KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN

dokumen-dokumen yang mirip
MENGEMBANGKAN TEAM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

Belajar Setiap Hari, Berubah Setiap Hari. IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

PENINGKATAN KUALITAS MUTU PEMBELAJARAN MELALUI PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN DIRI A. PENDAHULUAN

Learning Portfolio dalam Pembelajaran Diklat

Pengembangan Strategi Service Learning dalam Sebuah Diklat Sebuah Kajian untuk Mengembangkan Pembelajaran dalam Diklat

Teaching Portfolio sebagai Sarana untuk Meningkatkan Keterampilan Mengajar

Seri Mental model (2) MENTAL MODEL UNTUK PEMIMPIN

KEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU

Strategi Self-Talk Sebuah Kajian Singkat untuk Mengembangkan Komunikasi Pembelajaran dalam Sebuah Pelatihan

KOMUNIKASI DAN PRESENTASI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik

MENJADI GURU EFEKTIF Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

PENINGKATAN KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

MENGEMBANGKAN INOVASI PEMIMPIN DALAM ORGANISASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Profesionalisme di Tempat Kerja

3 Kunci berani sukses: Berani menentukan target. Berani mulai melangkah. Berani mewujudkannya sampai sukses. Sukses luar biasa!

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

TERIMAKASIH BUAT : Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam wujud yang sempurna, tetapi tetap saja jauh dari kesempurnaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap ikut menjadi anggota organisasi. Komitmen seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013

LEADER CLASS SEBUAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP. Oleh : ENDRIANA, S.Pd NIP

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Disiplin: Sebuah Keharusan yang Wajib Dimiliki Setiap Pegawai

PENDAHULUAN. Kalau hidup sekedar hidup, kera di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kerbau di sawah juga bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Bekalang Masalah. Peristiwa pendidikan formal ditandai adanya kegiatan belajar mengajar

Kelompok Ustad Zaky 2. Ustdzh. Hj. Dewi 3. Ustdh. Yaya 4. Ustdh. Yuyun

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

Devi Tirttawirya FIK UNY 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

KURIKULUM KURSUS MEMBACA CEPAT ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Kinerja organisasi sebagian besar dipengaruhi kinerja para pegawai,

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

MOTIVASI DARI SEORANG KARYAWAN PT. LPPPI

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MEMBERI PADA PESERTA DIDIK: SEBUAH KAJIAN UNTUK MEMPERLUAS KAPASITAS KEGIATAN PEMBELAJARAN

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

Para wirausahwan berada di dunia yang terakhir menjadi yang pertama, tempat penawaran menciptakan permintaan, tempat keyakinan mendahului

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

PELATIHAN PENGEMBANGAN KARAKTER

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

Apa yang dimaksud dengan Interpersonal Skill?

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2)

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENGENALI POTENSI DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari temuantemuan

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

ORGANISASI BERKINERJA TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

Keberanian Menjalankan Langkah-Langkah Sukses

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju. peningkatan sumber daya manusia. Mulyasa (2011:3) mengemukakan:

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : keterampilan kepemimpinan dasar, metode outbond, kualitas hidup remaja.

Di Unduh dari : Bukupaket.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan kini tidak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

Berpikir Benar, Berpikir Positif Oleh Elsa Sakina

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Buku ini untuk Salam Custanding! ... Michael Ya

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

Cara Mendapatkan Investor untuk Berinvestasi

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #1 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #1 WORLD PERSPECTIVE VS GOD S PERSPECTIVE CARA PANDANG DUNIA VS CARA PANDANG TUHAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (human resources) secara unggul. Sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 20 tahun 2003: 33). Hal ini disesuaikan dengan dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SHAINA BARENO. 9 Butterflies. (9 Kupu-kupu) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP) Budi Sulistyo

Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan yang serba modern ini setiap perusahaan dituntut untuk

Transkripsi:

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN IRENE NUSANTI Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta nuss.peace@yahoo.com Abstrak Dengan kepemimpinan pembelajaran, kepala sekolah dapat memberikan layanan prima sehingga potensi peserta didik berkembang secara maksimal. Artikel ini membahas konsepkonsep untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah, yaitu: konsep pengembangan karakter, thinking skill, leader, true learning, konsep move on, move up. Pembahasan pengembangan karakter menggambarkan bahwa karakter harus dikembangkan dengan prinsip seperti burung rajawali. Pembahasan thinking skill menggambarkan bahwa possibility thinking dan positive thinking perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Pembahasan t konsep leader menggambarkan bahwa pemimpin harus memberikan pengaruh positif. Pembahasan konsep true learning menekankan adanya perubahan nyata dalam diri peserta didik. Sedangkan pembahasan konsep move on, move up menggambarkan bahwa peserta didik diarahkan untuk menunjukkan perbaikan kualitas hidup. Kesimpulannya, dengan mempelajari hal-hal yang dapat digunakan untuk mengembangkan kepemimpinan pembelajaran, kepala sekolah dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu membelajarkan setiap warga sekolah. Kata Kunci: kepemimpinan pembelajaran, pengembangan karakter, thinking skill, leader, true learning, konsep move on, move up. A. PENDAHULUAN Disamping materi inti dari modul Kepemimpinan Pembelajaran yang diperuntukkan bagi diklat kepala sekolah, fasilitator juga mengembangkan materi dari sumber-sumber lain untuk memperkaya wawasan para kepala sekolah. Dengan penambahan materi yang diambilkan dari sumber-sumber lain, diharapkan sesi Kepemimpinan Pembelajaran semakin dapat membekali kepala sekolah dengan jiwa kepemimpinan yang menggelora, sehingga membuat suatu pembelajaran yang tidak mungkin menjadi mungkin untuk diwujudkan. Dengan senantiasa memiliki semangat untuk memikirkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, maka seorang kepala sekolah akan selalu memiliki motivasi tinggi untuk dapat membuktikannya. Kedatangan kepala sekolah setiap harinya tidak lagi hanya sekedar datang pagi dan pulang sore saat pekerjaan sudah selesai. Atau kedatangan kepala sekolah tidak sekedar merupakan sebuah 1

perjalanan rutin dari rumah ke kantor, tetapi menjadi lebih dari itu, yaitu sebuah perjalanan untuk mencoba membuktikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, sekecil apa pun itu. Dengan demikian, perjalanan kepala sekolah menjadi perjalanan yang mengasyikkan karena dipenuhi dengan keingintahuan akan hal-hal yang dicobakan untuk mendapatkan berbagai kemungkinan dari sesuatu yang tadinya dianggap tidak mungkin. Pada tulisan berikut akan dijelaskan hal-hal terkait dengan beberapa point penting untuk meningkatkan kepemimpinan pembelajaran seorang kepala sekolah, yaitu: 1. Pengembangan Karakter 2. Pengembangan thinking skill 3. Konsep seorang leader. 4. Konsep true learning 5. Konsep move on, move up Diharapkan dengan mempelajari lebih dalam terkait dengan kelima hal di atas dan kemudian mencoba untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, seorang kepala sekolah akan lebih memiliki pengalaman untuk dibagikan. Dengan pengalaman yang diperoleh melalui serangkaian keberhasilan dan kegagalan akan membuat kepala sekolah menjadi lebih berwibawa karena ia bisa menceritakan sesuatu, tidak hanya dari teori yang ada di buku-buku tetapi juga dari praktek langsung. B. PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN Bagi seorang kepala sekolah, mempelajari teori kepemimpinan pembelajaran belum cukup untuk menjadikannya seorang pemimpin pembelajaran yang handal. Untuk itu, ada beberapa hal penting yang dapat menunjang keberhasilan seorang kepala sekolah dalam memainkan perannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran. 1. Pengembangan Karakter Dalam modul kepemimpinan pembelajaran disebutkan bahwa tujuan kepemimpinan pembelajaran adalah agar seorang pemimpin dapat memberikan layanan prima kepada semua peserta didik sehingga mereka mampu mengembangkan potensi kualitas untuk menghadapi tantangan yang turbulen. Tantangan turbulen di sini menggambarkan suatu tantangan yang naik dan turunnya serba tidak menentu. Ketidakpastian ini sering menimbulkan perasaan khawatir yang berlebihan. Sebuah ketidakpastian harus dihadapi dengan suatu kepastian, yang ditunjukkan dengan karakter kuat, tidak mudah diombang-ambingkan oleh situasi, permasalahan, atau orang yang kurang bertanggungjawab. Seorang yang tidak mudah 2

diombang-ambingkan akan menemukan ketenangan dan ketenangan ini yang akan menimbulkan stabilitas dalam dirinya (Maxwell, 2010). Oleh karena itu, adalah kewajiban seorang kepala sekolah untuk mendukung kegiatan yang mengarah pada pengembangan karakter. Peserta didik perlu dilatih secara terus menerus dengan berbagai cara agar mereka memiliki karakter yang kuat, tidak mudah menyerah. Karakter yang dimaksud tidak hanya perlu diajarkan secara teori dalam suatu mata pelajaran tersendiri, melainkan setiap guru memiliki kewajiban untuk menanamkan karakter ini. Akan tetapi, sebelum seorang guru berpartisipasi dalam kegiatan penanaman karakter pada peserta didik, akan lebih berwibawa jika guru yang bersangkutan mempraktekkan terlebih dahulu. Dengan demikian, ada pengalaman pribadi yang dapat dibagikan, misalnya: bagaimana kesulitannya dan bagaimana bahagianya ketika berhasil mengatasi suatu permasalahan dengan mencoba mempraktekkan prinsip pantang menyerah. Untuk mengembangkan karakter, seorang kepala sekolah yang adalah leader, dapat menggunakan prinsip rajawali. Seperti diketahui, burung rajawali merupakan burung yang kuat dan mampu terbang tinggi dengan kemampuannya menembus badai. Kehebatan burung rajawali inilah yang dapat diambil sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan turbulen yang dapat terjadi pada siapa saja dan di mana saja, serta kapan saja. Adapun prinsip rajawali tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Prinsip 1 Rajawali menggambarkan orang yang tidak suka hidup sekedar bergerombol tanpa ada tujuan yang jelas. Hal ini disebabkan orang tersebut memiliki visi jelas yang harus dicapai dan visi ini tidak mungkin dicapai kalau cara hidup yang ditempuh adalah sekedar ikut arus, bergerombol ke sana kemari mengerjakan tugas ini dan itu, tanpa tahu secara pasti tujuan dari mengerjakan tugas-tugas tersebut. Bagi orang seperti rajawali, dia akan memilih mengambil keputusan untuk mengerjakan tugas-tugas yang dapat menunjang tercapainya visi yang sudah ditetapkan. Dia juga berani mengambil resiko untuk tidak bergaul dekat dengan orang-orang yang memang tidak memiliki visi yang tidak jelas atau visi yang jelas berbeda sama sekali dengan visinya. Dia akan memilih untuk berteman dekat dengan orang-orang yang memiliki visi sama. Hal ini ditempuh dengan suatu kesadaran bahwa dengan siapa seseorang bergaul itulah yang akan menentukan apakah visi tercapai atau tidak. Prinsip 2 Seekor rajawali memiliki pandangan yang tajam. Hal ini menggambarkan seseorang dengan visi yang jelas. Visi jelas inilah yang membuatnya tetap teguh melangkah di jalur yang mengarah ke tercapainya visi, sekali pun banyak halangan. Dengan kata lain, halangan tidak 3

membuatnya berpaling dari visi tersebut. Karena fokus pada visi itulah yang akan menentukan keberhasilan. Prinsip 3 Rajawali adalah burung yang tidak memakan bangkai. Hal ini menggambarkan output yang diharapkan harus sesuai dengan input yang diusahakan. Input yang tidak baik digambarkan sebagai bangkai. Jika seseorang selalu memasukkan input yang tidak baik, maka output yang dihasilkan juga tidak akan baik. Input ini dapat masuk melalui penglihatan dan telinga. Hal-hal apakah yang sering ditangkap oleh indera penglihatan: hal positif atau hal negatif. Demikian pula dengan pendengaran, hal-hal apakah yang sering didengarkan: hal yang membangun atau hal yang menghancurkan. Prinsip 4 Rajawali senang dengan badai. Bagi rajawali, badai adalah hal yang dapat membawanya terbang tinggi. Dalam hal ini menggambarkan seseorang yang tidak mengeluh ketika tertimpa masalah, karena melalui masalah seseorang dapat mengalami hal-hal yang luar biasa jika yang bersangkutan tidak putus asa. Dengan kata lain, masalah tidak untuk dihindari tetapi untuk dihadapi. Kemampuan untuk mengatasi sebuah masalah itulah yang akan membawa seseorang naik ke level yang lebih tinggi. Prinsip 5 Prinsip kelima menggambarkan seekor rajawali betina yang menguji rajawali jantan dengan menyuruh menangkap ranting-ranting yang dijatuhkan rajawali betina untuk melihat kesungguhan rajawali jantan. Gambaran ini memberikan pelajaran bahwa untuk menjalin hubungan kerjasama dengan orang lain, seseorang perlu menguji terlebih dahulu komitmen dari orang yang mau diajak kerjasama. Dengan kata lain, kerjasama tidak bisa dibangun hanya dengan mempercayai kata-kata manis yang diberikan. Prinsip 6 Ketika tiba saatnya untuk bertelor, rajawali jantan dan betina akan bersama-sama mencari tempat yang cocok untuk bertelor. Setelah itu, rajawali jantan akan terbang mencari ranting, rumput dan duri untuk membuat sarang. Persiapan membuat sarang menggambarkan persiapan dan kesiapan seseorang dalam menghadapi perubahan agar jika perubahan benar-benar datang tidak menimbulkan kebingungan. Prinsip 7 Ketika rajawali menjadi tua, dia akan mengasingkan diri sambil mencabuti bulu-bulunya yang sudah lapuk. Dia akan terus berada di tempat pengasingan sampai bulu-bulu barunya tumbuh kembali dan memperoleh kekuatan baru untuk terbang. Hal ini menggambarkan bahwa dalam 4

kehidupan ada saatnya orang harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan dan hal-hal yang tidak baik, atau bahkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak tepat, karena hal tersebut tidak menunjang visi yang sudah ditetapkan. Misalnya ada jenis pekerjaan yang terlalu banyak menyita waktu, dimana waktu tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih tepat karena lebih bisa untuk mencapai visi. 2. Mengembangkan thinking skill Disamping pengembangan karakter, hal lain yang perlu dilatihkan adalah thinking skill. Thinking skill di sini lebih difokuskan pada pengembangan possibility thinking, positive thinking, dan menghindari popular thinking. Thinking skill menjadi bagian dari materi ini karena kemampuan berpikir seseorang akan mempengaruhi keberhasilan seseorang, dalam hal ini peserta diklat. Serajin apapun seorang peserta diklat belajar kalau tidak disertai dengan cara berpikir yang benar, maka yang bersangkutan belum tentu akan berhasil. Sedangkan possibility thinking merupakan salah satu cara berpikir yang mengembangkan konsep bahwa segala sesuatu adalah mungkin. Dengan kata lain, jangan pernah mengatakan bahwa sesuatu tidak mungkin. Dengan mengatakan bahwa sesuatu tidak mungkin maka seseorang sebenarnya sedang menghalangi dirinya sendiri untuk tidak mengusahakan sesuatu yang memungkinkan sesuatu dapat terjadi. Sebaliknya, seorang peserta diklat dengan possibility thinking akan cenderung tidak gampang menyerah. Baginya, jika satu jalan tidak berhasil, pasti masih ada jalan lain. Dengan demikian, motivasi untuk mencari dan terus mencari selalu ada. Sesuatu yang kelihatannya mustahil bisa menjadi suatu kenyataan, sekalipun dalam tahap awal banyak orang yang menertawakan dan mungkin juga idenya dianggap tidak masuk akal. Maxwell (2009) dalam bukunya How Successful People Think mengatakan bahwa orang dengan possibility thinking cenderung menjadi orang yang bahagia, karena baginya selalu ada jalan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Untuk dapat mengembangkan possibility thinking, seseorang dituntut untuk memiliki positive thinking terlebih dahulu. Sangat sulit bagi seorang negative thinker untuk dapat mengembangkan possibility thinking. Oleh karena itu, memiliki positive thinking sebagai lifestyle adalah dasar untuk dapat berhasil mengembangkan possibility thinking. Cara berpikir ketiga yang dibahas dalam artikel ini adalah popular thinking. Popular thinking merupakan salah satu jenis cara berpikir yang popular di kalangan masyarakat. Hal ini terjadi karena orang cenderung ingin menjadi popular. Oleh karena itu, apa yang sedang populer di masyarakat diikutinya, tanpa melihat terlebih dahulu apakah yang diikuti baik atau tidak baik. Maxwell (2009) mengindikasikan popular thinking sebagai cara berpikir yang tidak baik. Ada beberapa alasan mengapa orang memilih popular thinking, yaitu: 5

a. Ada rasa aman. Tidak semua orang mau mengambil resiko untuk berbeda karena berbeda berarti tidak memiliki banyak teman. Dari segi keamanan, orang yang tidak mengikuti popular thinking cenderung kurang aman. b. Ringan, orang tidak perlu berpikir keras karena tinggal mengikuti pikiran orang yang sudah ada c. Memiliki kekuatan. Orang yang mengikuti popular thinking cenderung hanya mengikuti arus yang banyak, karena menurutnya arus yang banyak memiliki kekuatan. Dengan mengetahui konsep thinking skill, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di bidang pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan pendidik dan juga peserta didik untuk bisa memiliki kualitas berpikir seperti yang dimiliki oleh orang-orang sukses. 3. Konsep seorang leader Sebagai seorang kepala sekolah, salah satu peran yang harus dilakukan adalah peran sebagai leader. Maxwell (2009) mendefinisikan leader sebagai pengaruh atau mempengaruhi, tidak kurang tidak lebih. Dalam hal ini, Maxwell berusaha untuk menekankan bahwa seorang leader, karena posisinya, dapat memberikan atau menimbulkan pengaruh kepada bawahannya atau orang-orang di sekitarnya. Akan tetapi dalam hal ini Maxwell ingin menegaskan bahwa karena begitu strategisnya posisi seorang leader, maka apa pun yang dikatakan dan diperbuat akan dengan cepat mempengaruhi orang lain. Jangan sampai yang terjadi adalah sebaliknya, seorang leader dipengaruhi oleh bawahan atau pun orang-orang di sekitarnya. Jika hal ini terjadi, maka pemimpin yang sedang menjalankan perannya sebagai seorang leader tidak akan mempunyai wibawa sama sekali, bahkan cenderung dipermainkan karena tidak memiliki integritas. Pemimpin yang baik diharapkan dapat menimbulkan pengaruh positif. Tapi pengaruh positif tidak akan terjadi apabila pemimpin hanya sekedar memperkatakan hal-hal positif tetapi tidak memiliki pengalaman nyata tentang hal tersebut karena tidak pernah melakukannya. Kepala sekolah sebagai seorang leader akan sangat memiliki pengaruh dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran. Paling tidak apakah dia juga bisa dilihat sebagai sosok yang senantiasa belajar? Belajar tidak selalu diartikan sebagai belajar formal di suatu sekolah. Belajar di sini lebih cenderung pada kemauan seseorang untuk senantiasa berubah dan memperbaiki diri. Jika ia dilihat sebagai sosok yang senantiasa belajar dan mau memperbaiki diri, maka secara tidak langsung ia sudah memimpin dalam arti menggiring orang lain untuk melakukan hal yang sama, yaitu senantiasa belajar. 4. Konsep true learning 6

Dalam sekolah pembelajar, etos belajar sangat dapat dirasakan sekali. Dalam hal ini, Tee (2005) mengatakan bahwa sekolah dengan konsep organisasi belajar mendorong setiap orang yang ada di sekolah untuk belajar. Jadi, yang belajar tidak hanya peserta didik saja, melainkan kepala sekolah, guru-guru dan segenap tenaga kependididkan juga ikut belajar sesuai dengan bidangnya masing-masing. Belajar di sini tidak selalu diartikan membaca buku, walaupun membaca buku menjadi salah satunya. Banyak orang yang menyatakan dirinya belajar tetapi sebenarnya mereka tidak mendasarkan pada konsep true learning, sehingga apa yang dipelajari tidak membawa pada suatu perbaikan. Belajar yang sesungguhnya adalah belajar yang membawa perubahan, dan perubahan yang ditimbulkan akan membuat seseorang ingin belajar lagi (Tee, 2005). Disamping kegiatan belajar harus diusahakan terus menerus, apa yang dipelajari haruslah yang mengandung good value (Tee, 2005). Jika sebagai pendidik, atau dalam hal ini kepala sekolah, tidak mengimpartasikan nilai-nilai yang baik, maka pembelajaran yang dilaksanakan hanya menghasilkan sekumpulan orang-orang pintar tetapi bermasalah dan tidak memiliki integritas. Jadi, tidak semestinya sekolah hanya menginginkan supaya peserta didiknya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang bagus, tetapi perlu juga untuk mendapatkan nilai-nilai hidup yang bagus. Tee sangat menekankan pada hal ini, terlebih di era sekarang ini, sebagai seorang pemimpin pembelajaran kepala sekolah harus benar-benar tahu nilai-nilai yang akan diperoleh peserta didik selama mereka belajar di sekolah. Untuk memperjelas konsep good value, Tee memberikan contoh berikut. a. Organisasi teroris bisa jadi juga merupakan sebuah organisasi pembelajar karena orangorangnya juga dapat belajar dengan baik dan cepat b. Pengusaha yang suka menipu orang, bisa jadi mereka adalah orang yang cerdas dan memiliki banyak ilmu. Dari kedua contoh, jelas bahwa sebagus apapun ilmu yang diperoleh seseorang kalau tidak didasari dengan good values tidak akan memberikan dampak positif bagi orang lain. 5. Konsep move on, move up. Gambaran yang sering dilihat ketika kenaikan kelas adalah adanya perasaan senang, misalnya: peserta didik kelas satu yang naik ke kelas dua merasa senang, orang tua senang, guru pun juga senang. Tetapi pernahkah seorang kepala sekolah bertanya dalam hati tentang ada tidaknya suatu nilai yang telah tertanam dalam diri peserta didik yang kelak akan bermanfaat bagi kehidupannya di masa datang? Ataukah peserta didik tersebut sekedar naik kelas karena secara nilai dia menunjukkan nilai tertentu yang memungkinkannya untuk naik kelas? Apakah peserta didik hanya menerima suatu input yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan kemudian 7

pada periode tertentu dilakukan penilaian? Gambaran ini menggambarkan kejadian yang hanya sekedar move on, berpindah dari kelas satu ke kelas dua. Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran perlu menekankan pada penanaman nilai-nilai tertentu pada peserta didik untuk tidak bangga hanya dengan prestasi naik kelas, kalau tidak ada nilai tambah lain dalam diri setiap peserta didik yang diperoleh ketika mereka menduduki kelas tertentu. Nilai tambah di sini maksudnya adalah nilai-nilai yang membawa peserta didik pada perbaikan kualitas hidup sebagai seorang peserta didik, dalam hal ini adalah konsep move up. Banyak peserta didik yang mampu naik kelas dengan nilai yang tidak jelek tetapi tidak menunjukkan peningkatan kualitas hidup. Kalau dikembalikan kepada konsep belajar menurut Tee (2005), naik ke jejang pendidikan yang lebih tinggi tanpa disertai dengan peningkatan kualitas hidup berarti sebenarnya peserta didik tersebut tidak belajar. Karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa belajar menurut Tee (2005) akan mengakibatkan adanya perubahan dalam diri si pembelajar. Dan kemudian perubahan yang terjadi akibat belajar akan memotivasi si pembelajar untuk dapat belajar lebih lagi. Jadi, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang kepala sekolah tidak boleh sekedar mengupayakan supaya kelulusan maksimal atau supaya tidak banyak peserta didik yang tidak naik kelas. Lebih dari itu, kepala sekolah harus memastikan bahwa kenaikan kelas/kelulusan diiringi dengan bertambahnya pemahaman peserta didik terhadap nilai-nilai seperti yang dimaksud dalam point sebelumnya. C. PENUTUP Begitu pentingnya peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka pada diklat kepala sekolah materi kepemimpinan pembelajaran perlu dikembangkan lebih jauh agar kepala sekolah memiliki bekal yang cukup terkait dengan pengembangan karakter, pengembangan thinking skill, pemahaman tentang konsep kepemimpinan, konsep belajar yang sesungguhnya, dan konsep move on, move up. Dengan memahami hal-hal tersebut, seorang kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran tidak akan membatasi dirinya pada masalah rutinitas belajar di sekolah atau ritual ujian yang begitu menyita banyak waktu dan pikiran. Sebagai tambahannya, kepala sekolah akan memberikan waktu yang cukup untuk memikirkan tidak hanya tentang pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga nilai-nilai hidup apakah yang akan diperoleh peserta didik yang dapat dipakai sebagai bekal di kemudian hari? REFERENSI Lain, Kwee. Seven Principle of an Eagle of Dr. Myles Monroe. Diakses dari: 8

http://sharelife.wordpress.com/2007-principles-of-an-eagle-dr-mylesmonroe,/downloaded March 2, 2011). Maxwell, C. John. How Successful People Think. New York: Hatchet Book Group. Maxwell, C. John. Podcast: Success. Diakses dari http://www.youtube.com/watch?v=yu8luimi-mk pada 15 Juli 2010 Meyer, Joyce. 2009. Never Give Up. New York: Faith Words Meyer, Joyce. 2010. Power Thought. New York: Faith Words Osteen, Joel. 2005. My Best Life Now: Steps to Live at Your Full Potential. USA Tee, Pak Ng. 2005. The Learning Organization. Singapore: Pearson Prentice Hall Tee, Pak Ng. 2005. Grow Me. Singapore: Pearson Prentice Hall. BIODATA Nama :IRENE NUSANTI NIP :196107151986032001 Pangkat/ Gol :Pembina Tk I/ IVb Jabatan :Widyaiswara Madya Unit Kerja : PPPPTK Seni Budaya 9