PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

dokumen-dokumen yang mirip
SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

RESPONS SELEKSI INDIVIDU KARAKTER PERTUMBUHAN POPULASI F-0 IKAN MAS STRAIN RAJADANU

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

BAB III BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

PENGARUH TIPE PERSILANGAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN POPULASI BENIH UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

*) Penulis penanggung jawab

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

II. BAHAN DAN METODE

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI TIGA GENOTIPE IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

KERAGAAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio) STRAIN MAJALAYA, LOKAL BOGOR DAN RAJADANU DI KOLAM CIJERUK, BOGOR-JAWA BARAT

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BOBOT IKAN MAS VARIETAS PUNTEN DALAM PROGRAM SELEKSI INDIVIDU

ANALISA GENETIC GAIN ANAKAN IKAN NILA PANDU (Oreochromis niloticus) F5 HASIL PEMBESARAN I. Nurin Dalilah Ayu, Sri Hastuti *)

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 42/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG GALAH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD

Arief Vrahmana, Fajar Basuki*, Sri Rejeki

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

KERAGAAN PERTUMBUHAN IKAN NILA SPESIFIK LAHAN GAMBUT F-2, F-1 DENGAN NILA LOKAL

Kata Kunci : Heterosis; Ikan Nila (Oreochromis niloticus); Pertumbuhan.

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

PENERAPAN SELEKSI FAMILI F3 PADA IKAN NILA HITAM (Oreochromis niloticus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan

II. BAHAN DAN METODE

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan. Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

PENGARUH DOSIS PAKAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio DAN IKAN BAUNG Macrones sp DENGAN SISTEM CAGE-CUM-CAGE

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS KARAKTER REPRODUKSI IKAN NILA KUNTI (Oreochromis niloticus) F4 DAN F5. Rifqi Tamamdusturi, Fajar Basuki *) ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

PENDAHULUAN PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN NILAI EKONOMIS KUALITATIF KUANTITATIF PRODUKSI SUSU PRODUKSI DAGING

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN SLEMAN TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

ANALISIS GENETIC GAIN IKAN NILA PANDU DAN NILA KUNTI (Oreochromis niloticus) F4 HASIL PENDEDERAN I III ABSTRAK

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

ANALISA KARAKTER REPRODUKSI IKAN NILA PANDU (Oreochromis niloticus) PADA GENERASI 4 (F4) DAN GENERASI 5 (F5) Angga Rizkiawan *)

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

II. BAHAN DAN METODE

Growth Performance of Silurid Sheatfish (Ompok rhadinurus Ng) and Siamese Catfish (Pangasius hypopthalmus) and Their Hybrids

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SILABUS MATAPELAJARAN TEKNIK PEMBENIHAN IKAN (PAKET KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN)

Transkripsi:

Media Akuakultur Vol. 0 No. Tahun 05: -6 PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya Pantura Sukamandi, Patokbeusi, Subang 46, Jawa Barat E-mail: didik_ski@yahoo.com ABSTRAK Dalam rangka peningkatan produktivitas budidaya ikan, penggunaan benih unggul ikan menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi. Benih unggul ikan diperoleh dari induk unggul hasil pemuliaan. Dalam pelaksanaan kegiatan pemuliaan ikan, evaluasi peningkatan genetik dan performa benih perlu dilakukan pada setiap generasi. Dalam kegiatan tersebut, faktor lingkungan harus diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap penampilan benih yang diuji. Untuk mengetahui apakah performa benih yang diuji dipengaruhi oleh lingkungan atau tidak, maka diperlukan populasi kontrol internal sebagai populasi pembanding. Tulisan ini menunjukkan pentingnya populasi kontrol internal dalam kegiatan evaluasi benih hasil seleksi ikan mas untuk menghindari terjadinya pembiasan data yang diperoleh sehingga kesimpulan yang diambil menjadi benar. KATA KUNCI: ABSTRACT: pemuliaan ikan, evaluasi benih, kontrol internal, ikan mas The importance of internal control population for selection program evaluation. By: Didik Ariyanto In order to increase the productivity of fish farming, the use of improved seed fish should be conducted. Improved seed of fish can be obtained from the breeding program. In the implementation of fish breeding, genetic improvement and the performance of the seed need to be evaluated in each generation. In the evaluation of the seed performance, the influence of environmental quality is also a factor that must be considered because it influences the performance of the tested fish. To determine whether there is influence of different environments in seed evaluation activity, required internal control population as a comparison population. This article will demonstrate the importance of internal control population, thereby reducing the bias of data that occurs in the evaluation of seed which obtained from a breeding program. KEYWORDS: fish breeding, seed evaluation, internal control, common carp PENDAHULUAN Performa benih ikan di dalam wadah budidaya ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat benih tersebut dibudidayakan. Dalam beberapa kasus, interaksi antara kedua faktor tersebut juga berpengaruh terhadap performa benih yang dibudidaya. Kualitas benih yang baik diperoleh dari induk yang secara genetik mempunyai kualitas baik. Kualitas genetik induk yang baik dapat diperoleh melalui suatu program pemuliaan. Selain hibridisasi (persilangan), salah satu program pemuliaan ikan yang banyak dilakukan adalah melalui seleksi. Dibandingkan dengan hibridisasi, program seleksi lebih bersifat pasti karena memanfaatkan ragam gen aditif (VA) yang diturunkan dari induk kepada anakannya. Oleh karena itu, peningkatan mutu genetik yang diperoleh pada setiap generasi dapat diperkirakan lebih akurat. Menurut Tave (99), Hardjosubroto et al. (994), Warwick et al. (995) dan Tave (996), seleksi dapat meningkatkan mutu genetik suatu populasi sebesar 0%-5% setiap generasi. Dalam pelaksanaan seleksi ikan, evaluasi performa benih harus diamati pada setiap generasi. Hal ini untuk mengetahui apakah benih yang dihasilkan mempunyai performa yang lebih baik atau tidak dibanding generasi sebelumnya. Evaluasi performa benih setiap generasi juga bermanfaat untuk mengetahui apakah program seleksi yang dilakukan efektif atau tidak.jika hasil evaluasi sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka program tersebut dapat dilanjutkan, tetapi jika tidak sesuai, maka program tersebut dapat langsung dihentikan atau direvisi dan diperbaiki sehingga hasilnya lebih optimal. Dalam pelaksanaan evaluasi hasil seleksi, diperlukan populasi pembanding sebagai populasi kontrol. Populasi kontrol ini berguna untuk melihat seberapa tinggi tingkat keberhasilan kegiatan

Pentingnya populasi kontrol internal dalam evaluasi keberhasilan program seleksi... (Didik Ariyanto) seleksi yang telah dilakukan. Populasi-populasi yang dapat digunakan sebagai populasi pembanding, antara lain populasi non seleksi (kontrol internal) yang diambil dari rara-rata populasi yang sedang diseleksi. Selain itu, dapat juga digunakan populasi yang secara umum digunakan oleh masyarakat ataupun populasi hasil pemuliaan yang sudah ada (kontrol eksternal). Beberapa program pemuliaan ikan telah dilakukan tanpa menggunakan populasi kontrol, terutama kontrol internal. Populasi kontrol internal ini penting disediakan karena dapat digunakan untuk melihat seberapa tinggi perbaikan (atau penurunan) mutu genetik populasi hasil seleksi. Sebagaimana diketahui bahwa performa benih ikan di dalam wadah budidaya ditentukan oleh faktor genetik (keturunan) dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Ketiadaan populasi kontrol internal dapat menyebabkan hasil evaluasi yang diperoleh bersifat bias oleh faktor lingkungan tersebut. Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan hasil evaluasi yang diperoleh, apakah peningkatan (atau penurunan) performa benih hasil seleksi tersebut disebabkan adanya peningkatan mutu genetik karena aktivitas seleksi yang bersifat tetap atau disebabkan oleh faktor lingkungan yang bersifat sementara. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pentingnya populasi kontrol internal dalam pelaksanaan evaluasi performa benih hasil seleksi. Tulisan ini mengambil contoh program perbaikan genetik ikan mas yang dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI), yaitu program pembentukan varietas unggul ikan mas tumbuh cepat. Program pemuliaan ikan yang diinisiasi pada tahun 00 ini dilakukan dengan metode seleksi individu terhadap karakter bobot badan. BAHAN DAN METODE Bahan utama dalam penelitian ini adalah populasi benih ikan mas Rajadanu populasi F0 yang dibentuk tahun 0 dan populasi F terseleksi dan non seleksi yang dibentuk tahun 0. Populasi F0 dibentuk dari induk betina dan jantan ikan mas Rajadanu hasil koleksi yang diperoleh pada tahun 00, sedangkan populasi F dibentuk dari induk betina tetua (P) dengan induk jantan terseleksi dan non seleksi populasi F0. Pembentukan dan Seleksi Populasi F0 Populasi F0 dibentuk dari induk tetua (P) hasil koleksi,terdiri atas 0 pasang yang bersifat full-sib. Pemijahan diakukan dengan metode pemijahan buatan dengan bantuan hormon Ovaprim. Peliharaan larva dan benih hingga tahap pendederan dilakukan secara terpisah antar famili. Pada akhir pendederan (umur tiga bulan dari saat menetas), sebanyak 00 ekor benih diambil secara acak dari setiap famili untuk dibesarkan sebagai calon induk. Kegiatan pembesaran dilakukan secara komunal di kolam tanah ukuran 400 m dengan kepadatan benih 0 ekor/m. Pemeliharaan dilakukan selama empat bulan. Pakan yang diberikan merupakan pakan komersil berbentuk pelet terapung dengan kandungan protein kasar 8%-0%. Jumlah pakan sebanyak 0%; 7,5%; 5%, dan,5% dari biomassa ikan diberikan pada bulan pertama, kedua, ketiga dan keempat. Pakan diberikan setiap hari dengan frekuensi dua kali sehari setiap pagi (pukul 09.00) dan sore (pukul 6.00). Pada saat ukuran rata-rata benih mencapai 00-00 g/ekor, dilakukan seleksi individu karakter pertumbuhan berdasarkan bobot badan. Sebanyak 0% dari calon induk terbaik dari total populasi diambil sebagai calon induk terseleksi. Selain memilih individu dengan bobot badan terbaik, juga dilakukan pemilihan populasi kontrol internal. Populasi kontrol internal adalah individu-individu dengan ukuran bobot badan rata-rata populasi awal. Jumlah individu dalam populasi kontrol internal sebanyak 5% dari total populasi. Selanjutnya, masing-masing populasi calon induk dipelihara secara terpisah antara populasi jantan dan betina di kolam pembesaran hingga mencapai tahap siap pijah. Teknologi pemeliharaan calon induk terseleksi dan kontrol internal mengikuti SOP pemeliharaan induk yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Induk Ikan Mas Nasional (PPIIMN, 00). Pembentukan dan Evaluasi Benih F Populasi benih uji F dibentuk dari pemijahan antara induk jantan F0 terseleksi karakter pertumbuhan dengan induk betina tetua (P) hasil koleksi. Sebagai populasi kontrol internal digunakan populasi benih hasil pemijahan induk jantan F0 non seleksi dengan induk betina tetua (P) hasil koleksi. Jumlah induk yang dipijahkan dalam pembentuka F pada masing-masing populasi sebanyak dua pasang. Sistem pemijahan, pemeliharaan larva hingga pendederan dilakukan dengan metode yang sama dengan pembentukan populasi F0. Kegiatan pengujian pertumbuhan benih ikan mas hasil seleksi dan kontrol internal dilakukan di kolam tanah ukuran 50 m, dengan kepadatan benih 0 ekor/ m. Jumlah kolam yang digunakan sebanyak enam unit, yakni untuk dua perlakuan populasi benih dengan tiga kali pengulangan. Pakan yang diberikan selama masa pengujian merupakan pakan komersil berbentuk pelet terapung dengan kandungan protein kasar 8%-0%. Jumlah pakan sebanyak 0%; 7,5%; 5%, dan,5% dari biomassa ikan diberikan masing-masing pada bulan pertama, kedua, ketiga dan keempat. Pakan diberikan setiap hari dengan frekuensi dua kali sehari, setiap pagi (pukul 09.00) dan sore (pukul 6.00). Secara umum, selama empat bulan masa pemeliharaan, benih dipelihara sesuai dengan SOP pemeliharaan pembesaran benih ikan mas yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Induk Ikan Mas Nasional (PPIIMN, 00). Parameter dan Analisis Data Data bobot rata-rata individu benih ikan mas pada masing-masing populasi uji F0 dan F diperoleh dengan cara sampling setiap bulan. Jumlah sampel individu sebanyak 50 ekor setiap ulangan. Data bobot individu

Media Akuakultur Vol. 0 No. Tahun 05: -6 pada sampling terakhir (bulan keempat) digunakan untuk menganalisis laju pertumbuhan spesifik dan variasi serta pola distribusi bobot individu masingmasing populasi. Analisis kualitas air media budidaya meliputi suhu, kadar oksigen terlarut dan ph menggunakan alat quality water checker (WQC) sedangkan kandungan amonial dan nitrit dilakukan di laboratorium. Pengamatan kualitas air dilakukan setiap dua minggu sekali. HASIL DAN BAHASAN Keragaan Populasi Benih Hasil Seleksi Variasi (keragaman) dan distribusi (sebaran) bobot rata-rata individu ikan mas populasi F0, F terseleksi dan F kontrol internal disajikan pada Gambar. Berdasarkan Gambar terlihat bahwa variasi bobot individu populasi benih F0 relatif lebih besar dibanding populasi benih F, baik pada populasi terseleksi Frequency 0 4 00.000 50.000 00.000 50.000 00.000 50.000 Frequency 0 00.000 50.000 00.000 50.000 00.000 50.000 Frequency 0 00.000 50.000 00.000 50.000 00.000 50.000 Gambar. Variasi dan distribusi ukuran bobot individu ikan mas pada populasi F0 (atas), populasi F terseleksi (bawah) dan populasi F kontrol internal (tengah). A: selisih bobot rata-rata antara populasi F0 dengan kontrol internal; B: selisih bobot rata-rata antara populasi terseleksi dengan kontrol internal Figure. A Individual weight variation and distribution of common carp F0 (upper), selected F (below) and internal control F (medium) population. A: the difference of individual average weight between F0 and internal control population, B: the difference of individual average weight between selected and control internal population B

Pentingnya populasi kontrol internal dalam evaluasi keberhasilan program seleksi... (Didik Ariyanto) maupun kontrol internal. Hal ini didasarkan pada lebih lebarnya sebaran bobot individu benih pada kurva distribusi normal bobot individu populasi F0 dibanding populasi benih F. Lebih rendahnya variasi bobot individu pada populasi benih Fdiduga terkait aktivitas seleksi yang dilakukan pada populasi induk F0. Indukinduk yang digunakan dalam pembentukan populasi benih F adalah induk F0 yang dipilih berdasarkan karakter bobot badan. Induk populasi terseleksi diambil dari 0% individu dengan bobot badan terbaik dari total populasi induk F0, sedangkan induk populasi kontrol internal diambil dari 5% populasi induk dengan bobot rata-rata populasi induk F0. Adanya proses seleksi induk dalam pembentukan populasi benih F ini diduga memengaruhi komposisi dan frekuensi alel dalam populasi benih F. Proses seleksi ini diduga menyebabkan variasi genetik pada populasi benih F menjadi lebih rendah, yang selanjutnya mengakibatkan variasi fenotipe pada populasi tersebut juga menjadi lebih sempit. Secara teori, populasi F kontrol internal mestinya mempunyai keragaan yang sama dengan populasi F0. Hal ini karena populasi F kontrol internal pada hakekatnya adalah populasi yang diperoleh dari pemijahan F0 tanpa perlakuan apapun. Namun demikian, dalam percobaan ini keragaan populasi F kontrol internal berbeda dengan populasi F0, antara lain pada nilai sebaran yang lebih sempit dan nilai rata-rata sebaran yang lebih bergeser ke arah kanan (lebih besar). Lebih sempitnya sebaran populasi benih populasi F kontrol internal ini diduga disebabkan jumlah induk yang dipijahkan hanya dua pasang, sedangkan pada populasi F0 sebanyak 0 pasang. Lebih besarnya nilai rata-rata populasi kontrol internal diduga lebih disebabkan oleh faktor lingkungan tempat pemeliharaan populasi tersebut yang lebih baik dibanding lingkungan pemeliharaan F0. Jika dibandingkan dengan populasi F terseleksi, sebaran benih populasi F kontrol internal relatif sama tetapi dengan nilai rata-rata sebaran populasi lebih rendah atau bergeser ke kiri (lebil kecil). Sebaran benih yang relatif sama diduga disebabkan jumlah induk yang dipijahkan juga hanya dua pasang, sedangkan lebih tingginya nilai rata-rata populasi benih F terseleksi diduga disebabkan adanya aktivitas seleksi pada populasi F0 sehingga berhasil meningkatkan nilai rata-rata populasi turunannya. Berdasarkan analisis tersebut, populasi F kontrol internal dalam penelitian ini mampu menjelaskan faktor-faktor apa saja yang diduga berpengaruh terhadap performa benih hasil seleksi, yaitu faktor lingkungan (Gambar A) dan faktor aktivitas seleksi (Gambar B). Nilai kuantitatif pengujian laju pertumbuhan populasi benih F terseleksi dan F kontrol internal juga mendukung hasil kualitatif di atas. Nilai kuantitatif hasil pengujian performa benih ikan mas hasil seleksi disajikan pada Tabel. Nilai kuantitatif ini digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh atau respons seleksi karakter pertumbuhan dari populasi F0 ke F yang diindikasikan dengan bobot rata-rata populasi hasil seleksi. Berdasarkan Tabel terlihat bahwa laju pertumbuhan spesifik dan bobot akhir rata-rata populasi benih ikan mas F terseleksi lebih baik dibanding populasi F kontrol internal maupun populasi F0. Hasil analisis specific growth rate (SGR) populasi benih ikan mas F terseleksi sebesar,40%/hari sedangkan SGR populasi benih F kontrol internal sebesar,0%/hari. Nilai yang diperoleh pada penelitian ini jauh lebih baik dibandingkan dengan laju pertumbuhan populasi F0 yang diperoleh pada penelitian sebelumnya sebesar,09%/hari. Hasil analisis SGR tersebut menunjukkan bahwa populasi benih ikan mas F terseleksi maupun F kontrol internal mempunyai perkembangan bobot rata-rata individu lebih baik dibandingkan populasi benih F0 yang diperoleh pada periode sebelumnya. Perkembangan bobot rata-rata selama empat bulan pemeliharaan menghasilkan selisih bobot rata-rata akhir antara populasi ikan mas F terseleksi dan F kontrol internal dengan F0 masing-masing sebesar 5,5 g dan 4,5 g (Tabel ). Hasil analisis ini mengindikasikan adanya perbedaan kondisi lingkungan dan atau teknologi yang digunakan pada waktu pemeliharaan populasi benih ikan mas F0 pada tahun 0 dengan populasi benih ikan mas F pada penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dengan adanya selisih laju pertumbuhan dan bobot akhir rata-rata antara populasi F kontrol Tabel. Laju pertumbuhan spesifik dan bobot rata-rata populasi benih ikan mas F0, populasi benih F terseleksi dan F kontrol internal yang dipelihara selama empat bulan di kolam Table. Specific growth rate and average weight of F0, selected F and internal control F population of common carp cultured in earthen ponds for four month 4

Media Akuakultur Vol. 0 No. Tahun 05: -6 Tabel. Kualitas air media pemeliharaan populasi benih ikan mas F terseleksi dan F kontrol internal selama masa pengujian Table. Water quality of rearing ponds of F0, selected and non selected F populations internal dengan populasi F0. Jika kondisi lingkungan dan teknologi yang diaplikasikan dalam pemeliharaan kedua populasi tersebut sama atau setara, maka secara teori performa kedua populasi tersebut mestinya sama. Hal ini karena populasi benih ikan mas F kontrol internal merupakan representasi dari populasi F0. Selisih bobot rata-rata populasi benih ikan mas F terseleksi dengan populasi benih F0 sebesar 5,5 g seolah-olah menunjukkan adanya peningkatan performa pertumbuhan populasi benih ikan mas F terseleksi sebesar 5,5 g atau setara dengan peningkatan sebesar 4,90% dibanding populasi F0. Namun, pada percobaan ini juga terjadi peningkatan bobot akhir rata-rata populasi F kontrol internal sebesar 4,5 g atau setara dengan peningkatan sebesar 7,6% dibanding populasi F0. Adanya peningkatan performa pertumbuhan F kontrol internal sebesar 7,6% dibanding populasi F0 ini diduga disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang berbeda. Perbedaan kondisi lingkungan pada pemeliharaan kedua populasi antara lain luas kolam yang digunakan, kondisi agroklimat pada saat pengujian dan kemungkinan kualitas pakan yang bervariasi meskipun dalam satu merek yang sama. Selain itu, luas kolam yang berbeda berpotensi mengakibatkan manajemen kolam yang berbeda. Berdasarkan analisis tersebut, peningkatan performa pertumbuhan populasi benih ikan mas F terseleksi sebesar 4,90% sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor lingkungan sebesar 7,6% dan sisanya adalah faktor genetik sebagai respons seleksi pada populasi F0 sebesar 7,9%. Inilah arti penting keberadaan kontrol internal dalam sebuah kegiatan evaluasi performa benih hasil seleksi. Jika kontrol internal dalam percobaan ini ditiadakan, akan diambil kesimpulan bahwa respons seleksi dari populasi F0 ke F adalah sebesar 5,5 g atau setara dengan peningkatan performa sebesar 4,90%. Padahal kondisi yang sebenarnya menunjukkan bahwa respons seleksi dari F0 ke F hanya sebesar 7,84 g atau setara dengan peningkatan performa sebesar 7,9%. Untuk memverifikasi dugaan perbedaan kondisi lingkungan ini, pada Tabel disajikan hasil analisis kualitas air media pemeliharaan benih ikan mas F0, benih ikan mas F terseleksi dan F kontrol internal. Dari Tabel terlihat bahwa parameter-parameter kualitas air media pemeliharaan benih ikan mas F terseleksi dan F kontrol internal relatif sama. Hal ini berdampak terhadap penampilan fenotipe beberapa karakter pada kedua populasi tersebut relatif tidak berbeda (Tabel ). Jika dibandingkan dengan kualitas air media pemeliharaan populasi benih ikan mas F0 yang dilakukan pada tahun sebelumnya, perbedaan yang ada seperti pada suhu yang lebih stabil, oksigen terlarut yang lebih rendah serta ph yang cenderung lebih tinggi serta konsentrasi amoniak dan nitrit yang lebih rendah diduga berpengaruh positif terhadap performa pertumbuhan kedua populasi benih F ikan mas tersebut. Adanya perbedaan tersebut diduga dipengaruhi oleh perbedaan kolam pemeliharaan benih antara populasi F0 dengan populasi benih F. Populasi benih F0 dipelihara pada kolam tanah ukuran 400 m sedangkan populasi benih F dipelihara pada kolam tembok ukuran 50 m. Perbedaan jenis dan luasan kolam tersebut diduga sangat berpengaruh terhadap manajemen dan kualitas air media pemeliharaan yang selanjutnya berdampak terhadap performa benih yang berbeda. KESIMPULAN Keberadaan populasi kontrol internal pada kegiatan evaluasi performa benih hasil seleksi mutlak diperlukan. Hal ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap performa benih hasil seleksi tersebut, seperti faktor genetik dan faktor lingkungan. Ketiadaan populasi kontrol internal dapat menimbukan bias pada hasil yang diperoleh sehingga kesimpulan yang diambil menjadi tidak akurat. DAFTAR ACUAN Hardjosubroto, W. (994). Aplikasi pemuliabiakan ternak di lapangan. PT Grasindo Indonesia. Jakarta, 84 hlm. PPIIMN. (00). Protokol pemuliaan ikan mas. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. 5

Pentingnya populasi kontrol internal dalam evaluasi keberhasilan program seleksi... (Didik Ariyanto) Tave, D. (996). Genetic for fish hatchery managers. nd ed. AVI. Publishing Company. Inc. Connecticut, 48 pp. Warwick, J.W., Astuti, M., & Hardjasubroto, W. (995). Pemuliabiakan ternak. Gajahmada University Pres. Yogyakarta, 485 hlm. 6