BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 44 tahun 2009 Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masayrakat setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat. Di dalam puskesmas terdapat suatu unit

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat beragam macamnya, salah satunya ialah rumah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TABA

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang. klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

KERANGKA ACUAN PELAYANAN P0LIKLINIK UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas. Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang. Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hatta (2011), pelayanan rekam medis adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sarana pelayan kesehatan yang dapat meng-cover. berbagai masalah kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi profesional baik di bidang teknik medis maupun. dilaksanakan surat persetujuan tindakan kedokteran.

PANDUAN REKAM MEDIK PUSKESMAS KARANGLEWAS. No Dokumen :PD/C.VII/UKP/ /IV/2016 Tanggal Terbi:4 April No Revisi : -

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BONTANG PUSKESMAS BONTANG UTARA II Jl. Arif Rahman Hakim No. 40 RT. 40 Kel. Belimbing, Telp/Fax (0548) B O N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS PINKER

BAB I PENDAHULUAN. ketepatgunaan perawatan pasien di rumah sakit. tingkat dasar pada tanggal 12 juli 2014 dan sudah dilakukan kunjungan

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dikelola dengan manajemen sederhana, tetapi harus. berbagai perubahan. Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Pada saat ini kegiatan pelayanan kesehatan tidak. terlepas dari aspek hukum yang melindungi pasien dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 92 Tahun 2016 Seri E Nomor 44 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dan kedokteran gigi. Salah satu fasilitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan dan kenyamanan pasien serta masyarakat. Salah. kesehatan. Sehingga jika dari masing-masing unit sudah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan No 36 tahun 2009 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS SELOMERTO 1 Jalan Banyumas Km. 7 Telp. (0286) SELOMERTO WONOSOBO 56361

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah

Standar Akreditasi Puskesmas Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk. memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

penyimpanan, (c) mudah pengambilannya, (d) melindungi berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologi.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS SEMATANG BORANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan penyelenggara upaya kesehatan dasar. Di puskesmas, masyarakat berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka. Upaya peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Peskesmas, Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara berkesinambungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, puskesmas wajib melakukan akreditasi setiap 3 (tiga) tahun. Pengaturan Akreditasi Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas 1

2 sebagai institusi, dan meningkatkan kinerja Puskesmas dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Persetujuan tindakan medik (informed consent) merupakan salah satu kriteria dalam penilaian akreditasi puskesmas. Pasien atau keluarga pasien harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang diterima oleh pasien tersebut yaitu dengan pemberian informed consent. Petugas pelaksana tindakan harus memberikan penjelasan kepada pasien dan mendokumentasikan persetujuan tersebut sebelum pelaksanaan tindakan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, informed consent atau persetujuan tindakan adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. Puskesmas Jetis 1 Bantul sudah dilakukan penilaian akreditasi pada bulan Februari 2016 dan sebelumnya telah melakukan persiapan dan mendapat pendampingan praakreditasi sejak bulan Mei 2015 untuk persiapan puskesmas dalam memenuhi standar akreditasi. Salah satu kriteria akreditasi puskesmas tersebut yaitu kriteria 7.4.4 (Persetujuan tindakan medik diminta sebelum pelaksanaan tindakan bagi yang membutuhkan persetujuan tindakan medik). Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, pada kriteria 7.4.4 tersebut terdapat lima elemen penilaian yaitu 1) pasien atau keluarga pasien memperoleh informasi mengenai tindakan medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan dilakukan, 2) tersedia formulir persetujuan tindakan medis/pengobatan tertentu yang berisiko, 3) tersedia prosedur untuk memperoleh persetujuan tersebut, 4) pelaksanaan informed consent didokumentasikan, dan 5) dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan informed consent. Pelaksanaan Informed consent di Puskesmas Jetis 1 Bantul yang telah memenuhi lima elemen tersebut adalah informed consent di klinik gigi. Informed Consent di klinik gigi tersebut hanya untuk tindakan pencabutan gigi tetap. Informed Consent pencabutan gigi telah dilakukan evaluasi informed consent setiap bulan sedangkan pelaksanaan informed consent untuk tindakan di klinik lain Puskesmas Jetis 1 Bantul tidak dilakukan evaluasi

3 informed consent. Hal tersebut karena salah satu indikator mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas Jetis 1 Bantul adalah komunikasi efektif dalam pemberian informed consent dengan area prioritas pelayanan gigi. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Jetis 1 Bantul pada bulan Desember 2015, Kepala Puskesmas Jetis 1 Bantul menyatakan bahwa sebelum praakreditasi, klinik gigi Puskesmas Jetis 1 Bantul sudah memiliki formulir informed consent, namun pelaksanaan dalam pemberian informed consent belum dilakukan kepada seluruh pasien yang berhak memperoleh informasi dan persetujuan mengenai tindakan medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan dilakukan Pendokumentasian informed consent di klinik gigi Puskesmas Jetis 1 Bantul belum dilakukan kepada seluruh pasien cabut gigi tetap,.baik dalam hal pengisian formulir informed consent maupun penyimpanan ke dalam berkas rekam medis. Selain itu Puskesmas Jetis 1 belum memiliki SOP informed consent. Untuk memenuhi standar akreditasi Puskesmas pada kriteria 7.4.4 (Persetujuan tindakan medik diminta sebelum pelaksanaan tindakan bagi yang membutuhkan persetujuan tindakan medik), puskesmas Jetis 1 Bantul melakukan perbaikan atau revisi formulir informed consent pencabutan gigi, penyusunan SOP informed consent, dan upaya pendokumentasian informed consent kepada seluruh pasien cabut gigi tetap. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persiapan akreditasi puskesmas berdasarkan kriteria 7.4.4. terkait informed consent di Klinik Gigi Puskesmas Jetis 1 Bantul. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana persiapan akreditasi puskesmas terkait kriteria persetujuan tindakan medik (informed consent) di Klinik Gigi Puskesmas Jetis 1 Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui persiapan dokumen dan persiapan pelaksanaan informed consent di Klinik Gigi Puskesmas Jetis 1 Bantul dalam persiapan

4 akreditasi consent). 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : a. Persiapan dokumen dan persiapan pelaksanaan informed consent di consent) dilihat dari unsur manajemen men. b. Persiapan dokumen dan persiapan pelaksanaan informed consent di consent) dilihat dari unsur manajemen materials c. Persiapan dokumen dan persiapan pelaksanaan informed consent di consent) dilihat dari unsur manajemen machines d. Persiapan dokumen dan persiapan pelaksanaan informed consent di consent) dilihat dari unsur manajemen methods e. Persiapan dokumen dan persiapan pelaksanaan informed consent di consent) dilihat dari unsur manajemen money. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pihak puskesmas dalam mempersiapkan akreditasi selanjutnya terutama terkait kriteria informed consent. b. Bagi Peneliti 1) Menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman di bidang rekam medis termasuk pendokumentasian informed consent.

5 2) Menerapkan teori-teori yang peneliti peroleh dari institusi pendidikan ke dalam praktik di lapangan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan 1) Dapat memberikan gambaran mengenai persiapan akreditasi consent) di Puskesmas Jetis 1 Bantul. 2) Sebagai tambahan referensi dalam melakukan persiapan akreditasi puskesmas berdasarkan kriteria pemberian informed consent. b. Bagi Peneliti Lain Sebagai acuan dalam pendalaman materi untuk kelanjutan penelitian selanjutnya agar lebih relevan. c. Bagi Puskesmas Lain Dapat digunakan sebagai pertimbangan atau referensi oleh Puskesmas lain dalam melakukan persiapan akreditasi terutama pada kriteria persetujuan tindakan medik (informed consent). E. Keaslian Penelitian 1. Resmy (2015) dengan judul Kegiatan Persiapan Unit Rekam Medis dalam Akreditasi 2012 di Rumah Sakit dr Titik Soedjono Magelang. Penelitian tersebut bertujuan untuk Menganalisis Kegiatan Persiapan Unit Rekam Medis dalam Akreditasi 2012 di Rumah Sakit Tentara dr.soedjono Magelang berdasarkan unsur-unsur manajemen yang terdiri dari 5M yaitu Men, Materials, Machines, Methods and Money. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Resmy (2015) yaitu jenis penelitian yang digunakan adalah sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, serta topik yang dibahas sama-sama tentang persiapan akreditasi berdasarkan unsur manajemen yang terdiri dari 5M. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian Resmy (2015) adalah pada Resmy (2015) tujuan penelitian yaitu meninjau kegiatan persiapan unit rekam medis dalam akreditasi 2012 di Rumah Sakit Tentara Dr.Soedjono Magelang sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk

6 mengetahui persiapan akreditasi di Puskesmas Jetis 1 berdasarkan kriteria persetujuan tindakan medik (informed consent) berdasarkan unsur manajemen yang terdiri dari 5M yaitu men, materials, machines, methods, and money. Pada penelitian Resmy (2015) dilakukan di rumah sakit sedangkan penelitian ini dilakukan di puskesmas. 2. Zega (2015) dengan judul Kesiapan Kelengkapan Dokumen Terkait Rekam Medis Pada Sasaran Keselamatan Pasien Yang Berfokus Pada Identifikasi Pasien Dalam Standar Akreditasi 2012 Di Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kesiapan kelengkapan dokumen terkait rekam medis sesuai pelaksanaan elemen penilaian pada sasaran keselamatan pasien yang berfokus pada identifikasi pasien di rumah sakit dalam standar akreditasi 2012 di Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Zega (2015) adalah sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan topik yang sama yaitu tentang akreditasi. Perbedaannya adalah pada penelitian Zega (2015) lebih terfokus pada kesiapan kelengkapan dokumen rekam medis sesuai elemen penilaian pada sasaran keselamatan pasien sedangkan pada penelitian ini lebih terfokus pada persiapan akeditasi puskesmas berdasar kriteria persetujuan tindakan medik (informed consent) berdasarkan unsur manajemen 5M yaitu men, materials, machines, methods, and money. 3. Sulistyowati (2015) dengan judul Pelaksanaan Informed Consent Pada Pasien Bedah Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Dr. Soedirman Kebumen Berdasarkan Standar Kars 2012. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan informed consent pada pasien bedah rawat jalan maupun pasien bedah rawat inap di RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sulistyowati (2015) adalah sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data menggunakan wawancara, studi dokumentasi, dan observasi, dan topik yang dibahas tentang informed consent.

7 Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian Sulistyowati (2015) adalah pada penelitian Sulistyowati (2015) lebih terfokus pada pelaksanaan informed consent sedangkan pada penelitian ini lebih terfokus pada persiapan akeditasi puskesmas berdasar kriteria persetujuan tindakan medik (informed consent) berdasarkan unsur manajemen 5M yaitu men, materials, machines, methods, and money. F. Gambaran Umum Puskesmas Jetis 1 Bantul 1. Profil Singkat Puskesmas Jetis 1 Bantul Kecamatan Jetis merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul. Kecamatan Jetis terdiri dari 4 desa yaitu Patalan, Canden, Sumberagung, dan Trimulyo. Puskesmas Jetis 1 Bantul terletak di Desa Trimulyo dengan wilayah kerja 2 desa yaitu Desa Sumberagung dan Trimulyo. Luas wilayah kerja kedua desa keseluruhan 13,05 Km 2. Desa Sumberagung terdiri dari 17 dusun, sedangkan desa Trimulyo terdiri dari 12 dusun. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Jetis 1 Bantul terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Jetis 1 Bantul No Batas Wilayah 1 Utara Kecamatan Sewon dan Kecamatan Pleret 2 Timur Kecamatan Pleret dan Kecamatan Imogiri 3 Selatan Desa Canden dan Desa Patalan 4 Barat Kecamatan Bantul Sumber: Buku Profil Puskesmas Jetis 1 Bantul Tahun 2015 Puskesmas Jetis 1 Bantul memiliki pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan rawat darurat 24 jam. Kegiatan di Puskesmas Jetis 1 Bantul antara lain: a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) b. Upaya Peningkatan Gizi c. Promosi Kesehatan d. Imunisasi e. Kesehatan Lingkungan f. Upaya Pengobatan

8 g. Pemberantasan Penyakit Menular h. Laboratorium Penunjang i. Kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat j. Upaya Kesehatan Sekolah 2. Visi dan Misi a. Visi Bersama puskesmas menuju Jetis sehat yang mandiri dan berkeadilan. b. Misi 1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang profesional 2) Pemberdayaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan