1) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2) Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TINDAKAN SUCTION DI RUANG ICU RSUD GAMBIRAN KEDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

penyakit,cedera,penyulit yang mengancam nyawaatau

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

HUBUNGAN PERAN KEPALA RUANG TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RS. A JAKARTA

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan basic life suport, perilaku perawat, primary survey.

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.1, Maret 2007

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasien yang di rawat disini adalah pasien-pasien yang berpenyakit

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

*Fakultas Kesehatan Mayarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

: PAMBUDI EKO PRASETYO

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN INTENSIVE CARE UNIT DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN PEMINATAN DENGAN KELULUSAN UJI KOMPETENSI MAHASISWA NERS STIKES JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

Perluadanyapeningkatanperanadvokasiperawatdanpemenuhankebutuhan rasa amandengancaramengadakan seminar, pelatihandan SOP.

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI IRNA I RSUD PROF. DR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEGAWATAN NAFAS DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMBERIAN BHD DI RUANG IGD DAN ICU RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

HUBUNGAN MOTIVASI, KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI TESIS

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

GAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

Sri Hartini 1, Edy Soesanto 2, Dera Alfiyanti 3. Perawat PICU/NICU RS Dokter Kariadi Abstrak

HUBUNGAN PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT DARURAT. RSUD dr. Sayidiman Magetan

PENGALAMAN PASIEN TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI KARDIOVASKULER RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

HUBUNGAN PELAKSANAANPENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD AMBARAWA

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN. Oleh VITOE FUSANTO

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

E-Jurnal Sariputra, Oktober 2016 Vol. 3(3)

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN FAKTOR INDIVIDU DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT IGD DAN ICU DI RSUD CILACAP TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

HUBUNGAN PENGEMBANGAN KARIER PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP. Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN KECEMASAN KELUARGA DI RUANG ICU RSTK-II KESDAM-IM BANDA ACEH COMMUNICATION THERAPEUTIC AND ANXIETY FAMILY IN THE ICU

SKRIPSI HUBUNGAN CHILD ABUSE DENGAN PERILAKU AGRESIF ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 10 SUNGAI SAPIH KOTA PADANG TAHUN Penelitian Keperawatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT MARGA HUSADA KABUPATEN WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

Oleh: SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana HERU DHIYANTO

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Stres Kerja, Kinerja Perawat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN KRITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN SUCTION ENDOTRACHEAL TUBE DI ICU RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BUDI HARTOYO NIM G2B Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT STRES DAN DAYA TAHAN TERHADAP STRESPERAWAT INSTALASI PERAWATAN INTENSIF DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

PERSEPSI PASIEN TENTANG PELAYANAN KEPERAWATAN DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

ejournal Keperawatan (ekp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD SIDIKALANG

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh: ADIT YADIANTO PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

D I A N A FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PENCEGAHAN MASTITIS. Di Ruang Melati RSUD Dr. Hardjono Ponorogo

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN KEPATUHAN TERHADAP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF.DR.R.

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN ENDOTRACHEAL SUCTIONING (ETS) DI RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI Rizki Listyarno 1), Setiyawan, S.Kep., Ns., M.Kep. 2) dan bc. Yeti Nurhayati, M.Kes 2) 1) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Kejadian gagal napas banyak terjadi setiap harinya, sehingga perlu mengetahui perilaku perawat dalam memberikan penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) terkait tentang pengetahuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) di ICU dan IGD. Penelitian ini dilakukan di ICU dan IGD RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan descriptif corelational. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik sampling jenuh sebanyak 40 orang responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan perawat 45 % dikategorikan baik dan 42,5 % dikategorikan cukup serta 12,5 % dikategorikan kurang. Untuk perilaku perawat dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) 50 % dikatakan baik, 37,5 % dikatakan cukup dan 12,5 % dikatakan buruk, uji statistik ini menggunakan uji Chi Square dengan spss 15. Nilai p value= 0,000 (p value <0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS). Sehingga Intensive Care Unit (ICU) serta Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada khusunya diharapkan dapat meningkatkan keterampilan atau tindakan dan pengetahuan melalui pelatihan intensive care atau kegawatdaruratan serta mengadakan evaluasi kepada perawat tentang tindakan ETS. Kata Kunci : Endotracheal Suctioning, pengetahuan, perilaku. Daftar pustaka : 29 (2004-2015) 1

BACHELOR OF NURSING PROGRAM SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Rizki Listyarno THE RELATIONSHIP BETWEEN NURSE S KNOWLEDGE AND BEHAVIOR IN MANAGING (PENATALAKSANAAN) ENDOTRACHEAL SUCTIONING (ETS) AT REGIONAL PUBLIC HOSPITAL (RSUD) OF Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO IN WONOGIRI REGENCY ABSTRACT Many cases of breath shortage occur every day, and therefore it is required to find out the behavior of nurse when providing Endotracheal Suctioning (ETS) management related to the nurse s knowledge level. This study aims at investigating the relationship between nurse s knowledge level and behavior in Endotracheal Suctioning (ETS) management in Intensive Care Unit (ICU) and Emergency Installation at Regional Public Hospital (RSUD) of dr. Soediran Mangun Sumarso in Wonogiri regency. This study belongs to quantitative research with descriptive co-relational design. The data were taken using saturated sampling technique, with 40 respondents. The research results indicate that the knowledge levels of 45% nurses are categorized good, 42.5 % are considered fair and 12.5 % are categorized poor. The Chi Square statistical test using SPSS 15 demonstrates that 50% nurses appear to have good behavior, 37.5% nurses have fair behavior and 12.5% nurses have poor behavior in Endotracheal Suctioning (ETS) management. The p value is 0.000 (p value <0.05), and therefore H 0 is rejected, which means that there is a relationship between nurse s knowledge level and behavior in Endotracheal Suctioning (ETS) management. Hence, hospital in general, Intensive Care Unit (ICU) and Emergency Installation in particular are expected to improve skill or action and knowledge through intensive care training and evaluate nurse on ETS. Keywords: Endotracheal Suctioning, knowledge, behavior. Bibliography: 29 (2004-2015) 2

PENDAHULUAN Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan tenaga kesehatan dan perlengkapan khusus ditujukan untuk menangani pasien dengan penyakit, trauma, atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan standar di ICU meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernafas melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau trakheostomi (Musliha, 2010). Pipa Endotrakeal atau Endotracheal tube, disingkat sebagai ETT, adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengamankan jalan nafas atas. Dalam prakteknya, ETT digunakan atas indikasi kepentingan anestesi umum dan pembedahan atau perawatan pasien sakit kritis di unit rawat intensif untuk kepentingan pengelolaan jalan nafas (airway management) dannafas buatan (Ventilasi Mekanik) (Stackhouse & Lofosino, 2011). Hisap lendir melalui selang endotracheal atau Endotracheal suctioning (ETS) adalah salah satu proses dimana kateter dimasukkan kedalam tabung endotracheal dan sekresi dari paru-paru pasien dihilangkan. Proses ini mencegah akumulasi sekresi, sehingga dapat mempertahankan patensi jalan napas dan memastikan oksigenasi optimal dan menyelamatkan nyawa pasien (Miia, dkk,2013). Proses Endotracheal Suctioning (ETS) ini akan berdampak merugikan bagi pasien apabila gagal untuk dilakukan,contohnya: hipoksia, bronkospasme, atelektasis, cedera jaringan trakea, peningkatan tekanan intrakranial, dan disritmia. Oleh karena itu, pelatihan praktek Endotracheal Suctiong (ETS) dinilai dapat mengurangi kejadian gagal (Miia, dkk,2013) Menurut penelitian Prayitno (2008) menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir sesuai prosedur. Studi pendahuluan observasi yang dilaksanakan peneliti di ICU RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri didapatkan data bahwa sudah ada perawat yang telah mendapatkan pelatihan intensive care atau kegawataruratan, tetapi masih ada perawat yang melakukan tindakan Endotracheal Suctioning (ETS) tidak sesuai teori. Pada bulan November 2015 - Januari 2016 jumlah pasien yang datang ke ICU sebanyak 93 pasien. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas peneliti ingin mengetahui secara khusus hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku 3

perawat dalam penatalaksanaan endotracheal suctioning. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan endotracheal suctioning (ETS) di ICU RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini diharapkan bisa memberi pemahaman kepada perawat mengenai pelaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) terutama pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran sehingga dapat menunjang oksigenasi yang adekuat. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan descriptif corelational. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tekhnik total sampling. Penelitian ini dilakukan di Ruang Intensive Care Unit (ICU) dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri bulan Mei- Juni 2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja diruang ICU dan IGD RSUD dr.soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri sebanyak 40 perawat. Alat penelitian dan cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari subjek peneliti yang diukur sesudah pemberian kuesioner tentang penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (Ets). Kuesioner yang digunakan termasuk kuesioner tertutup dimana jawaban telah tersedia. Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan yaitu 23 soal dan perilaku dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) dengan 40 soal. Etika penelitian ini yaitu dengan membuat inform consent atau lembar persetujuan menjadi responden dimana lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada partisipan tentang maksud, tujuan, manfaat, serta peneliti akan menjaga kerahasiaan informasi yang disampaikan partisipan dengan cara tidak mencantumkan identitas partisipan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin Responden Jenis Frekuensi Kelamin Laki-laki 25 62,5 % Perempuan 15 37,5 % Dari 40 responden diperoleh hasil bahwa sebagian besar perawat di ICU dan IGD adalah laki-laki berjumlah 4

25 orang (62,5 %) sedangkan untuk perempuan terdapat 15 orang (37,5 %). Meskipun jenis kelamin bukan termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku tetapi di dalam ruangan ICU maupun IGD kebutuhan perawat laki-laki sangat dibutuhkan. b. Usia Responden Usia Frekuensi 25-30 7 17,5 % 31-35 8 20 % 36-40 12 30 % 41-45 6 15 % 46-50 7 17,5 % Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan hasil bahwa terdapat perawat yang berusia 25-30 dan 46-50 sama yaitu 7 orang (17,5 %) sedangkan untuk jumlah perawat yang berusia 41-45 mempunyai jumlah paling sedikit yaitu 6 orang (15 %). Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologi atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa (Mubarak 2007 cit Hidayah, 2009 dalam Yanti dan Handayani, 2014). c. Tingkat Pendidikan Tingkat Frekuensi Pendidikan S1 27 67,5 % DIII 13 32,5 % Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan hasil bahwa terdapat 27 orang (67,5 %) memiliki tingkat pendidikan S1 untuk 13 orang (32,5 %) memiliki tingkat pendidikan DIII. Pendidikan merupakan suatu bentuk intervensi atau upaya atau perlakuan yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan (Notoatmodjo, 2010 dalam Yanti dan Handayani, 2014). d. Status Kepegawaian Status Frekuensi Kepegawaian PNS 25 62,5 % Non-PNS 15 37,5 % Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan hasil bahwa sebagian besar perawat di ICU dan IGD mempunyai status kepegawaian PNS berjumlah 25 orang (62,5 %) sedangkan untuk non-pns terdapat 15 orang (37,5 %). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di RSUD Dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri perawat ICU maupun IGD dominan telah mendapatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional. Status kepegawaian terbukti memperkuat pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional. 5

e. Lama Kerja Lama Kerja Frekuensi < 2 tahun 12 30 % 2-3 tahun 12 30 % 3-4 tahun 16 40 % Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan hasil bahwa terdapat 16 orang (40 %) perawat di IGD dan ICU telah bekerja selama 3-4 tahun pada masing-masing ruangan. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu (Yanti dan Handayani, 2014). f. Pelatihan Intensive Care / Kegawatdaruratan Pelatihan Frekuensi ICU Tidak 13 32,5 % Ya 27 67,5 % Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan hasil bahwa terdapat 13 orang (32,5 %) perawat di IGD dan ICU tidak mengikuti pelatihan sedangkan sebanyak 27 orang (67,5 %) telah mengikuti pelatihan. Kemudahan seseorang untuk mendapatkan suatu informasi sehingga membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru (Mubarak, 2007; Hidayah, 2009 dalam Yanti dan Handayani, 2014). 2. Pengetahuan Perawat Tentang Endotracheal Suctioning (ETS) Distribusi frekuensi tentang pengetahuan perawat tentang Endotracheal Suctioning (ETS) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Kategori tingkat pengetahuan ETS Frekuensi Baik 18 45% Cukup 17 42,5% Kurang 5 12,5% Dari 40 responden yang telah diuji ada 18 orang (45 %) dengan pengetahuan tentang ETS dikategorikan baik sedangkan pada kategori cukup terdapat 17 orang (42,5 %) dan 5 orang (12,5 %) dengan tingkat pengetahuan dikategorikan kurang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, apabila dilihat dari segi usia, didapatkan hasil bahwa dominan perawat yang berusia 31-35 tahun mempunyai pengetahuan berkategori cukup yaitu sebanyak 8 orang (20 %). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mubarak (2007), yang menyatakan bahwa, bertambahnya umur seseorang akan merubah dari aspek fisik dan psikologis (mental) sehingga pikiran 6

orang menjadi semakin matang dan dewasa. Berdasarkan jenis kelamin, peneliti mendapatkan hasil bahwa pengetahuan kategori baik dominan dimiliki oleh perawat yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (30 %) sedangkan perawat perempuan hanya berjumlah 8 orang (20 %) untuk pengetahuan kategori baik. Disini terlihat responden laki-laki lebih banyak memiliki pengetahuan baik daripada responden perempuan, hal ini terjadi karena pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling sehingga proporsi antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak seimbang. Berdasarkan tingkat pendidikan, peneliti mendapatkan hasil bahwa perawat yang berpengetahuan baik dominan dimiliki oleh perawat yang berpendidikan S1 yaitu sebanyak 13 orang (32,5 %) sedangkan yang mempunyai pengetahuan kurang dimiliki oleh perawat berpendidikan DIII sebanyak 1 orang (2,5 %). Dengan banyaknya perawat ICU dan IGD yang berpendidikan S1, menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sangat menyadari akan pentingnya tingkat pendidikan yang menjadi jembatan untuk menjadi yang berkualitas termasuk respon terhadap informasi. Berdasarkan status kepegawaian, peneliti mendapatkan hasil bahwa pengetahuan kategori baik dominan dimiliki oleh perawat berstatus kepegawaian PNS yaitu sebanyak 13 orang (32,5 %). Hal ini dapat tejadi karena salah satunya jumlah perawat PNS lebih banyak dari pada perawat non- PNS yaitu sebanyak 25 orang (62,5 %). Selain itu dari hasil observasi peneliti dilapangan didapatkan hasil bahwa perawat PNS mampu memberikan dukungan dan mampu membimbing guru non PNS untuk tetap memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja serta perawat PNS cepat dalam mengambil keputusan karena sudah berstatus pegawai negeri sedangkan perawat non PNS lebih sering berkonsultasi terlebih dahulu sebelum melakukan pengambilan keputusan khususnya dalam penentuan tindakan pada pasien. Berdasarkan lama kerja, peneliti mendapatkan hasil bahwa perawat yang mempunyai pengetahuan baik dimiliki oleh perawat yang telah bekerja 3-4 tahun yaitu sebanyak 9 orang (22,5 %). Sedangkan pada masing-masing ruang ICU dan IGD hanya memiliki perawat yang telah bekerja 3-4 tahun sebanyak 16 orang (40 %). Menurut Inayatullah (2014),menyatakan bahwa masa kerja 7

berpengaruh terhadap pengetahuan dan pengalaman klinik seorang perawat. Berdasarkan karakteristik responden kategori yang terakhir yaitu apabila dilihat dari pelatihan intensive care atau kegawatdaruratan, peneliti mendapatkan hasil bahwa pengetahuan yang berkategori baik dominan dimiliki oleh perawat yang telah mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 16 orang (40 %) sedangkan perawat yang tidak mengikuti pelatihan dominan memiliki pengetahuan yang berkategori cukup yaitu sebanyak 6 orang (15 %). Hal ini dapat dilihat pada saat observasi dilapangan yaitu perawat yang telah mengikuti pelatihan lebih mempunyai pengetahuan yang luas dapat dilihat dari melakukan tindakan ETS sesuai teori. 3. Perilaku Perawat Dalam Penatalaksanaan ETS Distribusi responden tentang perilaku perawat dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Perilaku Penatalaksanaan ETS Frekuensi Baik 20 50% Cukup 15 37,5 % Buruk 5 12,5% Dalam penelitian ini sebagaian besar perawat memiliki perilaku dalam penatalaksanaan ETS dalam kategori baik yaitu 20 orang (50 %), 15 orang (37,5 %) dikatakan cukup dan 5 orang (12,5 %) dikatakan buruk dalam penatalaksanaan ETS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, apabila dilihat dari segi usia, didapatkan hasil bahwa perawat yang berusia 25-30 tahun memiliki perilaku kategori baik sejajar dengan perawat yang berusia 46-50 tahun yaitu sebanyak 6 orang (15 %). Seseorang pada usia ini lebih adaptif sehingga dalam melakukan suatu prosedur lebih cepat tanggap dan melakukannya dengan benar. Seseorang yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat dan dapat bekerja keras tetapi dalam bekerja kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab. Berdasarkan jenis kelamin, peneliti mendapatkan hasil bahwa perawat laki-laki dominan berperilaku cukup yaitu sebanyak 13 orang (32,5 %) dan perawat perempuan dominan berperilaku baik yaitu sebanyak 8 orang (20 %). Didukung pula dengan pernyataan Ilyas (2002) dalam Saefulloh (2013) menjelaskan bahwa, jenis kelamin tidak berhubungan langsung dengan kinerja. Robbins (1998) dalam dalam Saefulloh (2013) menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara lakilaki dan perempuan dalam kinerja. 8

Berdasarkan tingkat pendidikan, peneliti mendapatkan hasil bahwa dominan perawat yang memiliki perilaku baik yaitu perawat berpendidikan S1 yaitu sebanyak 14 orang (35 %). Perawat yang mempunyai perilaku kategori buruk dominan dimiliki oleh perawat yang tingkat pendidikannya DIII yaitu sebanyak 4 orang (10 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku perawat dalam penatalaksanaan ETS, pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Berdasarkan status kepegawaian, peneliti mendapatkan hasil bahwa perilaku kategoi baik dominan dimiliki oleh perawat yang berstatus kepegawaian PNS yaitu sebanyak 13 orang (32,5 %). Hasil ini senada dengan pernyataan menurut Ilyas (2002) dalam Saefulloh (2013) bahwa, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu motivasi dan kemampuan. Semakin tinggi motivasi kerja dan kemampuan staf maka semakin tinggi pula kinerja yang dihasilkan, sebaliknya semakin rendah motivasi dan kemampuan staf maka semakin rendah pula kinerjanya. Berkaitan dengan perawat yang bekerja di rumah sakit, motivasi kerja seorang perawat dapat mempengaruhi pelaksanaan pelayanan keperawatan kepada pasien. Hal yang dapat mempengaruhi motivasi perawat salah satunya adalah status dalam hal ini adalah status kepegawaian. Dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila status kepegawaiannya sudah pegawai tetap maka motivasi kerjanya pun baik dan perilaku dalam tindakan keperawatanpun juga ikut baik. Berdasarkan lama kerja, peneliti mendapatkan hasil bahwa perawat yang bekerja 3-4 tahun memiliki perilaku cenderung kategori cukup yaitu sebanyak 10 orang (25 %) sedangkan pada perawat yang lama bekerja 2-3 memiliki perilaku kategori cukup yaitu sebanyak 3 orang (7,5 %). Hal ini senada dengan hasil penelitian dari Retnoningsih (2000) dalam Ismafiaty (2011) didapatkan bahwa, perilaku perawat dalam merawat pasien diperngaruhi oleh masa kerja perawat, hal ini karena semakin lama perawat bekerja maka kemampuan dan pengalaman dalam merawat juga akan semakin baik. Berdasarkan karakteristik responden kategori yang terakhir yaitu apabila dilihat dari pelatihan intensive care atau kegawatdaruratan, peneliti mendapatkan hasil bahwa perawat yang telah mengikuti pelatihan akan mempunyai perilaku cenderung berkategori baik, peneliti mendapatkan hasil yaitu sebanyak 18 orang (45 %) 9

sedangkan perawat yang tidak mengikuti pelatihan mempunyai perilaku berkategori baik yaitu sebanyak 2 orang (5 %). Hal ini senada dengan pernyataan Simamora (2006) dalam Baharuddi (2013) berpendapat bahwa pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja karyawan. Pelatihan terdiri atas serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang. 4. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Perawat Dalam Penatalaksanaan ETS Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah tekhnik Uji Chi- Square. Berikut hasil analisis yang telah diuji : Ting kat Penge tahuan Perilaku Tot P al Baik Cu kup Bur uk Baik 14 3 1 18 0, 0 0 Cuku 1 15 1 17 0 p Kura 1 0 4 5 ng Jumlah 16 18 6 40 Berdasarkan tabel 4.9 pada uji Chi Square diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai perilaku dalam penatalaksanaan ETS dalam kategori cukup dengan pengetahuan yang termasuk dalam kategori cukup pula yaitu sebanyak 15 perawat (37,5 %). Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p= 0,000 karena nilai p < 0,005 maka H 0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan tingkat pengetahuan yang baik perawat dapat mengaplikasikan atau mempunyai perilaku yang terampil dalam penatalaksanaan ETS pada pasien. Dalam penelitian ini perawat dengan pengetahuan yang cukup juga memiliki perilaku yang cukup terampil dalam melakukan tindakan ETS. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Paryanti, dkk (2007) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan keterampilan melaksanakan prosedur tetap isap lendir atau suction. Didukung pula oleh penelitian Prayitno (2008) menyatakan ada hubungan antara tingkat 10

pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam melakukan tindakan hisap lendir sesuai prosedur. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. P value = 0,000. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS), maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada pasien Intensive Care dengan memperhatikan faktorfaktor yang berhubungan dengan kemampuan penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS). 2. Bagi Rumah Sakit Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat dalam penatalaksanaan Endotracheal Suctioning (ETS) sehingga rumah sakit secara umum dan Intensive Care Unit (ICU) serta Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada khusunya diharapkan dapat meningkatkan keterampilan atau tindakan dan pengetahuan salah satunya melalui pelatihan dan evaluasi tindakan baik di ruang ICU dan IGD khususnya evaluasi tentang tindakan Endotracheal Suctioning (ETS). 3. Bagi Institusi Penelitian Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kasanah perpustakaan serta untuk adik kelas bisa meneruskan penelitian ini agar lebih sempurna. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar menggali informasi yang lebih dalam, seperti menggunakan metode penelitian dengan wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran perilaku yang lebih baik. 11

DAFTAR PUSTAKA Ismafiaty. 2011. Hubungan Antara Strategi Koping dan Karakteristik Perawat dengan Stres Kerja di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Kesehatan Kartika, Vol. 6 No.2 Stikes Jendral A. Yani Cimahi. Miia, J., Tero, A., Pekka, Y., Helvi, K. (2013). Evaluation of endotracheal-suctioning practices of critical-care nurses Journal of Nursing Education and Practice. Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: NuMed Notoatmodjo, soekidjo.(2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta Paryanti, Sri., Haryati, Welas., Hartati. (2007). Jurnal Keperawatan Soedirman. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Keterampilan Melaksanakan Prosedur Tetap Isap Lendir atau Suction Di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Volume 2. No.1. Hal.41-47. Prayitno, Budi. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur Suction Dengan Prilaku Perawat Dalam Melakukan Tindakan Suction di ICU Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang. Nomor 18.. Yanti, Gustri & Handayani, Sri. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pelaksanaan Metode Amenorea Laktasi (MAL) pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sukoharjo Lampung. Volume 05. Nomor 02. Halaman 181-192. 12