Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

Mekanika Fluida II. Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Tabel Posisi titik acuan (BM, dalam meter) di lokasi MIFEE

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

DISAIN SALURAN IRIGASI. E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139

BABll TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR... i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI...

PROPOSAL. Strategi Pemanfaatan (Canal) Pampang Sebagai Transportasi air (Water Way) dan wisata Di Kota Makassar Sul-Sel OLEH : ALIMIN GECONG

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

Modul 4 ANALISA HIDROLIKA UNTUK PERENCANAAN SALURAN DRAINASE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterangan melalui kutipan teori dari pihak yang kompeten di bidang

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

Surface Runoff Flow Kuliah -3

BAB III METODE ANALISIS

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB V RENCANA PENANGANAN

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG. Disusun untuk Memenuhi. Tugas Mata Kuliah Drainase. Disusun Oleh:

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV EVALUASI SEDIMEN DI WADUK SELOREJO DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

PROSEDUR DALAM METODA RASIONAL

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

BAB III LANDASAN TEORI

Sehubungan dengan keperluan tersebut t maka perencanaan saluran terbuka pada dasarna merupakan perencanaan penampang saluran ang mampu mengalirkan deb

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE PERUMAHAN (Studi Kasus Perum Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi)

DRAINASE LAHAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI.

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

I Putu Gustave Suryantara Pariartha

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (SUB SURFACE)

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

Transkripsi:

Kriteria Desain

Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan parameter yang tertulis dalam kriteria desain Besaran kriteria desain diambil dari hasil penelitian yang dikelompokkan dalam parameter yang umum

Perancangan Saluran Drainase Tujuan : mengalirkan genangan air sesaat yang terjadi pada saat musim hujan serta dapat mengalirkan ar limbah domestik Dasar perancangan: perancangan saluran tahan erosi. Saluran tahan erosi saluran yang mampu menahan erosi dengan baik dengan cara mengatur kecepatan maupun dengan menggunakan dinding dan dasar diberi lapisan untuk menahan erosi maupun mengontrol kehilangan rembesan

Saluran tahan erosi Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan: Jenis material menentukan koefisien kekasarannya Kecepatan aliran minimum mencegah pengendapan lumpur, sedimen Kemiringan dasar dan dinding saluran Penampang yang paling efisien (hidrolis maupun empiris)

Perhitungan Dimensi Saluran Asumsi : Aliran Seragam Pertimbangan: Efisiensi hidrolis Kepraktisan Ekonomis

KRITERIA PERANCANGAN

A. Koefisien Larian (run off) Ketepatan besarnya debit air yang harus dialirkan penting dalam penentuan dimensi saluran Dimensi saluran terlalu besar tidak ekonomis Dimensi saluran terlalu kecil tingkat ketidakberhasilan tinggi Besar debit rancangan (debit rencana) drainase perkotaan umumnya menggunakan metode rasional Pertimbangan: Luas daerah relatif tidak terlalu luas Kehilangan air sedikit Waktu konsentrasi relatif pendek

B. Bentuk Saluran Perancangan dimensi dimensi penampang yang ekonomis Bentuk saluran : 1. Trapesium Umumnya untuk saluran dari tanah Membutuhkan ruang yang cukup Fungsi: pengaliran air hujan, grey water maupun air irigasi 2. Empat persegi panjang Tidak membutuhkan ruang Material: pasangan bata atau beton Fungsi: pengaliran air hujan, grey water maupun air irigasi

3. Lingkaran, parabola dan bulat telur Material : pasangan bata atau kombinasi pasangan dan pipa beton Bentuk dasar saluran bulat memudahan pengangkuran bahan endapan/limbah Fungsi: pengaliran air hujan, air limbah domestik maupun air irigasi 4. Tersusun Material : tanah maupun pasangan Fungsi : mengalirkan air limbah domestik pada kondisi tanpa hujan, apabila hujan maka kelebihan dapat ditampung pada saluran bagian atas. Membutuhkan ruang yang cukup Penampang melintang saluran drainase perkotaan umumnya bentuk segi empat EFISIEN pembebasan lahan

Penampang Saluran Sistem penyaluran air hujan kota, dapat menggunakan saluran dengan bentuk bulat, persegi panjang dan trapesium. Faktor-faktor pertimbangan pemilihan bentuk saluran: Tata guna lahan ketersediaan tanah dan kepadatan lalulintas Kemampuan pengaliran jenis bahan saluran Kemudahan pembuatan dan pemeliharaan

Penampang Hidrolis optimum: Suatu luas penampang tertentu yang memberikan daya angkut maksimum Untuk saluran dengan n, S dan A tertentu, Q max didapat pada R max R = A/P

Untuk saluran berbentuk Trapesium: A= b.d + md 2 R = d/2 Untuk saluran yang berbentuk bulat d = 0,8D A = 0,86 (d 2 /4) R = d/4

C. Material Lapisan dasar dan dinding saluran tahan erosi terbuat dari: Beton Pasangan batu kali Pasangan batu merah Aspalt Kayu Besi cor Baja Plastik dll Pemilihan : harga bahan dan cara konstruksi saluran Kemiringan dinding saluran harus disesuaikan dengan jenis bahan dan bentuk saluran

Talud saluran adalah kemiringan dinding saluran Talud saluran: 1. Saluran tanpa perkerasan talud mempunyai kemiringan sudut talud α 45 o,atau miring talud 1:1 dengan harga m=cotangen α = 1 2. Saluran dengan perkerasan talud mempunyai kemiringan sudut talud α 60 o,atau miring talud 7:4 dengan harga m=cotangen α = 0,58 3. Saluran dengan perkerasan talud (space terbatas) mempunyai kemiringan sudut talud α 90 o,atau miring talud tegak lurus dengan harga m=cotangen α = 0

Kemiringan dinding saluran Bahan Saluran Kemiringan Dinding (m) Batuan/cadas ~ 0 Tanah lumpur 0,25 Lempung keras/tanah 0,5-1 Tanah dengan pasangan batuan 1 Lempung 1,5 Tanah berpasir 2 Lumpur berpasir 3

D. Kemiringan Saluran Kemiringan saluran adalah kemiringan dasar saluran Kemiringan dasar saluran : kemiringan dasar saluran arah memanjang dimana umumnya dipengaruhi oleh kondisi topografi dan tinggi tekan yang diperlukan untuk pengaliran sesuai dengan kecepatan yang diinginkan Kemiringan dasar saluran direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaliran secara gravitasi dengan batas kecepatan minimum tidak boleh terjadi pengendapan dan kecepatan maksimum tidak boleh terjadi perusakan pada dasar dan dinding saluran Kemiringan dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah : 0,005 0,008 (tergantung material yang digunakan) Erosi dapat terjadi bila kemiringan: > 0,002 pada tahan lepas > 0,005 pada tanah padat

Kemiringan saluran rata-rata dipakai untuk memperhitungkan waktu konsentrasi. Kemiringan rata-rata dari sepanjang saluran yang mempunyai bagian-bagian panjang dengan kemiringan yang berbeda, makan dapat diperoleh kecepatan rata-rata. Dengan kecepatan rata-rata dan panjang total (kumulatif) akan didapat waktu pencapaian aliran puncak pada suatu profil saluran tertentu

E. Kecepatan Minimum Kecepatan minimum yang diijinkan : kecepatan terkeci yang tidak menimbulkan penendapan dan tidak memicu pertumbuhan tanaman akuatik serta lumut Rentang kecepatan: 0,60 0,90 m/det (dengan pertimbangan SS/lumpur sedikit) Untuk mencegah pertumbuhan vegetasi akuatik kecepatan minimum : 0,75 m/det

F. Jagaan (Free board) Freeboard : Jarak vertikal dari puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi perencanaan Fungsi : mencegah peluapan air akibat gelombang dan fluktuasi permukaan air (gerakan angin /pasut) Rentang freeboard: 5%-30% dari kedalaman aliran

Ambang bebas (free board) Ambang bebas pada saluran dan perlengkapan adalah jarak vertikal dari permukaan saluran/perlengkapan saluran tertinggi terhadap permukaan air di dalam saluran/perlengkapan saluran tersebut. Untuk saluran terbuka: F= (C.d) C= koefisien untuk: Q < 0,6 m3/detik : C = 0,14 0,6 < Q < 8,0 m3/det : 0,14 <C< 0,2 Q > 8,0 m3/det : C > 0,23 d = kedalaman air (m)

G. Koefisien Kekasaran Manning Besar koefisien kekasaran Manning ditentukan oleh jenis material saluran. Type saluran Kondisi baik Kondisi cukup Kondisi buruk Saluran Buatan 1. Saluran Tanah, lurus beraturan 0,020 0,023 0,025 2. Saluran tanah, digali biasa 0,028 0,030 0,025 3. Saluran batuan, tidak lurus dan tidak beraturan 0,040 0,045 0,045 4. Saluran batuan, lurus beraturan 0,030 0,035 0,035 5. Saluran batuan, vegetasi pada sisinya 0,030 0,035 0,040 6. Dasar tanah, sisi batuan koral 0,040 0,030 0,040 7. Saluran berliku-liku kecepatan rendah 0,025 0,028 0,030

Debit Kapasitas saluran : Persamaan Kontinuitas Rumus Manning Rumus Chezy Koefisien kekasaran Dinding Saluran (n) Lapisan beton : 0,015 Pasangan batu kali : 0,025 Tanpa Perkerasan (teratur) : 0,030 Saluran Alami (tidak teratur) : 0,045

Kecepatan Aliran Kecepatan aliran air di dalam saluran yang direncanakan didasarkan pada kecepatan minimum yang diperbolehkan agar tetap self cleansing dan kecepatan maksimum yang di perbolehkan agar konstruksi tetap aman Batasan kecepatan (m/det): Bentuk bulat, buis beton 0,75 --3,0 Bentuk persegi, pasangan batu kali 1,0 3,0 Bentuk trapesiodal, tanpa perkerasan 0,6 1,5

Kala Ulang Hujan Kala ulang hujan merupakan salah satu kriteria yang didasarkan pada aspek biaya dan maanfat Semakin besar kala ulang hujan maka semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk membuat suatu sistem drainase Contoh besar kala ulang hujan untuk perancangan sistem penyaluran air hujan Jenis Saluran Tata guna lahan Kala Ulang (tahun) Permulaan Permukiman 2 Komersial 5 Industri 5 Utama Saluran-saluran 25

Return Period Location Design storm Design flooding (yr) (yr) Rural areas 1 10 Residential areas 2 20 City centres/industrial/ commercial areas: with flooding check 2 30 without flooding check 5 - Underground railways/underpasses 10 50