BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang mengandung hal baru bagi siswa. Ardiwinata (Djamarah, 1995:49)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Prastowo, 2011). Menurut Nasution buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini CD yang dimaksud adalah CD pembelajaran yang

E-LEARNING MANAGEMEN SYSTEM

PENDESAINAN LKS MATEMATIKA INTERAKTIF MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB DI KELAS X SMA NEGERI 3 PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA MATERI PRISMA KELAS VIII DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI SMP DR. SOETOMO SURABAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review)

Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP UMSurabaya I. Pendahuluan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. meliputi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), buku siwa, dan

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN. Endang Mulyatiningsih

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested dengan Setting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi diantara sesamanya,

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

Key Words: Developmental Research, Characteristics of deaf students, 4-D model.

E-learning, Cermin Pendidikan Masa Kini: Siapkah kita? Oleh : Christina Wahyu Cahyani Senin, 13 Pebruari :46

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN AJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF ILMU PENGETAHUAN ALAM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INOVATIF Jupriyanto 1, Turahmat 2 ABSTRAK

WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Media pembelajaran berbasis android dengan program Construct 2 pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena peneliti ingin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGEMBANGAN. define, design, develop, dan disseminate. Namun dalam pelaksanaannya,

TUGAS I PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MATRIKS JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

Molluca Journal of Chemistry Education

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan sangat berkaitan dengan era globalisasi. Di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. peralatan praktik, penyempurnaan kurikulum maupun peningkatan. profesionalisme guru yang dilakukan secara nasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran sub pokok bahasan luas permukaan dan. Permukaan dan Volume Pisma dan Limas tegak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (developmental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan

BAB IV DESKRIPSI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya laju perkembangan media pembelajaran pada saat ini merupakan

Prosiding Semnasdik 2016 Prodi Pend. Matematika FKIP Universitas Madura

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MAHASISWA DALAM MEMBUAT ANIMASI MATERI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ICT

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN GURU SEKOLAH MENENGAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM PEMBUATAN SUMBER BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS WEB

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BILINGUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan Internet dan E-Learning Sekolah

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ke arah mutu internasional dengan pembelajaran bilingual

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ADOBE FLASH CS6 PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG KELAS X-AK SMK MUHAMMADIYAH 1 TAMAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Adapun. dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER PADA PEMBELAJARAN QUANTUM POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS SMP KELAS VIII

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA KOMPETENSI DASAR JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG KELAS X AK. Fia Jannatur Rahmah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR (LKS) E-LEARNING BERBASIS MOODLE SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MATERI TERMODINAMIKA DI SMA ABSTRAK

UPI Bandung. Tugas Kuliah Komputer Masyarakat

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membantu aktivitas manusia. Melalui internet, manusia

BAB III METODE PENELITIAN. karena peneliti ingin mengembangkan pembelajaran matematika berbasis

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan sarana belajar mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. persiapannya lebih singkat. E-Learning menjawab semua tantangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KALKULUS PEUBAH BANYAK 1 (KPB 1) BERBASIS E-LEARNING

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 2, No. 1, April 2017, 17-22

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam proses pembelajaran (Hayati, 2016). sebagai pesan, sumber belajar sebagai sumber pesan, media pembelajaran

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development (penelitian dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Novi Dwi Lestari 10, Hobri 11, Dinawati Trapsilasiwi 12

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Sumber belajar adalah merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal baru bagi siswa. Ardiwinata (Djamarah, 1995:49) berpendapat bahwa sumber-sumber belajar itu dapat berasal dari manusia, buku, media massa, lingkungan dan media pendidikan. Dengan demikian, LKS dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat digunakan siswa. Depdiknas (Darusman, 2008:17) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram. Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta memperdalam pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berbentuk lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk mengerjakan pertanyan-pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa. 2. Manfaat LKS Menurut Tim Instruktur PKG (Andayani, 2005:10), manfaat LKS dalam pengajaran matematika adalah :

a. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi belajar mengajar b. Dapat mempercepat pengajaran dan mempersingkat waktu penyajian materi pelajaran sebab LKS ini dapat disiapkan diluar jam pelajaran c. Memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal karena tidak setiap peserta didik dapat memahami persoalan itu pada keadaan bersamaan d. Mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran e. Membangkitkan minat belajar siswa jika LKS disusun secara menarik. 3. Jenis-Jenis LKS Menurut Sadiq dalam (Widiyanto, 2008:14) LKS dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu sebagai berikut: a. Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik. b. Lembar Kerja Siswa Berstruktur Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru

tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa. Contoh LKS berstruktur : 1) LKS konvensional LKS ini yang sekarang digunakan di sekolah-sekolah pada umumnya yang berupa print out dalam bentuk buku. 2) LKS Interaktif LKS ini dibuat dan dijalankan dengan bantuan perangkat keras komputer atau CD player. LKS ini dapat memberikan respon umpan balik bagi siswa. Tabel 2.1 Perbedaan LKS Konvensional dan LKS Interaktif No Perbedaan LKS Konvensional LKS interaktif 1. Materi Disajikan dalam bentuk deskriptif 2. Gambar, grafik maupun tulisan Disajikan dalam keadaan diam Disajikan dalam bentuk pertanyaan yang dapat mengkonstruk pemahaman peserta didik Disajikan bergerak dan langkah per langkah, ketika peserta didik tidak mengerti dapat diulang. 3. Komunikasi Dilakukan dengan satu arah 4. Isi Menekankan banyak pada soalsoal. 5 Tampilan Disajikan pada lembaran kertas. Dua arah (ketika peserta didik memberikan jawaban atau respon LKS ini akan memberikan umpan balik) Menekankan pada penanaman konsep matematika, soal hanya dijadikan sebagai pengantar pemahaman peserta didik Disajikan lebih menarik dengan tampilan gambar yang disukai siswa dan tampilannya lebih hidup. Dalam penelitian ini, LKS yang dibuat adalah LKS interaktif tipe berstruktur

karena LKS ini diharapkan dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar dengan atau tanpa bimbingan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru sebagai pengawas dan motivator, dimana hal ini sesuai dengan sifat LKS berstruktur. 4. Langkah-langkah Menyusun LKS Langkah-langkah dalam membuat LKS menurut Rahmawati (2006:25) adalah sebagai berikut : a. Membuat LKS Konvensional 1) Menganalisis Kurikulum Pada tahap ini hal yang dilakukan berupa identifikasi kurikulum matematika SMP dengan indikator pencapain hasil belajar. 2) Membuat Peta Kebutuhan dan Judul-judul LKS Menyusun peta kebutuhan LKS yaitu menyusun materi yang dibutuhkan untuk mencapai indikator yang akan dicapai, kemudian menentukan Judul-judul yang akan dibuat di LKS. 3) Menulis LKS Pada tahap ini yang dilakukan adalah menulis LKS dalam bentuk naskah, naskah ini kemudian dikonsultasikan kepada para pakar. Hal ini dilakukan agar LKS yang disusun tidak ada kesalahan pada isinya. Ketika naskah tersebut terdapat kesalahan maka naskah segera diperbaiki dan setelah naskah tidak terjadi kesalahan maka akan dilanjutkan ke proses mendesain LKS dalam komputer. b. Membuat LKS Interaktif Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mendesain LKS dengan menggunakan program aplikasi Macromedia Flash Pro 8. Desain ini kemudian diberi

animasi supaya lebih menarik tetapi tetap memperhatikan aturan-aturan yang ada. Setelah itu desain diubah ke format exe untuk digabung dengan web yang akan diupload ke internet. c. Membuat Web Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah membuat web dengan menggunakan software pembuat website antara lain Adobe GoLive, Hot Dog, Macromedia Dreamwaver MX dan lain-lain atau dengan memanfaatkan fasilitas weblog yang banyak disediakan situs di internet misalnya : Wodpress, Blogger, Multiply dan lain-lain. d. Menggabungkan LKS Interaktif dan Web Setelah LKS interaktif dan Web dibuat langkah selanjutnya adalah menggabungkan keduanya. Pengajar yang sudah mempunyai web tinggal mengupload file LKS interaktif ke internet. 5. Syarat LKS yang Baik Untuk membuat atau menentukan sebuah LKS yang baik, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan. Jones (Andayani, 2005:9) menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada peserta didik, haruslah : a. Bahasanya Komunikatif LKS yang dibuat menggunakan bahasa yang menarik, tidak membingungkan siswa dan mudah dimengerti. b. Format dan Gambar harus Jelas Format yang dipakai meliputi tampilan, penggunaan animasi dan gambar background yang sesuai dengan materi.

c. Mempunyai Tujuan yang Jelas Dapat menyampaikan ide pokok yang terkandung dalam LKS. d. Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan infromasi. Dalam LKS ini siswa dilatih mencari dan menemukan jawaban. 6. Keunggulan dan Kelemahan LKS LKS memiliki keunggulan, seperti yang dikatakan oleh (Hartati, 2003) sebagai berikut: a. Membantu siswa untuk mengembangkan dan memperbanyak kesiapan b. Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa c. Mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat d. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing LKS memiliki kelemahan sebagai berikut: a. Soal-soal yang tertuang pada lembar kerja siswa cenderung monoton, bisa muncul bagian berikutnya maupun bab setelah itu. b. LKS hanya melatih siswa untuk menjawab soal, tidak efektif tanpa ada sebuah pemahaman konsep materi secara benar. c. Di dalam LKS hanya bisa menampilakan gambar diam tidak bisa bergerak, sehingga siswa terkadang kurang dapat memahami materi dengan cepat. d. Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain. Cara mengatasi kekurangannya tersebut, antara lain: a. Guru diharapkan membuat LKS yang memiliki soal-soal yang beragam, sehingga soal-

soal tidak kebanyakan terulang-ulang. b. Untuk menghindari siswa yang hanya dilatih untuk mengerjakan soal sebaiknya guru mempunyai buku pegangan selain LKS dan didalam LKS tidak hanya soal-soal yang wajib dikerjakan oleh siswa tetapi sejumlah kegiatan-kegiatan lapang untuk peserta didik juga perlu c. Guru bisa memadukan antara media cetak dengan media-media yang menunjang, misalnya audio-visual. d. Untuk menghindari kebosanan guru sebaiknya menggabung media satu dengan yang lain. B. Model E-Learning 1. Pengertian E-learning E-learning merupakan teknologi informasi yang realtif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu e yang merupakan singkatan dari elektronic dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer (Onno W. Purbo, 2002) Dalam perkembanganya, komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, karena itu dikenal dengan istilah computer based learning (CBL) atau computer assisted learning (CAL). Saat pertama kali komputer mulai diperkenalkan khususnya untuk pembelajaran, maka komputer menjadi popular dikalangan anak didik. Hal ini dapat dimengerti karena berbagai variasi teknik mengajar bisa dibuat dengan bantuan komputer tersebut

(Bloomsburg, 2006). Menurut Miarso (2004), pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajarmengajar didominasi oleh peranan guru, karena itu disebut the era of theacher. Kini, proses belajar-mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar mengajar akan didominasi oleh guru, buku, dan teknologi (the era of teacher, book, and technology) 2. Kelebihan Dan Kekurangan E-Learning Menyadari bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia diinternet. Kalebihan dan kekurangan e-learning (Wahono, 2005:2) : Kelebihan : a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas komputer secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan dikomputer. d. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. e. Baik guru maupun siswa dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. f. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Kekurangan : a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa sehingga bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. b. Proses belajar dan mengajarnya cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan. c. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal. d. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer). e. Kurangnya penguasaan komputer. Menurut Soekartawi (Kedasih, 2007:3) hal ini mungkin dapat diatasi dengan cara a. Disediakan forum untuk berdiskusi antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik b. Diberikan keterampilan menguasai teknologi kepada pengajar c. Disediakan fasilitas jaringan dan koneksi internet di tempat-tempat pendidikan d. Disediakan software pembelajaran

e. Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan program e-learning 3. Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Memanfaatkan E-Learning Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo, 2002) dan (Soekawati, 1999) antara lain: a. Analisis Kebutuhan (Need Analysis) Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan apakah memang memerlukan e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas sasaran orang lain. Sebab setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan. Kalau analisis ini dilaksanakan dan jawabanya adalah membutuhkan e-learning maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan, yang komponen penilaianya adalah: 1) Apakah secara teknis dapat dilaksanakan? Dari hasil survai di SMP Raden Patah, sudah terdapat jaringan internet yang tertata rapih lengkap dengan komputer. Memiliki tenaga teknis yang bisa mengoperasikanya. 2) Apakah secara ekonomis akan menguntungkan? Melalui perhitungan dan wawancara dengan guru matematika, e-learning dapat menghemat buku, waktu dan tempat belajar sehingga banyak waktu yang dapat dimaksimalkan. 3) Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat?

Masyarakat yang telah banyak mengenal dunia internet dilihat dari banyaknya warnet disekitar, diikuti dengan gaya hidup perkotaan yang serba butuh informasi cepat sangat memungkinkan e-learning ini mendapat sambutan baik dari masyarakat. b. Rancangan Instruksional Menurut Soekartawi (1999) dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek antara lain : 1) Course content and learning unit analysis, meliputi isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan. 2) Learner analysis, meliputi latar belakang pendidikan siswa, usia, dan jenis kelamin. 3) Learning context analysis, meliputi kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam 4) Instructional analysis, yaitu menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit 5) State instructional objectives, Tujuan instuksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional. 6) Construct criterion test items, penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 7) Select instructional strategy, strategi instruksional dapat ditetapan berdasarkan fasilitas yang ada. c. Tahap Pengembangan Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan,

menyusun kerangka materi pembelajaran dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk flash dengan didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis guru tinggal meng-upload ke situs yang telah dibuat. d. Pelaksanaan Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu uji prototype oleh pembimbing. Setelah dinyatakan baik, maka prototype dimasukan dalam komputer untuk kemudian diupload ke web. Bagi siswa SMP Raden Patah dapat mengaksesnya sebelum pelajaran dimulai. e. Evaluasi Sebelum program dimulai, Proototype akan dicobakan dulu dengan mengambil beberapa sampel siswa sederajat, supaya dapat diketahui bagian mana yang dianggap perlu latihan lebih atau porsi materi yang perlu ditambah. C. Model Pengembangan 4-D Thiagarajan

Model pengembangan yang akan digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah 4 D Thiagarajan (Trianto,2006:94) yang dikenal dengan Four-D model karena lebih sistematis. Analisis Awal Akhir Analisis Siswa Define Analisis Tugas Analisis Konsep Spesifikasi Tujuan Penyusuna Tes Pemilihan media Design Pemilihan format Rancangan awal Validasi ahli Uji pengembangan Develop Uji validasi pengemasan Disseminate Penyebaran Diagram 2.1 Model Thiagarajan (Trianto, 2010) Model pengembangan di atas terdiri dari empat tahap yaitu:

1. Tahap Pendefinisian (Define) Tahap pedefinisian ditujukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembuatan model pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan materi pelajaran. Dalam tahap ini ada lima kegiatan: a. Analisis Awal Akhir Analisis awal-akhir dimaksudkan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan LKS interaktif pembelajaran. b. Analisis Siswa Tujuan analisis siswa adalah menelaah karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan LKS interaktif pembelajaran. c. Analisis Konsep Analisis konsep bertujuan untuk mengindentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan pada analisis awal akhir. d. Analisis Tugas Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan ketrampilan akademis utama yang akan dikembangkan dalam model pembelajaran. e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang dinyatakan dengan tingkah laku. 2. Tahap Perancangan (Design)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk merancang prototipe pembelajaran yang meliputi empat langkah, yaitu: a. Penyusunan Tes Acuan Patokan b. Pemilihan media c. Pemilihan format d. Desain awal (Rancangan awal). 3. Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan pengembangan adalah untuk menghasilkan draft perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Pada tahap pengembangan ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu penilaian para ahli dan uji coba. 4. Tahap Penyebaran (Desseminate) Maksud dari tahap ini adalah menyebarkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian setelah direvisi berdasarkan hasil validitas para ahli dan hasil uji coba.model Thiagarajan merupakan pengembangan perangkat pembelajaran yang secara detail menjelaskan langkah operasional pengembangan perangkat. Sehingga jelaslah untuk pengembangan perangkat, model Thiagarajan lebih terperinci dan lebih sistematis. Disamping itu kelebihan dari model-model Thiagarajan, yaitu : a. Pijakan utama pendidikan di Indonesia berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, oleh karena itu dalam penyusunan perangkat pembelajaran terlebih dahulu harus dilakukan analisis kurikulum. Pada model dapat dilakukan dengan analisis ujung-depan. b. Memudahkan peneliti untuk melakukan langkah selanjutnya. Suatu contoh, langkah analisis tugas dan anilisis konsep dapat membantu peneliti untuk melakukan spesifikasi tujuan pembelajaran.

Pada tahap III peneliti dapat dengan leluasa melakukan uji coba dan revisi berkali-kali sampai diperoleh perangkat pembelajaran dengan kualitas yang maksimal (final). D. Materi Matematika SMP Kelas VIII Semester Genap Salah satu materi matematika SMP kelas VIII semester genap adalah geometri dan pungukuran. Sub pokok bahasan balok dan kubus yang diajarkan kepada siswa kelas VIII SMP adalah sebagai berikut : 1. Menyebutkan unsur unsur kubus dan balok 2. Menghitung luas permukaan kubus dan balok 3. Menghitung volume kubus dan balok