TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh disepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang memilkiki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dan reaksi tanah aerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefenisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh didaerah pasang surut yang tergenang pasang dan bebas dari dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhnya bertoleransi terhadap garam (Santono, et al., 2005). Hutan mangrove di pantai gudang garam kecamatan pantai cermin merupakan kawasan yang banyak didominasi jenis vegetasi A. marina. Ekosistem ini merupakan kawasan yang masih alami dan belum banyak dilakukan penelitian. Hutan Mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh didaerah pasang surut (terutama didaerah pantai terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat surut yang komunitas tumbuhan bertoleransi terhadap garam. Hutan mangrove sering disebut juga hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. (Kusmana, 1995). Ada tiga kategori pembagian hutan mangrove, pertama hutan mangrove produksi, terdiri atas kira-kira 17% dari semua hutan mangrove indonesia dengan areal hutan mangrove terbesar didunia.yang mana dipergunakan untuk kayu timber, kayu bulat, kayu lapis,poles, dan produksi perangkat lainnya. Kedua yaitu
sekitar 14% sebagai hutan konservasi yang melindungi kerusakan yang dilakukan aktifitas manusia dan merupakan bagian dari persediaan dan daerah konservasi alam. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dengan berbagai macam fungsi, yaitu: fisik, biologi dan ekonomi. Adapun fungsi hutan mangrove menurut Arief (2003); Naamin dan Hardjamulia (1991) dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu fungsi fisik, fungsi biologi dan fungsi ekonomi sebagai berikut: 1. Fungsi fisik: a. Menjaga garis pantai agar tetap stabil. b. Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi, serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat. c. Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru. d. Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat, atau sebagai filter air asin menjadi tawar. e. Mencegah terjadinya erosi pantai, serta sebagai perangkap zat pencemar dan limbah. 2. Fungsi biologi. a. Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan (detritus), yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar. b. Sebagai kawasan pemijah bagi udang, ikan, kepiting, dan kerang yang setelah dewasa akan kembali ke lepas pantai. c. Sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang, serta berkembang biak bagi burung dan satwa lain.
d. Sebagai sumber plasma nutfah dan sumber genetik. 3. Fungsi ekonomi a. Penghasil kayu. b. Penghasil bahan baku industri. c. Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kepiting, telur burung. Komposisi jenis tumbuhan penyusun ekosistem mangrove ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan, terutama jenis tanah, genangan pasang surut dan salinitas (Bengen, 2001). Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam wilayah tropis yang memiliki manfaat ganda dengan pengaruh yang sangat luas terhadap aspek sosial, ekonomi, dan ekologi. Besarnya peran ekosistem mangrove terhadap kehidupan dapat diamati dari keanekaragaman jenis organisme, baik yang hidup di perairan, di atas lahan, maupun ditajuk-tajuk tumbuhan mangrove serta ketergantungan manusia secara langsung terhadap ekosistem ini (Naamin dan Hardjamulia, 1991). Hutan mangrove juga merupakan kombinasi dari tanah, air, tumbuhan, binatang, dan manusia yang menghasilkan barang dan jasa (Hamilton dan Snedaker, 1984). Bagian tanaman mangrove, termasuk batang, akar dan daun yang berjatuhan memberikan habitat bagi spesies akuatik yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Ekosistem ini berfungsi sebagai tempat untuk memelihara larva, tempat bertelur dan sumber pakan bagi berbagai spesies akuatik, khususnya udang dan ikan bandeng (Sikong, 1978). Dan jenis yang ketiga sebagai hutan lindung pemelihara ketersediaan air, penyeimbang ekosistem, dan fungsi perlindungan lainnya. Sebagian besar hutan mangrove yang luas di Indonesia masih belum ditelusuri, yang paling umum
hutan mangrove di Indonesia berada pada pantai timur Sumatra, pantai Jawa,Sulawesi, Kalimantan, dan Papua Barat (FAO,1982). Penyebaran Hutan Mangrove Indonesia merupakan negara kaya, Indonesia mempunyai hutan mangrove terluas didunia, sebaran terumbu karang yang eksotik, rumpuit laut yang terdapat hampir di sepanjang pantai, sumber perikanan yang tidak ternilai banyaknya. Menurut Noor, dkk., (1999) Indonesia merupakan negara yang mempunyai luas hutan mangrove terluas didunia dengan kergaman hayati terbesar didunia dan sturuktur paling bervariasi didunia. Luas hutan mangrove Indonesia sekitar 4.251.011 Ha yang tersebar dibeberapa pulau seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Ttenggara, Kalimantan, Sulawesi, Makluku, Irian. Distribusi hutan mangrove terbesara terdapat di Irian (65%) dan Sumatera (15%). Sejumlah besar area mangrove diindonesia mengalami kerusakan baik sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari berbagai aktifitas manusia.kerusakan terbesar selain di pulau Jawa dan Bali juga terjadi di pulau Kalimantan dan Sumatera. Luas hutan mangrove dipulau Sumatera 657.000 Ha, dari total ini sekitar 30% (200.000 Ha) dijumpai di propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan penafsiran Citra Landscape, diketahui luasan mangrove di propinsi Sumatera Utara mengalami penurunan luas yang sangat cepat dari waktu ke waktu. Dari luas 200.000 Ha pada tahun 1987, tinggal 15% atau 31.885Ha yang berfungsi baik pada tahun 2001. Hal ini memberikan gambaran bahwa kondisi hutan mangrove Sumatera Utara sedang mengalami tekanan yang sangat berat oleh berbagai bentuk kegiatan (KLH, 2008). Beberapa faktor penyebab berkurangnya ekosistem mangrove antara lain:
1. Konservasi hutan mangrove menjadi bentuk penggunaan lain, seperti pemukiman,pertanian, tambak, industry, pertambanagn, dll. 2. Kegiatan eksploitasi hutan yang tidak terkendali oleh perusahaan HPH Serta penebangan liar dan bentuk perambahanhutan lainnya. 3. Polusi di perairan estuaria, pantai, dan lokasi-lokasi perairan lainnya dimana tumbuh mangrove. 4. Terjadinya pembelokan aliran sungai maupun proses sedimentasi dan abrasi yang tak terkendali. Penambahan hutan mangrove di beberapa propinsi belum diketahui dan dilaporkan secara pasti, namun ada beberapa faktor yang memungkinkan bertambahnya areal hutan mangrove dibeberapa propinsi tersebut, yaitu: 1. Adanya reboisasi atau penghijauan. 2. Adanya perluasan lahan hutan mangrove secara alami yang brkaitan dengan adanya proses sedimentasi atau kenaikan permukaan air laut. 3. Presisi metoda penafsiran luas hutan yang lebih baik dari metoda yang digunakan sebelumnya (Santono, et al., 2005). Salinitas Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa salinitas merupakan lingkungan yang sangat menentukan perkembangan organisme. Salinitas merupakan kandungan garam dalam air laut yang dinyatakan dalam satuan ppt atau gram garam dalam satu kilogram air laut. Menurut Chester (1989) kandungan air laut terbanyak adalah NaCl dengan ion Cl terlarut rata-rata sebanyak 55% dari jumlah garam.
Perbandingan salinitas menentukan sebagian besar komunitas kehidupan di air.kadar optimum garam untuk sebagian besar bakteri halofilik dan fungi antara 2,5% sampai 4%, rentang ini meliputi garam alamiah yang terdapat dalam laut: dan rata-rata pada laut terbuka 3,5%. Pada daerah air payau seperti Baltik, organisme halofilik dengan kadar garam optimal antara 0,5-2%. Seringkali salinitas juga menyebabkan perubahan morfologis dan fisiologis. Beberapa bakteri laut yang semula mempunyai bentuk batang atau bentuk koma pada keadaan salinitas optimal menjadi lebih panjang pada konsentrasi 5% dan akhirnya menjadi bentukan filamen (Waluyo, 2009). Peran Bakteri dalam Ekosistem Mangrove Sejarah penemuan Bakteri pertama kali ditemukan oleh Anthoni Van Leeuwenhook (1632-1723). Ilmu yang mempelajari tentang jasad renik ialah Mikrobiologi, dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme: bakteri, protozoa, virus, serta alga dan cendawan mikroskopis. Dalam bidang mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini (juga dinamakan microbe atau protista): di mana adanya ciri-cirinya. Kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengendaliannya, dan peranannya dalam kesejahteraan dan kesehatan kita (Pelczar, 1986). Hampir semua bakteri laut bersifat Gram negatif dan ukurannya lebih kecil dibanding dengan bakteri non laut. Bakteri Gram positif hanya sekitar 10% dari total populasi bakteri laut dan proporsi terbesar terdiri atas Bakteri Gram negatif berbentuk batang, yang umumnya aktivitas gerakan dilakukan dengan bantuan flagel. Bakteri bentuk kokus umumnya lebih sedikit dibanding bentuk batang.
Keberadaan bakteri laut Gram positif terbanyak ditemukan pada sedimen (Kathiresan dan Bingham, 2001). Bakteri memainkan peran penting dalam ekosistem mangrove,keberadaan dan keanekaragaman bakteri dalam ekosistem mangrove dipengaruhi oleh faktor salinitas, ph, fisik, iklim, vegetasi, nutrisi dan lokasi (Hrenovic et al., 2003). Berdasarkan penelitian Hunter et al, (1986) jumlah dan keanekaragaman bakteri berkurang dengan peningkatan kadar garam. Ada beberapa dari kelompok bakteri yang memilki kemampuan yang lebih dari jenis lainnya yaitu kemampuan bergerak lebih cepat (flagelated) dengan menggunakan flagel dan menghasilkan endospora terhadap ekstrimnya faktorlingkungan panas, asam, garam dan bertahan dalam jangka waktu yang lama endospora dibentuk pada masa stress gizi yang memungkinkan organisme untk bertahan dilingkungan sampai kondisi menjadi lebih baik (Waluyo, 2009).