BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III PERANCANGAN. dapat menyebabkan derating pada unit pembangkit karena satu sistem Coal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Session 11 Steam Turbine Protection

Prosedur Pengoperasian Coal Handling

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

COOLING WATER SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Umi Fitriyani

BAB II LANDASAN TEORI

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB V ANALISA KERJA RANGKAIAN KONTROL

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ada beberapa fan yang digunakan,

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB II LANDASAN TEORI

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gesekan pada saat rotor turbin berputar, maka bantalan-bantalan. penyangga tersebut harus dilumasi dengan minyak pelumas.

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

1. Bagian Utama Boiler

JOB SHEET SISTEM KELISTRIKAN RTU

Bab III CUT Pilot Plant

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Pengujian dilakukan dengan menghubungkan Simulator Plant dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INSTALASI PERMESINAN

BAB IV BAGIAN PENTING MODIFIKASI

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

BAB IV PEMBAHASAN BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) DI GEDUNG LABORATORIUM DEPKES JAKARTA A. PENDAHULUAN

Lampiran Lampiran 1 Prosedur Pengoperasian Generator PT XYZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

Bab IV Proses Komisioning pada CUT Pilot Plant

Ash/sisa abu yang menempel pada permukaan pipa pipa boiler di bagian evaporator.

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

BAB IV PEMBAHASAN. Produksi gula pada PT.PN X UNIT PG. Tjoekir Jombang terdapat beberapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB IV PENGENALAN BALL MILL

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP :

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING

LEMBAR KERJA PENGOPERASIAN SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE. Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian dan Cara Kerja PLTU

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB III PERANCANGAN 3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN.

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INSTRUKSI KERJA ALAT OIL BATH MEMMERT ONE 7-45

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Kata Pengantar. sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

Transkripsi:

BAB IV PENGOPERASIAN PULVERIZER DAN COAL FEEDER A. Pulverizer (Mill) 1. Fungsi Pulverizer (Mill) PLTU dengan bahan bakar batubara memerlukan perlakuan khusus agar kalor yang terkandung dalam batubara dapat diserap sebanyak mungkin dan batubara dapat terbakar sempurna. Salah satu peralatan yang diperlukan pada PLTU bahan bakar batu bara adalah Pulverizer dan Coal Feeder. Fungsi pulverizer (mill) pada sistem bahan bakar batubara adalah menggiling/menghaluskan bongkahan-bongkahan batubara sehingga menjadi bubuk batubara. Bubuk batubara (Pulverizered Fuel) mempunyai ukuran sekitar 200 Mesh. Tujuan menggiling batubara adalah membuat luas permukaan bubuk batubara menjadi besar, sehingga dalam proses pembakaran antara batubara dan udara lebih homogen dan pembakaran menjadi lebih sempurna. Batubara halus yang ada di dalam pulverizer, didorong dengan menggunakan udara panas (suhu mill outlet ± 60 ), masuk ke furnace dan batubara terbakar dalam furnace. Udara panas yang digunakan untuk mendorong serbuk batu bara ini biasa disebut sebagai Primary air. 2. Prinsip Kerja Pulverizer (Mill) Pulverizer mempunyai tiga buah Grinding Roller yang terpasang pada posisi tetap. Batubara akan dihaluskan diantara Grinding Ring yang berputar dengan tiga buah Roller yang terpasang tetap. Di dalam pulverizer juga terjadi proses pengeringan dan pemisahan batubara dengan benda-benda asing yang terbawa dari proses penambangan atau saat transportasi, sehingga batubara yang akan masuk ke ruang bakar sudah merupakan batubara yang siap dibakar dengan spesifikasi butiran dan temperatur yang telah di tentukan sesuai desain. Serbuk batubara akan 37

dikeringkan dan ditransportasikan ke burner (furnace) dengan menggunakan udara panas yang disebut dengan Primary Air. Primary Air ini mempunyai 3 fungsi, yaitu: a. Mentransportasikan serbuk batubara dari Pulverizer ke Burner. b. Mengeringkan serbuk batubara agar pembakaran dapat berlangsung secara optimum. c. Untuk mensirkulasikan batubara di dalam Pulverizer agar terpisah dari material asing yang tidak dapat dihaluskan. Gambar 4.1. Sirkulasi batubara dalam mill Primary Air (Udara Primer) diperoleh dari Primary Air Fan (PAF). Ada dua sumber yang didapat dari mengalirnya Primary Air, yaitu melalui Air Heater sebelum masuk Pulverizer dan Tempering Air dengan suhu 38

udara sekitarnya. Kedua Primary Air ini bercampur untuk mendapatkan suhu yang memadai sesuai yang diperlukan oleh Pulverizer. Pengaturan suhu Primary Air ini dilakukan dengan mengatur posisi damper Hot Air dan Tempering Air. Gambar 4.2. Diagram primary air 3. Komponen-komponen Pulverizer Komponen-komponen utama Pulverizer terdiri dari: a. Row Coal Pipe, yang terletak ditengah-tengah top housing yang berfungsi sebagai tempat masuknya batubara dari feeder. Pipa ini melalui bagian tengah Classifier dan batubara dari feeder akan masuk diantara roller. 39

b. Swing Valve, yang operasinya menggunakan udara (air operated) yang ada di setiap pipa outlet Pulverizer, berfungsi untuk mengisolasi Pulverizer terhadap Boiler pada saat Pulverizer tidak beroperasi. Dan sebagai penutup cepat (shut off valve) untuk menghentikan aliran batubara kedalam ruang bakar pada saat terjadi gangguan di Pulverizer ( trip ). c. Classifier, adalah suatu cyclone separator yang akan mengembalikan partikel-partikel yang berat (batubara yang masih kasar) ke daerah grinding (Grinding Zone) untuk dihaluskan kembali sehingga mencapai fineness yang sesuai (200 mesh). Gambar 4.3. Konstruksi pulverizer 40

d. Throat Ring, adalah tempat masuknya Primary Air untuk menuju ke Grinding Zone. Aliran Primary Air diukur dengan menggunakan air foils atau tabung pilot yang terletak di duct diatas Pilverizer. e. Control Damper, berfungsi untuk mengatur aliran Primary Air dan untuk mempertahankan perbandingan bahan bakar (batubara) dengan udara agar tetap sesuai besarnya aliran Primary Air tergantung pada beban Pulverizer. Aliran Primary Air akan didistribusikan secara merata di sekeliling Pulverizer pada throat ring. f. Grinding Ring dan Roller, berfungsi untuk menghaluskan batubara, dimana grinding ring berputar dan roller pada posisi tetap. Batubara yang halus akan tumpah melalui ring seat ke throat area. Sistem peralatan pendukung pulverizer, terdiri dari: a. Sistem minyak pelumas pulverizer (Lube Oil) adalah sistem pelumas yang berfungsi untuk melumasi dan mendinginkan roda gigi dan bantalan pada gear drive. b. Motor drive, fungsinya sebagai penggerak untuk memutar gear drive, motor drive ini disupplai dengan tenaga listrik tegangan 6KV. c. Gear drive, fungsinya untuk meneruskan putaran motor yang sebelumnya di transformasikan oleh 3 (tiga) tingkat gear reduksi dari kecepatan putaran tinggi (putaran motor : 985 rpm) diturunkan menjadi putaran rendah (putaran yoke dan grinding ring). Hal-hal yang harus diperhatikan dan dimonitor operator adalah: Pada gear box terdapat stick untuk memeriksa tinggi permukaan minyak pelumas. Gear box dan gear oil temperature dengan temperature switch high alarm pada temperature 126ºC. d. Pyrite sistem: sistem ini dilengkapi dengan upper gate, lower gate dan hopper, kondisi normal operasi dengan sistim pneumatic operated dimana upper gate posisi buka sehingga pyrite dari upper gate masuk ke hopper. Apabila pyrite hopper terindikasi penuh, maka operator 41

harus mengeluarkan pyrite dalam hopper dengan cara membuka lower pyrite gate. Hal-hal yang harus diperhatikan dan di monitor oleh operator : Monitor kondisi kelancaran sistim upper dan lower pyrite gate. Monitor kondisi hopper dan water spray. Bahaya yang timbul bila pyrite terakumulasi kedalam pulverizer, akan menyebabkan kerusakan pada pyrite plows dan yoke. e. Seal air: udara pemisah yang diperuntukan untuk 3 lokasi yaitu pada roll wheel, yoke dan coal feeder. Area yoke seal hal ini untuk menjaga kebocoran serbuk batubara (coal dust) dari grinding zone ke atmosfir. Dari header ke tiap-tiap roll wheel assembly, hal ini untuk menjaga serbuk batubara tidak masuk ke roll bearing. Area Coal Feeder : fungsinya untuk memberi tekanan positif, agar gas panas dan serbuk batubara (PF) dari mill tidak masuk ke dalam coal feeder. f. Damper, pada pulverizer klasifikasi damper terdiri dari : Control damper (tempering dan hot damper) untuk mengatur jumlah udara primary yang dibutuhkan diatas harga minimumnya, diantara tempering dan hot damper terdapat temperatur transmiter yang mendapat input dari mill outlet temperatur sebagai pendeteksi seberapa besar temperatur campuran udara dan batubara halus keluar mill menuju ruang bakar, besaran temperatur ini akan memerintahkan tempering atau hot damper melalui transmiter untuk menambah atau mengurangi pembukaannya untuk mencapai nilai set point. Tight Shut Off damper (TSO) merupakan isolasi damper yang dipergunakan untuk menutup cepat atau untuk keperluan proses pemeliharaan dimana dapat mengisolasi antara udara primer dengan pulverizer. 42

g. Inerting/clearing assembly: Pulverizer diperlengkapi dengan sistim inerting, suatu proses memasukan steam ke dalam pulverizer serta pencucian atau pembersihan inner pulverizer dari sisa-sisa batubara maupun gas yang mudah terbakar pasca pulverizer trip yang mempunyai resiko atau potensi menimbulkan ledakan (explosive). B. Coal Feeder 1. Fungsi dan Prinsip Kerja Coal Feeder Coal feeder berfungsi untuk mengatur jumlah batu bara yang masuk ke pulverizer. Jumlah batu bara yang masuk ke pulverizer berubahubah sesuai dengan beban unit pembangkit. Oleh karena itu, output coal feeder pun berubah-ubah sesuai kebutuhannya. Pengaturan output coal feeder dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan motor penggerak yang putarannya dapat diatur (variable speed motor) atau motor putaran tetap dilengkapi dengan variable speed drive. Gambar 4.4. Coal Feeder type belt feeder 43

Gambar 4.5. Komponen internal Coal Feeder 2. Komponen-komponen Coal Feeder a. Motor penggerak clean out conveyor fungsinya untuk menggerakkan peralatan pembersih batubara yang tercecer di coal feeder, motor ini di supply dari breaker boiler MCC 380 V. b. Motor penggerak coal feeder fungsinya untuk penggerak belt feeder, motor ini disupply dari breaker boiler MCC 380 V. c. Belt feeder, berfungsi untuk menyalurkan batubara dari keluaran outlet coal bunker menuju mill, melalui outlet coal feeder. d. Clean out conveyor, scraper conveyor untuk pembersih batubara yang tumpah dan tercecer dibawah belt feeder. Tumpahan batu bara akan disapu oleh clean out conveyor masuk ke pulverizer melalui discharge chute coal feeder. Gambar 4.6. Clean-out conveyor chain 44

e. Head Pulley dan Take-Up Pulley, berfungsi sebagai tempat berputarnya belt feeder dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Take-Up Pulley dilengkapidengan adjusting screw yang berfungsi untuk mengatur posisi belt. f. Belt V Guide, berfungsi sebagai guide (pemandu) agar dalam operasinya belt selalu dalam posisi tengah. Belt V-Guide terletak pada bagian tengah belt coal feeder, yang terpasang pada bottom cover. Gambar 4.7. Belt V-Guide g. Lokal control panel, berisi relay-relay dan micro-processor keyboard yang memberikan informasi status, mode yang dipakai dan alphanumeric display untuk menampilkan kondisi pengoperasian. h. Coal flow indicator adalah indikasi yang menunjukan besaran batubara yang masuk ke Pulverizer. i. Load Cell berfungsi untuk membaca aliran batu bara pada coal feeder secara Gravimetrik. j. Coal feeder protection: No Coal On Belt: proteksi untuk pengaman pulverizer akibat tidak ada batubara didalam belt feeder (yang masuk ke pulverizer). Coal Feeder Outlet Pluged: proteksi untuk pengaman adanya plugged di outlet coal feeder. Motor Overload: proteksi untuk pengaman akibat beban lebih. 3. Pembacaan aliran batubara Tabel 4.1. Perhitungan Mode Coal Feeder Perhitungan Mode Coal Feeder Volumetrik Gravimetrik Flow Rate = Density (Kg/m 3 ) x A (m 2 ) x V (m/s) Flow Rate = LCell (Kg/m) x V (m/s) 45

Tabel 4.2. Perbandingan Input Mode Coal Feeder Perbandingan Input Mode Coal Feeder Volumetrik Gravimetrik Setting Density Sinyal Load cell Setting Luas Penampang Rpm Tacho Drive pulley Rpm Tacho Drive pulley Hal yang diperhatikan saat melakukan pengukuran aliran batu bara pada coal feeder: a. Volumetrik: Kondisi load cell (apakah ada di penyimpangan output dari dua LC yang terpasang pada setiap CF). Penyimpangan ini akan menyebabkan output load cell tidak menunjukan nilai yang mewakili jumlah batu bara yang ditimbang. b. Gravimetrik: Kondisi belt feeder (kerataan dan kemuluran). Penyimpangan ini akan menyebabkan output load cell tidak menunjukan nilai yang mewakili jumlah batu bara yang yang ditimbang. Kondisi load cell (Apakah ada penyimpangan output dari dua LC yang terpasang pada setiap CF). Penyimpangan ini akan menyebabkan output load cell tidak menunjukan nilai yang mewakili jumlah batu bara yang ditimbang. Gambar 4.8. Skema mekanis Coal Feeder 46

C. Pengoperasian Mill dan Coal Feeder 1. Batasan-batasan Pengoperasian Mill Batasan untuk parameter-parameter pengoperasian Mill dan Coal Feeder harus diketahui oleh operator lokal dan ruang control. Berikut ini parameter yang harus diperhatikan dalam pengoperasian mill (Pulverizer) dan coal feeder: a. Suhu mill outlet minimal 45ºC, maksimal 79ºC. b. Aliran udara primer (Primary Air) minimal 52 t/h (13 kg/s), maksimal 140 t/h (35 kg/s). c. Suhu udara primer minimal 180ºC maksimal 400ºC. d. Arus motor mill normal 50 Ampere. e. Differential Pressure (DP) mill minimal 40mmWg, maksimal 450mmWg. f. Coal Flow (Coal Feeder) minimal 25 t/h, maksimal 70 t/h. g. Pembukaan damper aliran udara primer minimal 65%, maksimal 95 %. h. Tekanan Lube Oil Pump trip 1,4 kg/cm 2, alarm 2,1 kg/cm 2 dan maksimal 6 kg/cm 2. i. Suhu pendingin Lube Oil minimal 10ºC maksimal 77ºC. 2. Persiapan Operasi Mill (Pulverizer) a. Periksa CB-CB untuk pengoperasian Mill sudah pada posisi Remote, yaitu CB motor Pulverizer, Lube Oil Pump, Seal Air Fan, Primary Air Fan, Coal Feeder, motor classifier. b. Periksa level minyak pelumas pada gear box sudah pada posisi normal. c. Periksa sistem air pendingin minyak pelumas beroperasi normal. d. Periksa sistem minyak pelumas dapat beroperasi secara normal. e. Periksa sistem fire fighting (waterwash clearing dan spray pyrite box) f. Tutup pintu man hole pyrite. g. Periksa Outlet Valve coal bunker menuju coal feeder bisa membuka dan menutup secara normal. h. Tutup semua pintu coal feeder. 47

i. Periksa level minyak pelumas pada gear reducers apakah sudah pada normal level. j. Periksa clean out conveyor dengan menjalankannya (Start Stop) dan pastikan siap operasi. k. Periksa lampu hijau tanda OFF menyala pada microprocessor keyboard. l. Periksa lampu penerangan dalam coal feeder dalam keadaan menyala. 3. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk Start Up Pulverizer a. Purging (pembilasan) di Boiler dan burner-burner sudah selesai semua. b. Satu Primary Air Fan operasi, discharge damper posisi buka. c. Flame detector cooling air > minimum. d. Semua swing valve yang berada satu level posisi menutup. e. Ignitor oil header sudah memenuhi persyaratan (tekanan). f. Aliran udara pada ruang bakar sudah mencukupi. g. Level drum sudah memenuhi (suhu, level water normal). h. Coal Feeder sudah memenuhi persyaratan untuk operasi. i. Alarm pada semua level Coal Burner sudah di reset. j. Coal Burner tidak dalam kondisi mulai start. k. Differential Pressure udara perapat (seal air) dp > 254 mmh 2 O. l. Katup pengaturan udara yang berada pada satu level posisi membuka. m. Tidak ada mill dalam kondisi proses Start-Up. n. Proses inerting sudah selesai. o. Tidak ada penyalaan yang terdeteksi. p. Katup Outlet pada Coal Bunker (Gate Valve) sudah membuka. q. Katup Outlet pada Coal Feeder (Gate Valve) sudah membuka. r. Semua katup Flame Stabilization pada posisi open. s. Damper-damper tempering air dan hot air posisi menutup. t. Mill pada kondisi Stop. u. Level batubara terdeteksi. v. Tidak ada penyumbatan (plug) pada feeder. w. CB Mill sudah posisi masuk/on. 48

x. Feeder tidak pada posisi Lokal, posisikan pada REMOTE. y. Pompa minyak pelumas sudah pada posisi siap untuk Start. z. Katup udara perapat (seal air) posisi membuka. aa. Tombol Stop Mill yang berada di lokal tidak dalam posisi tertekan. bb. Suhu bearing Mill normal. 4. Syarat-Syarat untuk Start Coal Feeder a. Pulverizer operasi. b. Pulverizer outlet suhu > minimum. 5. Prosedur Pengoperasian Mill dan Coal Feeder a. Start Lube Oil Pump, tunggu sampai tekanan naik sampai minimal (2Bar). Bila tidak bisa start maka harus di start dari lokal. b. Buka steam inerting valve selama 2 menit, untuk pembilasan mill. c. Memberi setting untuk level Secondary Air control damper, kedua Secondary Air damper akan ON. d. Start ignitor. e. Tutup katup-katup flame stabilizing. f. Buka semua swing valve. g. Posisikan impeler burner pada posisi insert (sampai lampu indikator menyala). h. Mengatur aliran udara primer, dengan cara membuka primary air tight shut-off damper. Atur flow udara primer jangan sampai mendekati batas minimum (30% atau 16 kg/s). i. Jalankan (Start) Mill. j. Tunggu sampai Mill normal operasi (establish) 30 detik. k. Start Coal Feeder. l. Pindahkan ke posisi auto pada Hot Air control damper agar dapat mengontrol suhu Mill. m. Tunggu sampai stabil. 49

n. Perhatikan monitor utama untuk penyalaan (flame), apakah pada masing- masing burner sudah terdeteksi. o. Pindahkan ke posisi auto pada Secondary Air dan Primary Air agar dapat mengontrol kebutuhan udara untuk Mill. p. Start Coal Burner menyeluruh. q. Tunggu selama 5 menit agar nyala api stabil. r. Suhu Secondary Air > 150ºC. Kalau belum tunggu sampai memenuhi. s. Urutan Start Mill s/d Coal Burner telah selesai. t. Stop Ignitor. 6. Prosedur Shutdown Mill dan Coal Feeder a. Ignitor siap untuk di-start. b. Start Ignitor. c. Turunkan flow batubara sampai batas minimum (35%), kemudian turunkan aliran udara primer sampai batas minimum. d. Tekan tombol Tempering Air, sampai lampu indikator menyala. e. Tutup Hot Air damper. f. Tunggu ± 5 menit untuk proses pendinginan Mill. g. Stop Coal Feeder. h. Matikan set Secondary Air, ditandai dengan kedua Secondary Air damper pada posisi OFF, dan lampu indicator untuk set Secondary Air OFF (menyala). i. Tunggu ± 90 detik untuk pembersihan mill. j. Stop Mill. k. Tunggu sampai proses pendinginan mill yang terakhir selesai, yaitu waktu pendingin dan suhu outlet Mill kurang dari 60ºC. l. Stop Lube Oil Pump. m. Tutup semua swing valve. n. Buka stabilization valve. o. Tutup Tempering Air damper dan Primary Air Shut Off damper. p. Impeller burner diposisikan retract. 50

q. Stop semua ignitor, dengan jalan menutup semua ignitor oil valve. r. Tutup Secondary Air damper (untuk pendingin). s. Semua urutan Stop Mill sudah selesai. 7. Hal-Hal yang menyebabkan Coal Feeder dan Mill Trip a. Mill Trip karena gangguan pada burner Terdapat beberapa burner yang tidak menyala. Terdapat beberapa air register yang tidak membuka pada satu grup. Terdapat beberapa impeller dalam satu grup tidak pada posisi insert. Terdapat beberapa swing valve yang tidak membuka pada satu grup. Ignitor diperintah ON, tetapi Stop (Trip). Terdapat beberapa Flame Stabilizing Valve tidak menutup. Pada kondisi ini semua swing valve akan menutup dan impeller akan Retract, kemudian mill trip. b. Mill Trip yang disebabkan oleh malfunction peralatan Aliran udara primer < 65 %. Tombol Emergency Trip tertekan. Boiler Trip. Kedua grup burner trip. Ignitor tidak ON dan Coal Feeder Stop lebih dari 20 detik. Tekanan minyak pelumas dibawah minimum lebih dari 3 detik. Suhu Coal Feeder diatas 79ºC. Coal Feeder Trip akan memicu Mill memerintahkan Shutdown. Pada kondisi ini, Mill akan segera trip dengan urutan sebagai berikut: Hot air damper menutup. Tempering Air Damper menutup Motor Mill akan trip. Coal Feeder akan trip. Semua swing valve akan menutup. 51

Primary Air isolating damper menutup. Seal Air valve menutup. Inerting system beroperasi. c. Penyebab trip Coal feeder: Dua (2) grup Coal Burner trip. Mill stop/trip atau diperintah untuk stop. Ignitor tidak ON dan tidak ada batubara di belt feeder dalam waktu melebihi 20 detik. D. Trouble shooting 1. Mill Trip No Penyebab Tindakan 1 Mill outlet temperature high Setting Alarm : 70 C Trip : 90 C Yakinkan mill outlet temperature control set point pada 66 C. Periksa PA temperatur < 300 C. Periksa pembukaan Hot dan Tempering damper. Periksa Batubara di Coal feeder. Yakinkan Fogging (spray water) valve terbuka. Yakinkan tidak ada api di dalam Mill. 2 PA flow low Set Trip: < 15kg/s delay 6 detik Periksa pembukaan Hot dan Tempering damper. Periksa pembukaan TSO damper. Periksa pembukaan PA flow damper. Yakinkan penunjukan PA flow transmiter akurat. Yakinkan tidak ada hambatan pada Coal pipe. Yakinkan mill outlet temperature normal. Periksa pyrite box tidak tersumbat. 52

3 Lube oil pressure low Set Trip: < 1,8 kg/cm 2 4 Motor mill Trip (electrical protection) Periksa lube oil PI & PS kondisi normal. Periksa kebersihan lube oil Filter. Periksa lube oil level. Periksa lube oil pump bekerja dengan baik. Buka Venting untuk mengeluarkan udara terjebak. Periksa dan catat Relay yang kerja pada Breaker. Over load: Periksa Motor winding temperature. Periksa Motor Bearing temperature Short circuit: Megger Motor, kabel. 2. Coal Feeder Trip No Penyebab Tindakan 1 No Coal On Belt Periksa batubara pada belt feeder. Yakinkan Ignitor On. Tutup Mill outlet temperature control station (tutup hot damper). Shutdown Mill. Tutup Coal Bunker Outlet gate. Matikan 380V Breaker Coal Feeder. Bongkar Coal feeder dan lancarkan aliran batubara di coal feeder. 2 Outlet Coal Feeder Plugged Periksa batubara pada belt feeder. Yakinkan Ignitor On. Tutup Mill outlet temperature control 53

3 Coal Feeder Drive Fault station (tutup hot damper). Shutdown Mill. Tutup Coal Bunker Outlet gate. Matikan 380V Breaker Coal Feeder. Bongkar Coal feeder dan lancarkan aliran batubara di coal feeder. Yakinkan Ignitor On. Shutdown Mill. Periksa 380V breaker motor drive. Periksa 380V breaker motor clutch. Periksa alarm di Coal Feeder local panel. Periksa kondisi belt feeder. Tutup Coal Bunker Outlet gate. Matikan 380V Breaker Coal Feeder. Bongkar Coal Feeder untuk mengeluarkan material asing dan meyakinkan kondisi belt. 3. Parameter kunci pada Mill (Pulverizer) N o NAMA PARAMETER NORMAL ALARM LOW/HIGH TRIP Keterangan 1 Mill Outlet 66 0 C High 70 0 C 90 0 C Temp 2 Mill DP 300 mmhg - - Jika lebih dari batas normal maka Mill akan runback 3 PA flow > 16 Kg/s Low 16 Kg/s 16 Kg/s - 4 CF speed 35-100% - - - 54

5 Mill Motor 70 0 C High > 125 0 C > 135 0 C - Winding Temp 6 Mill Motor 70 0 C High > 85 0 C > 95 0 C - bearing temp 7 Combustion 0-100% - - - damper opening 8 Windbox 500 Low 250 250 - Press mmh 2 O mmh 2 O mmh 2 O 9 Motor Mill < 70 Ampere High > 70 A > 85 A 4. Proteksi Mill dan Coal Feeder No Proteksi Normal High Trip Keterangan 1 Mill Outlet 66 0 C High 70 0 C 85 0 C - Temp High Trip 2 Mill DP 300 - - Mill tidak trip, High Trip mmhg jika lebih dari batas normal Mill akan runback to minimum speed 3 Mill Motor 70 0 C High >125 0 C >135 0 C - Winding Temp High Trip 4 Mill Motor 70 0 C High > 85 0 C > 95 0 C - 55

Bearing Temp High Trip 5 Mill Lube Oil Press Low Trip >7 Kg/cm 2 < 5 Kg/cm <5Kg/cm 2-56