HUBUNGAN KOMUNIKASI SITUASION BACKGROUND ASESMENT RECOMMENDATION TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT SEBAGAI KOLABORATOR DI RS AISYIYAH BOJONEGORO TAHUN 2016 1 Sri Utami Ningsih, 2 Sudalhar ABSTRAK Komunikasi SBAR merupakan proses komunikasi yang efektif untuk digunakan Dokter dengan perawat dan petugas kesehatan lainya. Dalam hal kolaborasi dengan tim medis dan kesehatan yang lain perawat perlu menyampaikan kondisi pasien untuk keperluan tindakan cepat dan gawat darurat. Kepuasan kerja perawat dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu pekerjaan gaji interasi kerja, kesempatankerja, supervisi dan komunikasi. Desain penelitian mengunakan analitik korelasi dengan metode sampling teknik cluster. Sampel diambil sebanyak 60 responden yaitu perawat Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro. Data penelitian diambil menggunakan quisiener dan observasi. Setelah ditabulasi, data dianalisis mengunakan spearman rho. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar perawat saat melakukan komunikasi dengan Dokter mengunakan teknik SBAR sebanyak 50 (83,3%). Dan dari hasil quesioner sebagian besar kepuasan kerja perawat menunjukan puas 45 (75 %). Berdasarkan hasil spearman rho didapatkan nilai dengan P = 0,01 dimana P < 0,05. Hasil pengujian Statistik diperoleh hasil ada Hubungan Komunikasi Situation Background Assecment Recomendation Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Seagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro. Berdasarkan hasil penelitian maka pihak rumah sakit perlu memberikan pelatihan Komunikasi Situation Background Assecment Recomendation. Kata kunci : SBAR, Kepuasaan Kerja Perawat Latar Belakang Kepuasan perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pekerjaan, gaji, interaksi kerja, kesempatan kerja, kesempatan promosi, supervisi, rekan kerja ( Luthan, 2005). Perawat yang merasa puas dalam melaksanakan pekerjaanya, maka akan memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermutu kepada pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien dan keluarga pasien juga terpenuhi, yang akhirnya meningkatkan citra dan pendapatan rumah sakit (Crose, 1999). Menurut International Countil of Nurse (1965) dalam melaksanakan peran dan fungsinya perawat di dalam rumah sakit terlibat dengan tenaga kesehatan lain, dalam hal ini perawat melaksanakan fungsinya sebagai kolaborator dimana perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, psikoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk konsultasi atau diskusi serta tukar pendapat dalam penentuan pelayanan selanjutnya. Dalam hal kolaborasi dengan tim medis, perawat tidak hanya berkomunikasi secara langsung dengan tatap muka, tetapi bisa
juga melalui tidak langsung atau telepon dalam menyampaikan kondisi pasien dan dalam keperluan tindakan cepat selanjutnya. Namun demikian abnayak perawat yang enggan berkomunikasi lewat telepon dengan dokter. Jurnal Penelitian Velji tentang efektifitas alat komunikasi Situation Background Assesement Recomendation (SBAR) dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar patient savety dari Kaiser Permanente Oakland California dalam pengaturan perawatan diruang rehabilitasi, menyatakan bahwa proses komunikasi SBAR terbukti telah terbukti menjadi alat komunikasi yang efektif dalam pengaturan perawatan akut untuk tingkatan komunikasi yang urgen, terutama dokter dan perawat. Serta efektif digunakan dalam situasi mendesak dan tidak mendesak diruang rehabilitasi yang melibatkan staf, klinis, Pasien, dan keluarga. Data dari Ricet Council of American (RCA) salah satu rumah sakit di Amerika didapatkan 65% kejadian sentinel event dimana 90% penyebabnya adalah karena komunikasi (50% nya adalah terjadi pada saat serah terima informasi pasien dan 10%nya terjadi karena komunikasi melalui telepon). Sesuai dengan kasus diatas asosiasi rumah sakit Arizona dan Kesehatan (AZHHA) Komite patient safetymempercayai komunikasi SBAR akan membuat dampak positif bagi profesi-profesi lain untuk mempermudah komunikasi dan keselamatan pasien dengan keyakinan bahwa pengembangan komunikasi SBAR membantu mereka untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif untuk mengatasi kejadian buruk diatas (JCI, 2010). Dari hasil observasi peneliti di IGD Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro, didapatkan 3 dari 16 perawat merasa enggan untuk berkomunikasi dengan dokter melalui telepon tanpa alasan yang jelas. Hal ini mungkin disebabkan karena kegagalan dalam komunikasi antara dokter dan perawat melalui telepon. Ketrampilan berkomunikasi melalui telepon bukan ketrampilan yang kita bawa sejak lahir dan juga tidak muncul secara tiba tiba saat kita memerlukannya. Ketrampilan tersebut harus dipelajari dan dilatih secara terus menerus melalui kemampuan belajar mandiri. Solusi yang bisa dijadikan pilihan antara lain pada saat pertemuan keperawatan tiap satu bulan sekali bisa dijadikan program dalam memberikan paparan tentang cara komunikasi melalui telepon dengan tehnik SBAR yang baik dan benar dan atau mendatangkan ahli komunikasi untuk mengadakan work shop di Rumah Sakit Aisyiyah serta studi banding ke Rumah Sakit yang lebih maju. Solusi solusi diatas bisa dijadikan pilihan bagi perawat di Rumah Sakit agar dalam melakukan komunikasi melalui telepon perawat tidak merasa enggan dan merasa puas dalam melaksanakan fungsi kolaborator di dalam komunikasi melalui telepon dengan tim medis.( Sulivan, et all 2002) Dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Komunikasi Situation Bakground Assecement Recomendation terhadap Kepuasan Kerja Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Tahun 2016.
Tujuan Penelitian Untuk mempelajari sejauh mana Hubungan Komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap Kepuasan Kerja Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Tahun 2016. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek. Dalam penelitian ini dilakukan pengunpulan data dengan menggunakan kuisoner pengumpulan data berbagai item pertanyaan berdasarkan unsur jelas dan ringkas yang berhubungan dengan teknik komunikasi SBAR. Skala yang digunakan adalah skala glutmen dengan kriteria skala nilai 2 bila responden menjawab iya dan 1 bila responden menjawab tidak. Demikian juga pengukuran tingkat kepuasaan perawat yang menggunakan skala gulment berbagai item pertanyaan berdasarkan tingkat kepuasaan kerja perawat (Nursalama, 2008: 88). Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa ruang perawatan yang ada di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro.
Kerangka Kerja Kerangka kerja adalah pentahapan/langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian yang mencakup kegiatan awal sampai akhir penelitian (Fidrotin, 2007: 29). Populasi : Seluruh perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro dengan jumlah 135 orang Sampel : Seluruh perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro pada bulan April sampai dengan Juni 2015 yaitu 101 orang Identifikasi variabel Variabel Independen Komunikasi SBAR Variabel Variabel Dependen Dependen Kepuasan Kepuasan kerja kerja perawat perawat sebagai sebagai kolaborator kolaborator Lembar observasi Quisioner Pengelolaan data dengan editing, coding dan tabulating, uji spearman rho Interprestasi hasil Kesimpulan Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap kepuasan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro.
Populasi Populasi adalah setiap subjek N = Perkiraan besar populasi d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = (misalnya: pasien) yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2003 : 93) pada penelitian ini populasi adalah keseluruhan perawat dengan jumlah per bulan pada tahun 0,05) 2008) (Zainudi M, 2000 dalam Nursalam, Sehingga besar sampel dalam 2015 di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro dengan jumlah 135 orang. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003: 95). Sampel yang digunakan penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro pada bulan April sampai Juni 2015 yaitu 101 perawat. Sampling Sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008 : 95). Pada penelitian ini menggunakan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti. Populasi yang dipilih menjadi anggota sampel dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling adalah suatu teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan (Nursalam, 2003). Penentuan besar sampel jika populasi <1000, maka sampel bisa diambil 20% atau 30%, atau jika >1000, maka dihitung dengan rumus : n = N I+N (d)2 Keterangan n = Perkiraan jumlah sampel penelitian ini adalah : n = 135 1+135.(0,05)2 = 101 responden Kriteria Sampel 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : a. Perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro yang sudah bekerja lebih dari 1 tahun b. Perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro yang menjadi penanggung jawab shift c. Perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro yang berpendidikan minimal D3 Keperawatan atau proses pendidikan S1 Keperawatan. 2. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit Aisyiyah yang tidak bersedia menjadi responden.
Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi operasional kerja pengaruh teknik komunikasi SBAR dalam melakukan komunikasi dengan dokter melalui telepon terhadap kepuasan perawat sebagai kolaborator di ruang IGD Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro tahun 2016 Variabel Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Skor Variabel independen pada penelitian ini adalah komunikasi Komunikasi verbal= komunikasi yang menggunakan bahasa, sebagai alat simbol yang digunakan sebagai alat adalah kata yang mengexpresikan ide/perasaan membangkitkan respon emosional sebagai ingatan Komunikasi non verbal = komunikasi yang tidak menggunakan bahasa kata, bahasa gambar, dan bahasa sikap Faktor-faktor komunikasi = verbal = 1. Lisan 2. Tulisan Non verbal = 1. Lingkungan 2. Penampilan 3. Kontak mata 4. Postur tubuh 5. Expresi wajah 6. Suara Quisoner dengan format jawaban berskala Gutman dua tingkatan yaitu ya dan tidak dengan pertanyaan no 1-16 untuk mengukur komunikasi Ordinal Skor 2 = ya Skor 1 = tidak 16-20 komunikasi perawat kurang 21-25 = komunikasi perawat cukup 26-32 komunikasi perawat baik Dependen kepuasan pasien Tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari komunikasi perawat Kepuasaan pasien terhadap teknik komunikasi perawat 1. Mendengarkan dengan penuh perhatian 2. Menunjukkan penerimaan 3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan 4. Mengulang ucapan klien dengan menggukana kata kata sendiri 5. Mengklarifikasi 6. Menyatakan hasil observasi Quisoner dengan format jawaban berskala Gutman dua tingkatan yaitu ya dan tidak dengan pertanyaan no 1-16 untuk mengukur komunikasi Ordinal Skor 2 = ya Skor 1 = tidak 16-20 = kurang puas 21-25 = cukup puas 25-32 = puas
Data variabel independen teknik komunikasi SBAR dalam komunikasi dengan dokter melalui telepon, dan variabel dependen kepuasaan perawat dilakukan dengan dengan menggunakan cek list dan kuesioner, kuisoner adalah jenis pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada subyek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2008: 109). Data Umum 1. Distribusi karakteristik responden menurut jenis kelamin di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. 1.67% 0% 23.3% 21-30 tahun 31-40 tahun 75% 41-50 tahun > 50 tahun Gambara 4.2 Diagram pie distribusi responden berdasarkan umur di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. Berdasarkan gambar 4.2 dari 60 70% 30% Laki-laki Perempuan responden didapat hasil bahwa sebagian responden berumur 31-40 tahun sebanyak 45 orang (75%). 3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. Gambara 4.1 Diagram pie distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. Berdasarkan gambar 4.1 dari 60 responden didapat hasil bahwa lebih dari sebagian responden berjenis kelamin perempuan, sebanyak 42 orang (70%). 2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. 20% 1.7% 0% 3.3% 75% Gambara 4.3 Diagram pie distribusi responden berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. SPK Berdasarkan gambar 4.2 dari 60 responden didapat hasil bahwa lebih dari DIII Keperawatan DIV Keperawatan S1 Keperawatan
sebagian responden berpendidikan DIII Keperawatan sebanyak 45 orang (75%). 4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan status perkawinan di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. 86.7% 13.3% Gambara 4.4 Diagram pie distribusi responden berdasarkan status perkawinan di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. Berdasarkan gambar 4.2 dari 60 responden didapat hasil bahwa sebagian besar responden status perkawinan adalah kawin sebanyak 52 orang (86,7%). 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan masa kerja di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. 25% 3.3% 20% 51.7% Gambara 4.5 Diagram pie distribusi responden berdasarkan masa kerja di Rumah Sakit Aisyiyah 1-5 th Belum Kawin 6-10 th Kawin 11-15 th > 15 th Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. Berdasarkan gambar 4.2 dari 60 responden didapat hasil bahwa mayoritas responden masa kerjanya 6 sampai 10 tahun sebanyak 31 orang (51,7%). Data Khusus Data khusus terdiri dari distribusi ceklist observasi perawat yang dilakukan penelitian saat perawat melakukan komunikasi dengan dokter dengan menggunakan teknik SBAR dan distribusi pengisian kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator. Tabel 4.6 Distribusi hasil ceklist observasi perawat saat melakukan komunikasi dengan dokter bulan Mei tahun 2016. NO Komunikasi Jumlah Prosentase perawat 1 Tanpa teknik SBAR 10 16,7% 2 Dengan teknik SBAR 50 83,3% TOTAL 60 100% Pada tabel 4.6 dari 60 responden di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro didapatkan hasil sebagian besar responden melakukan komunikasi dengan dokter menggunakan teknik SBAR dengan jumlah responden 50 orang atau 83,3%. Tabel 4.7 Distribusi responden hasil quisioner kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Asiyiyah
Bojonegoro bulan Mei Kepuasaan Kerja N O tahun 2016. KEPUAS JUML AAN AH KERJA PROSEN TASE Komunikasi Perawat Perawat sebagai Kolaborator Tidak Puas Puas Total 1 Tidak puas 15 25% Tanpa SBAR 8 80% 2 20% 10 100% 2 Puas 45 75% TOTAL 60 100% Dengan SBAR 7 14% 43 86% 50 100% Pada tabel 4.7 dari 60 responden di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro didapatkan hasil sebagian besar responden mengatakan kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator menjawab puas dengan jumlah responden 45 orang atau 75%. Hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro tahun 2016. Tabel 4.8 Distribusi responden hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. 60 Jumlah 15 25% 45 75% 100% Pada tabel 4.8 dari 60 responden setelah dilakukan observasi dan pengisian quisioner dan responden didapatkan hasil sebagian besar responden komunikasi dengan dokter dengan menggunakan teknik SBAR dan memiliki kepuasan kerja yaitu sebanyak 43 orang (86%) sedangkan 7 orang (14%) perawat melakukan komunikasi dengan dokter dengan teknik SBAR tapi tidak memiliki kepuasaan kerja. Komunikasi perawat tanpa SBAR dinyatakan oleh 8 orang (80%) namun tidak memiliki kepuasan kerja. Sedangkan sebanyak 2 orang (20%) komunikasi tanpa SBAR serta tidak memiliki kepuasan kerja. Pembahasan Setelah dilakukan analisis data dan melihat hasil yang diperoleh selanjutnya akan dibahas tentang beberapa hal, yaitu : 1) Komunikasi Situation Background Assecement Recomendation perawat, 2) Kepuasaan kerja
perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro, 3) Hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro. Komunikasi Situation Background Assecement Recomendation Perawat Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Dari tabel 4.6 hasil penelitian 60 responden di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro pada bulan Mei tahun 2015 didapatkan hasil sebagian besar perawat saat melakukan komunikasi dengan dokter menggunakan teknik SBAR yaitu sebanyak 50 orang atau 83,3%. Sedangkan perawat saat melakukan komunikasi dengan dokter tanpa menggunakan teknik SBAR hanya sebanyak 10 orang atau 67,7%. Dalam melakukan komunikasi dengan dokter perawat dilakukan komunikasi secara verbal dan meliputi identifikasi nama dari petugas dan pasien, menyebutkan diagnosa medis, keadaan yang terjadi pasien yang mengkhawatirkan, obat/tindakan saat ini yang diberikan ini, riwayat medis, temuan klinis terbaru, hasil temuan klinis, analisis dan pertimbangan perawat, apa solusi yang bisa perawat tawarkan ke dokter, apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien. Dalam melaksanakan komunikasi dengan dokter yang jarang dilakukan oleh perawat adalah hasil analisis perawat tentang kondisi pasien saat ini dan menjelaskan hasil pertimbangan kondisi pasien saat ini serta solusi yang perawat bisa tawarkan kepada dokter. Hal ini mungkin disebabkan karena tergesa gesanya perawat dalam menginformasikan kondisi pasien serta adanya rasa takut salah dalam memberikan analisis terhadap kondisi pasien saat itu. Sesuai dengan teori komunikasi yaitu komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik, dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran (Keliat, 2008). SBAR adalah Situation Background Assecement Recomendation merupakan alat komunikasi yang menyediakan metode jelas dalam mengkomunikasikan informasi terkait dengan temuan klinis. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk berdiskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya (Depkes RI, 2012). Peneliti berpendapat bahwa mungkin dalam melakukan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation Perawat harus melaksanakan teknik komunikasi yang sesui dengan teori Situation Background Assecement Recomendation yang terlalu banyak dan rumit serta membutuhkan waktu lama dalam melaksanakan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation. Kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro dirasakan oleh 75% atau sebanyak 45 orang perawat menunjukkan puas. Kepuasaan yang ada ditunjukkan dengan adanya pernyataan seluruh responden tentang komunikasi Situation Background Assecement
Recomendation adalah cara komunikasi yang efektif, cara komunikasi yang mudah dilakukan serta dengan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation tidak membutuhkan penjelasan kondisi pasien yang berulang-ulang. Sedangkan sebanyak 15 orang perawat atau 25% menyatakan tidak puas, hal ini ditunjukkan dengan adanya pernyataan dari beberapa responden bahwa komunikasi Situation Background Assecement Recomendation tidak dapat dipahami oleh dokter dan tidak memudahkan dokter mengerti tentang kondisi pasien yang sedang terjadi. Menurut Mistiani (2007), kepuasaan kerja adalah cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya. Kepuasaan kreja merupakan hal yang penting bagi setiap karyawan. Jika kepuasaan kerja tercapai, pekerjaan mereka lebih bertanggungjawab, lebih loyal dan mereka berperan penting bahwa kepuasaan kerja akan mengurangi absen pegawai dan kemungkinan untuk pindah kerja (Hurlock, 1991). Dalam hal ini maka, persepsi seseorang memegang peranan penting sebelum melaksanakan atau memilih pekerjaannya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepuasaan kerja meliputi : komunikasi, potensial, pertumbuhan, kebijakan individu, upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif. Peniliti berasumsi bahwa kepuasan bekerja perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berupa komunikasi saja melainkan masih banyak faaktor lingkungan yang mempengarui kepuasan kerja yaitu faktor upah dan gaji. Hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation Terhadap Kepuasaan Kerja Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman rho didapatkan nilai signifikan P (0 < 0,01) yang berarti ada hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation Terhadap Kepuasaan Kerja Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro. Akan tetapi ada perawat dalam komunikasi dengan dokter menggunakan teknik SBAR tapi tidak memiliki kepuasaan kerja sebanyak 7 orang (14%) dan 2 orang (20%) perawat dalam komunikasi dengan dokter tanpa menggunakan teknik SBAR namun memiliki kepuasaan kerja. Hal tersebut terjadi kerena kepuasaan kerja perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor komunikasi saja. Menurut penelitian Widodo (2003) dan Sayuni (2009) kepuasaan kerja di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : komunikasi yang baik dengan sesama perawat, pemberian insentif yang sesuai harapan, lingkungan kerja yang nyaman, dukungan menagement yang baik, sifat kerja yang tidak monoton, pekerjaan yang sesuai keahlian serta adanya peluang promosi. Komunikasi Situation Background Assecement Recomendation mempunyai hubungan dengan kepuasaan kerja. Hal ini sesuai yang diungkapkan Kotler (2003) bahwa gaya maupun cara berkomunikasi Situation Background Assecement Recomendation juga berpengaruh terhadap efektifitasi komunikasi. Dengan efektifnya komunikasi maka akan menimbulkan kenyamanan dalam
melaksanakan peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator dengan dokter. Peneliti berpendapat komunikasi perawat dengan dokter sangat penting dalam sebuah pelayanan di rumah sakit agar terhindar dari kesalahpahaman dalam pemberian instruksi medis atau medication crop yang mana hal ini akan berdampak terhadap peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Asyiyah Bojonegoro. Kesimpulan 1. Sebagian besar perawat Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro saat melakukaan komunikasi dengan dokter dengan menggunakan teknik SBAR. 2. Sebagian besar tingkat kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro adalah puas. 3. Ada hubungan antara komunikasi situation background assecement recomendation terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro tahun 2016. Saran 1. Bagi manajemen keperawatan Manajemen keperawatan perlu memberikan pelatihan kepada perawat bagaimana cara berkomunikasi dengan teknik SBAR pada saat menghadapi team kesehatan lain. Keperawatan harus mulai berbenah dan memenuhi kebutuhan ketenagaan keperawatan yang profesional dan memahami komunikasi dengan baik, baik verbal maupun non verbal 2. Bagi tim pelayanaan kesehatan Diharapkan perawat kesehatan terus termotivasi untuk berkomunikasi secara profesional sehingga dapat memenuhi target yang diharapkan dalam memenuhi kebutuhan pasien rawat inap. 3. Bagi profesi kesehatan Mengingat keterbatasan waktu dan jumlah sampel maka perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut untuk menyempurnakan penelitian yang ada. DAFTAR PUSTAKA Arikunto suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Rineka Cipta: Jakarta Anderson (2006) Aspek dalam keperawatan. Jakarta : ECG dari www.poltekesmedan.com di akses pada tanggal 6 Maret 2015 Efendy, (2007). Ilmu komunikasi Jakarta: Fakultas kedokteran universitas Eviana, (2001). Komunikasi interpersonal keperawatan. Jakarta: Gunung Agung. Disclamer. (2008). Kepuasan kerja. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses tanggal 7 Maret 2015 Jam 11.00 WIB Djarwanto. (1996). Mengenal Beerapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Liberty Yogyakarta. Hal. 261-266. Hidayat, A. Aziz. Alimul. (2004). Metode Keperawatan Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta: Ganbika Honest B (2007). Kepuasan kerja. http://id.tehnik industry ITB. Jonshon, kepuasan pasien di ambil pada tanggal 10 Maret 2015 dari www.goegle.com
Keliat. (2008), Buku Akar Keperawatan Komunikasi, Edisi Ley and Spearman Moison walter,, dkk. (2009) Press. Diambil pada tanggal 11 Maret 2015 dari www.geogle.com Moison walter dan white (2009). Fundamental Keperawatan, Jakarta, Egc Mundakir. (2006). Definisi komunikasi, diambil dari http://www.e-psikologi.com Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan MEtodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Jakarta; ECG Panduan Standart Akreditasi Rumah Sakit Versi JCI terbaru, diambil pada tanggal 13 Maret 2015 dari akreditasi JCI.blogspot.com.2014/09 Rogert dan Suart (1999). Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga Ratna, G. 2001. Profesional Keperawatan. www.modulas.php.html.marstio diakses tanggal 13 Maret 2015