BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna,

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive)

ANALISIS RHODAMIN B DALAM SAOS DAN CABE GILING DI PASAR KECAMATAN LAWEYAN KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

ANALISIS RHODAMIN B DAN METANIL YELLOW DALAM JELLY DI PASAR KECAMATAN JEBRES KOTAMADYA SURAKARTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

Kuesioner Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

Tabel Pelarut Dalam Percobaan Metode Kromatografi. A n-butanol 40 bagian volume. B Iso-butanol 30 bagian volume

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No.

Tabel jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum penggunaannya

ANALISIS SECARA BIOKIMIA METHANYL YELLOW PADA TAHU YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL KODYA BANDUNG

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata saus berasal dari bahasa Perancis (sauce) yang diambil dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman modern sekarang ini begitu banyak terjadi perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak,

LKS 01 MENGIDENTIFIKASI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

(asam sitrat), Pengawet (natrium benzoat), Pewarna makanan. Komposisi: Gula, Glukosa, Buah nanas, Asam Sitrat, Perasa dan Pewarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cone es krim merupakan salah satu dari berbagai makanan yang banyak didapatkan di

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya dalam pengolahan makanan selalu diusahakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelas, yaitu aza, triarilmetana, quainalin, xanten, dan indigo. Di bawah ini adalah

LEMBAR OBSERVASI. Lokasi : No. Objek Pengamatan Kategori A Pemilihan Bahan Makanan Ya Tidak

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dapat mengubah fungsi tubuh, tidak korosif, dan tidak merugikan secara

bahwa ternyata zat warna sintetis banyak mengandung azodyes (aromatic

BAB XI BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

Pembuatan Pewarna Alami Makanan dan Aplikasinya. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua, yaitu pewarna alami dan sintetis.selain itu, khusus untuk makanan dikenal

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saos merupakan bumbu penyedap makanan atau biasanya digunakan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

Pengaturan & Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam bahan pangan (Cahyadi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa menjadikan tanahnya subur sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB VI BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN. Bahan Kimia dalam Kehidupan. Buku Pelajaran Sains SMP Kelas VII 82

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mie merupakan produk makanan yang terbuat dari tepung terigu. Mie banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran tumbuhan ini bervariasi, mulai dari 50 cm hingga 5 meter, bahkan di Papua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat meresap ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan selera makan manusia sebagai konsumen. 2. Secara garis besar, terdapat 3 macam pewarna makanan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

I. TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi, seperti rengginang, sirat, roti, kue-kue dan lain-lain. Makanan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II BELAJAR, METODE INKUIRI, DAN ZAT ADITIF PADA MAKANAN

KARYA ILMIAH PELUANG USAHA BUBUR DAN NASI GORENG YANG SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Warna Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2012, pewarna adalah bahan tambahan pangan (BTP) berupa pewarna alami, dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan ataudiaplikasikan pada pangan, mampu memberi atau memperbaiki warna. Zat pewarna sintetis yang paling sering ditambahkan dalam makanan jajanan ialah methanyl yellow dan rhodamin b. Methanyl yellow berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan, sedangkan rhodamin b berbentuk serbuk kristal, tidak berbau dan berwarna merah keunguan. Rhodamin b merupakan salah satu pewarna sintetis yang dilarang oleh pemerintah untuk ditambahkan kedalam suatu makanan. (Yuliarti, 2007) 2.1.1 Syarat Zat Warna Syarat zat warna untuk makanan dan minuman: (Sinaga, 2012) a) Toksisitasnya rendah b) Murni c) stabil pada suhu 100 110 0 C d) Stabil pada Ph 2-9 e) Larut baik dalam air atau minyak f) Dapat bercampur dengan zat warna lain g) Tahan terhadap oksidasi dan reduksi

h) Tidak menimbulkan efek karsinogenik 2.1.2 Penggolongan Zat Warna Zat warna dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu: 1. Zat warna alam (anorganik) 2. Zat warna mineral (anorganik) 3. Zat warna sintetik Zat Warna Alam Sumber zat warna alam adalah tanaman dan hewan, umumnya aman penggunaannya dan stabil warnanya. Zat warna alam baik digunakan untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetik. Beberapa contoh zat warna alam adalah: a) Annato, merupakan zat warna merah yang diperoleh dari biji Biyaorellana termasuk golongan karotenoida. b) Karmin, zat warna merah terdapat pada tubuh insekta Coccuscacti betina dengan pemanasan dan mengandung karminat. Zat ini termasuk golongan antrakinen. c) Kakao, merupakan zat warna coklat yang diperoleh dari biji coklat. d) Karoten, zat warna kuning jingga yang diperoleh dari wortel. e) Likopen, zat warna merah yang diperoleh dari tomat. f) Kloropil, merupakan zat warna hijau yang diperoleh dari daun suji. g) Kurkumin, merupakan zat warna kuning yang diperoleh dari Curcumalonga. Bersifat larut dalam minyak.

Zat Warna Mineral zat warna mineral terdiri dari senyawa anorganik, selain diperoleh dari alam juga dibuat secara sintetik. Beberapa logam umumnya dalam kombinasi dengan gugus lain yang membentukgaram yang menghasilkan warna pigmen yang berbeda. Zat warna ini umumnya tidak dapat digunakan dalam makanan. Yang dimaksud zat warna mineral adalah: a) Karbon hitam, merupakan zat warna hitam yang tidak larut dalam air. b) Titanium oksida, merupakan zat warna putih. c) Seng oksida, merupakan zat warna putih yang dilarang untuk ditelan. d) Kalsium karbonat, zat warna putih yang dipakai tanpa pembatasan. e) Timbale kromat, zat warna putih bersifat racun. f) Kadmium kromat, zat warna kuning bersifat racun. Zat Warna Sintetik Zat warna ini sudah mencapai sekitar 2000 macam, tetapi hanya beberapa saja yang diizinkan untuk mewarnai makanan, yaitu yang termasuk dalam daftar FD & C FOOD Drug & Cosmetic.(Sinaga, 2012)

2.1.3 Analisa Zat Warna ANALISA ZAT WARNA Warna suatu bahan dapat diukur dengan menggunakan alat kolorimeter, spektrofotometer, atau alat-alat lain yang dirancang khusus untuk mengukur warna. Tetapi alat-alat tersebut biasanya terbatas penggunaannya untuk bahan cair yangtembus cahaya. Untuk bahan baku cairan atau padatan, warna bahan dapat diukur dengan membandingkannya terhadap suatu warna standar yang dinyatakan dalam angka-angka. Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur komponen warna dalam besaran value, hue, dan chroma. Cara pengukuran warna yang lebih teliti ada 3 cara yaitu: 1. Chroma: menunjukkan intensitas warna 2. Value : menunjukkan gelap terangnya warna 3. Hue : menunjukkan panjang gelombang warna Ketiga komponen ini diukur dengan menggunakan alat khusus yang mengukur kromatisitas permukaan suatu bahan. Angka yang diperoleh berbeda-beda untuk setiap jenis warna, kemudian angka-angka tersebut diplotkan ke dalam diagram kromatisitas.(sinaga, 2012) Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, melaluidirektorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan telah mengeluarkan daftar zat warna yang boleh digunakan dan dilarang yaitu melalui peraturan Menteri Kesehatan RI No.235/Menkes/Per/VI/79.

Zat Pewarna bagi Makanan dan Minuman yang Dilarang di Indonesia (Winarno, F.G. 1992) Warna Nama Auramin Alkanet Butter yellow Hitam Black 7984 Coklat Burn umber Chrysoindine Chrysoine Citrus red No. 2 Coklat Hijau Biru Violet Chocolate brown FB Fast red E Fast yellow AB Guinea green B Indanthrene blue RS Magenta Metanil yellow Oil orange SS Oil orange XO Oil yellow AB Oil yellow OB

Violet Violet G GGN RN Orchid and orcein Ponceau 3R Ponceau SX Ponceau 6R Rhodamin B Sudan I Scarlet GN Violet 6B Zat Pewarna bagi Makanan dan Minuman yang Diizinkan di Indonesia Warna Nama I. ZatWarnaAlam Hijau Alkanat Cocbineal red (karmin) Annato Karoten Kurkumin Safron Klorofil

Biru Coklat Hitam Hitam Putih Ultramarin Karamel Carbon black Besioksida Titanium dioksida II. ZatWarnaSintetik Hijau Biru Biru Ungu Carmoisine Amaranth Erythrosim Sunsetyellow FCF Tartrazine Quineline yellow Fast green FCF Brilliant blue FCF Indigocarmine Violet GB 2.2. Rhodamin B Rhodamin B merupakanbahanpewarnasintetisdalamindustritekstildankertas, yang secarailegaldigunakanuntukpewarnamakanan. Makanan yang menggunakanbahaninibisadikenalidariwarnamerahmencolok yang tidakwajar, banyakterdapattitik-titikwarnakarenatidakhomogen. Kasuskasuskeracunanpanganseharusnyatidakperluterjadiapabilaprodukpangandiolahden ganprosedurpengolahan yang benar.

Mutudankeamananpanganjugasangatpentingdalamperdagangan. Keamananpanganmerupakantanggungjawabbersamaantarapemerintah, konsumendanindustripangan (Kristiana, 2010). Gambar 2.1 Struktur Rhodamin B 2.2.1 Efek Samping Efek Samping Rhodamin B bagi kesehatan Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu, Rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH 3 -CH 3 ) yang bersifat radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh. Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena Rhodamin B termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang kuat.

Konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.(badan Pengawas Obat & Makanan) 2.2.2 Ciri-ciri pangan yang mengandung Rhodamin B Ciri-ciri pangan yang mengandung Rhodamin B antara lain: a) warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok b) terkadang warna terlihat tidak homogen (rata), ada gumpalan warna pada produk c) bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit d) biasanya produk pangan yang mengandung Rhodamin B tidak mencantumkan kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya.(badan Pengawas Obat & Makanan) 2.3. Kromatografi Kertas Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah dikerjakan di mana proses dikenal sebagai analisa kapiler. Metode-metode seperti ini sangat bersesuaian dengan kromatografi serapan, dan sekarang kromatografi kertas dipandang sebagai perkembangan dari system partisi. Salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa. (Sastrohamidjojo, 1985)

2.3.1 Prinsip Prinsip dasarkromatografi kertasadalah pemisahan komponen dari campuran berdasarkan perbedaan kecepatan distribusi antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah air yang disokong oleh selulosa pada kertas saring dan fase geraknya adalah pelarut (asam asetat: aquadest) dengan perbandingan (5:95). (Sastrohamidjojo, 1985) 2.3.2 Keuntungan Kromatografi Dapat diperhatikan disini akan keuntungan-keuntungan kromatografi. Pertamatama merupakan metode pemisahan yang cepat dan mudah dan menggunakan peralatan yang murah dan sederhana. Keuntungan lebih lanjut ialah hanya membutuhkan campuran cuplikan yang sangat sedikit sekali, bahkan justru tak mungkin menggunakan jumlah yang besar dalam kromatografi dan disamping itu pekerjaannya dapat diulang. (Sastrohamidjojo, 1985)