metanol. Metode kerja 1. Tahap persiapan a. Persiapan sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu cabai rawit Capsicum frutencens L. b. Memilih sampel yang bermutu baik sebelum digunakan dalam penelitian. 2. Tahap Pengamatan Pengamatan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: a. Pengukuran vitamin C dilakukan dengan, menggunakan metode titrasi (Sudarmadji, 1997) Menimbang 10 gram bahan yang sudah ditumbuk halus, kemudian menambahkan aquades, setelah itu disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtratnya, mengambil 5 ml filtrat dengan pipet tetes ke dalam gelas ukur kemudian memasukkan ke dalam Erlenmeyer 259 ml dan menambahkan indikator amilum 1% sebanyak 1 2 tetes, kemudian melakukan titrasi dengan 0,01 n yodium sampai berwarna abuabu atau biru, 1 ml 0,01 N yodium=0,88 mg asam askorbat. ml titrasi X 0,88=..mg b. Pengukuran kadar air cabai rawit dilakukan dengan cara pemanasan sebagai berikut (Sudarmadji, 1997). Menimbang 6 6,5 gr cabai rawit yang telah dipotong potong kecil kedalam cawan, kemudian masukkan dalam oven pada suhu 150 o C selama 4jam, kemudian mendinginkan kedalam desikator dan ditimbang, pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan. Perhitungan kadar air menggunakan rumus sebagai berikut: m1m2 x 100%=...% m1 m1 Keterangan: m1= Berat awal (berat bersih) m2= Berat akhir (berat kering) c. Pemisahan senyawa Kapsaisin dari cabai rawit dilakukan dengan menggunakan ekstraksi pelarut dengan metode soxhlet. Sampel sebelum diekstraksi terlebih dahulu dikeringkan dalam oven kemudian ditumbuk sampai halus. Ekstraksi dilakukan dengan pelarut etanol selama 24 jam hingga diperoleh ekstrak berwarna coklat kemerahan.ekstrak dipekatkan dengan menggunakan rotari evaporator yang menghasilkan ekstrak pekat berbentuk gel berwarna coklat tua kemerahan. Ekstrak pekat kemudian dilarutkan kembali dalam metanol untuk didekolorisasi dengan karbon aktif. 3

Dekolorisasi menghasilkan filtrat berwarna lebih jernih yang kemudian dipekatkan kembali untuk dilakukan karakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial terdiri dari 2 faktor dengan 3 kali ulangan dengan jumlah cabai rawit yang digunakan sebanyak 20 buah setiap faktorial. a. Faktor pertama adalah perlakuan penyimpanan: C1 : Tidak dibungkus plastik suhu 5 C C2 : Dibungkus plastik suhu 5 C C3 : Tidak dibungkus plastik suhu ruang 27 o C C4 : Dibungkus plastik suhu ruang 27 o C b. Faktor ke dua adalah lama penyimpanan: L1: 2 hari L2: 4 hari L3 : 6 hari L4 : 8 hari Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis variasi yang menggunakan dua faktor perlakuan dengan tiga kali ulangan. Anava ini digunakan karena dalam penelitian ini terdapat dua perlakuan yang ingin diketahui pengaruhnya masing masing bersama dengan interaksi antara keduanya. Jika dari perhitungan didapat nilai F hitung > F tabel maka terdapat nilai signifikan dari perlakuan. Jika F hitung < F tabel berarti tidak terdapat pengaruh dari perlakuan, dan jika terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan, maka perlu dilakukan uji Duncan 5% untuk mengetahui perlakuan yang efektif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh penyimpanan cabai rawit terhadap kandungan vitamin C. Berdasarkan hasil penelitian adanya pengaruh penyimpanan terhadap kandungan vitamin C cabai rawit. Dari data kandungan vitamin C dianalisis menggunakan variasi (ANAVA) untuk variable cara penyimpanan dengan parameter kadar vitamin C cabai rawit, diperoleh Fhitung =814.02 dan Ftabel =2.26 pada taraf signifikasi 5%. Oleh karena itu Fhitung > dari F table. Maka hipotesis nol di tolak dan hipotesis satu diterima. Berarti ada pengaruh yang signifikan dari perlakuan penyimpanan terhadap kadar vitamin C cabai rawit. Perlakuan lama penyimpanan terhadap vitamin C cabai rawit diperoleh Fhitung = 3942.83 dan Ftabel = 3.16 pada taraf signifikansi 5%. Oleh karena itu Fhitung > dari Ftabel, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima. Berarti ada pengaruh yang signifikan dari cara penyimpanan yang dipakai terhadap kandungan vitamin C cabai rawit. Untuk mengetahui cara penyimpanan dan lama penyimpanan yang paling berpengaruh terhadap kandungan vitamin C cabai rawit, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan atau DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf signifikansi 5%. Hasil analisis disajikan pada tabel 1. sebagai berikut: Tabel 1. Ringkasan hasil uji Duncan untuk perlakuan penyimpanan terhadap vitamin C cabai rawit Lama Rata-rata Kadar Vitamin C (mg) penyimpanan Suhu 5 o C (dingin) Suhu 27 o C (ruang) 0 hari 70.55a 70.55a 2 hari 62.36b 59.28b 4 hari 53.75cd 51.10cd 6 hari 47.85de 45.44de 8 hari 42.31e 38.75e Berdasarkan tabel 1. Pengaruh lama penyimpanan pada 0 hari dan 2 hari masing 4

masing perlakuan berbeda nyata, pada lama penyimpanan 4 hari dan 6 hari tidak berbeda nyata pengaruhnya. Hal ini juga terjadi pada 6 hari dan 8 hari mempunyai pengaruh tidak berbeda nyata. Dari hasil analisis ragam dapat diketahui bahwa lama penyimpanan terbaik adalah penyimpanan selama 2 hari. Semakin lama umur penyimpanan maka kandungan vitamin C dalam cabai rawit akan ikut turun. Penurunan kadar vitamin C selama proses lama penyimpanan akan terjadi karena tahapan tahapan dalam penyimpanan. Gambar 1. Rata rata pengaruh penyimpanan pada Vitamin C cabai rawit. Rata rata vitamin C pada suhu dingin (5 o C) menunjukkan bahwa untuk cabai rawit yang tidak dibungkus vitamin C yang tertinggi pada lama penyimpanan 2 hari dengan nilai rata-rata 58.57 mg. sedangkan pada lama penyimpanan 4, 6, dan 8 hari dengan tidak dibungkus nilainya semakin menurun dengan nilai rata rata 49.69 mg, 46.59 mg, dan 41.70 mg. Cabai rawit lama penyimpanan 2 hari dan dibungkus plastik mempunyai kadar vitamin C paling tinggi yaitu 66.16 mg, Pada lama penyimpanan 4, 6, dan 8 hari dengan dibungkus nilai vitamin C yang terkandung semakin menurun yaitu masing masing 57.81 mg, 49.12 mg, dan 42.92 mg. Sedangkan rata-rata nilai vitamin C pada suhu ruang (27 o C) untuk cabai rawit yang tidak dibungkus pada lama penyimpanan 2 hari yaitu 55.83 mg. Untuk lama penyimpanan 4, 6, dan 8 hari yang mengalami penurunan nilai rata-rata yaitu 43.47 mg, 38.73 mg dan 36.12 mg. Sedangkan untuk cabai rawit yang dibungkus plastik dengan lama penyimpanan 2 hari nilai rata-rata tertinggi yaitu 62.74 mg. Pada lama penyimpanan 4, 6, dan 8 hari memiliki nilai rata-rata kandungan vitamin C yang menurun yaitu 58.72 mg, 52.15 mg dan 41.38 mg. Dari hasil yang didapatkan kondisi kualitas Vitamin C yang masih bagus yaitu pada lama penyimpanan 2 hari dibungkus plastik pada suhu 5 o C (dingin). Perlakuan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C cabai rawit selama penyimpanan. Cabai rawit yang disimpan pada suhu 5 o C memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan cabai yang disimpan pada suhu 27 o C. Pada suhu kamar, penurunan kadar vitamin C paling cepat, hal ini disebabkan pada suhu kamar kondisi lingkungan tidak dapat dikendalikan seperti adanya panas dan oksigen sehingga proses pemasakan buah berjalan dengan sempurna (Sudarmadji et al., 2007). Pengaruh penyimpanan terhadap kadar air cabai Berdasarkan hasil penelitian pengaruh penyimpanan terhadap kadar air cabai rawit menunjukkan adanya pengaruh penyimpanan terhadap kadar air. Dari data kadar air akan dianalisis menggunakan analisis variansi (ANAVA), untuk variable cara penyimpanan dengan parameter kadar air cabai rawit, maka diperoleh F hitung = 36.81 dan Ftabel = 3.16 pada taraf sigifikansi 5%. Oleh karena Fhitung > Ftabel, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima Berarti ada pengaruh yang signifikan dari cara penyimpanan terhadap kadar air cabai rawit. Perlakuan lama penyimpanan diperoleh Fhitung = 108.52 dan Ftabel = 3.16 pada taraf signifikansi 5%. Oleh karena Fhitung > Ftabel, maka hipotesis nol ditolak dan 5

hipotesis satu diterima. Berarti ada pengaruh yang signifikan dari perlakuan lama penyimpanan terhadap kadar air cabai rawit. Untuk mengetahui cara dan lama penyimpanan yang paling berpengaruh terhadap kadar air cabai rawit, maka dilanjutkan dengan Uji jarak Duncan atau DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf signifikansi 5%. Hasil analisis disajikan pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Ringkasan hasil uji Duncan untuk perlakuan penyimpanan terhadap kadar air cabai rawit Rata-rata Kadar air (%) Lama Suhu 5 o C Suhu 27 o C penyimpanan (dingin) (ruang) 0 hari 45.80a 45.80a 2 hari 33.65b 29.05b 4 hari 27.55cd 25.59cd 6 hari 24.73de 20.64de 8 hari 22.06e 17.08e Berdasarkan tabel 2. Pengaruh pada lama penyimpanan 0 hari dan 2 hari masingmasing perlakuan berbeda nyata, pada lama penyimpanan 4 hari dan 6 hari tidak berbeda nyata pengaruhnya. Hal ini juga terjadi pada 6 hari dan 8 hari yang mempunyai pengaruh tidak berbeda nyata. Dari hasil analisis ragam dapat diketahui bahwa lama penyimpanan terbaik yaitu selama 2 hari. Semakin lama umur penyimpanan maka kandungan kadar air dalam cabai rawit juga ikut turun. Gambar 2. Rata rata pengaruh penyimpanan pada kadar air cabai rawit. Rata rata kadar air menunjukkan bahwa untuk cabai rawit pada cara penyimpanan tidak dibungkus plastik pada suhu dingin (5 o C) dengan lama penyimpanan 2 hari mempunyai kadar air tertinggi yaitu 31.27. lama penyimpanan 4 hari dan 6 hari dengan tidak dibungkus plastik kadar airnya menurun dengan nilai 25.52 dan 24.08. Hal yang sama juga terjadi pada lama penyimpanan 8 hari nilainya semakin menurun lagi yaitu 21.59. Cabai rawit yang dibungkus plastik kandungan air yang tertinggi terdapat pada lama penyimpanan 2 hari dengan nilai rata-rata 36.04. Lama penyimpanan 4 hari dan 6 hari dengan dibungkus nilainya menurun dibandingkan dengan lama penyimpanan 2 hari dengan tidak dibungkus yaitu 29.58 dan 25.39. Sedangkan pada lama penyimpanan 8 hari dengan dibungkus plastik nilainya lebih turun lagi yaitu nilai rata- rata 22.53. Nilai rata-rata kadar air dengan cara penyimpanan tidak dibungkus plastik pada suhu ruang (27 o C) dengan lama penyimpanan 2 hari yaitu 25.64. Pada lama penyimpanan 4, 6, dan 8 hari mengalami penurunan nilai rata-rata yaitu 22.24, 19.82, dan 15.63. Sedangkan dengan cara penyimpanan dibungkus plastik lama penyimpanan 2 hari memiliki nilai rata-rata yang tinggi yaitu 32.37 untuk lama penyimpana 4, 6 dan 8 hari memiliki nilai rata-rata yang semakin menurun yaitu 28.94, 21.46 dan 18.53. Sehingga diperoleh hasil yang didapatkan kondisi kandungan kadar air yang terbaik yaitu pada lama penyimpanan 2 hari dibungkus plastik pada suhu 5 o C (dingin). Hal ini disebabkan karena umur penyimpanan akan meningkatkan laju metabolisme, dan meningkatnya kehilangan air pada cabai rawit, sehingga cepat kering dan berkerut. Suhu penyimpanan juga berpengaruh terhadap kadar air cabai rawit. Kadar air cabai yang disimpan pada suhu 5 o C lebih 6

tinggi secara nyata dibandingkan kadar air cabai yang disimpan pada suhu 27 o C. Hal ini disebabkan pada suhu ruang, transpirasi dan respirasi berlangsung sangat cepat, sehingga kehilangan air lebih cepat. Pengaruh penyimpanan cabai rawit terhadap kandungan Kapsaisin. Dari data kapsaisin cabai rawit dianalisis menggunakan analisis variansi (ANAVA), untuk variable cara penyimpanan dengan parameter kapsaisin cabai rawit diperoleh F hitung = 12.68 dan F table = 3.16 pada taraf signifiknsi 5%. Oleh karena F hitung > F tabel, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima. Berarti ada pengaruh yang signifikan dari perlakuan cara penyimpanan terhadap kapsaisin cabai rawit. Pada perlakuan lama penyimpanan dengan parameter kapsaisin cabai rawit diperoleh F hitung = 26.65 dan F table = 3.16 pada taraf signifikansi 5%. Oleh karena F hitung > F tabel, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima. Berarti ada pengaruh yang signifikan dari perlakuan lama penyimpanan terhadap kapsaisin cabai rawit. Uji Jarak Duncan atau DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf signifikansi 5%. Hasil analisis disajikan pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Ringkasan hasil uji Duncan untuk perlakuan cara dan lama penyimpanan terhadap kandungan kapsaisin cabai rawit Rata-rata kandungan kapsaisin Lama (mg kapsaisin/kg) penyimpanan Suhu 5 o C Suhu 27 o C (dingin) (ruang) 0 hari 685.10a 685.10a 2 hari 528.11bc 513.23bc 4 hari 447.47cd 428.49cd 6 hari 388.81de 421.71de 8 hari 384.40e 390.55e Lama penyimpanan 0 hari berbeda nyata pengaruhnya dengan lama penyimpanan 2 hari, sedangkan lama penyimpanan 2 hari tidak berbeda nyata dengan lama penyimpanan 4 hari. Hal ini juga terjadi pada perlakuan lama penyimpanan 6 hari dan 8 hari. Semakin lama umur penyimpanan maka kandungan kapsaisin dalam cabai rawit juga akan semakin turun. kandungan kapsaisin yang semakin menurun setiap harinya disebabkan karena kerja enzim yang mempercepat metabolisme pada cabai rawit. Hal inilah yang dapat mempengaruhi tinggkat kepedasan pada cabai rawit. Gambar 3. Rata rata pengaruh penyimpanan terhadap kapsaisin cabai rawit. Rata-rata kandungan kapsaisin menunjukkan untuk cabai yang tidak dibungkus pada suhu dingin (5 o C) dengan lama 2 hari dan 4 hari mempunyai nilai ratarata 480.507 mg/kg dan 424.167 mg/kg, Pada lama penyimpanan 6 hari dan 8 hari nilainya semakin menurun yaitu 352.047 mg/kg dan 350.817 mg/kg. Sedangkan pada cabai rawit yang dibungkus dengan lama penyimpanan penyimpanan 2 hari mempunyai kandungan kapsaisin paling tinggi dengan nilai rata rata 575.727 mg/kg. Sedangkan pada lama penyimpanan 4, 6 dan 8 hari dengan dibungkus nilainya semakin menurun dengan nilai rata rata 470.783 mg/kg, 426.813 mg/kg, dan 416.757 mg/kg. Sedangkan rata-rata nilai kandungan kapasaisin pada suhu ruang (27 o C) untuk cabai rawit yang tidak dibungkus pada lama penyimpanan 2 hari yaitu 467.59 mg/kg. Untuk lama penyimpanan 4, 6, dan 8 hari yang mengalami penurunan nilai rata-rata 7

yaitu 422.47 mg/kg, 406.88 mg/kg dan 392.30 mg/kg. Sedangkan untuk cabai rawit yang dibungkus plastik dengan lama penyimpanan 2 hari nilai rata-rata tertinggi yaitu 558.87 mg/kg. Pada lama penyimpanan 4, 6, dan 8 hari memiliki nilai rata-rata kandungan kapsaisin yang menurun yaitu 434.52 mg/kg, 436.54 mg/kg dan 388.81 mg/kg. Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa perlakuan dibungkus (dikemas) dapat mempertahankan kapsaisin dari cabai rawit. Dalam penelitian ini kapsaisin yang bisa dipertahankan adalah pada lama penyimpanan 2 hari dengan dibungkus plastik dengan suhu dingin (5 o C). Hal ini disebabkan karena suhu yang dingin dapat meminimalisir kerja enzim sehingga metabolisme dalam cabai rawit juga terhambat, sehingga kandungan kapsaisin tetap bertahan. Pada perlakuan suhu ruang (27 o C) kandungan kapsaisin yang semakin menurun setiap harinya karena kerja enzim yang mempercepat metabolisme cabai rawit sehingga kandungan kapsaisin dalam cabai menurun. inilah yang dapat mempengaruhi tinggkat kepedasan pada cabai rawit. Suhu penyimpanan terlihat berpengaruh baik terhadap kadar kapsaisin cabai rawit selama penyimpanan. Cabai yang disimpan pada suhu 5 o C memiliki kadar Kapsaisin yang lebih tinggi dibandingkan cabai yang disimpan pada suhu 27 o C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dingin mampu memperlambat terjadinya penurunan kadar kapsaisin cabai rawit selama penyimpanan. Selain penggunaan suhu, pengemasan juga terlihat berpengaruh baik terhadap kadar kapsaisin cabai selama penyimpanan. Penurunan kadar kapsaisin cabai rawit menurun selama penyimpanan kemungkinan disebabkan oleh aktifitas enzim peroksidase (Padilla dan Yahia 1998). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh perlakuan terhadap vitamin C, kadar air dan kandungan kapsaisin cabai rawit Capsicum frutencens L var. Cengek. Perlakuan penyimpanan terbaik pada penelitian diatas adalah pada suhu dingin (5 o c) dan dibungkus plastik, hal ini disebabkan karena suhu yang dingin dapat meminimalisir kerja enzim sehingga metabolisme dalam cabai rawit juga terhambat sedangkan untuk lama penyimpanan yang baik yaitu selama 2 hari, karena semakin lama penyimpanan maka kandungan dalam cabai rawit akan semakin menurun. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Martoredjo, T. 2009. Ilmu Penyakit Pascapanen Jakarta. Bumi aksara. Padilla MC, Yahia EM. 1998. Changes in capsaicinoids during development, Maturation, and senescence of chile peppers and relation with peroxidase activity. J. Agric. Food Chem. 46(6):2075-2079. Prajnanta, F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida Jakarta. Penebar Swadaya. Sudarmadji, S. Bambang,H. Suhardi, 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta. Edisi Empat Cet I. Liberti. Sudarmaji S, Haryono B, Suhardi. 2007.Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta (ID). Utama, I. 2005. Pengendalian organisme pengganggu produk holtikultura dalam mendukung GAP, Denpasar. Universitas Udayana. 8