MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI KEGIATAN GERAK DAN LAGU DI KELOMPOK A TK ABA LAMBARA TAWAELI

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK AL-HIDAYAH TALISE PALU UTARA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

MENINGKATKAN DISIPLIN ANAK DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK SION TATURA PALU

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL WARNA MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DI KELOMPOK A TK PERTIWI DONGGALA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT BALAMOA

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT MAKU KEC. DOLO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode Kerja Kelompok pada Kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Toboli

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI SINGING GAME DI KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA DONGGALA

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR DI KELOMPOK B TK PGRI TARIPA

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU

MENINGKATKAN PEMAHAMAN ANAK MENGENAL KONSEP WAKTU MELALUI METODE TANYA JAWAB DI KELOMPOK B TK AL-HIDAYAH TALISE

HUBUNGAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) DENGAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK A TK MELATI TONDO KECAMATAN MANTIKULORE

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENIRU GARIS PADA ANAK KELAS A TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN PERILAKU MORAL ANAK MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT I KALEKE KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT BERMAIN BALOK PADA KELOMPOK B DI TK KEMBANG JAYA OMU

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DI KELOMPOK A TK PERTIWI DONGGALA

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK PKK KAVAYA MARANA KEC. SINDUE

Disusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU ABSTRAK

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT PAKULI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

PENINGKATAN KREATIVITAS MEWARNAI GAMBAR MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B1 TK NEGERI PEMBINA PALU UTARA

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B PAUD PERMATA HATI POMBEWE KABUPATEN SIGI ABSTRAK

PENGARUH KEGIATANMEWARNAI GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B2 TK BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH III PALU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK KARYA THAYYIBAH MATANA

Ni Luh Gede Sudewiyani 1 ABSTRAK

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak Kelompok A di TK Dharma Bhakti Kepuhrejo Kudu Jombang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN PENERAPAN NILAI AGAMA DAN MORAL MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH NUPABOMBA KABUPATEN DONGGALA NURLAELA 1

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL ANGKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK GENERASI BANGSA PALOLO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ANAK PADA TEMA PEKERJAAN MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK AL AMIN WANI II

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS DAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN ORIGAMI PADA ANAK KELOMPOK B BA AISYIYAH NGALAS II

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

MENINGKATKAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA ANAK MELALUI PEMBIASAAN BERDOA DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT TOAYA

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK BUNGAMPUTI

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERCOBAAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B2 TK GAMALIEL PALU

PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN KREATIVITAS SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) PADA ANAK TK AL-KHAIRAAT BOBO KECAMATAN DOLO BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PGPAUD OLEH :

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK AL-KHAIRAAT LOLU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI MEDIA GAMBAR PADA KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TATURA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR KONGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT SUMARI

MENINGKATKAN NILAI AGAMA PADA ANAK MELALUI METODE TANYA JAWAB DI KELOMPOK B TK PERTIWI DONGGALA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK B TK DHARMAWANITA LABUAN PANIMBA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK B TK ANATA PURA PETIMBE

PENGARUH KEGIATAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK PERMATAKU DESA LENJU KECAMATAN SOJOL UTARA KABUPATEN DONGGALA.

ARTIKEL PENELITIAN. Disusun Oleh : INA SALAMAH NPM :

NAMA : ELNI NIM : :

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK DAWUNGAN I MASARAN SRAGEN

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

PENGARUH PERMAINAN MODIFIKASI BOLA BASKET TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL CIPTAAN TUHAN MELALUI METODE TANYA JAWAB DI KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL TOBOLI

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT TOAYA

DEMA YULIANTO, TITIS AWALIA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI TK SIS ALJUFRI 1 TATURA PALU

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA DONGGALA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK AL QUBA MEDAN.

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B TK GPID 2 PALU SELATAN

Keywords: fine motor skill, trace, first grader

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Metode Demonstrasi dengan Corrugated Paper Peserta Didik Kelompok B RA Permata Hati Jebres Surakarta

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN Muhima Talfiana Ningrum 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah sebagian anak kurang mampu atau kurang terampil dalam kegiatan yang menggunakan motorik halus. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Subyek penelitian ini melibatkan 15 anak, terdiri dari 9 anak perempuan dan 6 anak laki-laki yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Data yang dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, dan pemberian tugas, selanjutnya diolah secara deskriptif. Data yang diperoleh pada pra tindakan, kemampuan motorik halus dalam kecepatan kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) 6,66%, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 13,33%, Mulai Berkembang (MB) 20%, dan Belum Berkembang (BB) 60%. Kemampuan motorik halus dalam kelenturan kategori BSB 13,33%, BSH 13,33%, MB 20%, dan BB 53,33%. Kemampuan motorik halus dalam ketepatan kategori BSB 13,33%, BSH 13,33%, MB 26,66%, dan BB 46,66%. Setelah dilakukan kegiatan menganyam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, terbukti ada peningkatan tindakan siklus I ke tindakan siklus II. Kemampuan motorik halus dalam kecepatan kategori BSB, BSH, MB dari 66,65% menjadi 93,32%. Kemampuan motorik halus dalam kelenturan kategori BSB, BSH, dan MB dari 59,99% menjadi 86,66%. Kemampuan motorik halus dalam ketepatan kategori BSB, BSH, dan MB dari 73,33% menjadi 86,66%. Secara umum, peningkatan rata-rata dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II, yaitu 22,22% kategori BSB, BSH, dan MB. Walaupun masih ada yang belum meningkat kemampuannya 11,10% atau kategori BB. Kata Kunci : Kegiatan Menganyam, Kemampuan Motorik Halus PENDAHULUAN Pendidikan untuk anak usia dini dilakukan dengan kegiatan bermain karena bermain merupakan dunia bagi anak yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan, serta dapat mengembangkan sebagian besar potensi dalam dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan sel syaraf pada anak akan mempengaruhi kinerja otaknya yang akan berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan anak, misalnya pertumbuhan dan perkembangan kemampuan motorik halus anak. Perkembangan motorik pada anak usia dini akan berkembang secara optimal jika mendapatkan stimulasi yang tepat. 1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, No. Stambuk: A 451 11 100. 1

Kemampuan motorik halus anak merupakan sesuatu yang sangat penting guna mempersiapkan dirinya untuk jenjang pendidikan yang selanjutnya. Kemampuan motorik halus ini dapat dirangsang dengan memberikan stimulus-stimulus dalam bentuk kegiatan bermain, seperti melipat kertas, menganyam, meniru garis lurus, membuat bentuk dengan plastisin, koran bekas, dan sebagainya. Kemampuan motorik halus banyak menggunakan keterampilan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Berdasarkan kenyataan dan pengalaman peneliti di kelompok B TK ABA II Pantoloan, ditemui sebagian anak yang kurang mampu atau kurang terampil dalam kegiatan yang menggunakan motorik halus. Misalnya dalam kegiatan melipat dan menggunting, anak belum mampu melakukannya dengan maksimal karena kemampuan anak dalam menggerakkan jari-jarinya belum berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak, yaitu melalui kegiatan menganyam. Menganyam merupakan proses menjaringkan atau menyilangkan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan. Bahan tumbuh-tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi, rotan, akar, bilah, pandan, mengkuang, dan beberapa bahan tumbuhan lain yang mudah dikeringkan dan lembut. Melalui kegiatan menganyam, anak diharapkan mampu memegang dan memanipulasi benda-benda, serta memiliki kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan. Menurut Lindya (2008:6), Kemampuan motorik halus, yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Selanjutnya, Olvista (2010:5) mengungkapkan Kemampuan motorik halus adalah kemampuan mengkoordinasi gerakan otot kecil dari anggota tubuh. Keterampilan motorik halus banyak melibatkan jari tangan, dan biasanya dengan koordinasi mata. Contoh keterampilan motorik halus adalah memegang, menulis, menggunting, menyobek kertas dan menjiplak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:3) mendefinisikan Menganyam adalah mengatur (bilah, daun pandan, dan sebagainya) tindih-menindih dan silang-menyilang (seperti membuat tikar, bakul). Helda Marlina (2015:3) mengungkapkan Anyaman merupakan proses menyilangkan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu kumpulan yang kuat dan boleh digunakan. Sedangkan, Arifur Rohman (2012:8) 2

mengungkapkan Menganyam adalah salah satu seni tradisi tertua di dunia. Konon kegiatan itu ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting-ranting menjadi bentuk yang kuat. Arifur Rohman (2012:12) mengungkapkan Perkembangan ide kreatif yang didorong oleh semakin beragamnya kebutuhan, para pengrajin melakukan berbagai inovasi dalam produk anyamannya. Adapun jenis anyaman dalam penelitian ini berupa anyaman datar. Sedangkan, produk anyaman yang dihasilkan berbentuk seperti tikar. Oleh karena itu, penggunaan kegiatan menganyam dalam kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Untuk itu, guru diharapkan mampu merancang pembelajaran dengan menggunakan kegiatan menganyam sehingga motorik halus anak menjadi lebih lentur dan luwes. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara bersiklus. Rancangan penelitian ini mengacu pada modifikasi yang dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart dalam Depdiknas (2005:6). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Keterangan 0 : pra tindakan 1 : Rencana 2 : Pelaksanaan 3 : Observasi 4 : Refleksi 5 : Rencana 6 : Pelaksanaan 7 : Observasi 8 : Refleksi A. : Siklus 1 B. : Siklus 2 Gambar 1. Alur Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart dalam Depdiknas (2005:6) Subjek dan setting penelitian adalah seluruh anak Kelompok B TK ABA II Pantoloan yang berjumlah 15 anak. Adapun cara pengumpulan data ada tiga (3), yaitu: observasi, dokumentasi, dan pemberian tugas. Setelah semua data terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis kembali dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase (%) sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Anas Sudjiono (2012:43), sebagai berikut: 3

Keterangan : P = Angka persentase f = Jumlah anak yang menjawab setiap alternatif jawaban N = Jumlah anak HASIL PENELITIAN 1. Pra Tindakan Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Kemampuan Motorik Halus yang Diamati Kategori Kecepatan Kelenturan Ketepatan % F % F % F % Berkembang Sangat Baik (BSB) 1 6,66 2 13,33 2 13,33 11,10 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 13,33 2 13,33 2 13,33 13,33 Mulai Berkembang (MB) 3 20 3 20 4 26,66 22,22 Belum Berkembang (BB) 9 60 8 53,33 7 46,66 53,33 Jumlah 15 100 15 100 15 100 100 Berdasarkan tabel 1, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati, terdapat 11,10% dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 13,33% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 22,22% dalam kategori Mulai Berkembang, dan 53,33% dalam kategori Belum Berkembang. Setelah melihat hasil pra tindakan ini, hanya sedikit anak yang memiliki kemampuan motorik halus yang baik, karena masih banyak anak yang belum memiliki kemampuan yang dinilai dalam aspek kecepatan, kelenturan, dan ketepatan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam. 2. Tindakan Siklus I Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I Kemampuan Motorik Halus yang Diamati Kategori Kecepatan Kelenturan Ketepatan % F % F % F % Berkembang Sangat Baik (BSB) 7 46,66 6 40 6 40 42,22 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 13,33 1 6,66 3 20 13,33 Mulai Berkembang (MB) 1 6,66 2 13,33 2 13,33 11,10 Belum Berkembang (BB) 5 33,33 6 40 4 26,66 33,33 Jumlah 15 100 15 100 15 100 100 4

Berdasarkan tabel 2, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati tersebut, terdapat 42,22% dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 13,33% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 11,10% dalam kategori Mulai Berkembang, dan 33,33% dalam kategori Belum Berkembang. Setelah melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan motorik halus anak yang dinilai dalam kecepatan, kelenturan, dan ketepatan belum mencapai persentase keberhasilan yang diharapkan peneliti. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan perbaikan tindakan pada siklus II. Tabel 3 Refleksi Siklus I No Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi Kemampuan anak dalam Kegiatan menganyam kecepatan, kelenturan, dan masih sulit dimengerti 1 ketepatan masih belum anak berkembang maksimal 2 3 4 Anak masih cenderung senang bermain dengan teman di sebelahnya Masih ada anak yang kurang perhatian terhadap penjelasan guru Belum semua anak mengikuti kegiatan menganyam Partisipasi anak dalam pembelajaran masih kurang Kegiatan menganyam yang digunakan belum maksimal Beberapa anak dalam keadaan kurang sehat 5 Sebaiknya diberikan contoh anyaman yang mudah dipahami oleh anak didik Guru/peneliti memberikan motivasi kepada anak agar dapat memperhatikan cara menganyam dengan baik Guru merancang kegiatan menganyam yang sederhana bagi anak Guru memberikan kesempatan pada anak tersebut membuat anyaman jika sudah sehat Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa masih banyak anak yang belum mampu menggerakkan jari-jemarinya dengan baik sehingga ketika kegiatan menganyam dilakukan, gerakan tangan anak terlihat masih kaku. Melihat hal tersebut, maka peneliti dengan teman sejawat melakukan perbaikan pada tindakan siklus II dengan membuat anyaman dengan model yang berbeda agar kemampuan motorik halus anak berkembang sesuai yang diharapkan. 3. Tindakan Siklus II Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II Kemampuan Motorik Halus yang Diamati Kategori Kecepatan Kelenturan Ketepatan % F % F % F % Berkembang Sangat Baik (BSB) 10 66,66 8 53,33 9 60 59,99 Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 13,33 3 20 3 20 17,77 Mulai Berkembang (MB) 2 13,33 2 13,33 1 6,66 11,10 Belum Berkembang (BB) 1 6,66 2 13,33 2 13,33 11,10 Jumlah 15 100 15 100 15 100 100

Berdasarkan tabel 4, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati tersebut, terdapat 59,99% dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 17,77% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 11,10% dalam kategori Mulai Berkembang, dan 11,10% dalam kategori Belum Berkembang. Setelah melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan motorik halus yang dinilai dalam kecepatan, kelenturan, dan ketepatan telah mencapai persentase keberhasilan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan anak dalam kategori Berkembang Sangat Baik 59,99% dan dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan 17,77%. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Tabel 5 Refleksi Tindakan Siklus II No Temuan Analisis Penyebab 1 Kemampuan motorik halus anak Kemampuan guru/peneliti memberikan melalui kegiatan menganyam kegiatan menganyam sudah maksimal sudah berhasil dengan baik 2 Partisipasi anak dalam Kegiatan menganyam menarik perhatian anak pembelajaran sudah terlihat baik sehingga anak lebih semangat dalam belajar 3 Sudah banyak anak yang terlibat Kehadiran anak sudah meningkat pada saat dalam kegiatan menganyam 4 Anak sudah kelihatan aktif dan disiplin kegiatan menganyam Guru mampu mempersiapkan kegiatan motorik halus dengan baik Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa kemampuan motorik halus anak sudah mengalami peningkatan sesuai target yang diharapkan peneliti, meskipun masih ada anak yang belum meningkat kemampuannya namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi target peneliti sehingga peneliti dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya. PEMBAHASAN 1. Pra Tindakan Hampir semua aktivitas bermain anak melibatkan kemampuan motorik halus. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sumantri (2005:143), Kemampuan motorik halus anak adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari, dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Sedangkan, pendapat Santrock (2007:216), Kemampuan motorik halus anak merupakan kemampuan yang melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan halus seperti keterampilan tangan. 6

Selanjutnya, Mahendra dalam Sumantri (2005:143) mengemukakan Kemampuan motorik halus merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/ halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Yudha dan Rudyanto (2005:118) menyatakan Kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil), seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Berdasarkan data pada pra tindakan, untuk kemampuan motorik halus dalam kecepatan, terdapat 1 anak (6,66%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 2 anak (13,33%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 3 anak (20%) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 9 anak (60%) dalam kategori Belum Berkembang. Untuk kemampuan motorik halus dalam kelenturan, terdapat 2 anak (13,3%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 2 anak (13,3%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 3 anak (20%) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 8 anak (53,33%) dalam kategori Belum Berkembang. Selanjutnya, untuk kemampuan motorik halus dalam ketepatan, terdapat 2 anak (13,33%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 2 anak (13,33%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 anak (26,66%) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 7 anak (46,66%) dalam kategori Belum Berkembang. Setelah melihat hasil pra tindakan ini, anak yang berada pada kategori berkembang sangat baik memiliki kemampuan motorik halus dengan sangat baik. Hal tersebut terlihat dari semua kegiatan yang menggunakan motorik halus, anak mampu menyelesaikannya dengan baik. Anak yang berada pada kategori berkembang sesuai harapan memiliki kemampuan motorik halus yang baik, namun gerakan tangannya sedikit lambat. Sedangkan, anak yang berada pada kategori mulai berkembang, memiliki kemampuan motorik halus yang sangat lambat, ketika diberikan tugas sesekali harus dibantu guru. Selanjutnya, pada anak kategori belum berkembang, kemampuan motorik halusnya belum terlalu baik dimana gerakan jari-jemari masih terlihat kaku. Hal tersebut terlihat dari aktivitas anak yang cepat lelah ketika menggerakkan jari-jemari, kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh pola asuh orang tua yang kurang memberikan latihan pada anak untuk melakukan aktivitas yang memanfaatkan gerakan tangan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam. 7

2. Tindakan Siklus I Untuk tindakan siklus I yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan menggunakan media pembelajaran. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta kepadanya untuk berkolaborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya, peneliti bersama teman sejawat merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat pembelajaran sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus I. Selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup dengan tiga aspek yang diamati, yaitu kecepatan, kelenturan, dan ketepatan. Fokus penelitian tindakan ini adalah melalui kegiatan menganyam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Melalui kegiatan menganyam yang digunakan dalam pembelajaran, diharapkan anak menunjukkan kemampuan motorik halusnya dengan baik. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bambang Sujiono (2008:12.5), Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang tepat. Sedangkan, menurut Dini P. dan Daeng Sari (1996:72), Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak. Depdiknas (2007:1) menjelaskan Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu, gerakan di dalam motorik halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta teliti. Sedangkan, menurut Kartini Kartono (1995:83), Kemampuan motorik halus adalah ketangkasan, keterampilan, jari tangan dan pergelangan tangan serta penugasan terhadap otot-otot urat pada wajah. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Astati (1995:4), Kemampuan motorik halus adalah gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil yang membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah melalui kegiatan menganyam. Kamus Besar Bahasa Indonesia 8

(2014:3) mendefinisikan Menganyam adalah mengatur (bilah, daun pandan, dan sebagainya) tindih-menindih dan silang-menyilang (seperti membuat tikar, bakul). Sedangkan, Helda Marlina (2015:5) mengungkapkan Dalam dunia industri, biasanya anyaman dibuat dalam karya seni terapan, yaitu karya seni yang mempunyai kaitan langsung dengan kehidupan manusia, mengingat karya seni terapan mempunyai makna guna dalam keseharian manusia dan lebih menekankan fungsi gunanya tanpa meninggalkan fungsi estetisnya atau keindahannya. Sedangkan, Arifur Rohman (2012:8) mengungkapkan Menganyam bermaksud proses menjaringkan atau menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan. Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus I, untuk kemampuan motorik halus dalam kecepatan, terdapat 7 anak (46,66%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 2 anak (13,33%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 1 anak (6,66%) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 5 anak (33,33%) dalam kategori Belum Berkembang. Untuk kemampuan motorik halus dalam kelenturan, terdapat 6 anak (40%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 1 anak (6,66%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 2 anak (13,33%) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 6 anak (40%) dalam kategori Belum Berkembang. Selanjutnya, untuk kemampuan motorik halus dalam ketepatan, terdapat 6 anak (40%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 3 anak (20%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 2 anak (13,33%) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 4 anak (26,66%) dalam kategori Belum Berkembang. Adapun faktor yang menyebabkan adanya anak dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) dan Berkembang Sesuai harapan (BSH) pada siklus I, dikarenakan anak termotivasi mendengarkan penjelasan guru dan dimotivasi dengan berbagai media pembelajaran untuk melakukan suatu kegiatan, serta guru juga memberikan penghargaan berupa pujian pada anak yang melakukan suatu kegiatan yang diperintahkan guru dengan baik. Cara guru menyampaikan tujuan kegiatan dengan bahasa sederhana dan hangat sehingga menimbulkan suasana yang harmonis dalam kegiatan pembelajaran. Untuk beberapa anak yang berada dalam kategori Mulai Berkembang (MB) dikarenakan mereka masih malu-malu atau kurang memiliki keberanian dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Lingkungan di rumah anak yang tidak biasa dilatih keterampilan jari-jemarinya juga mengakibatkan kemampuan motorik halus anak menjadi rendah. Sedangkan, untuk anak yang Belum Berkembang (BB) disebabkan karena anaknya sendiri yang belum termotivasi. Selain itu, mereka juga cepat merasa bosan jika diberikan tugas. Hal ini dikarenakan mereka lebih senang bermain di luar kelas ketimbang harus mengerjakan tugas di dalam kelas. 9

Untuk itu, peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan media dan metode yang lebih banyak, serta bervariasi. Disamping itu, guru juga harus lebih memberi motivasi, dorongan serta semangat agar anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam melatih kemampuan motorik halusnya agar lebih terampil di setiap aktivitas yang akan dilakukan. 3. Tindakan Siklus II Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda, baik dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Lindya (2008:6), Kemampuan motorik halus, yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Sedangkan, Rizkianto (2010:2) mengungkapkan Kemampuan motorik halus adalah aktivitas yang membutuhkan seorang anak untuk memanipulasi dan mendapatkan kontrol atas berbagai bahan dan alat. Hal ini juga sering untuk tujuan komunikasi yang mencakup fungsional dan ekspresif, misalnya menulis nama atau pesan, memanipulasi mouse komputer, dan membuat patung. Selanjutnya, Olvista (2010:5) mengungkapkan Kemampuan motorik halus adalah kemampuan mengkoordinasi gerakan otot kecil dari anggota tubuh. Keterampilan motorik halus banyak melibatkan jari tangan, dan biasanya dengan koordinasi mata. Contoh keterampilan motorik halus adalah memegang, menulis, menggunting, menyobek kertas dan menjiplak. Lebih lanjut, Olvista (2010:5) menjelaskan Kemampuan motorik halus melibatkan kekuatan, kontrol motorik otot. Arifur Rohman (2012:8) mengungkapkan Menganyam adalah salah satu seni tradisi tertua di dunia. Konon kegiatan itu ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting-ranting menjadi bentuk yang kuat. Untuk memulai menganyam, waktu yang tepat adalah pada pagi atau malam hari dalam keadaan cuaca yang redup dan dingin. Daun-daun lebih lembut dan mudah di bentuk tanpa meninggalkan kesan-kesan pecah. Biasanya beberapa orang melakukan kegiatan menganyam secara berkelompok di halaman rumah atau beranda rumah pada waktu malam, petang, atau waktu senggang. Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus II, untuk kemampuan motorik halus dalam kecepatan, terdapat 10 anak (66,66%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 2 anak (13,33%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 2 anak (13,33%) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 1 anak (6,66%) dalam kategori Belum Berkembang. Untuk kemampuan motorik halus dalam kelenturan, terdapat 8 anak (53,33%) dalam kategori 10

Berkembang Sangat Baik, 3 anak (20%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 2 anak (13,33%) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 2 anak (13,33%) dalam kategori Belum Berkembang. Selanjutnya, untuk kemampuan motorik halus dalam ketepatan, terdapat 9 anak (60%) dalam kategori Berkembang Sangat Baik, 3 anak (20%) dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan, 1 anak (6,66) dalam kategori Mulai Berkembang, dan 2 anak (13,33%) dalam kategori Belum Berkembang. Adapun faktor yang menyebabkan adanya anak dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) dan Berkembang Sesuai harapan (BSH) pada siklus I dengan menggunakan kegiatan menganyam, yaitu karena kegiatan menganyam yang digunakan guru masih menarik minat dan perhatian anak. Selain itu, mereka juga sangat menikmati kegiatan yang diberikan guru sehingga dengan kegiatan tersebut, semakin hari motorik halus anak lebih meningkat dari sebelumnya. Saat berada di rumah, mereka juga dibiasakan untuk lebih banyak memanfaatkan aktivitas jari-jemarinya. Untuk beberapa anak yang berada dalam kategori Mulai Berkembang (MB) dikarenakan anak tersebut tidak suka dengan kegiatan yang memanfaatkan aktivitas otot-otot kecil, ia cenderung lebih suka dengan kegiatan yang menggunakan otot besar, seperti berlari, memanjat, dan melompat sehingga saat diberikan tugas, mereka hanya bermain sesuai keinginannya. Ada juga dari mereka yang jarang dilatih kemampuan dalam memanfaatkan jari-jemari waktu berada di rumah sehingga tangannya menjadi kurang lentur. Sedangkan, untuk anak yang Belum Berkembang (BB) disebabkan karena anak tersebut jarang hadir saat dilakukan penelitian sehingga ia ketinggalan materi yang diajarkan. Meskipun masih ada anak yang belum berkembang motorik halusnya. Hal ini bukan berarti gagal total, namun tetap ada peningkatan kemampuannya dan belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus berikutnya, karena anak yang belum berhasil persentasenya sangat kecil. Penelitian tindakan kelas ini, bisa dikatakan berhasil dengan baik karena telah dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak dengan meningkatnya kemampuan motorik halus anak pada beberapa aspek yang telah diamati. Oleh karena itu, pembelajaran melalui kegiatan menganyam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK ABA II Pantoloan. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian membuktikan bahwa kegiatan menganyam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK ABA II Pantoloan. Hal itu terbukti dari 11

data pra tindakan, kemampuan motorik halus dalam kecepatan kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) 6,66%, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 13,33%, Mulai Berkembang (MB) 20%, dan Belum Berkembang (BB) 60%. Kemampuan motorik halus dalam kelenturan kategori BSB 13,33%, BSH 13,33%, MB 20%, dan BB 53,33%. Kemampuan motorik halus dalam ketepatan kategori BSB 13,33%, BSH 13,33%, MB 26,66%, dan BB 46,66%. Setelah dilakukan kegiatan menganyam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, terbukti ada peningkatan tindakan siklus I ke tindakan siklus II. Kemampuan motorik halus dalam kecepatan kategori BSB, BSH, MB dari 66,65% menjadi 93,32% (26,67%). Kemampuan motorik halus dalam kelenturan kategori BSB, BSH, dan MB dari 59,99% menjadi 86,66% (26,67%). Kemampuan motorik halus dalam ketepatan kategori BSB, BSH, dan MB dari 73,33% menjadi 86,66% (13,33%). Secara umum, peningkatan rata-rata dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II, yaitu 22,22% kategori BSB, BSH, dan MB. Walaupun masih ada yang belum meningkat kemampuannya 11,10% atau kategori BB. Berdasarkan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini dapat disarankan kepada: 1. Anak didik, diharapkan kemampuan motorik halus anak dapat meningkat melalui kegiatan menganyam. Selain itu, anak juga harus lebih rajin berlatih menggunakan jarijemari tangannya agar lebih lentur sehingga mampu menghasilkan karya-karya anyaman yang lebih banyak dan bervariasi. 2. Guru, diharapkan selalu memperhatikan kegiatan menganyam dan membuat berbagai variasi yang menarik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak didik. 3. Kepala TK, hendaknya memfasilitasi guru dalam kegiatan menganyam dan kegiatan lainnya yang beragam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak didik. 4. Peneliti lain, untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam merancang penelitian yang sama atau berbeda, baik masalah, metode, teknik pengumpulan data maupun analisanya. DAFTAR PUSTAKA Astati. (1995). Pengertian Kemampuan Motorik Halus. [Online]. Tersedia: %2009111247010.pdf. [27 April 2015]. 12 bab2%20- Depdiknas. (2005). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.. (2007). Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Pengertian Menganyam. [Online]. Tersedia: http://artikata.com/arti-358131-menganyam.html. [27 April 2015].

Kartono, Kartini. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV. Mandar Maju. Lindya. (2008). Pengertian Kemampuan Motorik Halus. [Online]. Tersedia: bab2%20- %2009111247010.pdf. [27 April 2015]. Marlina, Helda. (2015). Pengertian Anyaman. [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu/7437730/pengertian_anyaman. [27 April 2015]. Olvista. (2010). Keterampilan Motorik Halus dalam Perkembangan Anak. [Online]. Tersedia: http://olvista.com/parenting/apa-itu-keterampilan-motorik-halus-fine-motor-skill-dalamperkembangan-anak/. [08 Desember 2014]. Ramadhan, Achmad, dkk. (2013). Panduan Tugas Akhir (SKRIPSI)& Artikel Penelitian. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Palu: tidak dipublikasikan. Rizkianto, Robi. (2010). Keterampilan Motorik Halus Anak TK. [Online]. Tersedia: http://ilmukeluarga.blogspot.com/2010/11/motorik-halus.html. [08 Desember 2014]. Rohman, Arifur. (2012). Pengertian Anyaman. [Online]. Tersedia: http://ariefoer.blogspot.com/2012/10/pengertian-anyaman.html. [27 April 2015]. Rudyanto & Yudha. (2005). Pengertian Kemampuan Motorik Halus. [Online]. Tersedia: bab2%20-%2009111247010.pdf. [27 April 2015]. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Sari, Daeng & Dini P. (1996). Pengertian Kemampuan Motorik Halus. [Online]. Tersedia: bab2%20-%2009111247010.pdf. [27 April 2015]. Sudjiono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Persada. Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Sujiono, Bambang. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. 13