BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

Fungsi Konsumsi Keynes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

KONSUMSI DAN TABUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Teori Klasik tentang Permintaan Uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

PENDAHULUAN Konsumsi merupakan pengeluaran konsumen untuk membeli barang dan jasa. Faktor utama yang menentukan konsumsi seorang konsumen akan barang

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang

KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )

BAB 11 LANDASAN TEORI

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta)

Andri Wijanarko,SE,ME

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter

FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

UANG DAN INSTITUSI KEUANGAN PENAWARAN UANG PROGDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas. Sumber daya tersedia secara terbatas. Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan.

BAB II TEORI KONSUMSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait. Uraian dari masing-masing hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

Permintaan dan Penawaran Uang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara sedang berkembang yang sedang giat-giat

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

3/26/2010 Created by Navik istikomah, SE, MSi

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beredar dan hubungan jumlah uang beredar dengan laju inflasi. diketahui definisi uang dan fungsi uang.

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA DI INDONESIA (PERIODE TAHUN ) OLEH M U R O H M A N H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI PEKANBARU. Ritayani Iyan, Rosyetti dan Susie Lenggogeni

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Definisi Tabungan Masyarakat. tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor - impor

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2. Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Sederhana)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu studi yang masih menimbulkan kontroversi hingga saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

Uang Dalam Perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

PENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

BAB II LANDASAN TEORI. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

KESEIMBANGAN di PASAR UANG. Minggu 11

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. menunjukkan besarnya kenaikan pendapatan yang ditabung, atau dapat juga

Oleh: Disusun ( ) ( ) Misbahul Munir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. beberapa hasil penelitian terdahulu: Penelitian Nugroho dan Basuki (2012) dengan judul Analisis Faktorfaktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

Consumption - Saving - Investment

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Transkripsi:

25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah tentang konsumsi masyarakat di Indonesia dan penelitian tersebut antara lain: Kusuma, Brilliant Vanda (2008) yang melakukan penelitian dengan hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam jangka pendek pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nasional, inflasi dan suku bunga deposito, sedangkan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi di Indonesia pada tahun penelitian. Nelwati (2011) yang melakukan penelitian dengan hasil bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat di Indonesia pada tahun 1995 sampai 2009 secara bersamasama dipengaruhi oleh variabel pendapatan nasional, suku bunga, laju inflasi sebesar 92.2%. Namun demikian secara individual hanya variabel pendapatan nasional yang berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat di Indonesia. Ragandhi, Arsad (2008) hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Nasional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat dalam jangka panjang, sementara dalam jangka pendek Pendapatan Nasional tidak signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat. Suku Bunga Deposito berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat dalam jangka panjang hal ini ditunjukkan berdasar hasil pengolahan Eviews dari nilai probabilitas Suku Bunga Deposito sebesar 0,0098 lebih kecil dari nilai α 0,05 dan memiliki koefisien negative sebesar - 0,006056. Dalam jangka pendek Suku Bunga Deposito tidak signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas Suku Bunga Deposito sebesar 0,4944 lebih besar dari nilai α 0,05 dan memiliki 25

26 koefisien negative sebesar -0,001355. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi masyarakat dalam jangka panjang, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas Inflasi dalam jangka panjang sebesar 0,0308 lebih kecil dari nilai α0,05 dan memiliki nilai koefisien positif 0,003578. Sementara dalam jangka pendek Inflasi tidak signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas Inflasi sebesar 0,5352 lebih besar dari nilai α 0,05. Berdasarkan pengujian serempak menggunakan uji- F menunjukkan bahwa dalam jangka panjang Pendapatan Nasional, Suku Bunga Deposito dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap Konsumsi Masyarakat (KM) hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan Eviews bahwa nilai probabilitas pengujian bersama-sama dalam jangka panjang sebesar 0,000000. Sementara dalam jangka pendek Pendapatan Nasional, Inflasi dan Suku Bunga Deposito tidak signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas pengujian bersama-sama dalam jangka pendek sebesar 0,137483. Aziz, Muhammad Abdul (2009) yang melakukan penilitian dengan hasil temuan empiris dengan pendekatan GLS, variabel tersebut adalah pendapatan riil yang berpengaruh positif dan signifikan dan suku bunga riil yang berpengaruh negative dan signifikan terhadap konsumsi riil masyarakat. Sedangkan variabel tingkat inflasi yang diharapkan berpengaruh negatif dan signif ikan terhadap konsumsi riil justru menunjukkan hasil yang positif dan tidak signifi kan terhadap konsumsi riil masyarakat. Firdayetti SE, MSi (2011) dalam penelitiannya dihasilkan kesimpulan bahwa suku bunga deposito jangka pendek maupun jangka panjang tidak memiliki pengaruh terhadap konsumsi rumah tangga maka perlu adanya produk bank dimana pencampuran tabungan dengan produk pasar modal sehingga masyarakat tertarik untuk mendepositokan dananya pada bank,karena imbal hasil yang diterima masyarakat tetap tinggi. 26

27 Gliantika (2011), berdasarkan hasil pengujian empiris diperoleh bahwa variabel pendapatan dan suku bunga mampu mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat di Sumatera Barat sebesar 93,5 persen. Dimana Pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat konsumsi di Sumatera Barat. Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan Keynes yang menyatakan pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung dengan tingkat pendapatannya, dimana semakin besar pendapatan yang diterima semakin besar pula konsumsi yang akan dilakukan. Sedangkan suku bunga memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap tingkat konsumsi di Sumatera Barat. Hal ini dikarenakan masyarakat Sumatera Barat cenderung menggunakan uang tunai untuk pengeluaran konsumsi daripada menggunakan kartu kredit serta adanya kendala likuiditas dan sektor perbankan yang kurang efisien sehingga pengaruh tingkat bunga terhadap tabungan tergolong rendah. 2.2 Landasan Teori 2.2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.(dumairy, 1996) Fungsi konsumsi itu sendiri menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan. Apabila tingkat pendapatan meningkat maka konsumsi juga akan meningkat, tetapi dengan proporsi yang lebih kecil daripada kenaikan pendapatan itu sendiri karena hasrat konsumsi (Marginal Propensity to Consume = MPC) lebih kecil atau kurang dari satu. (Suparmoko, 1990 : 56) 27

28 Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : i. Fungsi konsumsi ialah : C = a + by Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional. 2.2.2. Teori Konsumsi 2.2.2.1. Teori Keynes (Keynesian Consumption Model) Setidak-tidaknya ada empat teori konsumsi yang perlu dipelajari agar dapat mengikuti perkembangan teori-teori mutakhir. Salah satu di antaranya adalah teori yang diajukan oleh John Maynard Keynes. Untuk selanjutnya teori konsumsi tersebut kita sebut saja Teori Keynes tentang konsumsi. a. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposable saat ini (current disposable income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposable meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposable. 28

29 C = C 0 + b + Yd di mana: C = konsumsi C 0 = konsumsi otonomus b = marginal propensity to consume (MPC) Y d = pendapaan disposable 0 b 1 b. Kecenderungan Mengonsumsi Marginal (Marginal Propensity to Consume) Kecenderungan Mengonsumsi Marginal (Marginal Propensity to Consume, disingkat MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposable berambah satu unit. MPC = 29

30 Gambar 2.1. Kurva Konsumsi C C 2600 1800 1000 1000 2000 3000 Y Berdasarkan Gambar 1.1, menunjukkan grafik konsumsi yang berbentuk garis lurus. Kurva konsumsi yang sudut kemiringannya lebih kecil daripada sudut 45 derajat menunjukkan bahwa MPC tidak mungkin lebih besar dari satu. Hal itu dibuktikan bahwa ketika pendapatan disposable meningkat 1000 unit, konsumsi hanya meningkat 800 unit, atau angka MPC sama dengan 0,8. c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume) Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume, disingkat APC) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel total. APC = d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sissanya ditabung. Dengan demikian kita dapat menyatakan: 30

31 Y d = C + S di mana: S = tabungan (saving) Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity to Save, disingkat MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save, disingkat APS) (Rahardja, 2001: 55-63) 2.2.2.2. Hipotesis Pendapatan Permanen Teori konsumsi hipotesis pendapatan permanen (permanent income hypothesis) dikemukakan oleh Milton Friedman dalam bukunya A Theory of Consumtion Function. Menurut Friedman, pendapatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Pendapatan permanen (permanent income) b. Pendapatan sementara (transitory income) Pendapatan permanen merupakan bentuk pendapatan yang di terima secara periodic dan jumlahnya dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan gaji. Pendapatan sementara merupakan bentuk pendapatan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Pendapatan sementara ini bisa berbentuk tambahan (bonus dan menang lotre) ataupun berbentuk pengurangan, misalnya biaya pengobatan sakit yang tiba-tiba pada pendapatan permanen. Pengeluaran konsumsi seseorang dipengaruhi oleh pendapatan permanen secara proporsional. Apabila terjadi kenaikan pendapatan sementara yang positif (posisitive transitory 31

32 income), maka pengeluaran konsumsinya juga akan mengalami kenaikan, begitu pula sebaliknya. Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen bersikap rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh semasa hidupnya diantara kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola konsumsi yang kurang lebih merata dari waktu ke waktu. Menurut teori ini, konsumsi permanen seorang konsumen mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan: C p = k Y p C p : konsumsi permanen Y p : pendapatan permanen k : angka konstan k atau angka konstan menunjukkan bagian atau proporsi pendapatan permanen yang dikonsumsi yang nilainya antara nol sampai satu (0 < k < 1). Nilai k ini relative stabil dan merupakan fungsi dari suku bunga (r), kesukaan konsumen (u), dan rasio antara kekayaan manusiawi dan kekayaan non manusiawi (w). hubungan ini dapat dituliskan: k = f (r, u, w) (Suparmono, 2004 : 75) 2.2.2.3. Hipotesis Pendapatan Relatif Teori konsumsi hipotesis pendapatan relative dikemukakan oleh James Duesenberry dalam bukunya Income, Saving and The Theory of Consumer Behavior (1949). Menurut teori ini, pola konsumsi seseorang ditentukan terutama oleh pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Apabila pendapatan berkurang pada periode tertentu, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran konsumsi, untuk menutupnya, mereka mengurangi tabungannya. 32

33 Dalam jangka panjang konsumsi berubah secara proporsional dengan pendapatan, akan tetapi dalam jangka pendek konsumsi berubah dalam proporsi yang lebih kecil dari perubahan pendapatan. Selain tingkat pendapatan, kondisi lingkungan disekitar tempat tinggal konsumen juga mempengaruhi pola konsumsi seorang konsumen. Seseorang akan selalu berusaha hidup seperti tetangganya, maka ketika pendapatan turun, maka orang tersebut tidak akan menurunkan konsumsinya seperti apabila pendapatannya naik, tetapi akan mempertahankan tingkat konsumsinya tidak terlalu jauh dengan tingkat konsumsi tertinggi yang pernah dicapainya. Pola konsumsi jangka pendek akan menunjukkan hubungan tingkat konsumsi dan pendapatan, tetapi dalam jangka panjang konsumsi akan berubah secara proporsional dengan perubahan pendapatan. Bila kurva konsumsi jangka pendek digambarkan bersamaan dengan kurva konsumsi jangka panjang, bentuknya akan menyerupai gergaji. Teory Duesenberry tentang efek lingkungan tempat tinggal konsumen terhadap pola konsumsi ini disebut juga dengan ratchet effect atau efek gergaji dan hipotesisnya disebut dengan hipotesis pendapatan relatif. (Suparmono, 2004 : 75-76) 2.2.2.4. Hipotesis Siklus Hidup Model konsumsi siklus hidup (Life Cycle Hypothesis, disingkat LCH). Dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan model Keynes, model ini mengakui bahwa faktor yang dominn pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposabel. Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya pendapatan disposabel. Ternyata, tingkat pendapatan disposabel berkaitan erat dengan usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode: 33

34 a. Periode Belum Produktif Periode ini berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar antara usia nol hingga dua puluh tahun. Pada periode ini umumnya manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenhuhi kebutuhan konsumsi, mereka harus dibantu oleh anggota keluarga lain yang telah berpenghasilan. b. Periode Produktif Periode ini umumnyaberlangsung dari usia sekitar dua puluhan tahun, hingga usia enam puluhan tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar lima puluhan tahun. Setelah itu tingkat pendapatan disposabel menurun, sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi. c. Periode Tidak Produktif Lagi Periode ini berlangsung setelah usia manusia melebihi enam puluh tahun. Ketuaan yang datang tidak memungkinkan mereka bekerja untuk mendapat penghasilan. Pola konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposabelnya. Ada saatnya mereka harus berutang/mendapat tunjangan, ada saat harus menabung sebanyakbanyaknya dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup dengan menggunakan uang tabungannya. (Rahardja, 2001 : 64 66) 2.2.2.5. Pilihan Antar Waktu (Irving Fisher) Ekonom Irving Fisher mengembangkan model yang digunakan para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antar waktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Fisher menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi konsumen, preferensi yang mereka miliki, dan bagaimana hambatanhambatan serta preferensi ini bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap konsumsi dan tabungan. 34

35 Dengan kata lain konsumen menghadapi batasan atas beberapa banyak yang mereka bisa belanjakan, yang disebut batal atau kendala anggaran ( budget constraint). Ketika mereka memutuskan berapa banyak akan menkonsumsi hari ini versus berapa banyak akan menabung untuk masa depan, mereka menghadapi batasan anggaran antar waktu ( intertemporal budget constaint ), yang mengukur sumber daya total yang tersedia untuk konsumsi hari ini, dan dimasa depan. (Mankiw, 2003: 429) 2.2.3. Penjelasan Tentang variabel Penelitian 2.2.3.1 Pendapatan Nasional Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktorfaktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB). Produk Domestik Bruto atau dalam istilah Inggrisnya Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi molik warga negara tersebut dan negara asing dalam satu tahun tertentu. Produk Nasional Bruto adalah nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. 2.2.3.1.1 Pendapatan Nasional Harga Berlaku dan Harga Tetap Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu taun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Cara ini adalah cara yang selalu dilakukan dalam menghitung pendapatan nasional dari suatu periode ke periode lainnya. Dapatlah diramalkan bahwa apabila dibandingkan data pendapatan nasional dalam berbagai tahun tersebut, nilainya akan berbeda-beda dan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pertambahan nilai tersebut disebabkan oleh dua faktor, pertama yaitu 35

36 pertambahan fisikal barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dan kedua yaitu kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya. Pertumbuhan suatu perekonomian diukur dari pertambahan yang sebenarnya dalam barang dan jasa yang diproduksikan. Untuk dapat menghitung kenaikan itu dari tahun ke tahun, barang dan jasa yang dihasilkan haruslah dihitung pada harga yang tetap, yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan padan tahun-tahun yang lain. Nilai pendapatan nasional yang didapat dalam perhitungan secara ini dinamakan pendapatan nasional pada harga tetap atau pendapatan nasional riil. 2.2.3.1.2 Perhitungan Pendapatan Nasional a. Cara Pengeluaran Perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan nilai barang-barang jadi yang dihasilkan dalam perekonomian. Di negara-negara yang perekonomiannya sudah sangat maju seperti Belanda, Inggris, Jerman dan Amerika Serikat, perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran/perbelanjaan adalah cara yang paling penting. Hal ini desebabkan karena cara tersebut dapat memberikan keterangan-keterangan yang sangat berguna mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai. Perhitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran membedakan pengeluaran ke atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian kepada 4 komponen, yaitu: konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal sector swasta (investasi) dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor). b. Cara Produk Neto atau Produksi Cara menghitung pendapatan nasional ini adalah dengan menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai 36

37 lapangan usaha dalam perekonomian. Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional mempunyai dua tujuan penting: i. Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sector ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional. ii. Sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali, yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai proses produksi. c. Cara Pendapatan Dengan perhitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Faktor-faktor produksi tersebut diperoleh dari berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. (Sadono Sukirno, 2012 : 34-44) 2.2.3.2. Inflasi Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus. Umum berarti kenaikan harga tidak hanya terjadi pada satu jenis barang saja, tapi kenaikan itu akan mempengaruhi harga barang lain di pasar. Terus-menerus berarti bahwa kenaikan harga terjadi tidak sesaat saja, misalnya kenaikan harga barang menjelang hari raya. 2.2.3.2.1. Penyebab Timbulnya Inflasi 1. Inflasi akibat tarikan dorongan biaya produksi (cost push inflation) 2. Inflasi akibat tarikan permintaan (demand pull inflation) (Suparmono, 2004 : 128) 2.2.3.2.2 Jenis Inflasi Dilihat dari Parah Tidaknya Inflasi 1. Inflasi ringan (laju inflasi dibawah 10% setahun) 2. Inflasi sedang ( laju inflasi 10%-30% setahun) 37

38 3. Inflasi berat ( laju inflasi 30%-100% setahun) 4. Hiperinflasi ( laju infl asi diatas 100% setahun). (Boediono, 1990). 2.2.3.3 Tingkat Suku Bunga Menurut Hubbard (1997), bunga adalah biaya yang harus dibayar borrowed atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menabung. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu. 2.2.3.3.1. Macam-Macam Suku Bunga 1. Suku Bunga Nominal Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang ditentukan berdasarkan jangka waktu satu tahun. 2. Suku Bunga Riil Suku bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama. 2.2.3.4 Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, konsep uang beredar dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu: 1. Uang beredar dalam arti sempit (narrow money) 2. Uang beredar dalam arti luas (broad money) Uang beredar dalam arti sempit yaitu jumlah uang berdedar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral yang digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan eknomi. Dalam istilah ekonomi moneter, konsep ini dikenal dengan istilah narrow money, yang secara matematis dapat dituliskan: M 1 = C + D M 1 : uang beredar dalam arti sempit 38

39 C : uang kartal (currency) D : uang giral (demand deposit) Uang kartal adalah jenis uang yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) yang digunakan oleh masyarakat secara umum. Uang kartal ini terdiri dari dua bentuk, yaitu uang kertas dan uang logam. Uang giral atau giro adalah jenis uang dalam bentuk saldo rekening giro atau rekening Koran yang berada di bank umum dan milik masyarakat. Konsep uang giral digolongkan sebagai uang beredar karena dimiliki oleh masyarakat dan masyarakat yang memilikinya dapat menggunakannya. (Suparmono, 2004 : 105) 2.2.3.5 Beberapa Variabel Lain yang Mempengaruhi Konsumsi 1. Selera Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift). 2. Faktor sosial ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang ia sisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah. Yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. 3. Kekayaan Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. 39

40 Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth ) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi. 4. Keuntungan / Kerugian Capital Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Menurut John J. Arena menemukan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dan keuntungan kapital karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi dan konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan perubahan jangka pendek dalam harga surat berharga tersebut. Sebaliknya Kul B. Bhatia dan Barry Bosworth menemukan hubungan yang positif antara konsumsi dengan keuntungan kapital. 5. Barang tahan lama Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang. Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi. 6. Kredit Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan 40

41 rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak, karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang hurus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayardengan kredit. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kejelasan mengenai pengaruh kredit terhadap pengeluaran konsumsi. (Suparmoko, 1991: 74-77). 2.2.4. Penjelasan Teoritis Tentang variabel Penelitian 2.2.4.1. Pendapatan Nasional Pengaruhnya Terhadap Konsumsi Teori yang dikemukakan oleh Keynes dinamakan absolute income hypothesis atau hipotesis pendapatan mutlak. Ciri-ciri penting dari konsumsi rumah tangga dalam teori pendapatan mutlak, yang pertama faktor penentu terpenting besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga baik perorangan maupun keseluruhan pada suatu periode adalah pendapatan disposibel yang diterima dalam periode tersebut. Terdapat hubungan yang positif diantara konsumsi atau pendapatan disposibel, yaitu semakin tinggi pendapatan disposibel semakin banyak tingkat konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Ciri ini sesuai dengan sifat manusia yang telah di observasi dalam teori perilaku konsumen, yaitu keinginan manusia yang tidak terbatas, tetapi kemampuan untuk memenuhi keinginannya tersebut dibatasi oleh perubahan faktor-faktor produksi atau pendapatan yang dimilikinya. Maka semakin tinggi pendapatan, semakin banyak pula pembelanjaan rumah tangga. 41

42 2.2.4.2. Inflasi Pengaruhnya Terhadap Konsumsi Terdapat setidaknya 3 teori yang membahas tentang inflasi yaitu teori kuantitas, teori Keynes dan teori strukturalis. Teori kuantitas menyebutkan bahwa inflasi karena dua hal yaitu kenaikan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat akan kenaikan harga dimasa yang akan datang. Sementara teori Keynes menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar kemampuan ekonominya, artinya masyarakat selalu meminta lebih dari yang dapat dihasilkan atau diproduksikan. Sedangkan teori strukturalis menyatakan bahwa inflasi terjadi karena adanya ketidakelastisan ekonomi Negara berkembang. Ketidakelastisan tersebut terjadi pada permintaan ekspor yang tumbuh tidak seimbang dengan sektor lain dunia atas suatu produk tidak menguntungkan. Disamping itu produksi barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan harga. 2.2.4.3. Suku Bunga Deposito Riil Pengaruhnya Terhadap Konsumsi Terdapat teori yang menerangkan tentang tingkat bunga. Menurut teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh sektor riil dan sektor moneter. Keynes membedakan permintaan uang menurut motivasi masyarakat untuk memegang uang menjadi tiga yaitu untuk berjaga-jaga, transaksi dan motif spekulasi, yakni mencari uang dari perbedaan tingkat bunga. Yang kedua teori paritas tingkat bunga menurut arbitrasi, tingkat harga barang dan jasa maupun tingkat suku bunga di dalam perekonomian yang relatif dan terbuka penuh terhadap perekonomian dunia yang cenderung sama dengan dunia internasional. Seperti yang kita ketahui bahwa konsumsi mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat tabungan, tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau dibelanjakan. Suku bunga mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat melalui tabungan. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar pula jumlah uang yang ditabung sehingga semakin kecil uang yang dibelanjakan untuk konsumsi. Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang yang ditabung semakin rendah yang berarti semakin besar uang digunakan untuk konsumsi. Jadi hubungan antara konsumsi dan suku bunga mempunyai arah yang 42

43 bertentangan, dimana suku bunga yang meningkat akan mengurangi pola konsumsi masyarakat. (Sukirno, 2000: 342). 2.2.4.4. Jumlah Uang Beredar Pengaruhnya Terhadap Konsumsi Terdapat teori yang menjelaskan jumlah uang beredar yaitu teori Milton Friedman. Menurut Milton Friedman menyimpulkan bahwa secara umum laju jumlah uang beredar yang tinggi akan menyebabkan terjadinya booms dan inflasi, sedangkan penurunan jumlah uang beredar dapat menimbulkan resesi dan kadangkadang bahkan juga deflasi. Seperti yang kita ketahui bahwa semakin banyak jumlah uang beredar di masyarakat maka akan menimbulkan inflasi meningkat. Dimana semakin banyak jumlah uang beredar di masyarakat, maka masyarakat lebih memilih untuk berkonsumsi karena uang yang dipegang di masyarakat banyak. Dengan meningkatnya konsumsi masyarakat maka permintaan atas barang akan meningkat sehingga akan mempengaruhi harga suatu barang meningkat karena permintaan atas barang di masyarakat banyak. 2.3. Hipotesis Penelitian 1. Diduga pendapatan nasional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap konsumsi di Indonesia. 2. Diduga inflasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap konsumsi di Indonesia. 3. Diduga suku bunga deposito berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap konsumsi di Indonesia. 4. Diduga jumlah uang beredar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap konsumsi di Indonesia. 43