HUBUNGAN KOMUNIKASI SITUASION BACKGROUND ASESMENT RECOMMENDATION TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT SEBAGAI KOLABORATOR DI RS AISYIYAH BOJONEGORO TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

HUBUNGAN PERILAKU ASERTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG TERATAI RSUD dr. SOEGIRI LAMONGAN. Puguh Jaya*,Suratmi** ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

PERSEPSI PASIEN TENTANG PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN AKAN PELAYANAN KEPERAWATAN

HUBUNGAN PENATAAN RUANG DAN KELENGKAPAN ALAT RUANG RAWAT INAP DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG BOUGENVILLE RSUD dr.

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini merupakan bentuk yang digunakan dalam melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DI RUANG TERATAI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diangkakan (Sugiyono, 2003). Maka jenis penelitian yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyampaikan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG KEMBALI DI RUANG RAWAT JALAN RSI SAKINAH MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan masalah penelitian keperawatan yang terjadi pada suatu

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional

BAB III METODE PENELITIAN. keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2011). data rekam medis, pasien dan keluarganya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan Rumah Sakit rujukan milik pemerintah. dijl. Osamaliki No. 19 Salatiga. RSUD Kota Salatiga ini memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat observasi analitik non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang)

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

RENDAHNYA PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN LOW NURSE S ROLE IN MEETING THE NEEDS OF NUTRITION TO PATIENTS ABSTRAK

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui faktor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif, karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

Transkripsi:

HUBUNGAN KOMUNIKASI SITUASION BACKGROUND ASESMENT RECOMMENDATION TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT SEBAGAI KOLABORATOR DI RS AISYIYAH BOJONEGORO TAHUN 2016 1 Sri Utami Ningsih, 2 Sudalhar ABSTRAK Komunikasi SBAR merupakan proses komunikasi yang efektif untuk digunakan Dokter dengan perawat dan petugas kesehatan lainya. Dalam hal kolaborasi dengan tim medis dan kesehatan yang lain perawat perlu menyampaikan kondisi pasien untuk keperluan tindakan cepat dan gawat darurat. Kepuasan kerja perawat dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu pekerjaan gaji interasi kerja, kesempatankerja, supervisi dan komunikasi. Desain penelitian mengunakan analitik korelasi dengan metode sampling teknik cluster. Sampel diambil sebanyak 60 responden yaitu perawat Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro. Data penelitian diambil menggunakan quisiener dan observasi. Setelah ditabulasi, data dianalisis mengunakan spearman rho. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar perawat saat melakukan komunikasi dengan Dokter mengunakan teknik SBAR sebanyak 50 (83,3%). Dan dari hasil quesioner sebagian besar kepuasan kerja perawat menunjukan puas 45 (75 %). Berdasarkan hasil spearman rho didapatkan nilai dengan P = 0,01 dimana P < 0,05. Hasil pengujian Statistik diperoleh hasil ada Hubungan Komunikasi Situation Background Assecment Recomendation Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Seagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro. Berdasarkan hasil penelitian maka pihak rumah sakit perlu memberikan pelatihan Komunikasi Situation Background Assecment Recomendation. Kata kunci : SBAR, Kepuasaan Kerja Perawat Latar Belakang Kepuasan perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pekerjaan, gaji, interaksi kerja, kesempatan kerja, kesempatan promosi, supervisi, rekan kerja ( Luthan, 2005). Perawat yang merasa puas dalam melaksanakan pekerjaanya, maka akan memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermutu kepada pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien dan keluarga pasien juga terpenuhi, yang akhirnya meningkatkan citra dan pendapatan rumah sakit (Crose, 1999). Menurut International Countil of Nurse (1965) dalam melaksanakan peran dan fungsinya perawat di dalam rumah sakit terlibat dengan tenaga kesehatan lain, dalam hal ini perawat melaksanakan fungsinya sebagai kolaborator dimana perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, psikoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk konsultasi atau diskusi serta tukar pendapat dalam penentuan pelayanan selanjutnya. Dalam hal kolaborasi dengan tim medis, perawat tidak hanya berkomunikasi secara langsung dengan tatap muka, tetapi bisa

juga melalui tidak langsung atau telepon dalam menyampaikan kondisi pasien dan dalam keperluan tindakan cepat selanjutnya. Namun demikian abnayak perawat yang enggan berkomunikasi lewat telepon dengan dokter. Jurnal Penelitian Velji tentang efektifitas alat komunikasi Situation Background Assesement Recomendation (SBAR) dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar patient savety dari Kaiser Permanente Oakland California dalam pengaturan perawatan diruang rehabilitasi, menyatakan bahwa proses komunikasi SBAR terbukti telah terbukti menjadi alat komunikasi yang efektif dalam pengaturan perawatan akut untuk tingkatan komunikasi yang urgen, terutama dokter dan perawat. Serta efektif digunakan dalam situasi mendesak dan tidak mendesak diruang rehabilitasi yang melibatkan staf, klinis, Pasien, dan keluarga. Data dari Ricet Council of American (RCA) salah satu rumah sakit di Amerika didapatkan 65% kejadian sentinel event dimana 90% penyebabnya adalah karena komunikasi (50% nya adalah terjadi pada saat serah terima informasi pasien dan 10%nya terjadi karena komunikasi melalui telepon). Sesuai dengan kasus diatas asosiasi rumah sakit Arizona dan Kesehatan (AZHHA) Komite patient safetymempercayai komunikasi SBAR akan membuat dampak positif bagi profesi-profesi lain untuk mempermudah komunikasi dan keselamatan pasien dengan keyakinan bahwa pengembangan komunikasi SBAR membantu mereka untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif untuk mengatasi kejadian buruk diatas (JCI, 2010). Dari hasil observasi peneliti di IGD Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro, didapatkan 3 dari 16 perawat merasa enggan untuk berkomunikasi dengan dokter melalui telepon tanpa alasan yang jelas. Hal ini mungkin disebabkan karena kegagalan dalam komunikasi antara dokter dan perawat melalui telepon. Ketrampilan berkomunikasi melalui telepon bukan ketrampilan yang kita bawa sejak lahir dan juga tidak muncul secara tiba tiba saat kita memerlukannya. Ketrampilan tersebut harus dipelajari dan dilatih secara terus menerus melalui kemampuan belajar mandiri. Solusi yang bisa dijadikan pilihan antara lain pada saat pertemuan keperawatan tiap satu bulan sekali bisa dijadikan program dalam memberikan paparan tentang cara komunikasi melalui telepon dengan tehnik SBAR yang baik dan benar dan atau mendatangkan ahli komunikasi untuk mengadakan work shop di Rumah Sakit Aisyiyah serta studi banding ke Rumah Sakit yang lebih maju. Solusi solusi diatas bisa dijadikan pilihan bagi perawat di Rumah Sakit agar dalam melakukan komunikasi melalui telepon perawat tidak merasa enggan dan merasa puas dalam melaksanakan fungsi kolaborator di dalam komunikasi melalui telepon dengan tim medis.( Sulivan, et all 2002) Dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Komunikasi Situation Bakground Assecement Recomendation terhadap Kepuasan Kerja Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Tahun 2016.

Tujuan Penelitian Untuk mempelajari sejauh mana Hubungan Komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap Kepuasan Kerja Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Tahun 2016. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek. Dalam penelitian ini dilakukan pengunpulan data dengan menggunakan kuisoner pengumpulan data berbagai item pertanyaan berdasarkan unsur jelas dan ringkas yang berhubungan dengan teknik komunikasi SBAR. Skala yang digunakan adalah skala glutmen dengan kriteria skala nilai 2 bila responden menjawab iya dan 1 bila responden menjawab tidak. Demikian juga pengukuran tingkat kepuasaan perawat yang menggunakan skala gulment berbagai item pertanyaan berdasarkan tingkat kepuasaan kerja perawat (Nursalama, 2008: 88). Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa ruang perawatan yang ada di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro.

Kerangka Kerja Kerangka kerja adalah pentahapan/langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian yang mencakup kegiatan awal sampai akhir penelitian (Fidrotin, 2007: 29). Populasi : Seluruh perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro dengan jumlah 135 orang Sampel : Seluruh perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro pada bulan April sampai dengan Juni 2015 yaitu 101 orang Identifikasi variabel Variabel Independen Komunikasi SBAR Variabel Variabel Dependen Dependen Kepuasan Kepuasan kerja kerja perawat perawat sebagai sebagai kolaborator kolaborator Lembar observasi Quisioner Pengelolaan data dengan editing, coding dan tabulating, uji spearman rho Interprestasi hasil Kesimpulan Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap kepuasan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro.

Populasi Populasi adalah setiap subjek N = Perkiraan besar populasi d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = (misalnya: pasien) yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2003 : 93) pada penelitian ini populasi adalah keseluruhan perawat dengan jumlah per bulan pada tahun 0,05) 2008) (Zainudi M, 2000 dalam Nursalam, Sehingga besar sampel dalam 2015 di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro dengan jumlah 135 orang. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003: 95). Sampel yang digunakan penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro pada bulan April sampai Juni 2015 yaitu 101 perawat. Sampling Sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008 : 95). Pada penelitian ini menggunakan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti. Populasi yang dipilih menjadi anggota sampel dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling adalah suatu teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan (Nursalam, 2003). Penentuan besar sampel jika populasi <1000, maka sampel bisa diambil 20% atau 30%, atau jika >1000, maka dihitung dengan rumus : n = N I+N (d)2 Keterangan n = Perkiraan jumlah sampel penelitian ini adalah : n = 135 1+135.(0,05)2 = 101 responden Kriteria Sampel 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : a. Perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro yang sudah bekerja lebih dari 1 tahun b. Perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro yang menjadi penanggung jawab shift c. Perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro yang berpendidikan minimal D3 Keperawatan atau proses pendidikan S1 Keperawatan. 2. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit Aisyiyah yang tidak bersedia menjadi responden.

Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi operasional kerja pengaruh teknik komunikasi SBAR dalam melakukan komunikasi dengan dokter melalui telepon terhadap kepuasan perawat sebagai kolaborator di ruang IGD Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro tahun 2016 Variabel Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Skor Variabel independen pada penelitian ini adalah komunikasi Komunikasi verbal= komunikasi yang menggunakan bahasa, sebagai alat simbol yang digunakan sebagai alat adalah kata yang mengexpresikan ide/perasaan membangkitkan respon emosional sebagai ingatan Komunikasi non verbal = komunikasi yang tidak menggunakan bahasa kata, bahasa gambar, dan bahasa sikap Faktor-faktor komunikasi = verbal = 1. Lisan 2. Tulisan Non verbal = 1. Lingkungan 2. Penampilan 3. Kontak mata 4. Postur tubuh 5. Expresi wajah 6. Suara Quisoner dengan format jawaban berskala Gutman dua tingkatan yaitu ya dan tidak dengan pertanyaan no 1-16 untuk mengukur komunikasi Ordinal Skor 2 = ya Skor 1 = tidak 16-20 komunikasi perawat kurang 21-25 = komunikasi perawat cukup 26-32 komunikasi perawat baik Dependen kepuasan pasien Tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari komunikasi perawat Kepuasaan pasien terhadap teknik komunikasi perawat 1. Mendengarkan dengan penuh perhatian 2. Menunjukkan penerimaan 3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan 4. Mengulang ucapan klien dengan menggukana kata kata sendiri 5. Mengklarifikasi 6. Menyatakan hasil observasi Quisoner dengan format jawaban berskala Gutman dua tingkatan yaitu ya dan tidak dengan pertanyaan no 1-16 untuk mengukur komunikasi Ordinal Skor 2 = ya Skor 1 = tidak 16-20 = kurang puas 21-25 = cukup puas 25-32 = puas

Data variabel independen teknik komunikasi SBAR dalam komunikasi dengan dokter melalui telepon, dan variabel dependen kepuasaan perawat dilakukan dengan dengan menggunakan cek list dan kuesioner, kuisoner adalah jenis pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada subyek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2008: 109). Data Umum 1. Distribusi karakteristik responden menurut jenis kelamin di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. 1.67% 0% 23.3% 21-30 tahun 31-40 tahun 75% 41-50 tahun > 50 tahun Gambara 4.2 Diagram pie distribusi responden berdasarkan umur di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. Berdasarkan gambar 4.2 dari 60 70% 30% Laki-laki Perempuan responden didapat hasil bahwa sebagian responden berumur 31-40 tahun sebanyak 45 orang (75%). 3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. Gambara 4.1 Diagram pie distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. Berdasarkan gambar 4.1 dari 60 responden didapat hasil bahwa lebih dari sebagian responden berjenis kelamin perempuan, sebanyak 42 orang (70%). 2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. 20% 1.7% 0% 3.3% 75% Gambara 4.3 Diagram pie distribusi responden berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. SPK Berdasarkan gambar 4.2 dari 60 responden didapat hasil bahwa lebih dari DIII Keperawatan DIV Keperawatan S1 Keperawatan

sebagian responden berpendidikan DIII Keperawatan sebanyak 45 orang (75%). 4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan status perkawinan di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. 86.7% 13.3% Gambara 4.4 Diagram pie distribusi responden berdasarkan status perkawinan di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. Berdasarkan gambar 4.2 dari 60 responden didapat hasil bahwa sebagian besar responden status perkawinan adalah kawin sebanyak 52 orang (86,7%). 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan masa kerja di Rumah Sakit Aisyiyah pada bulan Mei 2016. 25% 3.3% 20% 51.7% Gambara 4.5 Diagram pie distribusi responden berdasarkan masa kerja di Rumah Sakit Aisyiyah 1-5 th Belum Kawin 6-10 th Kawin 11-15 th > 15 th Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. Berdasarkan gambar 4.2 dari 60 responden didapat hasil bahwa mayoritas responden masa kerjanya 6 sampai 10 tahun sebanyak 31 orang (51,7%). Data Khusus Data khusus terdiri dari distribusi ceklist observasi perawat yang dilakukan penelitian saat perawat melakukan komunikasi dengan dokter dengan menggunakan teknik SBAR dan distribusi pengisian kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator. Tabel 4.6 Distribusi hasil ceklist observasi perawat saat melakukan komunikasi dengan dokter bulan Mei tahun 2016. NO Komunikasi Jumlah Prosentase perawat 1 Tanpa teknik SBAR 10 16,7% 2 Dengan teknik SBAR 50 83,3% TOTAL 60 100% Pada tabel 4.6 dari 60 responden di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro didapatkan hasil sebagian besar responden melakukan komunikasi dengan dokter menggunakan teknik SBAR dengan jumlah responden 50 orang atau 83,3%. Tabel 4.7 Distribusi responden hasil quisioner kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Asiyiyah

Bojonegoro bulan Mei Kepuasaan Kerja N O tahun 2016. KEPUAS JUML AAN AH KERJA PROSEN TASE Komunikasi Perawat Perawat sebagai Kolaborator Tidak Puas Puas Total 1 Tidak puas 15 25% Tanpa SBAR 8 80% 2 20% 10 100% 2 Puas 45 75% TOTAL 60 100% Dengan SBAR 7 14% 43 86% 50 100% Pada tabel 4.7 dari 60 responden di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro didapatkan hasil sebagian besar responden mengatakan kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator menjawab puas dengan jumlah responden 45 orang atau 75%. Hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro tahun 2016. Tabel 4.8 Distribusi responden hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro bulan Mei tahun 2016. 60 Jumlah 15 25% 45 75% 100% Pada tabel 4.8 dari 60 responden setelah dilakukan observasi dan pengisian quisioner dan responden didapatkan hasil sebagian besar responden komunikasi dengan dokter dengan menggunakan teknik SBAR dan memiliki kepuasan kerja yaitu sebanyak 43 orang (86%) sedangkan 7 orang (14%) perawat melakukan komunikasi dengan dokter dengan teknik SBAR tapi tidak memiliki kepuasaan kerja. Komunikasi perawat tanpa SBAR dinyatakan oleh 8 orang (80%) namun tidak memiliki kepuasan kerja. Sedangkan sebanyak 2 orang (20%) komunikasi tanpa SBAR serta tidak memiliki kepuasan kerja. Pembahasan Setelah dilakukan analisis data dan melihat hasil yang diperoleh selanjutnya akan dibahas tentang beberapa hal, yaitu : 1) Komunikasi Situation Background Assecement Recomendation perawat, 2) Kepuasaan kerja

perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro, 3) Hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro. Komunikasi Situation Background Assecement Recomendation Perawat Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Dari tabel 4.6 hasil penelitian 60 responden di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro pada bulan Mei tahun 2015 didapatkan hasil sebagian besar perawat saat melakukan komunikasi dengan dokter menggunakan teknik SBAR yaitu sebanyak 50 orang atau 83,3%. Sedangkan perawat saat melakukan komunikasi dengan dokter tanpa menggunakan teknik SBAR hanya sebanyak 10 orang atau 67,7%. Dalam melakukan komunikasi dengan dokter perawat dilakukan komunikasi secara verbal dan meliputi identifikasi nama dari petugas dan pasien, menyebutkan diagnosa medis, keadaan yang terjadi pasien yang mengkhawatirkan, obat/tindakan saat ini yang diberikan ini, riwayat medis, temuan klinis terbaru, hasil temuan klinis, analisis dan pertimbangan perawat, apa solusi yang bisa perawat tawarkan ke dokter, apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien. Dalam melaksanakan komunikasi dengan dokter yang jarang dilakukan oleh perawat adalah hasil analisis perawat tentang kondisi pasien saat ini dan menjelaskan hasil pertimbangan kondisi pasien saat ini serta solusi yang perawat bisa tawarkan kepada dokter. Hal ini mungkin disebabkan karena tergesa gesanya perawat dalam menginformasikan kondisi pasien serta adanya rasa takut salah dalam memberikan analisis terhadap kondisi pasien saat itu. Sesuai dengan teori komunikasi yaitu komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik, dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran (Keliat, 2008). SBAR adalah Situation Background Assecement Recomendation merupakan alat komunikasi yang menyediakan metode jelas dalam mengkomunikasikan informasi terkait dengan temuan klinis. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk berdiskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya (Depkes RI, 2012). Peneliti berpendapat bahwa mungkin dalam melakukan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation Perawat harus melaksanakan teknik komunikasi yang sesui dengan teori Situation Background Assecement Recomendation yang terlalu banyak dan rumit serta membutuhkan waktu lama dalam melaksanakan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation. Kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro dirasakan oleh 75% atau sebanyak 45 orang perawat menunjukkan puas. Kepuasaan yang ada ditunjukkan dengan adanya pernyataan seluruh responden tentang komunikasi Situation Background Assecement

Recomendation adalah cara komunikasi yang efektif, cara komunikasi yang mudah dilakukan serta dengan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation tidak membutuhkan penjelasan kondisi pasien yang berulang-ulang. Sedangkan sebanyak 15 orang perawat atau 25% menyatakan tidak puas, hal ini ditunjukkan dengan adanya pernyataan dari beberapa responden bahwa komunikasi Situation Background Assecement Recomendation tidak dapat dipahami oleh dokter dan tidak memudahkan dokter mengerti tentang kondisi pasien yang sedang terjadi. Menurut Mistiani (2007), kepuasaan kerja adalah cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya. Kepuasaan kreja merupakan hal yang penting bagi setiap karyawan. Jika kepuasaan kerja tercapai, pekerjaan mereka lebih bertanggungjawab, lebih loyal dan mereka berperan penting bahwa kepuasaan kerja akan mengurangi absen pegawai dan kemungkinan untuk pindah kerja (Hurlock, 1991). Dalam hal ini maka, persepsi seseorang memegang peranan penting sebelum melaksanakan atau memilih pekerjaannya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepuasaan kerja meliputi : komunikasi, potensial, pertumbuhan, kebijakan individu, upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif. Peniliti berasumsi bahwa kepuasan bekerja perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berupa komunikasi saja melainkan masih banyak faaktor lingkungan yang mempengarui kepuasan kerja yaitu faktor upah dan gaji. Hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation Terhadap Kepuasaan Kerja Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman rho didapatkan nilai signifikan P (0 < 0,01) yang berarti ada hubungan komunikasi Situation Background Assecement Recomendation Terhadap Kepuasaan Kerja Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro. Akan tetapi ada perawat dalam komunikasi dengan dokter menggunakan teknik SBAR tapi tidak memiliki kepuasaan kerja sebanyak 7 orang (14%) dan 2 orang (20%) perawat dalam komunikasi dengan dokter tanpa menggunakan teknik SBAR namun memiliki kepuasaan kerja. Hal tersebut terjadi kerena kepuasaan kerja perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor komunikasi saja. Menurut penelitian Widodo (2003) dan Sayuni (2009) kepuasaan kerja di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : komunikasi yang baik dengan sesama perawat, pemberian insentif yang sesuai harapan, lingkungan kerja yang nyaman, dukungan menagement yang baik, sifat kerja yang tidak monoton, pekerjaan yang sesuai keahlian serta adanya peluang promosi. Komunikasi Situation Background Assecement Recomendation mempunyai hubungan dengan kepuasaan kerja. Hal ini sesuai yang diungkapkan Kotler (2003) bahwa gaya maupun cara berkomunikasi Situation Background Assecement Recomendation juga berpengaruh terhadap efektifitasi komunikasi. Dengan efektifnya komunikasi maka akan menimbulkan kenyamanan dalam

melaksanakan peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator dengan dokter. Peneliti berpendapat komunikasi perawat dengan dokter sangat penting dalam sebuah pelayanan di rumah sakit agar terhindar dari kesalahpahaman dalam pemberian instruksi medis atau medication crop yang mana hal ini akan berdampak terhadap peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Asyiyah Bojonegoro. Kesimpulan 1. Sebagian besar perawat Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro saat melakukaan komunikasi dengan dokter dengan menggunakan teknik SBAR. 2. Sebagian besar tingkat kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro adalah puas. 3. Ada hubungan antara komunikasi situation background assecement recomendation terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro tahun 2016. Saran 1. Bagi manajemen keperawatan Manajemen keperawatan perlu memberikan pelatihan kepada perawat bagaimana cara berkomunikasi dengan teknik SBAR pada saat menghadapi team kesehatan lain. Keperawatan harus mulai berbenah dan memenuhi kebutuhan ketenagaan keperawatan yang profesional dan memahami komunikasi dengan baik, baik verbal maupun non verbal 2. Bagi tim pelayanaan kesehatan Diharapkan perawat kesehatan terus termotivasi untuk berkomunikasi secara profesional sehingga dapat memenuhi target yang diharapkan dalam memenuhi kebutuhan pasien rawat inap. 3. Bagi profesi kesehatan Mengingat keterbatasan waktu dan jumlah sampel maka perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut untuk menyempurnakan penelitian yang ada. DAFTAR PUSTAKA Arikunto suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Rineka Cipta: Jakarta Anderson (2006) Aspek dalam keperawatan. Jakarta : ECG dari www.poltekesmedan.com di akses pada tanggal 6 Maret 2015 Efendy, (2007). Ilmu komunikasi Jakarta: Fakultas kedokteran universitas Eviana, (2001). Komunikasi interpersonal keperawatan. Jakarta: Gunung Agung. Disclamer. (2008). Kepuasan kerja. http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses tanggal 7 Maret 2015 Jam 11.00 WIB Djarwanto. (1996). Mengenal Beerapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Liberty Yogyakarta. Hal. 261-266. Hidayat, A. Aziz. Alimul. (2004). Metode Keperawatan Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta: Ganbika Honest B (2007). Kepuasan kerja. http://id.tehnik industry ITB. Jonshon, kepuasan pasien di ambil pada tanggal 10 Maret 2015 dari www.goegle.com

Keliat. (2008), Buku Akar Keperawatan Komunikasi, Edisi Ley and Spearman Moison walter,, dkk. (2009) Press. Diambil pada tanggal 11 Maret 2015 dari www.geogle.com Moison walter dan white (2009). Fundamental Keperawatan, Jakarta, Egc Mundakir. (2006). Definisi komunikasi, diambil dari http://www.e-psikologi.com Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan MEtodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Jakarta; ECG Panduan Standart Akreditasi Rumah Sakit Versi JCI terbaru, diambil pada tanggal 13 Maret 2015 dari akreditasi JCI.blogspot.com.2014/09 Rogert dan Suart (1999). Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga Ratna, G. 2001. Profesional Keperawatan. www.modulas.php.html.marstio diakses tanggal 13 Maret 2015