1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah luar biasa sebagai suatu lembaga pendidikan formal bagi anak berkebutuhan khusus mempunyai tugas pokok yaitu membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tingkat dan jenis kekhususannya. Anak tunanetra mendapatkan layanan pendidikan formal di sekolah luar biasa bagian A. Yaitu suatu lembaga pendidikan yang memberikan layanan pendidikan bagi anak tunanetra. Salah satu SLB A yang memiliki penjurusan pada tingkat SMALB adalah SLB A Bandung. Pada tingkat SMALB dibagi menjadi dua jurusan yaitu kelas bahasa dan kelas musik. Tujuan dari penjurusan ini adalah untuk memberikan keterampilan sesuai dengan minat dan kemampuan para siswanya sebagai bekal untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga Negara. Untuk kelas bahasa lebih menekankan pada pembelajaran bahasa, baik bahasa Indonesia, bahasa daerah maupun bahasa asing (bahasa inggris, bahasa arab dan bahasa jerman). Yang tujuan utamanya adalah agar siswa memiliki keterampilan berbahasa, baik bahasa indonesia maupun bahasa asing. Alasan pentingnya menguasai bahasa inggris adalah sebagai modal dalam dunia kerja, karena pada saat ini, berbagai perusahaan baik perusahaan yang bergerak dibidang industri, perdagangan maupun pendidikan membutuhkan tenaga kerja yang
2 memiliki keterampilan dalam berbahasa asing yaitu bahasa inggris. Selain itu, penguasaan bahasa inggris sangat diperlukan dalam bidang pendidikan, karena pada saat ini banyak beasiswa yang menawarkan kepada siswa untuk melanjutkan sekolah di luar negeri yang salah satu syarat paling penting adalah memiliki kemampuan berbahasa inggris yang baik. Oleh sebab itu, maka seyogyanya jika bahasa Inggris ini sudah dipelajari sejak siswa duduk di tingkat sekolah dasar. Materi yang banyak dipelajari dalam bahasa inggris adalah tentang grammer, yaitu pola kalimat bahasa Inggris. Pola kalimat bahasa inggris berbeda dengan pola kalimat bahasa Indonesia, karena pola kalimat bahasa inggris lebih menekankan kedalam bentuk waktu atau tenses. Dalam penelitian ini, penyusunan kalimat yang merupakan bagian dari keterampilan menulis, akan menjadi inti pembahasan. Dalam bahasa Inggris, keterampilan menulis (writing) lebih sulit dari pada keterampilan berbicara atau percakapan (speaking). Karena dalam keterampilan menulis ini menggunakan sebuah pola kalimat, sehingga setiap kalimat yang ditulis harus disesuaikan dengan tenses-nya. Sedangkan percakapan tidak terpaku pada pola kalimat tenses. Dengan dikuasai serta dipahaminya tenses dan bentuk-bentuk tenses, maka dalam membuat kalimat atau lebih jauh lagi membuat karangan bahasa Inggris akan lebih mudah. Seseorang tidak akan mungkin menulis kalimat bahasa Inggris dengan baik dan benar tanpa menguasai atau memahami tense-nya. Berdasarkan studi pendahuluan, dalam pembelajaran grammer khususnya tenses, kemampuan siswa tunanetra kelas XI bahasa dalam menggunakan tenses
3 bahasa Inggris masih kurang. Hal tersebut dapat terlihat ketika anak disuruh membuat pola kalimat future continuos tense, maka hampir semua siswa salah dalam membuat kalimat. masih banyak siswa yang salah dalam menulis kata-kata bahasa inggris, serta masih salah dalam menempatkan bentuk kata kerja (verb) dalam tenses. Padahal bentuk kata kerja bahasa Inggris untuk setiap tenses itu berbeda dan disesuaikan dengan tense-nya. Seperti pada pola kalimat future continuos tense, bahwa kata kerja yang digunakan adalah verb-ing, tetapi siswa masih menggunakan bentuk kata kerja kesatu (verb-1), kedua (verb-2) atau ketiga (verb-3). Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru yaitu guru hanya menjelaskan,, memberikan contoh kemudian memberikan evaluasi. Padahal kegiatan seperti ini lebih didominasi oleh kegiatan guru dan siswa menjadi objek, pembelajaran berisi konsep yang harus dihafal oleh siswa, terjadi interaksi komunikasi yang bersifat satu arah, serta kurang merangsang siswa untuk belajar. Pada gilirannya kondisi tersebut akan membawa pengaruh pada suasana kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif dan mengurangi produktivitas pembelajaran itu sendiri. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa inggris dan mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri serta dapat meningkatkan kemampuan siswa tunanetra menggunakan tense bahasa Inggris, maka diperlukan berbagai cara yang harus dilakukan oleh guru, salah satu dengan menerapkan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djudjuri (Abdurahman, 2003: 145) dalam penelitiannya menyimpulkan, bahwa
4 upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan hakikat ilmu atau mata pelajaran yang diajarkan, sesuai dengan karakteristik siswa dan hakikat belajar. Sedangkan Haenilah (Abdurahman, 2003: 145) dalam penelitiannya menyimpulkan, bahwa : Guru mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan metode yang bervariasi dalam membimbing dan mengungkap proses berpikir siswa. Jika tidak, maka pembelajaran akan kembali ke model yang kovensional, yang didominasi oleh kegiatan guru. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, salah satunya adalah strategi think talk write (TTW). Dalam strategi ini siswa diajak berpikir, berbicara dan menulis. Strategi TTW ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah 1. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran, 2. Siswa ditantang untuk dapat memecahkan permasalahan atau pertanyaan, sehingga pemecahan masalah datang dari siswa itu sendiri bukan dari guru, 3. Strategi ini lebih efektif jika diterapkan dalam kelas atau kelompok kecil, 4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, maka strategi TTW akan diterapkan dalam pembelajaran bahasa inggris untuk meningkatkan kemampuan anak tunanetra dalam menggunakan tenses bahasa Inggris. Atas dasar itulah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap pembelajaran bahasa inggris dengan menggunakan strategi TTW, dengan judul Penerapan Strategi Think Talk Write (TTW) dalam Meningkatkan Kemampuan Menggunakan Tenses Bahasa Inggris pada Siswa Tunanetra di SMALB di SLBN A Bandung.
5 B. Sasaran Tindakan Yang menjadi sasaran tindakan dari penelitian ini adalah siswa kelas 2 bahasa SMALB SLBA-Negeri Bandung. Berdasarkan studi pendahuluan, bahwa kemampuan siswa tunanetra kelas 2 bahasa SMALB dalam menggunakan tenses bahasa inggris masih rendah. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang tepatnya strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran bahasa inggris, karena materi yang disampaikan oleh guru lebih banyak bersifat hafalan saja bukan pemahaman. Hal ini dikarenakan siswa tidak diberikan kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Selain itu, siswa cenderung lebih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Melihat kondisi seperti itu, maka peneliti bermaksud menerapkan suatu strategi pembelajaran sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa inggris dan meningkatkan kemampuan siswa tunanetra dalam menggunakan tenses bahasa inggris. Adapun strategi pembelajaran yang akan diterapkan yaitu strategi Think Talk Write (TTW), yang diharapkan strategi ini dapat meningkatkan kemampuan siswa tunanetra dalam menggunakan tenses bahasa inggris, dalam hal ini mengenai future continuos tense. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi pokok penelitian ini adalah : Apakah penerapan strategi Think Talk Write (TTW)
6 dapat meningkatkan kemampuan menggunakan tenses bahasa Inggris siswa tunanetra di SMALB di SLBN A Bandung? Masalah dapat diuraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimanakah kemampuan menggunakan tenses bahasa Inggris siswa tunanetra di SMALB SLBN A Bandung sebelum dan sesudah penerapan Strategi Think Talk Write (TTW) dalam pembalajaran bahasa Inggris? 2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan Strategi Think Talk Write (TTW)? 3. Bagaimana tanggapan guru terhadap pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan Strategi Think Talk Write (TTW)? D. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Penerapan strategi think talk write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan menggunakan tenses bahasa Inggris siswa tunaneta di SMALB di SLBN A Bandung.
7 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah strategi TTW dalam pembelajaran bahasa inggris dapat meningkatkan kemampua menggunakan tenses bahasa inggris bagi siswa tunanetra di SMALB. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah. 1) Untuk mengetahui bagaimana kemampuan anak tunanetra dalam menggunakan tense sebelum menerapkan strategi pmbelajaran TTW dalam pembelajaran bahasa Inggris. 2) Untuk mengetahui bagaimana kemampuan anak tunanetra dalam menggunakan tense setelah menerapkan strategi pembelajaran TTW dalam pembelajaran bahasa Inggris. 2. Kegunaan Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai barikut : a. Secara keilmuan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran bagi anak tunanetra. b. Strategi pembelajaran TTW dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris guna meningkatkan kemampuan menggunakan tenses siswa tunanetra. c. Memberikan masukan pada pihak sekolah terutama guru-guru SLB bagian tunanetra dalam memberikan pengajaran dengan menerapkan strategi TTW.