Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

dokumen-dokumen yang mirip
Effects of Leaching on Nutrient Composition of Talang Benih Duck Meat Ball. Olfa Mega

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

) FLOUR AS A SUBSTITUTION OF TAPIOCA FLOUR ON WATER CONTENT, WATER HOLDING CAPACITY, ELASTICITY, AND SHEAR FORCE OF BEEF MEATBALL

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

METODE. Waktu dan Tempat

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

PENAMBAHAN ASAM SITRAT PADA PEMBUATAN TEPUNG PUTIH TELUR ITIK TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK ANGEL FOOD CAKE SKRIPSI

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH LAMA SCALDING DALAM LILIN PANAS TERHADAP KUALITAS KARKAS, KADAR LEMAK DAN SUSUT MASAK DAGING ITIK

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2014, bertempat di

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM DENGAN PENAMBAHAN JUS WORTEL (Daucus carotal.)

SKRIPSI SUBSTITUSI BAHAN TAMBAHAN TEPUNG DENGAN GELATIN SAPI TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BAKSO ITIK AFKIR

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Sifat-sifat Organoleptik Nikumi Kuda dan Sapi pada Beberapa Frekuensi Pencucian (Leaching)

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Analisis Data

KOMPOSISI KIMIA DAGING DAN KULIT PAHA ITIK LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG TEPUNG DAUN BELUNTAS(Plucea indica. L) PADA TARAF BERBEDA

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

KUALITAS SENSORIK DAN HEDONIK BAKSO KELINCI PRARIGOR DAN PASCARIGOR DENGAN PENAMBAHAN KOMBINASI TEPUNG KANJI DAN TEPUNG SAGU PADA LEVEL YANG BERBEDA

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP KADAR AIR, ph, TOTAL KOLONI BAKTERI DAN MASA SIMPAN BAKSO ITIK AFKIR SKRIPSI.

EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT

Effect of Suppliying Extracts (Ananas Cosumus) as Drinking Water on Meat Quality of Culled Layers. Yosi Fenita, Olfa Mega Dan Eva Daniati.

PENGARUH LAMA PENGGILINGAN DAGING KELINCI TERHADAP KEEMPUKAN, KADAR AIR DAN KESUKAAN ROLADE

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP DAGING DADA AYAM PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RESPON PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KOLESTEROL ITIK LOKAL SKRIPSI ALFIAN PUTRA DHIMAR NUGRAHA

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

THE EFFECT OF DIFFERENT FROZEN STORAGE TIME ON THE CHEMICAL QUALITY OF BEEF

PENGARUH PERBEDAAN JENIS OTOT DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP BIOLOGICAL VALUE DAGING SAPI BALI

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

SKRIPSI. SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNGBIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)terhadap KUALITAS KIMIA NUGGET DAGING AYAM

PENGARUH JUMLAH WORTEL DAN LAMA PENGUKUSAN TERHADAP MUTU NUGGET

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PRESTO IKAN SEPAT SIAM (TRICHOGASTER PECTORALIS)

SKRIPSI SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNG BIJI NANGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Kata Kunci : Nugget, Uji Organoleptik.

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

Kata Kunci: Sosis lele, tepung mocaf

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP BAKSO DAGING SAPI YANG DIFORMALIN SECARA VISUAL, ORGANOLEPTIK, KIMIAWI, DAN FISIK

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM TRIPOLIFOSFAT DENGAN CAMPURAN TEPUNG TAPIOKA DAN TEPUNG SAGU TERHADAP MUTU BAKSO SAPI

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG


EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

MATERI DAN METODE PENELITIAN

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG GILING AYAM PETELUR AFKIR BAGIAN DADA SKRIPSI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

DAMPAK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN DAN KOMPOSISI KARKAS ITIK LOKAL JANTAN

PENGARUH JENIS DAGING DAN TINGKAT PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BAKSO

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

KOMPOSISI KIMIA, SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BAKSO DAGING KAMBING DENGAN BAHAN PENGENYAL YANG BERBEDA

PEMANFAATAN TEPUNG DAGING TULANG LEHER AYAM PEDAGING PADA PEMBUATAN MAKANAN RINGAN (SNACK) UNTUK MENINGKATKAN NILAI GIZI SKRIPSI SENDY ARINAHATIEN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

Transkripsi:

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso Effect of Manila Duck Meat and Cassava Powder on Chemical Composition and Organoleptic Properties of Meat Ball Olfa Mega, Desia Kaharuddin, Kususiyah, dan Yosi Fenita Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu. Telp. (0736) 2170 pst.219. ABSTRACT The research was conducted to study effect of Manila duck meat and cassava powder on chemical composition and organoleptic properties of meat ball. Five treatments were allotted to a completely randomized design with twenty two replications. The treatmens were P0; 60% beef meat + 40% cassava powder (CP) as control, P1; 85% Manila duck meat (MM) + 15% CP; P2 75% MM+25% CP, P3; 65% MM + 35% CP and P4; 55%MM + 45%CP). The results showed that level of Manila duck meat didn t affect moisture and protein of meat ball. The average moisture and protein contents were 60,34% and 10,19% respectively. The treatments of level MM and CP affected fat content (P<0,05). Fat content of P1 was higher (2,83%) from P2 (1,235), P3 (1,19) and P4 (1,17%). Fat content P0 (control) was significant lower from others. Organoleptic properties (tenderness, odor, color and taste) were not affected by treatments significantly. Key words: Duck meat, cassava powder, chemical composition, organoleptic, meat ball. ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa level daging itik Manila dan tepung sagu terhadap komposisi kimia dan sifat organoleptik bakso. Rancangan yang digunakan ádalah rancangan acak lengkap terdiri dari 5 perlakuan dan 22 ulangan. Perlakuannya ádalah P0 = 60 % daging sapi dan 40% tepung sagu (kontrol), P1 = 85% daging itik 15% tepung sagu, P2 = 75% daging itik 25% tepung sagu, P3 = 65% daging itik 35% tepung sagu dan P4 = 55% daging itik 45% tepung sagu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar air dan kadar protein bakso tetapi nyata (P<0.05) mempengaruhi kadar lemak bakso. Nilai rataan dari kadar air dan protein adalah 60,34% dan 10,19%. Kadar lemak P1 nyata lebih tinggi (2,83%) dibanding P2 (1,23%), P3 (1,19%) dan P4 (1,17%). Kadar lemak bakso kontrol (P0) yang menggunakan daging sapi 60% nyata lebih rendah dibanding bakso yang menggunakan daging itik Manila pada semua level. Tidak ada perbedaan sifat organoleptik (keempukan, bau, warna dan rasa) bakso daging itik manila dengan beberapa kombinasi level daging dan tepung sagu. Kata Kunci: Daging itik, tepung sagu, komposisi kimia, organoleptik, bakso PENDAHULUAN Dalam upaya pemenuhan dan perbaikan gizi masyarakat melalui konsumsi protein hewani, maka perlu pemanfataan sumber daya lokal yang optimal. Salah satu sumber daya lokal yang ketersediaannya cukup luas tetapi belum termanfaatkan dengan baik ádalah daging unggas air (itik dan entok). Hal ini tidak terlepas dari karakteristik daging unggas air yang mempunyai bau lebih amis (off flavor) dibanding ayam. Selain itu unggas air dengan warna daging yang merah juga membuat penampilannya kurang menarik dibanding dengan warna daging ayam yang putih (Sudjanah, 1998 ; Lindawati,1998). Untuk meningkatkan nilai tambah daging itik dapat diupayakan dengan teknik dan variasi pengolahan yang kiranya dapat Pengaruh beberapa level daging itik manila dan tepung sagu 30

mengurangi off flavor sehingga dapat meningkatkan selera konsumen. Bakso adalah jenis makanan yang hampir disukai semua orang. Umumnya daging yang digunakan untuk pembuatan bakso adalah daging sapi, ayam dan ikan. Daging unggas air (itik atau entog) sampai saat ini belum digunakan sebagai bahan pembuat bakso, oleh karena itu dipandang perlu dilakukan penelitian tentang bakso daging unggas air ini. Itik manila (entog) merupakan unggas air yang banyak tersedia di Bengkulu. Selama ini entog masih dimanfaatkan sebagai penghasil telur dan sebagai sarana pengeram telur itik dan ayam, padahal entog dapat dimanfaatkan sebagai unggas penghasil daging. Persentase karkas itik manila dengan berat hidup 3,75 kg adalah 62,6% (Leglereg dan de Varville, 1985 dalam Srigandono, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kimia dan organoleptik pada beberapa level daging itik ISSN 1978 3000 manila dan tepung sagu sebagai ekstender dalam pembuatan bakso. BAHAN DAN METODE Itik manila sebanyak 15 ekor, tepung sagu, garam, air es dan bumbu (merica, bawang putih dan garam). Alat yang digunakan terdiri dari blender, meat mincer, panci, kompor, plastik, pisau dan perlengkapan untuk uji organoleptik. Sebelum dipotong itik dipuasakan selama 24 jam, untuk memudahkan pencabutan bulu, itik direndam terlebih dahulu dalam air hangat dengan suhu 47 63 o C selama 3 menit. Daging bagian dada dan paha dipisahkan dari tulang untuk digunakan sebagai bahan pembuat bakso. Pembuatan bakso Daging yang telah digiling dicampur dengan tepung sagu dan bumbu (merica, bawang putih dan garam) serta air es. Daging Digiling dengan meat mincer Air es, tepung sagu, bumbu (merica, bawang putih dan garam) Dicampur Dicetak/dibentuk bulat -bulat Rebus dalam air mendidih Gambar 1. Alur Pembuatan Bakso Penelitian Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 3, No 1, Januari Juni 2009 31

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 22 ulangan. Adapun perlakuannya adalah sebagai berikut : P0 = 60 persen daging sapi dan 40% tepung sagu (kontrol) P1 = 85% daging itik 15% tepung sagu P2 = 75% daging itik 25% tepung sagu P3 = 65% daging itik 35% tepung sagu P4 = 55% daging itik 45% tepung sagu Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak dan sifat organoleptik berupa warna, bau, rasa dan keempukan dengan skor 1 sampai 5, melibatkan 22 panelis semi terlatih (Soekarto dan Hubies, 1993). Deskripsi untuk masingmasing atribut adalah : keempukan skor 1 (tidak empuk ) sampai 5 (sangat empuk), bau skor 1 (tidak amis) sampai 5 (sangat amis), warna skor 1 (merah pucat) sampai 5 (sangat merah) dan rasa skor 1(tidak enak) sampai 5 (sangat enak). Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis ragam jika terdapat perbedaan nyata diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (Steel dan Torrie, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan komposisi kimia bakso ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan kadar air, kadar protein dan kadar lemak bakso Perlakuan Variabel Kadar Air (%) Kadar Protein (%) Kadar Lemak (%) 60%DS:40%TS(kontrol) 57,44 12,35 0,08 c 85%DI:15%TS 67,98 11,73 2,86 a 75%DI:25%TS 62,38 10,05 1,23 b 65%DI:35%TS 58,70 8,94 1,19 b 55%DI:45%TS 55,19 7,88 1,17 b Rataan 60,34 10,19 1,31 Keterangan : DS =daging sapi, DI=daging itik, TS = tepung sagu Kadar Air Air merupakan komponen terbesar pada bakso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan komposisi daging dengan tepung sagu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar air bakso. Tabel 1 memperlihatkan bahwa kadar air bakso berkisar antara 55,19 persen sampai 67,98 persen. Kadar air tertinggi terdapat pada bakso itik dengan level daging 85 persen dan tepung sagu 15 persen, sedangkan kadar air terendah pada penggunaan daging 55 persen dan sagu 45 persen. Kadar air cenderung menurun dengan menurunnya level daging dalam bakso. Penurunan ini disebabkan oleh kadar air tepung sagu sebagai pengganti sebagian daging itik lebih kecil dari kadar air daging itik. Kadar air daging itik adalah % sedangkan kadar air tepung sagu 13,7% (Djoefrie, 1999). Kadar Protein (P>0,05) terhadap kadar protein bakso. Namun demikian kadar protein bakso dengan menggunakan daging sapi lebih tinggi dibanding bakso dari daging itik, hal ini karena kadar protein daging sapi lebih tinggi dari daging itik. Kadar protein bakso dengan menggunakan daging itik menurun seiring dengan menurunnya level daging itik dalam bakso. Hal ini karena rendahnya kandungan protein tepung sagu sebagai substitusi sebagian daging itik lebih rendah dari kandungan protein daging itik. Menurut Djoefrie (1999) kandungan protein tepung sagu adalah 0,7%, sedangkan kandungan protein daging itik manila (entog) 18,29% (Damayanti, 2006). Kadar Lemak Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa level daging dalam bakso berpengaruh nyata Pengaruh beberapa level daging itik manila dan tepung sagu 32

(P<0,05) terhadap kadar lemak bakso. Kadar lemak bakso itik pada semua level penggunaan daging itik nyata lebih tinggi dibanding dengan bakso daging sapi, hal ini disebabkan karena kadar lemak daging itik (15,81 %) lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi (14%). Semakin rendah level daging itik dalam bakso, kadar lemak bakso juga semakin rendah karena kadar lemak tepung sagu sebagai pengganti daging itik lebih rendah yaitu 0,2% (Djoefrie, 1999) sedangkan kadar lemak daging itik ISSN 1978 3000 3,47% (Damayanti, 2006 ). Kadar lemak bakso daging itik pada penelitian ini jauh lebih rendah (1,17% sampai 2,85%) dibanding kadar lemak bakso daging kuda (2,66-17,3%) (Rumindah dan Suryanto, 2002). Karakteristik organoleptik Rataan karakteristik organoleptik bakso ditampilkan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Rataan skor uji organoleptik bakso Perlakuan Keempukan Bau Warna Rasa P0 2,81 3,31 3,54 3,0 P1 3,77 3,37 2,86 3,41 P2 3,50 3,36 3,18 3,41 P3 3,45 3,50 3,27 3,23 P4 3,09 3,77 3,50 3,09 Keempukan (P>0,05) terhadap keempukan bakso. Jika dilihat dari rataan skor nilai keempukan bakso daging itik pada semua level lebih tinggi (lebih empuk) dibanding bakso daging sapi (P0). Nilai keempukan bakso daging itik berkurang dengan menurunnya level daging dalam bakso. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya level tepung sagu. Bau (P>0,05) terhadap bau bakso. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun daging itik yang selama ini tidak memasyarakat karena baunya yang anyir (off flavor), setelah diolah menjadi bakso dapat diterima oleh konsumen seperti halnya bakso daging sapi. Menurut Hustiany (2001) disitasi Rukmiasih, et al (2006) sebagian besar off flavor pada daging itik hasil proses oksidasi lipid. Daging itik manila tidak begitu amis dibanding itik petelur (Anonim, 2007) sehingga produk bakso yang dihasilkannya dapat diterima dengan baik seperti halnya bakso daging sapi. Dari Tabel 2 terlihat bau bakso tidak jauh berbeda antara bakso daging sapi (skor 3,31) dengan bakso daging itik (skor 3,37 3,77). Skor bakso daging itik sedikit lebih tinggi dibanding bakso daging sapi artinya bakso daging itik sedikit lebih amis dibanding bakso daging sapi. Bau amis cenderung menurun dengan meningkatnya level tepung sagu. Warna merupakan sifat visual yang penting dalam produk pangan. Jika warna produk pangan tidak menarik konsumen kurang berminat untuk memperhatikan sifat yang lain seperti flavor, tekstur atau sifat lainnya. Hasil analisis ragam menunjukkan level daging dalam bakso tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna bakso. Namun demikian skor warna bakso daging sapi lebih tinggi (3,54) dibanding warna bakso daging itik pada semua level yaitu berkisar antara 2,86 3,5. Warna bakso dari daging itik cenderung lebih gelap dibanding warna bakso daging sapi. Semakin tinggi level daging itik menyebabkan nilai warna bakso semakin tidak disukai karena berwarna lebih gelap. Rasa Rasa merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan. Respon panelis terhadap rasa bakso daging itik tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan daging sapi, level daging itik dalam bakso juga tidak berpengaruh terhadap rasa bakso. Namun demikian skor rasa bakso daging sapi (3,0) lebih rendah dari daging itik (3,09 3,41). Penggunaan daging itik 85 persen (P1) dan 75 persen (P2) cenderung lebih disukai. SIMPULAN Kadar air dan protein bakso tidak dipengaruhi oleh level daging itik dalam bakso Warna tetapi kadar lemak bakso dengan menggunakan daging itik manila {2,86(P1), 1,23(P2),1,19(P3)} dan Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 3, No 1, Januari Juni 2009 33

1,17(P4) lebih tinggi dibanding bakso daging sapi {0,08(P0)}. Semakin rendah level daging itik kandungan lemak cenderung menurun. Tidak terdapat perbedaan terhadap karakteristik organoleptik (warna, bau, rasa dan keempukan) dengan adanya perbedaan level daging dalam bakso. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Mentok Peliharaan. http://id.wikipedia.org/wiki. 13 Maret 2007 Damayanti, A.P. 2006. Kandungan protein, lemak daging dan kulit itik, entog dan mandalung umur 8 minggu. Agroland 13 (3). Djoefrie, M. H. B. 1999. Pemberdayaan Tanaman Sagu Sebagai penghasil Bahan Pangan Alternatif dan Bahan Baku Agroindustri yang Potensial dalam Rangka Ketahanan Pangan nasional. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekarto, S.T. dan M. Hubeis. 1993. Metodologi Penelitian Organoleptik. Program Studi Ilmu Pangan. Bogor. Institusi Pertanian Bogor. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada Univ Press, Yogyakarta.. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Jakarta. Gramedia. Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Rukmiasih, A. Sardiana, Sumiati dan Hernomoadi. 2006. Upaya menurunkan penyebab off flavor pada daging itik melalui pemberian tepung daun beluntas (. L. LESS) dalam pakan. Abstrak Penelitian. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rumindah, M.A dan E. Suryanto. 2002. Chemical composition, ph and organoleptical Quality of horse meatball made of different filler ratio and kind of muscle. Proceedings the 3 rd International Seminar on Tropical Animal Production, Yogyakarta. Pengaruh beberapa level daging itik manila dan tepung sagu 34