BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap manusia. Banyak faktor yang berperan dalam proses penuaan. Salah satunya adalah obesitas. Seiring dengan derasnya arus media yang menampilkan sosok perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai momok yang menakutkan dan terkadang menjadi suatu stigma yang negatif. Namun di balik hal itu, obesitas tak hanya tidak indah dipandang dari sisi estetik namun juga merupakan sumber dari berbagai penyakit. Pada tahun 1997, WHO menetapkan obesitas sebagai suatu epidemi global (Haslam, 2007). Pada tahun 2008, WHO memperkirakan bahwa setidaknya terdapat lebih dari 500 juta orang dewasa di dunia (lebih dari 10%) yang mengalami obesitas, dengan rasio perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Peningkatan insiden obesitas ini juga meningkat seiring dengan usia hingga usia 50-60 tahun (WHO, 2009). Indonesia memiliki angka insidensi obesitas yang cukup tinggi. Berdasarkan data Survei Sosioekonomik Nasional (Susenas) tahun 2004, prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari laki-laki 13,9%, dan perempuan 1
2 23,8%, sedangkan prevalensi overweight pada anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. Obesitas merupakan suatu kondisi medis dimana terdapat lemak tubuh yang berlebih yang terakumulasi dan dapat menimbulkan efek negatif pada tubuh yang berujung pada berkurangnya harapan hidup dan/atau meningkatnya masalah kesehatan (WHO, 2009). Penilaian obesitas umumnya dilakukan melalui penentuan indeks massa tubuh (BMI = Body Mass Index). Selain itu dapat juga dilakukan dengan menggunakan penentuan tebal lemak dalam perut dengan cara mengukur rasio lingkar pinggang/pinggul ataupun pengukuran lingkar pinggang. WHO menetapkan standar BMI yang diterbitkan pada tahun 2000 yaitu BMI <18.5 adalah normal, 18,5-24,99 normal, 25-29,99 overweight, 30-34,99 obesitas kelas I, 35-39,99 obesitas kelas II, >40 obesitas kelas III. Walaupun beberapa negara di Asia memiliki standar berbeda mengenai hal ini, diantaranya adalah negara Jepang (Kanazawa et al., 2010) dan Cina. Jepang menetapkan standar obesitas yaitu BMI >25 dan Cina >28 (Fan, 2007). Indonesia menggunakan standar obesitas yang mengacu pada standar Asia yaitu >25. Akumulasi lemak pada obesitas dapat berpengaruh juga pada proses penuaan dan dapat menurunkan angka harapan hidup. Hal ini disebabkan oleh karena adanya peningkatan stress oksidatif dan proses inflamasi dari organisme. Peningkatan stress oksidatif dan proses inflamasi dapat mempengaruhi telomer. Telomer adalah struktur protein DNA yang terdapat pada ujung kromosom dan berfungsi sebagai penanda usia biologis. Pada obesitas terjadi pemendekan
3 telomer dan terjadi kematian sel prematur yang menyebabkan terjadinya proses penuaan (Tzanetakou et al., 2012). Dampak yang dapat ditimbulkan oleh obesitas adalah terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, stroke serta sindroma metabolik (Miller, et al., 2011). Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh American Heart Association (AHA) pada tahun 2011, sindroma metabolik memiliki kriteria antara lain obesitas abdominal, peningkatan kadar trigliserida, penurunan HDL, peningkatan glukosa darah dan peningkatan tekanan darah (Miller, et al., 2011). Saat ini berkembang pandangan "hypertriglyceridemic-waist phenotype" bahwa untuk mengidentifikasi faktor risiko sindroma metabolik dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar trigliserida dan lingkar pinggang saja (Despres et al., 2010). Menurut Despres, peningkatan lingkar pinggang dan kadar trigliserida sudah mengidentifikasikan adanya jaringan adiposa yang "disfungsional". Hal ini dapat menjadi penanda adanya defek pada jaringan adiposa sebagai akibat dari kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang berlebihan. Oleh karena itu seiring dengan peningkatan kadar trigliserida, terdapat pula penurunan kadar HDL (Despres, 2010). Oleh karena obesitas dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, maka diperlukan adanya penanganan yang serius. Penanganan obesitas didasarkan dari penyebab yang mendasari. Penanganan medis yang diberikan bersifat komprehensif mulai dari perubahan gaya hidup, pola makan yang sehat, farmakoterapi hingga tindakan bedah. Berdasarkan penelitian meta analisis yang dilakukan oleh Miller et al menunjukkan bahwa untuk menurunkan berat badan
4 melalui perubahan gaya hidup (diet dan olahraga) memerlukan program yang spesifik seperti pola diet, tipe dan jenis olahraga dan lamanya waktu olahraga (Miller, et al, 2007). American College of Sport Medicine merekomendasikan olahraga aerobik dengan intensitas sedang minimal 30 menit setiap hari nya untuk program penurunan berat badan (Leslie, et al, 2012). Keberhasilan dalam menurunkan berat badan ini juga dipengaruhi oleh kondisi orang yang sedang melakukan program tersebut seperti misalnya faktor kejenuhan akan diet dan olahraga serta berat badan yang kembali meningkat setelah terjadi perubahan pola diet (Alonso, et al, 2011). Selain itu pola hidup masyarakat global yang cepat juga berimbas pada keinginan orang untuk dapat menurunkan berat badan dengan cepat. Oleh karena itu suatu alternatif yang dapat diberikan selain penanganan komprehensif di atas adalah pemberian L-Carnitine oral. L-Carnitine merupakan derivat dari asam amino yaitu lysine. L-Carnitine memiliki peranan kuat dalam konversi lemak menjadi energi. L-Carnitine berperan dalam proses beta oksidasi melalui transport asam lemak rantai panjang dari sitosol ke mitokondria. Asam lemak menyeberangi membran mitokondria sebagai acylcarnitine, yaitu pemendekan rantai atau desaturasi-elongasi rantai. Sehingga transfer asam lemak yang bergantung pada L-Carnitine menjadi pusat metabolisme lemak. Pemberian L-Carnitine dapat meningkatkan penggunaan lemak dan menurunkan level trigliserida plasma (Bhagavan, 2001). Sumber utama L-Carnitine secara alami adalah dari protein hewani seperti daging sapi, unggas, ikan, telur. Sedangkan sumber yang berasal dari protein
5 nabati antara lain adalah jamur, tomat, pisang dan wortel. Namun sumber-sumber alami tersebut tidak hanya mengandung L-Carnitine tunggal tetapi juga tinggi akan kalori yang justru bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih malah dapat menyebabkan obesitas. Cara pengolahan yang kurang tepat misalnya dengan cara digoreng juga dapat berkontribusi meningkatkan kalori dan lemak, sehingga manfaat L-Carnitine yang ingin didapat menjadi hilang (Brass, 2010). Oleh karena itu, alternatif yang dapat digunakan adalah mengisolasi L- Carnitine tersebut dalam bentuk suplemen. Beberapa studi menyebutkan bahwa asupan suplemen L-Carnitine 6 g/hari masih tergolong batas aman dan dapat ditoleransi. Namun kebutuhan ini lebih diperuntukan untuk atlit yang kebutuhannya lebih tinggi. Individu yang mengalami obesitas dengan aktivitas fisik rutin ringan-sedang dianjurkan hanya hingga 2 g/hari (Kalpana, 2012). Faktor suplemental seperti L-Carnitine terhadap olahraga yang menjadi isu utama dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kombinasi pemberian L-Carnitine oral dan olahraga berenang dapat menurunkan berat badan tikus obesitas. Olahraga berenang dipilih untuk memudahkan peneliti melakukan observasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian L-Carnitine dan olahraga berenang dapat mengurangi berat badan tikus obesitas? 2. Apakah pemberian L-Carnitine dan olahraga berenang dapat mengurangi kadar trigliserida tikus obesitas?
6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui efek pemberian L-Carnitine dan olahraga berenang dalam mengurangi obesitas dan menurunkan kadar trigliserida. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui efek pemberian L-Carnitine dan olahraga berenang dapat mengurangi berat badan tikus obesitas dan menurunkan kadar trigliserida. 1.3.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat ilmiah Menambah pengetahuan tentang pengaruh pemberian L-Carnitine dan olahraga dalam dunia kedokteran khususnya untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit degeneratif akibat obesitas dan menurunkan kadar trigliserida. 2. Manfaat praktis Memberikan informasi pada masyarakat umum bahwa pemberian L- Carnitine dan olahraga dapat mengurangi berat badan dan menurunkan trigliserida yang berarti sekaligus menghambat proses penuaan dan mencegah penyakit-penyakit akibat obesitas itu namun diperlukan uji klinis lebih lanjut.