Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No , Hal

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN AUTHENTIC ASSESMENT PADA MATA KULIAH IPS TERPADU SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2016/2017. Fitra Delita 1

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

PANDUAN PELAKSANAAN*) PENDIDIKAN BERWAWASAN KEBANGSAAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

PLEASE BE PATIENT!!!

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak. memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. perumusan masalah dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Beberapa kesimpulan menjawab rumusan masalah tentang pemahaman nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

KONSEP SEKOLAH ISLAM TERPADU. Oleh Rochmat Wahab Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB III METODE PENELITIAN. rinci (Nana Syaodih, 2007:287). Penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. sikap ( attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations) dan keterampilan

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL. B A B I KETENTUAN UMUM

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 2 SKS. Dra. SUDARYATIE, M.Si HANI SUBAGIO, SH., KN WAHYU WIBOWO EKO Y., SPd., MM

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

SILABUS PANCASILA & KEWARGANEGARAAN S1 FARMASI

biasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-05/R0 Tanggal Revisi : 25 Juli 2011 Tanggal Berlaku : 1 September 2011

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD Langkahlangkah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2014

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

INTERNALISASI NILAI-NILAI REVOLUSI MENTAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA KERJA

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

PERTEMUAN ORANG TUA MAHASISWA BARU TAHUN AGUSTUS 2017

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TOKOH SUTAN SJAHRIR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Transkripsi:

INTEGRASI WAWASAN KEBANGSAAN DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAGI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Fitra Delita, Nurmala Berutu, Tumiar Sidauruk, Mona Adria Wirda Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Unimed email : delitafitra@gmail.com Abstrak Internalisasi wawasan kebangsaan pada setiap pembelajaran akan menghasilkan golden generation yang dapat meningkatkan martabat bangsa. Untuk itu pada setiap proses pembelajaran baik disekolah maupun perguruan tinggi, hendaknya memuat nilai-nilai kebangsaan sebagai satu kesatuan dalam pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan pembelajaran yang memuat wawasan kebangsaan dalam mata kuliah Pengembangan Materi IPS. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa dalam mendesain pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang memuat wawasan kebangsaan dalam bentuk perangkat pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan secara sistematis, aktual, akurat mengenai faktafakta yang ditemukan dalam pembelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik komunikasi tidak langsung dengan instrumen berupa lembar observasi dan kuesioner untuk memperoleh data wawasan kebangsaan mahasiswa serta studi dokumenter untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam merancang perangkat pembelajaran yang memuat wawasan kebangsaan. Data dianalisa dengan langkah-langkah yang meliputi reduksi data, kategorisasi dan sintesisasi sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Hasil penelitian menujukkan wawasan kebangsaan mahasiswa Geografi di 3 kelas yaitu Kelas A Reguler 2016 dan Kelas D reguler 2016 tergolong tinggi sedangkan wawasan kebangsaan di Kelas Ekstensi tergolong sedang. Kemampuan untuk merancang pembelajaran IPS yang memuat wawasan kebangsaan di Kelas A Reguler 2016, Kelas D reguler 2016 dan Ekstensi 2016 tergolong sedang. Kata kunci: Integrasi, Wawasan Kebangsaan, IPS PENDAHULUAN Universitas Negeri Medan merumuskan visinya yaitu menjadi universitas yang unggul di bidang pendidikan, rekayasa industri dan budaya. Keunggulan di bidang pendidikan diwujudkan melalui penyelenggaraan pendidikan berkualitas, penelitian dasar dan terapan yang seimbang berbasis kebutuhan riil stakeholder, dan pengabdian kepada masyarakat berbasis penelitian dan berorientasi income generate (Rencana Strategis Universitas Negeri Medan 2016-2020). Mahasiswa Unimed yang berkualitas dapat dihasilkan dari manajemen kurikulum yang dituangkan dalam berbagai mata kuliah dan proses pembelajaran melalui berbagai rancangan, pendekatan, model serta metode yang digunakan dosen. Hal ini juga didukung oleh sistem penilaian yang autentik. Penilaian autentik (authentic assessment) merupakan pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik secara menyeluruh yang meliputi 3 domain yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan atau psikomotor (Delita, 2017). Lulusan Unimed diharapkan unggul dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap termasuk memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi sebagai jati diri warga negara Indonesia. Internalisasi wawasan kebangsaan pada setiap pembelajaran akan menghasilkan golden generation yang dapat meningkatkan martabat bangsa. Untuk itu pada setiap proses pembelajaran baik disekolah maupun perguruan tinggi, hendaknya memuat nilai-nilai kebangsaan sebagai satu kesatuan dalam pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Wawasan kebangsaan adalah cara pandang suatu bangsa yang berkaitan dengan cita-cita yang akan memberikan arah dan gairah hidup serta tujuan yang ingin dicapainya. Dalam konteks Indonesia cara pandang bangsa Indonesia didasarkan pada ideologi Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945. Pendidikan berwawasan kebangsaan sebagai sarana integrasi bangsa berarti rasa kesatuan yang tumbuh dalam hati sekelompok manusia berdasarkan cita-cita yang sama dalam satu ikatan organisasi kenegaraan Indonesia. Persatuan Indonesia adalah proses untuk menuju terwujudnya nasionalisme Indonesia (Purwastuti dan Efianingrum, 2010). Secara operasional, pendidikan berwawasan kebangsaan adalah layanan bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan untuk 83

meningkatkan paham, rasa, dan semangat kebangsaan yang baik pada peserta didik, yang ditunjukkan dengan mengutamakan tingkah laku bersaudara, demokratis, saling menerima dan menghargai, serta saling menolong dalam berinteraksi sosial dengan sesama warga Indonesia (Depdiknas, 2009). Fungsi pendidikan berwawasan kebangsaan mencakup: (1) Pengenalan, yaitu memperkenalkan berbagai komunitas etnis di Indonesia dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya, (2) Peningkatan, yaitu untuk meningkatkan pemahaman, rasa dan semangat berbangsa dalam NKRI; (3) Pemupukan, yaitu untuk menumbuhsuburkan nilai nilai kemanusiaan perdamaian dan demokrasi kepada peserta didik dalam berinteraksi sosial dengan sesama warga negara dan sesama warga dunia; (4) Pengembangan, yaitu mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam mengelola konflik sosial; (5) Pencegahan, yaitu mencegah terjadinya tawuran di kalangan peserta didik, konflik antar-pribadi dan atau konflik antar-kelompok. Begitu pentingnya pendidikan wawasan kebangsaan bagi peserta didik dan kesatuan bangsa, maka pembelajaran yang mengintegrasikan wawasan kebangsaan sangat perlu untuk dilakukan. Apalagi dalam pembelajaran IPS sangat banyak sekali materi yang dapat memuat wawasan kebangsaan. Pada Fakultas Ilmu Sosial Unimed terdapat mata kuliah jati diri yaitu Pengembangan Materi IPS dan Pembelajaran IPS Terpadu. Kedua mata kuliah ini memiliki peran sentral dalam menanamkan wawasan kebangsaan kepada mahasiswa. Dengan integrasi wawasan kebangsaan dalam mata kuliah tersebut, diharapkan mahasiswa mampu memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan kampus maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan wawasan kebangsaan mahasiswa dalam pembelajaran IPS dan mengetahui kemampuan mahasiswa dalam merancang RPP pembelajaran IPS Terpadu yang memuat wawasan kebangsaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan secara sistematis, aktual, akurat mengenai fakta-fakta yang ditemukan dalam pembelajaran IPS. Subyek penelitian ini adalah Kelas A reguler 2016 (22 orang), Kelas D reguler 2016 (25 orang) dan Kelas Ekstensi 2016 (20 orang). Penelitian ini dilakukan selama 16 kali pertemuan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik komunikasi tidak langsung dengan instrumen berupa lembar observasi dan kuesioner untuk memperoleh data wawasan kebangsaan mahasiswa serta studi dokumenter untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam merancang perangkat pembelajaran yang memuat wawasan kebangsaan. Data dianalisa dengan langkah-langkah yang meliputi reduksi data, kategorisasi dan sintesisasi sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Wawasan kebangsaan dalam penelitian ini terbagi atas 3 aspek yaitu paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan (Depdiknas, 2009). pada setiap aspek tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Kejujuran konsisten antara perkataan dan perbuatan Integritas tanggung jawab moral, tingkah laku etis Akuntabilitas tanggung jawab, menerima risiko tindakan Penghormatan pada martabat menghormati martabat manusia, menghargai karya orang lain Menerima dan menghargai menghormati minoritas, menghargai perbedaan kebhinekaan Kerja sama kerja sama dalam tugas kelompok, kerjasama dalam kegiatan kelas Cinta-kasih Keharuan/ rasa iba Peduli dan berbagi Tabel 2. Sopan santun dalam berperilaku Setia dan rela berkorban demi perdamaian Memberi dukungan dan pengayoman Peka atas kebutuhan orang lain Peduli Murah hati 84

Interdependensi Harmoni Rasa berterima kasih Saling berhubungan dengan orang-orang Partisipasi aktif Saling percaya dan memahami Mengutamakan konsensus Penghargaan Kesediaan menerima Tabel 3. Penghormatan Menghormati keputusan bersama pada Penghormatan kepada yang hukum berwenang Pengendalian diri dan disiplin Keterbukaan Kebebasan yang bertanggung jawab Sopan dalam berinteraksi Penyelesaian pertikaian tanpa kekerasan disiplin Mengutamakan dialog dan konsultasi Terbuka terhadap kebenaran ilmiah yang universal Kebebasan mengungkapkan pendapat Hidup demokratis yang bertanggung jawab Pada aspek paham kebangsaan terdapat 11 indikator, aspek rasa kebangsaan 12 indikator, dan aspek semangat kebangsaan 9 indikator. Jadi seluruh indikator penilaian adalah 32 butir. Setiap indikator tersebut diberi bobot antara 1-4, kemudian skor total dikategorisasi dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel 4. Kategori Wawasan Kebangsaan No Nilai Kategori 1 109-128 Sangat Tinggi 2 89-108 Tinggi 3 70-88 Sedang 4 51-69 Kurang 4 50 Sangat Kurang Untuk kemampuan merancang perangkat pembelajaran yang berupa RPP yang memuat wawasan kebangsaan digunakan kategori sebagai berikut : Tabel 5. Kategori Rancangan RPP No Nilai Kategori 1 90-100 Sangat Tinggi 2 80-89 Tinggi 3 70-79 Sedang 4 69 Kurang PEMBAHASAN Wawasan kebangsaan pada aspek paham kebangsaan (11 indikator), rasa kebangsaan (12 indikator) dan semangat kebangsaan (9 indikator) di Kelas A reguler 2016 dapat dilihat pada diagram berikut ini : 85

Gambar 1. Skor Wawasan Kebangsaan Kelas A reguler 2016 24.33 31.18 36.25 atas 11 indikator dari 22 orang mahasiswa mendapat skor total 36,25. Aspek rasa kebangsaan dengan dimensi cintakasih, keharuan/ rasa iba, peduli dan berbagi, interdependensi, harmoni dan rasa berterima kasih yang terbagi atas 12 indikator dari 22 orang mahasiswa mendapat skor total 31,18. Aspek semangat kebangsaan dengan dimensi penghormatan pada hukum, pengendalian diri dan disiplin, keterbukaan serta kebebasan yang bertanggung jawab mendapat skor 24,33. Jika skor ketiga aspek tersebut dijumlahkan maka diperoleh skor wawasan kebangsaan yaitu 91,76 (kategori tinggi). Wawasan kebangsaan pada aspek paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan di Kelas D reguler 2016 dapat dilihat pada diagram berikut ini : Gambar 2.Skor Wawasan Kebangsaan Kelas D reguler 2016 29.53 31.45 33.62 atas 11 indikator dari 25 orang mahasiswa mendapat skor total 31,45. Aspek rasa kebangsaan dengan dimensi cintakasih, keharuan/ rasa iba, peduli dan berbagi, interdependensi, harmoni dan rasa berterima kasih yang terbagi atas 12 indikator dari 25 orang mahasiswa mendapat skor total 29,53. Aspek semangat kebangsaan dengan dimensi penghormatan pada hukum, pengendalian diri dan disiplin, keterbukaan serta kebebasan yang bertanggung jawab mendapat skor 33,62. Jika skor ketiga aspek tersebut dijumlahkan maka diperoleh skor wawasan kebangsaan yaitu 94,6 (kategori tinggi). Wawasan kebangsaan pada aspek paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat kebangsaan di Kelas Ekstensi 2016 dapat dilihat pada diagram berikut ini : Gambar 3. Skor Wawasan Kebangsaan Kelas Ekstensi 2016 26.32 23.11 28.46 atas 11 indikator dari 20 orang mahasiswa mendapat skor total 28,46. Aspek rasa kebangsaan dengan dimensi cinta- 86

kasih, keharuan/ rasa iba, peduli dan berbagi, interdependensi, harmoni dan rasa berterima kasih yang terbagi atas 12 indikator dari 20 orang mahasiswa mendapat skor total 23,11. Aspek semangat kebangsaan dengan dimensi penghormatan pada hukum, pengendalian diri dan disiplin, keterbukaan serta kebebasan yang bertanggung jawabmendapat skor 26,32. Jika skor ketiga aspek tersebut dijumlahkan maka diperoleh skor wawasan kebangsaan yaitu 77,89 (kategori sedang). Sedangkan untuk kemampuan merancang perangkat pembelajaran berupa RPP IPS Terpadu yang mengintegrasikan wawasan kebangsaan pada Kelas A reguler 2016, Kelas D reguler 2016 dan Kelas Ekstensi 2016 menunjukkan hasil di tiga kelas tersebut pada kategori sedang dengan rentang skor rata-rata 70-79. Hasil penilaian RPP mahasiswa dapat dilihat pada diagram berikut ini : Gambar 4. Skor Rancangan RPP Mahasiswa 78.67 77.23 74.38 A Reg D Reg Ekstensi Skor rata-rata rancangan tertinggi adalah Kelas A Reguler 78,67 (22 mahasiswa) sedangkan skor Kelas D Reguler adalah 77,23 (22 mahasiswa). Skor rata-rata terendah diperoleh kelas Ekstensi yaitu 74, 38. Penilaian RPP ini didasarkan pada komponen RPP yang terdapat pada Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Kesulitan mahasiswa dalam merancang RPP ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) Mahasiswa masih berada pada semester 2 jadi belum mendapatkan mata kuliah MKDK; (2) Mahasiswa belum terlatih merancang RPP dengan segala komponennya; (3) Mahasiswa kesulitan dalam menentukan materi dan wawasan kebangsaan yang bisa diintegrasikan kedalam materi tersebut. SIMPULAN Wawasan kebangsaan pada kelas A reguler dengan skor total wawasan kebangsaan 91,76 (kategori tinggi). Wawasan kebangsaan pada kelas D reguler dengan skor total wawasan kebangsaan 94,6 (kategori tinggi). Sedangkan skor total wawasan kebangsaan pada kelas Ekstensi 77,89 (kategori sedang). Kemampuan merancang perangkat pembelajaran berupa RPP IPS Terpadu yang mengintegrasikan wawasan kebangsaan pada Kelas A reguler 2016, Kelas D reguler 2016 dan Kelas Ekstensi 2016 berada pada kategori sedang. Kesulitan mahasiswa dalam merancang RPP disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) Mahasiswa masih berada pada semester 2 jadi belum mendapatkan mata kuliah MKDK; (2) Mahasiswa belum terlatih merancang RPP dengan segala komponennya; (3) Mahasiswa kesulitan dalam menentukan materi dan wawasan kebangsaan yang bisa diintegrasikan kedalam materi tersebut. REFERENSI [1] Delita, 2017. Penerapan Authentic Assesment Pada Mata Kuliah IPS Terpadu Semester Gasal Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Geografi Unimed Agustus 2017 Vol. 9 No.02 [2] Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Wawasan Kebangsaan di SMP. Jakarta. [3] Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta [4] Purwastuti dan Efianingrum. 2010. Model Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Bagi Anak Usia Dini Sebagai Sarana Integrasi Bangsa. Jurnal Kependidikan Volume 40, No. 1, Mei 2010, hal. 99 118 [5] Tim Renstra Unimed. 2015. Rencana Strategis Universitas Negeri Medan Tahun 2016-2020. [6] Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 87