BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udang laut merupakan salah satu komoditas utama di sektor perikanan yang memberikan kontribusi paling besar dalam penerimaan devisa negara. Permintaan pasar terhadap udang laut, baik di dalam maupun di luar negeri terus meningkat setiap tahunnya. Sumber produksi udang di Indonesia berasal dari hasil penangkapan di laut. Selain itu, sumber daya yang cukup tersedia di Indonesia telah memberikan peluang yang sangat besar dalam pengembangan budidaya udang laut di tambak-tambak. Spesies udang laut yang menunjang sektor perikanan Indonesia adalah anggota Familia Penaeidae, Genus Penaeus. Salah satu spesies udang laut yang sering dibudidaya yaitu Udang Windu (Penaeus monodon). Penaeus monodon merupakan komoditas yang paling unggul dan banyak diminati. Penaeus monodon dapat mencapai ukuran besar saat dibudidaya dan mempunyai permintaan pasar yang tinggi. Permintaan pasar tinggi karena P. monodon memiliki rasa yang enak, gurih dan kandungan gizi yang sangat tinggi. Keunggulan P. monodon lainnya adalah kandungan lemak yang sedikit. Induk P. monodon yang terbaik di Indonesia berasal dari perairan laut di Provinsi Aceh. Lokasi penangkapan induk P. monodon di Provinsi Aceh berasal dari wilayah Pantai Timur Aceh yaitu Pereulak, Kabupaten Aceh Timur. Penaeus monodon memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit White Spot Syndrome Virus (WSSV). Penyakit viral yang disebabkan oleh WSSV merupakan 1
2 penyebab utama kegagalan panen di berbagai tambak udang di Indonesia (Lightner, 1996). Provinsi Aceh memiliki satu jenis udang laut yang sedang menjadi fokus pengembangan untuk budidaya di tambak. Udang ini dikenal dengan nama Udang Pisang. Sebagian penduduk lokal menyebutnya Udang Lambouh yang menunjukkan lokasi penemuan dan penangkapan induk yaitu di Perairan Pantai Lamno (Kabupaten Aceh Jaya) sampai Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat). Namun saat ini area penangkapan Udang Pisang sudah meluas, yaitu di Perairan Kabupaten Aceh Besar (Lhok Blang Raya/Pasie Jantang, Kecamatan Lhong), Aceh Jaya (Subang, Pulau Raya, Patek, Lambeusoi, Keude Unga, Krueng Noe, Babah Nipah, Rigaih, Calang, dan Teunom), Aceh Barat (Suak Seumaseh, Lhok Bubon, Kuala Bubon, Suak Timah, Padang Seurahet, dan Meulaboh), Nagan Raya (Kuala Tuha/Langkak dan Kuala Tadu), Aceh Barat Daya (Ujong Serangga dan Susoh), Aceh Selatan (Pasie Raja, Kuala Bak U, dan Bakongan), di sekitar Perairan Aceh Singkil, dan Pulau Simeulu (Gambar 6) (Sarifuddin, et al., 2014). Udang Pisang (Penaeus sp.) memiliki keunggulan dibandingkan P. monodon yaitu lebih tahan terhadap serangan penyakit White Spot Syndrome Virus (WSSV). Udang ini bertahan hidup walaupun positif terserang White Spot hingga 2 bulan. Pertumbuhan Udang Pisang lebih cepat dibandingkan P. monodon. Tekstur daging kenyal dan cita rasa yang enak. Udang Pisang bertelur secara alami tanpa ablasi mata sedangkan P. monodon perlu dilakukan ablasi mata terlebih dahulu. Induk udang dapat digunakan hingga 5 bulan (Sarifuddin, et al.,
3 2014). Keunggulan Udang Pisang yang tahan terhadap penyakit dapat membuka kesempatan untuk meningkatkan hasil budidaya perikanan, terutama udang laut. Penelitian terhadap Udang Pisang masih sedikit. Penelitian Udang Pisang dilakukan oleh staff Balai Budidaya Perikanan Air Payau (BBPAP) Ujong Batee Provinsi Aceh mengenai budidaya, jenis pakan, ketahanan dan hasil produksi benur. Peneliti akademik yang pernah mengkaji Udang Pisang yaitu mengenai karakteristik reproduksi dan keberhasilan pembenihan melalui pengaturan suhu 28-31 o C di Perairan Aceh Jaya (Idris, 2007). Penelitian Udang Pisang yang dilakukan peneliti akademis meliputi pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang di tambak (Musliadi, 2014), polikultur dengan ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus) berbasis Periphyton (Hanif, 2014), pengaruh padat tebar (Saha, 2014; Marzuki, 2015), pemetaan fishing ground induk udang (Azhari, 2014; Harisda, 2014), dan performa metamorfosis larva udang (Angriani, 2015). Udang Pisang merupakan udang laut baru yang belum diketahui spesiesnya. Perlu dilakukan penelitian mengenai analisis terhadap udang tersebut. Analisis spesies udang secara konvensional yaitu dengan membandingkan karakter morfologis yang dimiliki spesies udang baru dengan spesies udang yang sudah ada. Karakter morfologis sangat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga bukan merupakan karakter yang stabil untuk dasar pembeda antar spesies (Campbell et al., 2010) Perlu dilakukan analisis karakter molekular untuk memperkuat dan mendukung identifikasi spesies udang itu. Hal ini dikarenakan karakter molekular lebih stabil terhadap pengaruh lingkungan.
4 Analisis karakter molekular Udang Pisang menggunakan sekuen DNA dari hasil amplifikasi dengan gen Cytochrome c Oxidase subunit 1 (CO1). Sekuen DNA digunakan sebagai sumber data molekular karena menyimpan seluruh informasi suatu organisme, termasuk perubahan yang terjadi dari nenek moyang hingga keturunannya. Sekuen DNA gen CO1 banyak digunakan pada tingkatan spesies yang dikenal dengan DNA barcoding. DNA barcoding adalah urutan sekuen pendek DNA yang telah terstandarisasi untuk identifikasi spesies (Kress et al., 2005). Penelitian ini juga menganalisis hubungan kekerabatan (filogenetik) Udang Pisang dengan Udang Windu (P. monodon), Udang Putih (P. merguensis), dan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana similaritas karakter morfologis Udang Pisang (Penaeus sp.) dengan Udang Windu (P. monodon), Udang Putih (P. merguensis) dan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)?. 1. Bagaimana similaritas karakter molekular Udang Pisang (Penaeus sp.) dengan P. monodon, P. merguensis dan L. vannamei?. 2. Bagaimana hubungan kekerabatan (filogenetik) antara Udang Pisang (Penaeus sp.) dengan P. monodon, P. merguensis dan L. vannamei?. C. Tujuan 1. Mengetahui similaritas karakter morfologis Udang Pisang (Penaeus sp.) dengan Udang Windu (P. monodon), Udang Putih (P. merguensis) dan Udang Vannamei (L. vannamei).
5 2. Menganalisis similaritas karakter molekular Udang Pisang (Penaeus sp.) dengan P. monodon, P. merguensis dan L. vannamei. 3. Merekonstruksi pohon filogenetik untuk memperlihatkan hubungan kekerabatan antara Udang Pisang (Penaeus sp.) dengan P. monodon, P. merguensis dan L. vannamei berdasarkan data sekuen DNA. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini menyajikan informasi awal atau database berupa data morfologis dan sekuen DNA gen CO1 (DNA barcoding) Udang Pisang, P. monodon, P. merguensis dan L. vannamei yang dibudidaya di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pemanfaatan dan konservasi Udang Pisang sebagai salah satu inventaris udang endemik Provinsi Aceh, yang nantinya dapat didomestifikasi dan dibudidaya secara meluas oleh seluruh petambak udang di Indonesia.