BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pe n g e m b a n g a n

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB. I PENDAHULUAN Secara umum sektor pertanian pada Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V KERAGAAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PERKEMBANGAN EKONOMI KAKAO DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

V. GAMBARAN UMUM PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2014

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab migas adalah jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. Oleh karena itu sektor pertanian haruslah dikembangkan untuk dapat menopang ekspor Indonesia. Beberapa jenis sektor pertanian yang masih menjadi andalan Indonesia antara lain minyak kelapa sawit, kopi, kakao, tembakau, teh, karet dan yang lainnya. Kakao adalah salah satu komoditas ekpor pertanian andalan Indonesia. Tahun 2011, nilai ekspor kakao olahan ditargetkan meningkat 61 persen, sedangkan untuk biji kakao, nilai ekspornya ditargetkan meningkat 22 persen. Demikian diungkapkan Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu. "Kakao dan minyak kelapa sawit prospeknya cukup baik karena permintaan tinggi, kopi juga punya potensi yang besar untuk diekspor ke Amerika," kata Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi usai bertemu Wakil menteri pertanian AS di kantor kementerian perekonomian, Jl Lapangan Banteng, Selasa (5/4/2011) (detik.com). Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa perkebunan kakao di Indonesia masih menjanjikan untuk masa ke depan.

Kualitas biji kakao Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan biji kakao terbaik dunia yang berasal dari Ghana. Pada umumnya petani kakao Indonesia tidak melakukan fermentasi pada biji kakao yang baru dipanen. Ketika biji kakao dikeluarkan dari buahnya, untuk hasil yang terbaik seharusnya dilakukan fermentasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengeringan tetapi pada umunya petani kakao Indonesia langsung melakukan pengeringan tanpa proses fermentasi. Hal inilah yang merendahkan citra mutu kakao Indonesia. Perkembangan ekspor kakao dan produk kakao Indonesia cukup pesat. Hampir sekitar 80% dari produksi kakao nasional diekspor karena daya serap industri pengolahan dalam negeri relatif rendah. Namun citra mutu kakao Indonesia yang dikenal rendah serta rendahnya kapasitas industri pengolahan dapat menghambat peningkatan daya saing kakao dan kakao olahan Indonesia. Daya saing produk kakao Indonesia di samping dipengaruhi oleh besarnya pemintaan dunia juga ditentukan oleh harga produk kakao Indonesia yang relatif lebih murah karena mutunya yang rendah, murahnya tenaga kerja, dan alam yang cukup produktif dibandingkan dengan negara pesaing. Selain itu, kondisi sosial budaya, situasi politik dan hubungan kelembagaan perdagangan internasional juga mempengaruhi daya saing produk kakao Indonesia di pasar dunia. Produk olahan biji kakao di dalam negeri biasanya dikemas dalam bentuk coklat batangan, bubuk kakao, mentega, lemak kakao, susu coklat dan bentuk lainnya. Permintaan dalam negeri akan produk olahan kakao setiap tahunnya semakin meningkat, tetapi Indonesia masih tergolong rendah dalam kategori pengonsumsi kakao.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan produksi biji kakao beberapa negara di dunia : Tabel 1.1 Produksi biji kakao oleh beberapa negara di dunia Produksi biji kakao dunia (ribu ton) Negara 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09 2009/10 Pantai Gading 1407,8 1229,3 1382,4 1223,2 1190,0 Kamerun 171,1 169,1 184,8 226,6 205,0 Ghana 740,5 614,5 729,0 662,4 645,0 Nigeria 210,0 220,0 230,0 250,0 260,0 Brazil 161,6 126,2 170,5 157,0 158,0 Indonesia 585,0 545,0 485,0 490,0 525,0 Ekuador 117,5 123,5 111,0 130,0 140,0 Togo 73,0 78,0 111,0 105,0 110,0 Dominica 45,9 42,2 45,3 55,0 55,0 Venezuela 19,5 22,6 16,6 20,5 20,0 Malaysia 33,9 32,8 30,6 22,4 18,0 PNG 51,1 49,3 51,5 51,0 57,0 Peru 31,4 31,4 34,0 35,9 35,0 Dunia 3810,7 3439,3 3732,3 3592,6 3596,3 Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2005-2010 Dari data di atas dapat ditentukan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke tiga produsen kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia menyumbang sekitar 16 persen produksi kakaonya untuk dunia. Produksi kakao Indonesia berdasarkan tabel di atas bersifat fluktuatif. Dari rentang tahun 2005 sampai dengan tahun 2010,puncak produksi kakao Indonesia terjadi pada sekitar tahun 2005 2006 dan terendah pada sekitar tahun 2007 2008.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan konsumsi kakao negara negara di dunia Tabel 1.2 Konsumsi kakao oleh beberapa negara di dunia Konsumsi kakao dunia (ribu ton) Negara 2003/04 2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09 Perancis 229,9 246,3 239,2 250,0 235,0 230,0 Jerman 307,1 277,7 310,0 315,0 317,0 310,0 Italy 100,7 108,7 111,1 95,0 105,6 89,6 Inggris 219,7 220,0 222,0 223,0 225,0 230,0 Rusia 177,4 183,6 178,1 195,1 200,0 182,0 Brazil 94,0 88,4 99,3 128,9 143,4 161,2 Amerika Serikat 775,0 781,0 800,0 795,0 750,0 710,1 Jepang 162,6 152,6 165,0 167,0 165,7 157,4 Meksiko 62,0 59,7 55,0 60,0 60,0 58,0 Kanada 71,6 63,1 74,3 75,7 69,7 83,5 Dunia 3240,0 3305,0 3441,0 3577,0 3633,0 3516,0 Sumber : Laporan Tahunan ICCO 2005-2010 Dari tabel di atas diketahui bahwa negara Amerika Serikat adalah pengonsumsi kakao terbesar di dunia. Amerika Serikat mengkonsumsi sekitar 20 persen dari seluruh konsumsi kakao dunia. Konsumsi kakao oleh negara Amerika Serikat berdasarkan tabel di atas bersifat fluktuatif. Dari rentang tahun 2003 sampai tahun 2009, puncak konsumsinya terjadi sekitar tahun 2005 2006 yaitu sekitar 800 ribu ton kakao. Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 terdapat penurunan konsumsi kakao setiap tahunnya dan terendah terjadi pada tahun 2008 2009.

Harga biji kakao internasional setiap hari tercatat di bursa New York dan London dan bersifat fluktuatif. Fluktuasi harga biji kakao internasional sangat bergantung pada permintaan biji kakao dunia dan produksi biji kakao dunia. Apabila produksi biji kakao negara Pantai Gading atau Ghana merosot tajam maka harga akan naik, begitu juga jika permintaan terhadap kakao meningkat maka harga kakao akan naik. Harga biji kakao di pasaran Sumatera Utara ditentukan oleh fluktuasi harga biji kakao Internasional. Eksportir dan pedagang pengumpul menentukan harga dengan cara mengikuti fluktuasi harga biji kakao internasional. Berikut data yang menunjukkan fluktuasi harga biji kakao internasional dari tahun ke tahun : Tabel 1.3 Data triwulan harga kakao internasional tahun 2002-2010 Tahun Harga Internasional ($) Tahun Harga Internasional ($) 2002.1 1541,21 2006.3 1617,50 2002.2 1609,77 2006.4 1604,96 2002.3 1999,56 2007.1 1812,43 2002.4 2017,39 2007.2 2049,14 2003.1 2136,78 2007.3 1999,26 2003.2 1746,82 2007.4 2001,29 2003.3 1582,60 2008.1 2462,28 2003.4 1546,09 2008.2 2782,13 2004.1 1565,64 2008.3 2323,12 2004.2 1417,81 2008.4 2239,12 2004.3 1612,11 2009.1 2587,78 2004.4 1607,42 2009.2 2598,64 2005.1 1677,75 2009.3 2970,55 2005.2 1544,68 2009.4 3423,12 2005.3 1491,57 2010.1 3296,10 2005.4 1464,64 2010.2 3205,94 2006.1 1555,88 2010.3 3058,75 2006.2 1584,14 2010.4 2961,61 Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2000-2010

4000 Harga kakao internasional 3000 2000 1000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Grafik 1.1 Data triwulan harga biji kakao internasional tahun 2002-2010 Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2000-2010 Harga biji kakao internasional mulai tahun 2003 sampai 2009 mengikuti trend naik dan puncaknya pada triwulan terakhir tahun 2009. Pada awal tahun 2008 sempat merosot apabila dibandingkan pada harga akhir tahun 2007, namun seiring waktu harga terus merangkak naik dan mencapai puncaknya sekitar tahun 2009. Berdasarkan laporan Departemen Perindustrian tahun 2007, Sumatera Utara menduduki peringkat ke empat daerah penghasil biji kakao terbesar di Indonesia setelah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara dengan menyumbang sekitar 7,85% dari seluruh produksi kakao nasional. Menurut data di atas, dapat dikatakan Sumatera Utara bisa menjadi lumbung biji kakao Indonesia. Hanya saja akhir akhir ini beberapa petani kakao mengubah lahan pertanian kakaonya menjadi lahan sawit karena serangan hama banyak menyerang tanaman kakao. Mudahnya proses penanaman serta pemeliharaan kelapa sawit membuat beberapa petani kakao mengubah haluan menjadi petani

sawit. Berikut tabel yang menunjukkan ekspor kakao Sumatera Utara untuk beberapa tahun : Tabel 1.3 Volume ekspor kakao Sumatera Utara Tahun Berat bersih (kg) Nilai FOB 2002 34.014.854 41.585.320 2003 25.797.851 36.937.451 2004 33.622.046 44.891.642 2005 34.417.993 43.762.723 2006 39.523.299 47.060.307 2007 46.594.479 70.244.184 2008 47.820.752 102.567.021 2009 51.515.968 126.680.245 2010 58.051.000 163.908.000 Sumber : BPS Sumatera Utara tahun 2002 2010 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Grafik 1.2 Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara 2002 2010 Sumber : BPS Sumatera Utara tahun 2002 2010 Hampir setiap tahunnya ekspor kakao Sumatera Utara menunjukkan kecenderungan meningkat, kecuali terjadi penurunan pada tahun 2003 jika dibandingkan dengan tahun 2002. Pada tahun 2010 ekspor kakao Sumatera mencapai puncaknya jika dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Kakao yang dimaksudkan data di atas adalah biji kakao dan produk olahannya. Produk

olahan biji kakao yang diekspor oleh Sumatera Utara ke beberapa negara adalah bubuk kakao, pasta kakao, mentega kakao, lemak kakao, minyak kakao dan produk coklat dalam bentuk batangan maupun tablet. Dari data di atas, secara umum ekspor kakao Sumatera Utara menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, baik dari segi berat maupuan dari nilai FOBnya. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2003 saja. Penurunan kemungkinan dipicu oleh merosotnya harga biji kakao internasional pada sekitar tahun 2003. Kenaikan produksi kakao Sumatera Utara tentu saja dipicu oleh meluasnya lahan pertanian kakao rakyat di provinsi ini. Untuk memiliki kebun kakao, tidak membutuhkan areal yang luas seperti halnya kebun sawit. Hal inilah yang menyebabkan banyak petani petani kecil menanam kebunnya yang tidak begitu luas dengan tanaman kakao. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan luas lahan kakao rakyat di provinsi Sumatera Utara : Tabel 1.4 Luas lahan kakao rakyat di provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun Tahun Belum Produktif (ha) Produktif (ha) Tidak Produktif (ha) Total (ha) 2001 6.169 20.687 1.458 28.314 2002 7.505 21.112 889 29.635 2003 9.239 22.205 1.179 32.623 2004 9.746 21.362 1.196 32.304 2005 13.027,33 30.414,24 1.074,40 44.515,97 2006 13.433,47 34.320,47 1.418,00 49.171,94 2007 15.786,30 38.098,73 2.543,45 56.428,48 2008 18.906,73 39.667,74 1.646,75 60.221,22 2009 19.744,94 42.618,26 3.727,75 66.090,95 2010 16.976,53 39.822,77 2.571,60 59.370,90 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2001-2010

Data di atas menunjukkan bahwa setiap tahunnya luas lahan kakao rakyat di Sumatera Utara semakin meningkat dan puncaknya pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan sampai tahun 2009 semakin banyak petani di Sumatera Utara yang menanami lahannya dengan tanaman kakao. Namun pada tahun 2010 lahan kakao berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini disebabkan banyaknya petani kakao yang mengalihkan perkebunan kakaonya menjadi perkebunan kelapa sawit. Sumatera Utara mengekspor kakaonya ke beberapa negara, antara lain China, Thailand, Singapura, Filiphina, Malaysia, Amerika Serikat, Spanyol dan negara lainnya. Tahun 2009 tujuan ekspor terbesar biji kakao terbesar Sumatera Utara adalah negara Malaysia disusul oleh Amerika Serikat dan Singapura. Setiap tahunnya Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama ekspor kakao Sumatera Utara. Sebagai pengonsumsi kakao terbesar di dunia, sudah sepantasnya Amerika tetap menjadi salah satu tujuan utama ekspor kakao Sumatera Utara. Berdasarkan data dari ICCO, impor biji kakao Amerika Serikat dari beberapa negara berfluktuatif setiap tahunnya. Fluktuasi kemungkinan terjadi akibat beberapa faktor di dalam negeri Amerika Serikat. Berikut ini adalah data impor biji kakao oleh Amerika Serikat:

Tabel 1.5 Volume impor biji kakao Amerika Serikat Tahun Impor Kakao (Ribu ton) 2004/05 741,61 2005/06 750,05 2006/07 611,87 2007/08 565,06 2008/09 662,36 Sumber : ICCO tahun 2004-2009 Impor Biji Kakao AS (ribu ton) 800 600 400 200 0 2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09 Grafik 1.3 Impor Biji Kakao Amerika Serikat Sumber : ICCO tahun 2004-2009 Amerika Serikat memiliki beberapa perusahaan pengimpor biji kakao dunia, di mana perusahaan perusahaan tersebut mengolah biji kakao menjadi produk turunan untuk dapat dinikmati oleh penduduk Amerika Serikat maupun diekspor kembali ke beberapa negara lain. Adapun perusahaan perusahaan yang dimaksud adalah Berdex International, Blomer Chocolate, Pacon Express, Cocoa Barry US Inc, Van Leer Chocolate Inc, General Cocoa, Nestle, dan Prudent Trading.

Masyarakat di benua Eropa merupakan masyarakat yang paling tinggi konsumsi kakaonya. Konsumsi rata - rata per jiwa kakao masyarakat Amerika Serikat juga tergolong tinggi di dunia. Negara negara lain yang konsumsi rata rata per jiwa kakaonya lebih tinggi dari Amerika Serikat adalah Belgia, Inggris, Norwegia, Swiss, Denmark, Jerman, dan Irlandia. Adapun konsumsi rata - rata per jiwa kakao masyarakat Amerika Serikat setiap tahun adalah Tabel 1.6 Data konsumsi rata-rata per jiwa kakao AS Tahun Konsumsi (kg/jiwa) 2000/01 2,463 2001/02 2,302 2002/03 2,372 2003/04 2,643 2004/05 2,640 2005/06 2,678 2006/07 2,636 2007/08 2,467 2008/09 2,328 Sumber : ICCO tahun 2000-2009 Konsumsi Kakao per jiwa AS 2,7 2,6 2,5 2,4 2,3 2,2 2,1 Grafik 1.4 Data konsumsi rata-rata per jiwa kakao AS Sumber : ICCO tahun 2000-2009

Berdasarkan data tentang areal perkebunan kakao rakyat di Sumatera Utara yang meningkat setiap tahunnya dan data yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat adalah negara pengimpor biji kakao terbanyak di dunia, maka ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan data ekspor biji kakao dan produk olahannya dari Sumatera Utara ke Amerika Serikat Tabel 1.7 Data volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat Tahun Berat bersih (kg) Nilai FOB (US$) 2002 605.318 1.087.786 2003 660.347 1.804.551 2004 6.980.000 11.153.861 2005 5.319.166 9.404.606 2006 3.136.886 7.574.397 2007 7.363.391 13.653.594 2008 7.061.145 20.606.659 2009 13.505.452 33.669.316 2010 9.131.117 26.336.501 Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) Prov Sumatera Utara tahun 2002-2010

16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0 Ekspor Kakao Sumatera Utara ke AS 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Grafik 1.5 Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat 2002-2010 Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) Prov Sumatera Utara tahun 2002 2010 Berdasarkan tabel di atas, volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat berfluktuatif sekitar tahun 2004 2009. Kenaikan harga biji kakao internasional ternyata tidak serta merta mengangkat ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat. Salah satu faktor yang juga turut mempengaruhi ekspor kakao adalah pertumbuhan ekonomi negara pengimpor. Di bawah ini adalah data tahunan persentase perubahan GDP Amerika Serikat. Tabel 1.8 Tabel perubahan GDP AS tahun 2002-2010 Tahun Perubahan GDP AS (%) 2002 3,5 2003 4,7 2004 6,4 2005 6,5 2006 6,0 2007 4,9 2008 1,9 2009-2,5 2010 4,2 Sumber : Badan Statistik Amerika Serikat tahun 2002-2010

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2005 dan 2006 masih menunjukkan angka positif, tetapi ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat justru menurun pada masa itu. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menunjukkan angka negatif pada tahun 2009 ketika terjadinya krisis ekonomi global tetapi pada tahun itu permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat justru meningkat. Ini mengindikasikan masih ada beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan kakao oleh Amerika serikat. Faktor GDP, ekspor barang substitusi dari kakao, kurs Rupiah terhadap Dollar menjadi faktor faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Sumatera Utara dari Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi pembahasan pada penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : a) Apakah ada pengaruh tingkat harga biji kakao internasional terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat? b) Apakah ada pengaruh kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat? c) Apakah ada pengaruh volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat? d) Apakah ada pengaruh harga biji kakao internasional periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat?

e) Apakah ada pengaruh GDP Amerika Serikat terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain yaitu : a) Untuk menganalisis pengaruh tingkat harga biji kakao internasional terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat b) Untuk menganalisis pengaruh kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat c) Untuk menganalisis pengaruh volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat d) Untuk menganalisis pengaruh harga biji kakao periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat e) Untuk menganalisis pengaruh GDP Amerika Serikat terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitia ini diharapkan mendapat manfaat antara lain : 1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya mengenai ekspor kakao 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintahan provinsi Sumatera Utara sebagai pengambil keputusan untuk memberikan kebijakan yang tepat dalam hal ekspor produk biji kakao dan kakao olahan di daerah Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan referensi bagi pihak pihak yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai komoditas biji kakao