KAJIAN RESISTENSI ANTIMIKROBIAL DAN SITUASINYA PADA MANUSIA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Landasan Pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Indonesia Dra. R. Dettie Yuliati, M.Si., Apt Direktur Pelayanan Kefarmasian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Landasan Pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Indonesia Dra. R. Dettie Yuliati, M.Si., Apt Direktur Pelayanan Kefarmasian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan KARS dalam mengatasi Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Dr Henry Boyke Sitompul,SpB Komisi Akreditasi Rumah Sakit

MORE PROTECTION LESS ANTIMICROBIAL NILA F.MOELOEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA KUMAN DAN MANFAATNYA DALAM PELAKSANAAN ANTIMICROBIAL STEWARDSHIP BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA) DI RSUP PERSAHABATAN

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Resistensi Antimikroba. Rumah Sakit. Pengendalian. Program.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

SASARAN, STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, SERTA ELEMEN PENILAIAN SASARAN I: PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

PORGRAM NASIONAL STANDAR 4 PENYELENGARAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

GAMBARAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI Escherichia coli Di RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

GENERASI CERDAS BIJAK MENGGUNAKAN ANTIBIOTIK Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

KONSEP PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA: Tantangan Global dan Standar Akreditasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN NAFAS BAWAH DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI FKUI/RSCM Jl. Pegangsaan Timur no.16, Jakarta 10320

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

LAPORAN PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN DAN SEMINAR NASIONAL III AKREDITASI RUMAH SAKIT 8 9 AGUSTUS 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yaitu. kepada janin saat proses melahirkan pervaginam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dengan inti yaitu pelayanan medis melalui pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

Transkripsi:

KAJIAN RESISTENSI ANTIMIKROBIAL DAN SITUASINYA PADA MANUSIA DI INDONESIA Dr. Siswanto Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Litbang Kesehatan Disampaikan pada Seminar Nasional dan Diskusi Interaktif Resistensi Antimikroba, Gedung Mulia Business Park, 22 Maret 2014 1

Latar Belakang Resistensi antibiotika (AB) merupakan masalah global Resolusi WHA dan Deklarasi Jaipur Penelitian resistensi di Indonesia bersifat sporadis dan menggunakan metode yang berbeda tidak adanya data resistensi AB secara nasional Salah satu isu strategis pembangunan kesehatan 2010-2014 Agenda Riset Nasional (ARN) penggunaan obat yang tidak rasional 2

Lanjutan... 3 http://www.phac-aspc.gc.ca/cipars-picra/about-eng.php

INTERACTION BETWEEN ANIMALS AND HUMAN IN AMR 4

MEKANISME KERJA RESISTENSI ANTIMIKROBA 5

RESISTENSI ANTIMIKROBA MELALUI PLASMID 6

Penyebab Resistensi AB Penggunaan AB yang tidak rasional (peresepan AB tidak sesuai dengan indikasi) Mudahnya akses terhadap AB Ketidakpatuhan penggunaan AB Self-medication yang tidak tepat Higiene dan sanitasi yang tidak baik di fasilitas pelayanan kesehatan Penggunaan AB di sektor peternakan sebagai growth promotor yang melebihi batas yang diperbolehkan 7

Dampak Resistensi AB Gagal terapi standar ancaman bagi pasien karena pandemik resistensi AB Perpanjangan lama rawat biaya tinggi Perpanjangan masa sakit di komunitas penularan mikroba resisten di komunitas semakin banyak Meningkatnya resiko kematian Dibutuhkan terapi dengan AB lini 2 yang lebih toksik (dan sering kurang manjur) 8

Penelitian Resistensi AB Hasil AMRIN Study (2005-2008) Sepertiga AB yang diresepkan tanpa indikasi yang jelas Hanya 21% AB yang diresepkan secara rasional 16.8% E.coli ESBL positive 25.7% K.pneumoniae ESBL positive 9

Penelitian Resistensi AB Balitbangkes Pemetaan dan Uji Resistensi Mikroorganisme Penyebab Diare pada Balita di Indonesia (2009-2012) Survei Resistensi N.gonorrhoeae Terhadap Beberapa Antibiotika pada Wanita Penjaja Seks di Jakarta, Tangerang, dan Palembang (2012-2013) Resistensi dan Suseptibiliti Antiviral Virus Influenza A/H5n1 Dan A/H1n1pandemi 09 Terhadap Amantadin dan Oseltamivir (2013) 10

Persentase Resistensi Resistensi Campylobacter jejuni Campylobacter jejuni (n=95) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 67% 19% 4 74% 66% 76% 52% 56% 19% 8 32% 46% 3 11

Persentase Resistensi Resistensi Salmonella spp Salmonella spp (n=44) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 3 9% 2 2% 11% 14% 16% 9% 5% 7% 5% 2% 7% 2% Tercantum dalam Buku Pelayanan kesehatan anak di RS, pedoman bagi RS rujukan Tk.1 di Kab- Kota, BUK, 2009 12

Persentase Resistensi Resistensi Shigella sonnei Shigella sonnei (n=57) 10 9 8 7 69% 6 5 48% 4 3 2 1 28% 1 1 7% 21% 21% 7% 7% Tercantum dalam Buku Pelayanan kesehatan anak di RS, pedoman bagi RS rujukan Tk.1 di Kab- Kota, BUK, 2009 13

Persentase Resistensi Resistensi Shigella flexneri Shigella flexneri (26) 10 9 8 7 6 62% 69% 62% 5 4 3 2 1 12% 27% 38% 23% 27% 31% 15% 4% 19% Tercantum dalam Buku Pelayanan kesehatan anak di RS, pedoman bagi RS rujukan Tk.1 di Kab- Kota, BUK, 2009 14

Persentase Resistensi Resistensi Vibrio cholera 10 Vibrio Cholera (8) 9 8 7 6 5 4 3 38% 25% 25% 25% 25% 2 13% 13% 13% 13% 1 Tercantum dalam Buku Pelayanan kesehatan anak di RS, pedoman bagi RS rujukan Tk.1 di Kab- Kota, BUK, 2009 15

Survei Resistensi N.gonorrhoeae Terhadap Beberapa Antibiotika pada WPS di Jakarta, Tangerang, dan Palembang Infeksi Neisseria gonorrhoeae menyebabkan banyak komplikasi dan meningkatkan risiko terinfeksi HIV/AIDS Pilihan Antibiotik yang diujikan pada survei ini berdasarkan: - Clinical laboratory Standard Institutes (CLSI) - Gonococcal Surveillance Project (GASP) - Antibiotika yang digunakan oleh program Antibiotika yang digunakan program : cefixime, levofloxacin, Kanamisin, Tiamfenikol, dan Ceftriakson 16

Persen Resistensi Hasil penelitian 100.0 90.0 87.3 88.9 80.0 77.0 70.0 60.0 55.8 60.6 50.0 40.0 30.0 30.3 20.0 10.0 0.0 3.2 1.0 Jakarta Palembang Tangerang total 17

Penurunan suseptibilitas Lanjutan... 20.0 18.0 16.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 4.1 1.8 3.3 2.9 Cefixime Ceftriaxone Cefpodoxime Ceftazidime jakarta Tangerang Palembang Total 18

Persentase Resistensi secara genetik dan fenotif terhadap oseltamivir pada virus A/H5N1 dan A/H1N1pdm09 19

The Development of Effective Antimicrobial Resistance Surveillance Model in Hospital: Focusing on ESBL Producing Bacteria Kemenkes telah mengembangkan model surveilans AB di 20 RS pendidikan untuk monitoring resistensi AB Tahun 2013 terdapat studi AMR (kerjasama Badan Litbangkes, WHO, dan 6 RS Pendidikan), fokus pada bakteri yang memproduksi ESBL. Hasil prevalensi resistensi bervariasi tergantung lokasi (RS) dan jenis antibiotika. Prevalensi resistensi AB meningkat dibandingkan penelitian AMRIN Kemenkes perlu untuk meningkatkan monitoring resistensi AB 20

Studi ESBL Tahun 2013 Indikator bakteri ESBL yang diteliti: Escherichia coli Klebsiella pneumoniae Klebsiella oxytoca Enterobacter spp RS yang terlibat studi: 1. Dr Soetomo Hospital, Surabaya, East Java (RSDS) 2. Dr Saiful Anwar Hospital, Malang, East Java (RSSA) 3. Dr Kariadi Hospital, Semarang, Central Java (RDKS) 4. Dr Moewardi Hospital, Solo, Central Java (RSDM) 5. Sanglah Hospital, Denpasar, Bali (RSSD) 6. Persahabatan Hospital, Jakarta (RSPP) Metoda: Data retrospektif Lab Mikrobiologi Januari-Oktober 2013 21

ESBL Producer Microbes (n) RSDS RSSA RSDM RSDK RSSD RSUPP Total ESBL Total ESBL Total ESBL Total ESBL Total ESBL Total ESBL E.coli 2040 833 451 126 561 290 209 134 453 121 169 96 K. pneumoniae 1326 455 266 150 600 272 127 107 171 55 581 190 K. oxytoca 128 29 27 3 14 2 4 1 198 90 15 1 Enterobacter 0 0 40 1 221 0 35 0 395 147 15 0 22

Prevalensi ESBL pada E Coli, K Pneumoniae, K Oxytoxa, dan Enterobacter 9 8 7 6 5 4 3 2 1 84% 64% 56% 57% 52% 45% 45% 41% 37% 34% 32% 33% 28% 25% 27% 23% 14% 11% 7% 3% RSDS RSSA RSDM RSDK RSSD RSUPP E.Coli K. Pneu K. Oxy Enterobacter 23

ESBL producer microbes per-specimen (n) RSDS RSSA RSDM RSDK RSSD RSUPP Total ESBL Total ESBL Total ESBL Total ESBL Total ESBL Total ESBL Urin 1647 654 374 93 400 204 175 107 546 178 105 63 Blood 162 83 580 32 111 87 101 72 138 70 21 14 Wound 334 255 524 55 241 122 53 30 111 40 78 26 Sputum 545 146 991 109 115 91 46 33 176 64 453 147 Other 589 179 0 0 0 0 0 0 82 24 0 0 24

9 Prevalensi Bakteri ESBL Producers Menurut Jenis Spesimen 8 7 76% 78% 79% 71% 72% 67% 6 5 51% 51% 51% 61% 57% 51% 6 4 3 4 27% 3 25% 33% 36% 36% 29% 33% 32% 2 1 1 11% 6% RSDS RSSA RSDM RSDK RSSD RSUPP Urin Blood Wound Sputum Other 25

AM Susceptibility (%) Pattern of ESBL producer: E.coli RSDS RSSA RSDM RSDK RSSD RSPP AZT 0 NA NA NA NA 0 CTX 0 0 NA 1.67 3.3 NA CRO 0 0 2 4.47 NA 0 CAZ 0 0 12 0 8.3 0 FEP 0 42 26 0 25.6 0 CIP 16 29 10 14.53 7.5 10 AK 98 95 83 99.44 73.3 99 GEN 61 69 62 0 56.3 63 FOS 93 100 NA NA 82.9 NA TOB 33 NA NA NA NA NA PTZ 50 76 NA 62.57 65.8 67 SCF 54 NA 83 NA 58 NA MEM 100 98 99 99.44 95 100 SAM 20 44 NA 21.79 5.9 16 AMC 0 80 NA 0 20 NA LEVO 20 29 9 16.2 15.4 10 TGC 78 99 98 100 40.6 100 NITRO 83 NA NA NA NA NA 26

AM susceptibility (%) pattern of ESBL producer: K.pneumoniae RSDS RSSA RSDM RSDK RSSD RSPP AZT 0 NA NA NA NA 1 CTX 0 0 0 0 0 0 CRO 0 0 2 0.75 NA 1 CAZ 0 0 15 0.75 1.8 1 FEP 0 19 31 0.75 14.5 1 CIP 19 32 50 44.78 14.5 39 AK 93 96 90 92.53 89.1 97 GEN 25 35 32 0 32.7 44 FOS 75 NA NA NA 66.7 NA TOB 12 NA NA NA NA 0 PTZ 36 51 50 40.3 44.4 61 SCF 51 NA 74 NA 51.8 NA MEM 97 95 98 99.25 81.8 100 SAM 2 11 NA 3.73 1.8 9 AMC 0 40 NA 0 9.1 0 LEVO 62 44 46 56.72 58.4 48 TGC 51.06 89 76 83.58 40 79 NITRO 50 NA NA NA NA NA 27

Pengendalian Resistensi AB Penunjukkan National Focal Point Program Pengendalian Resistensi Antibiotika (PPRA) Penyusunan pedoman dan peraturan Jejaring RS dan laboratorium Community education and empowerment 28

Penunjukkan National Focal Point Tindak lanjut dari penandatanganan Deklarasi Jaipur adalah harus adanya national focal point untuk resistensi antibiotika Penunjukkan National Focal Point untuk Resistensi Antibiotika di Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) 29

Program Pengendalian Resistensi Antibiotika (PPRA) PPRA dilakukan di RS dengan ditunjuknya 20 RS Pendidikan sebagai pilot project. Tugas PPRA: Menerapkan kebijakan ttg pengendalian resistensi AB dan penggunaan AB Menetapkan, memonitor dan evaluasi penggunaan AB Menyelenggarakan forum diskusi/kajian pengelolaan penderita penyakit infeksi Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pengendalian resistensi AB terkait dengan penggunaan AB secara rasional Mengembangkan penelitian ttg PPRA 30

Penyusunan pedoman dan peraturan Pedoman Umum Pengobatan di Puskesmas (Buku Merah), termasuk antibiotika Permenkes RI Nomor 2406/Menkes/PER/XII/2011 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika Pedoman umum untuk pengobatan beberapa penyakit infeksi, seperti: TB, Malaria, HIV dan H1N1 31

Community Education and Empowerment Dirjen Binfar mengadakan sosialisasi Penggunaan AB yang Rasional di 33 propinsi Lomba poster tentang Penggunaan AB yang Rasional untuk tingkat SMP yang diadakan per-tahun Capacity building untuk dokter tentang pentingnya penggunaan obat yang rasional 32

KOMITE TERPADU LINTAS SEKTOR SINERGI PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA Kementerian Pertanian Kementerian Perikanan dan Kelautan Kementerian Kesehatan Kebijakan Dirjen Peternakan tentang penggunaan AB pada peternakan (growth promoter dan pengobatan hewan ternak) Menghindari cross-transmission antara bakteri hewan dengan bakteri manusia (transmisi plasmid) AMR Survaillance pada hewan Penelitian AMR pada hewan Studi matching resistensi AB pada manusia dan hewan Program Pengendalian Resitensi Antibiotik (PPRA) Jejaring laboratorium mikrobiologi Program pengobatan rasional (Rational Drug Use), termasuk penggunaan Antibiotik Pedoman pengobatan penyakit infeksi Higiene dan sanitasi RS (UPI) AMR Surveillance Penelitian AMR 33

Tindak Lanjut Perlu adanya komite/pokja resistensi antibiotika yang beranggotakan lintas sektor Perlu dibuat roadmap untuk menangani resistensi AB, termasuk pengembangan AB baru Peningkatan surveilans terkait resistensi AB baik di faskes maupun komunitas Perlu adanya jejaring laboratorium-laboratorium mikrobiologi Perlu komunikasi yang adekuat antara Komite Medik RS dengan hasil surveilans dan hasil penelitian Tim PPRA RS 34

Terima Kasih 35