KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMS PADA TERAPI PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

Christina A.K. Dewi, et al.

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

Made Ary Sarasmita Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI

GAMBARAN PERESEPAN ACE INHIBITOR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG YANG DIRAWAT INAP DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Omar Luthfi, FK UI, Universitas Indonesia

ANALISIS POLA PENGOBATAN PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2015

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di

STUDI PENGGUNAAN ANGIOTENSIN RESEPTOR BLOKER (ARB) pada PASIEN STROKE ISKEMIK RAWAT INAP di RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

PERBANDINGAN MANFAAT ANTIPLATELET KOMBINASI ASPIRIN DAN KLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL PADA STROKE ISKEMIK

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

POLA PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN ACEi DAN ARB PADA PASIEN DIABETES NEFROPATI DI RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016 di bagian

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BIODATA DOSEN PROGRAM PASCASARJANA ILMU FARMASI UGM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

Diajukan oleh RA Oetari

6.2. Alur Penelitian Selanjutnya

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

GAMBARAN PERESEPAN DIGOKSIN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG YANG BEROBAT JALAN DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Penyakit hipertensi dikenal dengan sebutan silent killer karena

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

Jumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan Obat Program Rujuk Balik di Apotek Wilayah Gedebage Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

EVALUASI PENYEBAB DAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA KASUS KERACUNAN SERTA ANALISIS BIAYA

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG TAHUN 2015

INTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

Monitoring Pola Peresepan Obat Pasien Usia 0 2 Tahun Menggunakan Indikator WHO

BAB I PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan

Transkripsi:

Submitted: 03-05-2015 Accepted : 24-05-2015 Published : 30-06-2015 p-issn: 2088-8139 e-issn: 2443-2946 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMS PADA TERAPI PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DRUG RELATED PROBLEMS EVALUATION IN THE THERAPY OF INPATIENTS WITH HEART FAILURE Alfin Rufaidah 1), I Dewa Putu Pramantara S. 2) dan Ika Puspita Sari 1) 1) Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2) Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Keberhasilan pharmaceutical care tidak terlepas dari tiga fungsi utama apoteker, yaitu mengidentifikasi Drug Related Problems (DRPs) baik yang aktual maupun yang potensial terjadi, mengatasi DRPs yang terjadi aktual, dan mencegah terjadinya DRPs potensial. Penelitian bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian DRPs, mengetahui DRPs yang terjadi, dan menganalisis faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap kelas II dan III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sejak pertengahan November 2014 hingga awal Januari 2015. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Data dianalisis menggunakan statistik Uji-Chi Square dan Odds Ratio. Prevalensi kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung rawat inap adalah sebesar 58,33% (49 pasien) dari 84 pasien, terdiri dari 88 kejadian DRPs, yang dikelompokkan menjadi enam kategori DRPs yaitu timbulnya reaksi merugikan sebesar 29,55% (26 kejadian), diperlukan terapi obat tambahan sebesar 21,59% (19 kejadian), dosis obat terlalu tinggi sebesar 19,32% (17 kejadian), obat tidak efektif sebesar 15,91% (14 kejadian), dosis obat terlalu rendah sebesar 7,95% (7 kejadian), dan terapi obat tidak diperlukan sebesar 5,68% (5 kejadian). Uji Chi-Square dan Odds Ratio menunjukkan bahwa umur, penyakit penyerta, dan polifarmasi tidak berpengaruh terhadap kejadian DRPs, namun LOS berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pasien dengan LOS 6 hari mempunyai kemungkinan 6,92 kali (95% CI 2,63-18,25) untuk mengalami DRPs dibandingkan dengan pasien dengan LOS <6 hari (p<0,05). Kata Kunci : drug related problems, congestive heart failure, gagal jantung ABSTRACT The success of pharmaceutical care practice can not be separated from three major roles of pharmacists, which consist of identify actual or potential Drug Related Problems (DRPs), overcome actual DRPs, and prevent potential DRPs. The purposes of this study were to determine the prevalence of DRPs, determine the category of DRPs, and analyze the factors that influence the incidence of DRPs in the therapy of heart failure patients. This study was a cross-sectional observational study and data were collected prospectively. This study was conducted in the inpatient unit class II and III of RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten in mid- November 2014 to early January 2015. Sampling was taken using consecutive sampling method. Data were analyzed using Chi- Square Test and Odds Ratio statistics. The prevalence of DRPs in the treatment of inpatients with heart failure was 58,33% (49 patients) of 84 patients, consist of 88 DRPs events, which were grouped into six categories of DRPS : adverse reaction causes at 29,55% (26 events), required additional drug therapy at 21,59% (19 events), high dosage at 19,32% (17 events), ineffective drug at 15,91% (14 events), low dosage at 7,95% (7 events), and unnecessary therapy at 5,68% (5 events). Chi-Square Test and Odds Ratio results showed that age, comorbidities, and polypharmacy had no effect on the incidence of DRPs, but LOS showed an effect on the incidence of DRPs in the treatment of hospitalized patients with heart failure in RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Patients with LOS 6 days exhibited a possibility of 6,92 times (95% CI 2,63 to 18,25) to experience DRPs compared with patients with LOS <6 days (p<0,05). Keywords: drug related problems, congestive heart failure, heart failure PENDAHULUAN Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap Korespondensi Alfin Rufaidah Email : alfin_rufaidah@yahoo.com HP : 087838216070 tahunnya (Yancy et al., 2013). Angka kejadian gagal jantung pada populasi orang dewasa di negara-negara maju rata-rata adalah 2%. Angka kejadian gagal jantung meningkat seiring dengan usia, dan mempunyai nilai lebih besar 6-10% pada usia lebih dari 65 tahun. Angka kejadian gagal jantung lebih pada wanita rendah dibandingkan dengan pria, tetapi angka kejadian gagal jantung pada wanita paling tidak 88

Volume 5 Nomor 2 Juni 2015 setengah dari kasus gagal jantung karena memiliki harapan hidup lebih lama (Mann, 2010). Pharmaceutical care mempunyai makna secara langsung yaitu, bertanggung jawab menyediakan obat yang bertujuan untuk mencapai hasil terapi tertentu guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil terapi tersebut meliputi : menyembuhkan penyakit, mengurangi gejala yang dirasakan pasien, memperlambat proses perjalanan penyakit, mencegah penyakit atau gejala-gejala penyakit. Dalam pharmaceutical care, farmasis mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : mengidentifikasi Drug Related Problems (DRPs) baik yang aktual maupun yang potensial terjadi, mengatasi DRPs yang terjadi aktual, dan mencegah terjadinya DRPs potensial (Bezverhni dkk., 2012). Drug related problems merupakan suatu kejadian atau peristiwa terkait terapi obat yang melibatkan suatu obat atau suatu obat yang berpotensi mempengaruhi hasil terapi yang diharapkan. Dengan mengidentifikasi penyebab DRPs, maka farmasis dapat menyusun care-plan untuk mengatasi DRPs sehingga dapat mencapai tujuan terapi yang diharapkan (Cipolle et al., 2004). Di Indonesia, penelitian tentang DRPs pada terapi gagal jantung memang sudah pernah dilakukan. Namun, pada penelitian sebelumnya belum ada yang menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs sehingga dapat mencegah kejadian DRPs pada pasien yang memiliki faktor tersebut. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap kelas II dan III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sejak pertengahan November 2014 hingga awal Januari 2015. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, yaitu peneliti mengambil seluruh subyek yang menjalani rawat inap di ruang kelas II dan III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi sampai jumlah subyek minimal terpenuhi, yaitu 84 subyek. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu : pasien dengan umur 18 tahun, pasien yang didukung dengan pemeriksaan echocardiography, pasien rawat inap di ruang Dahlia, Melati-2, dan Melati-4 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu pasien dengan durasi rawat inap <3 hari karena pulang paksa atau meninggal. Bagi pasien yang bersedia mengikuti penelitian, akan dilakukan pengisian informed consent, dan dilakukan penyusunan database pasien yang meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, usia, berat badan, dan tinggi badan; riwayat penyakit; riwayat pengobatan; riwayat penyakit keluarga; dan tanggal masuk dan keluar rumah sakit, serta dilakukan pengumpulan data klinik pasien melalui rekam medik, komunikasi dengan dokter yang merawat pasien atau apoteker pembimbing di rumah sakit tentang problem medik pasien dan permasalahan terkait tentang terapi yang diberikan, dan wawancara langsung terhadap pasien atau keluarga pasien tentang kejadian Adverse Drug Reactions (ADR). Kemudian pada pasien tersebut dilakukan monitoring terapi yang diberikan selama pasien menjalani rawat inap untuk selanjutnya dilakukan kajian kejadian DRPs dengan dengan membandingkan data yang didapat dengan guidelines, seperti Guideline for the Management of Heart Failure (Yancy et al., 2013), Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure (McMurray dkk., 2012), dan guidelines atau literatur lain yang dibutuhkan dan berhubungan dengan penelitian ini, Naranjo adverse drug reaction probability scale (Naranjo et al., 1981), serta Drug Interaction Facts (DIF) 2009 (Tatro, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Penelitian Dari 84 subjek, diperoleh 58,33% (49 pasien) subjek penelitian mengalami DRPs dan 41,67% (35 pasien) subjek penelitian tidak 89

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi mengalami DRPs. Pada penelitian ini berdasarkan hasil Uji Chi-Square, jenis kelamin, umur, jenis CHF, dan penyakit penyerta tidak berbeda signifikan antara kelompok pasien dengan DRPs dan pasien non-drps, yaitu ditunjukkan dengan (p>0,05), yaitu dapat dilihat pada tabel I. Hal ini menunjukkan bahwa pasien kelompok DRPs dan non-drps tidak berbeda dari segi karakteristik pasien. Pasien gagal jantung rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten paling banyak menderita satu penyakit penyerta (tabel II). Dan berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 3, dapat diketahui bahwa penyakit penyerta yang paling banyak diderita pasien gagal jantung rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah cardiovascular disease, berupa hipertensi sebanyak 31 pasien dan atrial fibrilasi sebanyak 19 pasien. Banyaknya pasien dengan penyakit penyerta tersebut didasari bahwa banyak kondisi atau penyakit penyerta yang terkait dengan kecenderungan lebih tinggi untuk penyakit jantung struktural, yaitu seperti hipertensi, diabetes mellitus, sindrom metabolik, dan penyakit aterosklerosis (Yancy et al., 2013). Hipertensi dikaitkan dengan peningkatan risiko dan pembentukan gagal jantung. Terapi hipertensi secara bermakna dapat mengurangi kejadian gagal jantung (kecuali alphaadrenoseptor blocker, yang kurang efektif dibandingkan antihipertensi lain dalam mencegah gagal jantung) (McMurray et al., 2012). Dan pasien gagal jantung lebih mungkin menderita atrial fibrilasi dibandingkan populasi umum. Terdapat hubungan langsung antara kelas NYHA dan prevalensi atrial fibrilasi pada pasien gagal jantung, yaitu prevalensi atrial fibrilasi sebesar 4% pada pasien gagal jantung dengan NYHA kelas I dan 40% pada pasien gagal jantung dengan NYHA kelas IV. Atrial fibrilasi juga merupakan faktor risiko indipenden yang kuat untuk terbentuknya gagal jantung (Yancy et al., 2013). Gambaran Terapi Gagal Jantung Gambaran terapi gagal jantung pasien rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dilihat berdasarkan kategori atau jenis CHF yang diderita yang dapat dilihat pada tabel IV dan V. Kajian Drug Related Problems (DRPs) Berdasarkan kajian DRPs yang dilakukan terhadap subjek penelitian, diperoleh 58,33% (49 pasien) subjek penelitian mengalami DRPs dan 41,67% (35 pasien) subjek penelitian tidak mengalami DRPs. Dari 58,33% subjek penelitian yang mengalami DRPs terdapat 88 kejadian DRPs yang dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu terapi obat tidak diperlukan, diperlukan terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi, dan timbulnya reaksi merugikan yang dapat dilihat pada tabel VI. Pengelompokkan kejadian DRPs juga dilakukan berdasarkan apakah terjadi secara aktual atau potensial yang dapat dilihat pada tabel VII. Tabel I. Karakteristik Pasien Gagal Jantung Rawat Inap Karakteristik DRPs Non-DRP Jumlah Persentase (%) p-value a Jenis Kelamin Laki-laki 25 19 44 52,38 Perempuan 24 16 40 47,62 0,768 Umur Lansia 28 23 51 60,71 Dewasa 21 12 33 39,29 0,428 Jenis CHF HF-REF 23 15 38 45,24 HF-PEF 26 20 46 54,76 0,711 Penyakit Penyerta Ya 43 28 71 84,52 Tidak 6 7 13 15,48 0,333 CHF adalah Congestive Heart Failure; DRPs, Drug Related Problems; HF-PEF, Heart Failure with Preserved Ejection Fraction; HF-REF, Heart Failure with Reduced Ejection Fraction; a Uji Chi-Square 90

Volume 5 Nomor 2 Juni 2015 Tabel II. Daftar Jumlah Penyakit Penyerta yang Diderita Setiap Pasien Gagal Jantung Rawat Inap Jumlah Penyakit Penyerta Jumlah Persentase (%) 0 13 15,48 1 33 39,29 2 25 29,76 3 9 10,71 4 2 2,38 5 2 2,38 Total 84 100 Tabel III. Daftar Penyakit Penyerta yang Diderita Pasien Gagal Jantung Rawat Inap Penyakit Penyerta Jumlah Cardiovascular Disease Hipertensi 31 Atrial Fibrilasi 19 NSTEMI 2 SVT 1 Hiperlipidemia 1 Neurology Disease Stroke Iskemik 7 Myalgia 1 Pulmonary Disease Asma 2 COPD 6 Efusi Pleura 2 Gastroenterology Disease Ascites 3 GERD 1 Dyspepsia 2 Cholelithiasis 2 Endocrinology Disease Diabetes Mellitus 3 Renal Impairment CKD 9 AKI 3 Infectious Disease CAP 18 HAP 1 UTI 4 Cellulitis 1 Tinea Corporis 1 Hematology Disease Anemia 8 AKI adalah Acute Kidney Injury; CAP, Community Acquired Pneumonia; CKD, Chronic Kidney Disease; HAP, Hospital Acquired Pneumonia; NSTEMI, Non ST Elevation Myocard Infark; PPOK, Penyakit Paru Obstruksi Kronik; SVT, Supraventricular Tachycardia; UTI, Urinary Tract Infection Tabel IV. Obat yang Digunakan pada Terapi Pasien HF-REF Rawat Inap Golongan Obat Jumlah Pasien Persentase (10%) Loop diuretik 38 100 Aldosteron antagonist 18 47,37 ACEI 24 63,16 ARB 16 42,10 β-blocker 18 47,37 Digoxin 8 21,05 Total Pasien 38 ACEI adalah Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor; ARB, Angiotensin Receptor Blocker 91

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Tabel V. Obat yang Digunakan pada Terapi Pasien HF-PEF Rawat Inap Golongan Obat Jumlah Pasien Persentase (10%) Loop diuretik 46 100 Aldosteron antagonist 10 21,74 ACEI 26 56,52 ARB 20 43,48 β-blocker 12 20,09 Digoxin 13 28,26 Total Pasien 46 ACEI adalah Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor; ARB, Angiotensin Receptor Blocker Kajian Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Drug Related Problems (DRPs) Berdasarkan beberapa penelitian, kejadian DRPs dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : umur, penyakit penyerta, polifarmasi, dan LOS (Hajjar et al., 2007; Hanlon et al., 2003; Huri et al., 2014; Viktil et al., 2007). Pada penelitian ini dilakukan kajian terhadap keempat faktor tersebut untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang dapat dilihat pada tabel VIII. Tabel VI. Kejadian DRPs pada Terapi Pasien Gagal Jantung Rawat Inap Drug Related Problems (DRPs) Jumlah Kejadian Persentase (%) Terapi obat tidak diperlukan 5 5,68 Diperlukan terapi obat tambahan 19 21,59 Obat tidak efektif 14 15,91 Dosis obat terlalu rendah 7 7,95 Dosis obat terlalu tinggi 17 19,32 Timbulnya reaksi merugikan 26 29,55 Total 88 100 Tabel VII. DRPs Potensial dan Aktual pada Terapi Pasien Gagal Jantung Rawat Inap Drug Related Problems (DRPs) Potensial Aktual Terapi obat tidak diperlukan 2 3 Diperlukan terapi obat tambahan 12 7 Obat tidak efektif 13 1 Dosis obat terlalu rendah 7 - Dosis obat terlalu tinggi 17 - Timbulnya reaksi merugikan 23 3 Total Kejadian 74 14 Tabel VIII. Analisis Faktor Pengaruh Terhadap Kejadian DRPs Pasien Gagal Jantung Rawat Inap Faktor Pengaruh DRPs Non- DRP Jumlah Persentase (%) p- value a OR 95% CI Umur Lansia 28 23 51 60,71 Dewasa 21 12 33 39,29 0,428 0,69 0,28-1,70 Penyakit Ya 43 28 71 84,52 Penyerta Tidak 6 7 13 15,48 0,333 1,79 0,54-5,89 Polifarmasi Ya 40 25 65 77,38 Tidak 9 10 19 22,62 0,270 1,78 0,63-4,98 LOS 6 hari 36 10 46 54,76 <6 hari 13 25 38 45,24 0,000* 6,92 2,63-18,25 CI adalah Confidence Interval; OR, Odds Ratio; a Uji Chi-Square; *Signifikan secara statistik (p<0,05) 92

Volume 5 Nomor 2 Juni 2015 Berdasarkan hasil analisis statistik Uji Chi-square dan odds ratio pada penelitian ini, umur tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian DRPs (p>0,05). Hasil penelitian ini tidak berkesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanlon et al. (2003). Dalam penelitian tersebut prevalensi kejadian DRPs pada pasien usia lanjut adalah meningkat. Disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Huri et al. (2014), pada pasien usia lanjut, permasalahan yang terjadi secara signifikan yaitu terkait terjadinya efek samping obat, permasalahan pemilihan obat, dan permasalahan dosis. Tingginya prevalensi DRPs pada pasien usia lanjut adalah karena kelompok pasien ini lebih rentan untuk memiliki beberapa penyakit penyerta, serta karena gangguan kesehatan dan penurunan fungsi organ terkait umur. Ketidaksesuaian ini dapat diakibatkan karena banyak pasien non-drps yang juga merupakan lansia. Sehingga secara statistik lansia tidak berpengaruh terhadap kejadian DRPs. Berdasarkan hasil analisis statistik Uji Chi-square dan odds ratio pada penelitian ini, penyakit penyerta tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian DRPs (p>0,05). Hasil penelitian ini tidak berkesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Hajjar et al. (2007) yang menyebutkan pasien yang memiliki penyakit penyerta juga memiliki risiko tinggi untuk mengalami DRPs, yaitu disebabkan adanya beberapa kondisi kronis bersamaan sehingga mendapatkan terapi beberapa obatobatan dalam waktu yang bersamaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huri et al. (2014), DRPs yang biasanya muncul akibat adanya beberapa penyakit penyerta adalah ADR, masalah pemilihan obat, dan interaksi obat. Ketidaksesuaian ini dapat diakibatkan karena banyak pasien non-drps yang juga memiliki penyakit penyerta. Sehingga secara statistik penyakit penyerta tidak berpengaruh terhadap kejadian DRPs. Dikatakan polifarmasi jika pasien mendapat lima obat atau lebih yang mengacu pada definisi polifarmasi yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian, meskipun jumlah baku obat dikatakan polifarmasi belum tersedia (Viktil et al., 2007). Berdasarkan analisis statistik Chi-square dan odds ratio pada penelitian ini, polifarmasi tidak berpengaruh terhadap kejadian DRPs (p>0,05). Hasil penelitian ini tidak berkesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Viktil et al. (2007). Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa peningkatan jumlah obat juga memiliki hubungan kuat dengan peningkatan kejadian DRPs. Jumlah obat yang digunakan merupakan penentu risiko terkuat untuk terjadinya DRPs. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hajjar et al. (2007), pasien yang mendapat terapi lebih dari lima obat cenderung dapat mengalami efek samping, masalah pemilihan obat, masalah dosis, dan interaksi obat. Ketidaksesuaian ini dapat diakibatkan karena banyak pasien non- DRPs yang juga mengalami polifarmasi. Sehingga secara statistik polifarmasi tidak berpengaruh terhadap kejadian DRPs. Lama rawat inap pasien dikelompokkan menjadi <6 hari dan 6 hari mengacu pada penelitian yang menyebutkan bahwa pasien dengan LOS 6 hari terkait dengan kejadian DRPs (Huri et al., 2014). Berdasarkan analisis statistik Uji Chi-square dan odds ratio pada penelitian ini, LOS berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung rawat inap. Pasien dengan LOS 6 hari mempunyai kemungkinan 6,92 kali (95% CI 2,63-18,25) untuk mengalami DRPs dibandingkan dengan pasien dengan LOS <6 hari (p<0,05). Hasil penelitian ini tidak berkesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2009), dimana pada penelitian tersebut tidak terdapat korelasi antara LOS dengan kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung rawat inap. Namun, hasil penelitian ini mempunyai kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Huri et al. (2014), yang menemukan bahwa kejadian DRPs juga terkait dengan LOS, dimana pasien dengan LOS lebih dari enam hari berisiko besar mengalami kejadian efek samping, permasalahan pemilihan obat, dan kejadian interaksi obat. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Moura et al. (2009) juga menyebutkan bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu yang lama lebih rentan terhadap interaksi obat. 93

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi KESIMPULAN Prevalensi kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah sebesar 58,33% (49 pasien) dari 84 pasien. DRPs yang terjadi pada terapi pasien gagal jantung yang dirawat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebesar 88 kejadian, dengan kategori DRPs yang terbanyak berupa timbulnya reaksi merugikan sebesar 29,55% (26 kejadian), diikuti dengan diperlukan terapi obat tambahan sebesar 21,59% (19 kejadian) dan dosis obat terlalu tinggi sebesar 19,32% (17 kejadian). Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung yang dirawat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah LOS. Pasien dengan LOS 6 hari mempunyai kemungkinan 6,92 kali (95% CI 2,63-18,25) untuk mengalami DRPs dibandingkan dengan pasien dengan LOS <6 hari (p<0,05). DAFTAR PUSTAKA Bezverhni, Z., Chapichadze, Z., Cavaco, A., Han, D.G., Geurts, M., Grintsova, O., et al., 2012, Pharmaceutical Care Policies and Practices for a Safer, More Responsible and Cost-Effective Health System, European Directorate for the Quality of Medicines and Healthcare (EDQM) Council of Europe, France. Cipolle, R.J., Strand, L., Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice: The Clinician s Guide, Second Edition: The Clinician s Guide, McGraw-Hill Companies, Incorporated. Damayanti, A., 2009, Kajian Drug Related Problems (DRPs) pada Terapi Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, Tesis, Universitas Gadjah Mada. Hajjar, E.R., Cafiero, A.C., Hanlon, J.T., 2007, Polypharmacy in Elderly Patients, The American Journal of Geriatric Pharmacotherapy, 5 (4): 345 351. Hanlon, J.T., Lindblad, C.I., Hajjar, E.R., McCarthy, T.C., 2003, Update on Drug- Related Problems in the Elderly, The American Journal of Geriatric Pharmacotherapy, 1 (1): 38 43. Huri, H.Z., Hui Xin, C., Sulaiman, C.Z., 2014, Drug-Related Problems in Patients with Benign Prostatic Hyperplasia: a Cross Sectional Retrospective Study. PloS One, 9 (1): e86215. Mann, D.L., 2010, Heart Failure and Cor Pulmonale, dalam: Loscalzo, J. (Ed.), Harrison s Cardiovascular Medicine. McGraw Hill Professional, hal. 178 197. McMurray, J.J.V., Adamopoulos, S., Anker, S.D., Auricchio, A., Böhm, M., Dickstein, K., et al., 2012, ESC Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure 2012: The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure 2012 of the European Society of Cardiology, Developed in collaboration with the Heart Failure Association (HFA) of the ESC. European Heart Journal, 33 (14): 1787 1847. Moura, C., Acurcio, F., Belo, N., 2009, Drug- Drug Interactions Associated with Length of Stay and Cost of Hospitalization, J Pharm Pharmaceut Sci, 12(3): 266 272. Naranjo, C.A., Busto, U., Sellers, E.M., Sandor, P., Ruiz, I., Roberts, E.A., et al., 1981, A Method for Estimating the Probability of Adverse Drug Reactions, Clinical Pharmacology & Therapeutics, 30 (2): 239 245. Tatro, D.S., 2008, Drug Interaction Facts 2009: The Authority on Drug Interactions, 1 st ed. Lippincott Williams & Wilkins, Saint Louis, Mo.; London. Viktil, K.K., Blix, H.S., Moger, T.A., Reikvam, A., 2007, Polypharmacy as Commonly Defined is an Indicator of Limited Value in the Assessment of Drug-Related Problems, British Journal of Clinical Pharmacology, 63 (2): 187 195. Yancy, C.W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey, D.E., Drazner, M.H., et al., 2013, 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines, Circulation, 128: e240 e327. 94