BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Sumber belajar adalah merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal baru bagi siswa. Ardiwinata (Djamarah, 1995:49) berpendapat bahwa sumber-sumber belajar itu dapat berasal dari manusia, buku, media massa, lingkungan dan media pendidikan. Dengan demikian, LKS dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat digunakan siswa. Depdiknas (Darusman, 2008:17) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram. Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta memperdalam pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berbentuk lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk mengerjakan pertanyan-pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa. 2. Manfaat LKS Menurut Tim Instruktur PKG (Andayani, 2005:10), manfaat LKS dalam pengajaran matematika adalah :
a. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi belajar mengajar b. Dapat mempercepat pengajaran dan mempersingkat waktu penyajian materi pelajaran sebab LKS ini dapat disiapkan diluar jam pelajaran c. Memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal karena tidak setiap peserta didik dapat memahami persoalan itu pada keadaan bersamaan d. Mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran e. Membangkitkan minat belajar siswa jika LKS disusun secara menarik. 3. Jenis-Jenis LKS Menurut Sadiq dalam (Widiyanto, 2008:14) LKS dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu sebagai berikut: a. Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik. b. Lembar Kerja Siswa Berstruktur Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru
tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa. Contoh LKS berstruktur : 1) LKS konvensional LKS ini yang sekarang digunakan di sekolah-sekolah pada umumnya yang berupa print out dalam bentuk buku. 2) LKS Interaktif LKS ini dibuat dan dijalankan dengan bantuan perangkat keras komputer atau CD player. LKS ini dapat memberikan respon umpan balik bagi siswa. Tabel 2.1 Perbedaan LKS Konvensional dan LKS Interaktif No Perbedaan LKS Konvensional LKS interaktif 1. Materi Disajikan dalam bentuk deskriptif 2. Gambar, grafik maupun tulisan Disajikan dalam keadaan diam Disajikan dalam bentuk pertanyaan yang dapat mengkonstruk pemahaman peserta didik Disajikan bergerak dan langkah per langkah, ketika peserta didik tidak mengerti dapat diulang. 3. Komunikasi Dilakukan dengan satu arah 4. Isi Menekankan banyak pada soalsoal. 5 Tampilan Disajikan pada lembaran kertas. Dua arah (ketika peserta didik memberikan jawaban atau respon LKS ini akan memberikan umpan balik) Menekankan pada penanaman konsep matematika, soal hanya dijadikan sebagai pengantar pemahaman peserta didik Disajikan lebih menarik dengan tampilan gambar yang disukai siswa dan tampilannya lebih hidup. Dalam penelitian ini, LKS yang dibuat adalah LKS interaktif tipe berstruktur
karena LKS ini diharapkan dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar dengan atau tanpa bimbingan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru sebagai pengawas dan motivator, dimana hal ini sesuai dengan sifat LKS berstruktur. 4. Langkah-langkah Menyusun LKS Langkah-langkah dalam membuat LKS menurut Rahmawati (2006:25) adalah sebagai berikut : a. Membuat LKS Konvensional 1) Menganalisis Kurikulum Pada tahap ini hal yang dilakukan berupa identifikasi kurikulum matematika SMP dengan indikator pencapain hasil belajar. 2) Membuat Peta Kebutuhan dan Judul-judul LKS Menyusun peta kebutuhan LKS yaitu menyusun materi yang dibutuhkan untuk mencapai indikator yang akan dicapai, kemudian menentukan Judul-judul yang akan dibuat di LKS. 3) Menulis LKS Pada tahap ini yang dilakukan adalah menulis LKS dalam bentuk naskah, naskah ini kemudian dikonsultasikan kepada para pakar. Hal ini dilakukan agar LKS yang disusun tidak ada kesalahan pada isinya. Ketika naskah tersebut terdapat kesalahan maka naskah segera diperbaiki dan setelah naskah tidak terjadi kesalahan maka akan dilanjutkan ke proses mendesain LKS dalam komputer. b. Membuat LKS Interaktif Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mendesain LKS dengan menggunakan program aplikasi Macromedia Flash Pro 8. Desain ini kemudian diberi
animasi supaya lebih menarik tetapi tetap memperhatikan aturan-aturan yang ada. Setelah itu desain diubah ke format exe untuk digabung dengan web yang akan diupload ke internet. c. Membuat Web Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah membuat web dengan menggunakan software pembuat website antara lain Adobe GoLive, Hot Dog, Macromedia Dreamwaver MX dan lain-lain atau dengan memanfaatkan fasilitas weblog yang banyak disediakan situs di internet misalnya : Wodpress, Blogger, Multiply dan lain-lain. d. Menggabungkan LKS Interaktif dan Web Setelah LKS interaktif dan Web dibuat langkah selanjutnya adalah menggabungkan keduanya. Pengajar yang sudah mempunyai web tinggal mengupload file LKS interaktif ke internet. 5. Syarat LKS yang Baik Untuk membuat atau menentukan sebuah LKS yang baik, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan. Jones (Andayani, 2005:9) menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada peserta didik, haruslah : a. Bahasanya Komunikatif LKS yang dibuat menggunakan bahasa yang menarik, tidak membingungkan siswa dan mudah dimengerti. b. Format dan Gambar harus Jelas Format yang dipakai meliputi tampilan, penggunaan animasi dan gambar background yang sesuai dengan materi.
c. Mempunyai Tujuan yang Jelas Dapat menyampaikan ide pokok yang terkandung dalam LKS. d. Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan infromasi. Dalam LKS ini siswa dilatih mencari dan menemukan jawaban. 6. Keunggulan dan Kelemahan LKS LKS memiliki keunggulan, seperti yang dikatakan oleh (Hartati, 2003) sebagai berikut: a. Membantu siswa untuk mengembangkan dan memperbanyak kesiapan b. Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa c. Mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat d. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing LKS memiliki kelemahan sebagai berikut: a. Soal-soal yang tertuang pada lembar kerja siswa cenderung monoton, bisa muncul bagian berikutnya maupun bab setelah itu. b. LKS hanya melatih siswa untuk menjawab soal, tidak efektif tanpa ada sebuah pemahaman konsep materi secara benar. c. Di dalam LKS hanya bisa menampilakan gambar diam tidak bisa bergerak, sehingga siswa terkadang kurang dapat memahami materi dengan cepat. d. Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain. Cara mengatasi kekurangannya tersebut, antara lain: a. Guru diharapkan membuat LKS yang memiliki soal-soal yang beragam, sehingga soal-
soal tidak kebanyakan terulang-ulang. b. Untuk menghindari siswa yang hanya dilatih untuk mengerjakan soal sebaiknya guru mempunyai buku pegangan selain LKS dan didalam LKS tidak hanya soal-soal yang wajib dikerjakan oleh siswa tetapi sejumlah kegiatan-kegiatan lapang untuk peserta didik juga perlu c. Guru bisa memadukan antara media cetak dengan media-media yang menunjang, misalnya audio-visual. d. Untuk menghindari kebosanan guru sebaiknya menggabung media satu dengan yang lain. B. Model E-Learning 1. Pengertian E-learning E-learning merupakan teknologi informasi yang realtif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu e yang merupakan singkatan dari elektronic dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer (Onno W. Purbo, 2002) Dalam perkembanganya, komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, karena itu dikenal dengan istilah computer based learning (CBL) atau computer assisted learning (CAL). Saat pertama kali komputer mulai diperkenalkan khususnya untuk pembelajaran, maka komputer menjadi popular dikalangan anak didik. Hal ini dapat dimengerti karena berbagai variasi teknik mengajar bisa dibuat dengan bantuan komputer tersebut
(Bloomsburg, 2006). Menurut Miarso (2004), pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajarmengajar didominasi oleh peranan guru, karena itu disebut the era of theacher. Kini, proses belajar-mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar mengajar akan didominasi oleh guru, buku, dan teknologi (the era of teacher, book, and technology) 2. Kelebihan Dan Kekurangan E-Learning Menyadari bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia diinternet. Kalebihan dan kekurangan e-learning (Wahono, 2005:2) : Kelebihan : a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas komputer secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan dikomputer. d. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. e. Baik guru maupun siswa dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. f. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Kekurangan : a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa sehingga bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. b. Proses belajar dan mengajarnya cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan. c. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal. d. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer). e. Kurangnya penguasaan komputer. Menurut Soekartawi (Kedasih, 2007:3) hal ini mungkin dapat diatasi dengan cara a. Disediakan forum untuk berdiskusi antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik b. Diberikan keterampilan menguasai teknologi kepada pengajar c. Disediakan fasilitas jaringan dan koneksi internet di tempat-tempat pendidikan d. Disediakan software pembelajaran
e. Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan program e-learning 3. Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Memanfaatkan E-Learning Ahli-ahli pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo, 2002) dan (Soekawati, 1999) antara lain: a. Analisis Kebutuhan (Need Analysis) Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan apakah memang memerlukan e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas sasaran orang lain. Sebab setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan. Kalau analisis ini dilaksanakan dan jawabanya adalah membutuhkan e-learning maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan, yang komponen penilaianya adalah: 1) Apakah secara teknis dapat dilaksanakan? Dari hasil survai di SMP Raden Patah, sudah terdapat jaringan internet yang tertata rapih lengkap dengan komputer. Memiliki tenaga teknis yang bisa mengoperasikanya. 2) Apakah secara ekonomis akan menguntungkan? Melalui perhitungan dan wawancara dengan guru matematika, e-learning dapat menghemat buku, waktu dan tempat belajar sehingga banyak waktu yang dapat dimaksimalkan. 3) Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat?
Masyarakat yang telah banyak mengenal dunia internet dilihat dari banyaknya warnet disekitar, diikuti dengan gaya hidup perkotaan yang serba butuh informasi cepat sangat memungkinkan e-learning ini mendapat sambutan baik dari masyarakat. b. Rancangan Instruksional Menurut Soekartawi (1999) dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek antara lain : 1) Course content and learning unit analysis, meliputi isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan. 2) Learner analysis, meliputi latar belakang pendidikan siswa, usia, dan jenis kelamin. 3) Learning context analysis, meliputi kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam 4) Instructional analysis, yaitu menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit 5) State instructional objectives, Tujuan instuksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional. 6) Construct criterion test items, penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan. 7) Select instructional strategy, strategi instruksional dapat ditetapan berdasarkan fasilitas yang ada. c. Tahap Pengembangan Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan,
menyusun kerangka materi pembelajaran dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk flash dengan didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis guru tinggal meng-upload ke situs yang telah dibuat. d. Pelaksanaan Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu uji prototype oleh pembimbing. Setelah dinyatakan baik, maka prototype dimasukan dalam komputer untuk kemudian diupload ke web. Bagi siswa SMP Raden Patah dapat mengaksesnya sebelum pelajaran dimulai. e. Evaluasi Sebelum program dimulai, Proototype akan dicobakan dulu dengan mengambil beberapa sampel siswa sederajat, supaya dapat diketahui bagian mana yang dianggap perlu latihan lebih atau porsi materi yang perlu ditambah. C. Model Pengembangan 4-D Thiagarajan
Model pengembangan yang akan digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah 4 D Thiagarajan (Trianto,2006:94) yang dikenal dengan Four-D model karena lebih sistematis. Analisis Awal Akhir Analisis Siswa Define Analisis Tugas Analisis Konsep Spesifikasi Tujuan Penyusuna Tes Pemilihan media Design Pemilihan format Rancangan awal Validasi ahli Uji pengembangan Develop Uji validasi pengemasan Disseminate Penyebaran Diagram 2.1 Model Thiagarajan (Trianto, 2010) Model pengembangan di atas terdiri dari empat tahap yaitu:
1. Tahap Pendefinisian (Define) Tahap pedefinisian ditujukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembuatan model pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan materi pelajaran. Dalam tahap ini ada lima kegiatan: a. Analisis Awal Akhir Analisis awal-akhir dimaksudkan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan LKS interaktif pembelajaran. b. Analisis Siswa Tujuan analisis siswa adalah menelaah karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan LKS interaktif pembelajaran. c. Analisis Konsep Analisis konsep bertujuan untuk mengindentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan pada analisis awal akhir. d. Analisis Tugas Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan ketrampilan akademis utama yang akan dikembangkan dalam model pembelajaran. e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang dinyatakan dengan tingkah laku. 2. Tahap Perancangan (Design)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk merancang prototipe pembelajaran yang meliputi empat langkah, yaitu: a. Penyusunan Tes Acuan Patokan b. Pemilihan media c. Pemilihan format d. Desain awal (Rancangan awal). 3. Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan pengembangan adalah untuk menghasilkan draft perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Pada tahap pengembangan ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu penilaian para ahli dan uji coba. 4. Tahap Penyebaran (Desseminate) Maksud dari tahap ini adalah menyebarkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian setelah direvisi berdasarkan hasil validitas para ahli dan hasil uji coba.model Thiagarajan merupakan pengembangan perangkat pembelajaran yang secara detail menjelaskan langkah operasional pengembangan perangkat. Sehingga jelaslah untuk pengembangan perangkat, model Thiagarajan lebih terperinci dan lebih sistematis. Disamping itu kelebihan dari model-model Thiagarajan, yaitu : a. Pijakan utama pendidikan di Indonesia berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, oleh karena itu dalam penyusunan perangkat pembelajaran terlebih dahulu harus dilakukan analisis kurikulum. Pada model dapat dilakukan dengan analisis ujung-depan. b. Memudahkan peneliti untuk melakukan langkah selanjutnya. Suatu contoh, langkah analisis tugas dan anilisis konsep dapat membantu peneliti untuk melakukan spesifikasi tujuan pembelajaran.
Pada tahap III peneliti dapat dengan leluasa melakukan uji coba dan revisi berkali-kali sampai diperoleh perangkat pembelajaran dengan kualitas yang maksimal (final). D. Materi Matematika SMP Kelas VIII Semester Genap Salah satu materi matematika SMP kelas VIII semester genap adalah geometri dan pungukuran. Sub pokok bahasan balok dan kubus yang diajarkan kepada siswa kelas VIII SMP adalah sebagai berikut : 1. Menyebutkan unsur unsur kubus dan balok 2. Menghitung luas permukaan kubus dan balok 3. Menghitung volume kubus dan balok