BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan melaksanakan upaya dalam peningkatan kesehatan ibu dengan

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dibidang kesehatan (Depkes, 2007). masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Penyakit hepatitis tersebut terdiri dari hepatitis A, B, C, D dan hepatitis E. Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B, terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1) Saat ini pemerintah Indonesia sangat memprioritaskan kesehatan terutama anak balita guna peningkatan kualitas sumber daya manusia.setiap harinya ada 460 bayi meninggal di Indonesia yang disebabkan oleh penyakit yang sebagian besar dapat dicegah melalui vaksinasi. Oleh karena itu, United Nations Children s Fund (UNICEF) dan pemerintah Indonesia berupaya dan bekerja sama untuk memastikan sekitar 5 juta bayi setiap harinya mendapat imunisasi lengkap dan tepat waktu untuk melawan tujuh penyakit yang dapat mematikan di antaranya : Tubercolosis, Polio, Difteri, Tetanus, (2, 3) Pertusis, Hepatitis B dan Campak. Berdasarkan uraian tersebut imunisasi diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi dari penyakit menular. Sebagaimana dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi di Indonesia terdapat lima jenis imunisasi dasar yang diberikan secara rutin dengan sesuai jadwal yang terdiri dari Bacillus Calmette Guerin (BCG), Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib), Hepatitis B pada bayi baru lahir, Polio dan Campak. (4)

Pentingnya HB-0 pada bayi yaitu memberikan kekebalan pada tubuh bayi dari penularan virus Hepatitis B dari ibu dengan status HbsAg positif. Virus Hepatitis B jika menyerang bayi akan berdampak pada kerusakan organ hati pada bayi bahkan dapat menyebabkan kanker hati. Oleh karena itu, HB- 0 pada bayi akan memberikan perlindungan terhadap paparan virus Hepatitis B. (5) Berdasarkan hasil Riskesdas prevalensi hepatitis 2013 adalah 1,2 %, dua kali lebih tinggi dibandingkan 2007. Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%). Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi.berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok terbawah menempati prevalensi hepatitis tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia diatas 15 tahun.jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8 %) dan hepatitis A (19,3 %). (6) Hasil sementara sebuah studi di Jakarta tahun 2013, pada 5.000 ibu hamil, didapatkan sampel darah dengan HbsAg positif dari 3,18 % ibu hamil. Dari yang HbsAg positif tersebut, pada sampel darah 98 orang terdeteksi memiliki DNA virus hepatitis B. Sebanyak 98 ibu hamil itu sangat berpotensi menularkan hepatitis B kepada bayinya, bahkan sejak dalam kandungan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota menetapkan bahwa Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) adalah sebesar 100% pada tahun 2010. (7) Secara nasional pemberian imunisasi HB-0 belum terlaksana dengan optimal, untuk itu diupayakan terintegrasi

dengan kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) seperti kunjungan neonatal ke rumah yang dilakukan oleh bidan, sejalan dengan jadwal HB-0 pada bayi. Pada saat ini, bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seperti di rumah sakit, puskesmas/poskesdes/poskesri, klinik bersalin (swasta) maka HB-0 diberikan segera setelah lahir.oleh karena itu, ibu yang memilih faktor penolong persalinannya dan tempat persalinan sangat berperan penting. Program HB-0 pada bayi yang berusia < 7 hari merupakan salah satu bentuk perilaku dalam pencegahan penyakit terutama penyakit hepatitis B. WHOmenganalisis bahwa penyebab perubahan perilaku kesehatan tersebut adalah bagaimana seseorang dapat memahami dan mempertimbangkan dari segi pengetahuan, kepercayaan, dan sikap.who juga menyebutkan orang penting sebagai referensi dapat dijadikan contoh. Sumber-sumber daya dapat berupa fasilitas, uang, waktu dan tenaga sangat berpengaruh serta kebudayaan dalam suatu masyarakat. (8) Pencapaian HB-0 pada bayi merupakan indikator untuk menuju cakupan imunisasi dasar lengkap, dengan target pada tahun 2015 adalah 100%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia menetapkan bahwa pada tahun 2012 cakupan imunisasi HB-0di Indonesia sebesar 85,6%, pada tahun 2013 sebesar 86,8%, dan pada tahun 2014 sebesar 85,8%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa cakupan imunisasi HB-0 pada bayi di Indonesia belum mencapai target Nasional. (9-11) Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat cakupan imunisasi HB- 0pada bayi tahun 2012 sebesar 72,7%, pada tahun 2013 sebesar 78,4%, dan pada tahun 2014 sebesar 76,1%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa cakupan imunisasi HB-0 di Sumatera Barat masih di bawah target. (12-14)

Penyelenggaraan imunisasi ini dapat dilaksanakan di rumah sakit, puskesmas, klinik, praktik dokter umum dan dokter spesialis, bidan praktek swasta dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.selain dokter umum dan dokter spesialis, bidan dan perawat juga dapat melaksanakan imunisasi yang diatur dalam Permenkes RI No. 42 tahun 2013. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat menyatakan bahwa cakupan imunisasi HB-0 pada tahun 2013 sebanyak 83,8%, tahun 2014 sebanyak 88,9% dan tahun 2015 sebanyak 95,2%. (15-17) Dari 19 Puskesmas di Kabupaten Pasaman Barat, pada tahun 2015 cakupan imunisasi HB-0terendah di Wilayah Kerja Puskesmas Paraman Ampalu hanya sebesar 73,3%. (17) Puskesmas Paraman Ampalu berada di Kec. Gunung Tuleh, yang terdiri dari dua Kenagarian yaitu Nagari Rabi Jonggor dan Nagari Muara Kiawai. Sedangkan Puskesmas Paraman Ampalu berada di Nagari Rabi Jonggor yang terdiri dari 16 Jorong.Puskesmas Paraman Ampalu memiliki 24 orang bidan yang di antaranya 6 orang bidan yang telah PNS, 11 bidan PTT dan 7 bidan jorong.namun, cakupan imunisasi HB- 0 pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec.Gunung Tuleh Kab.Pasaman Barat masih di bawah target.sedangkan pada Puskesmas Muara Kiawai Pemberian imunisasi HB-0 pada bayi adalah 87%.Hal ini menjelaskan kenapa peneliti memilih puskesmas Paraman Ampalu sebagai tempat penelitian dari 2 puskesmas yang ada di Kec.Gunung Tuleh Kab. Pasaman Barat. (18) Salah satu penelitian tentang cakupan imunisasi HB-0 pada bayi yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rozalina pada tahun 2012 tentang perilaku ibu dalam pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi 0-7 hari di wilayah kerja Puskesmas Sukamara Kabupaten Sukamara Provinsi Kalimantan Tengah menyimpulkan bahwa pemberian

imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari adalah sebesar 31,7% di mana terdapat hubungan yang bermakna dengan pendidikan ibu, pekerjaan, kepercayaan, tepat persalinan, dukungan suami dan kunjungan neonatal. (19) Selain itu penelitian cakupan imunisasi HB-0pada bayi Wetra Fauza tahun 2013 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan HB-0 di wilayah kerja Puskesmas Bidar Alam Solok Selatan menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan imunisasi HB-0 adalah 53% terdapat hubungan yang bermakana antara penolong persalinan dan tempat persalinan dengan HB-0. (20) Menurut Kepala Puskesmas dari hasil wawancara yang dilakukan pada survey awal, hal yang menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi HB-0pada bayi antara lain kurangnya pemahaman ibu dan suami tentang pentingnya imunisasi HB-0tersebut diberikan karena kurangnya promosi kesehatan tentang imunisasi HB-0 pada bayi. Kemudian setelah mewawancarai pemegang program Imunisasi di puskesmas, menerangkan bahwa kurangnya social supportkepada masyarakat yang dilakukan tenaga kesehatan terutama bidan di desa dalam HB-0ini pada bayi. Dari hasil wawancara dengan 5 ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu, tiga di antaranya mengatakan bahwa kenapa mereka tidak ingin mengimunisasi anaknya karena kekhawatiran ibu yang berlebihan terhadap bayinya yang baru lahir sudah dilakukan penyuntikan. Dua di antaranya mengatakan adanya larangan dari suami untuk mengimunisasi bayinya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu tentang pemberian imunisasi HB-0pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec.Gunung Tuleh Kab.Pasaman Barat tahun 2016.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu tentang HB-0 pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec.Gunung Tuleh Kab. Pasaman Barat tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor apa yang berhubungan dengan perilaku ibu tentang HB-0 pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec. Gunung Tuleh Kab.Pasaman Barat tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku ibu tentang HB- 0 pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec. Gunung Tuleh Kab. Pasaman Barat tahun 2016. 2. Diketahuinya distribusi frekuensi Karakteristik umur ibu, sikap ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tempat persalinan, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan pada ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec. 3. Diketahuinya hubungan umur ibu dengan perilaku ibu tentang pemberian 4. Diketahuinya hubungan sikap ibu dengan perilaku ibu tentang pemberian

5. Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan perilaku ibu tentang pemberian 6. Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku ibu tentang pemberian 7. Diketahuinya hubungan tempat persalinan dengan perilaku ibu tentang HB-0 pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec. 8. Diketahuinya hubungan dukungan suami dengan perilaku ibu tentang pemberian 9. Diketahuinya hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku ibu tentang HB-0 pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Sebagai bahan informasi dan umpan balik dalam rangka pelaksanaan untuk meningkatkan cakupan HB-0pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec.Gunung Tuleh Kab. Pasaman Barat. 1.1.1. Bagi Pimpinan Puskesmas Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan dan pengembangan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir terutama tentang HB-0 pada

bayi serta masukkan bagi petugas kesehatan dalam promosi kesehatan kepada ibu tentang pentingnya imunisasi HB-0pada bayi. 1.1.2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan bacaan bagi pembaca terutama Mahasiswa FKM Universitas Andalas dan memperluas pengetahuan tentang imunisasi HB-0 pada bayi. 1.1.3. Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi Mahasiswa FKM Universitas Andalas untuk penelitian lebih lanjut tentang faktor yang berhubungan dengan HB-0 pada bayi dengan variabel yang berbeda. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik dengan kuantitatif.rancangan yang digunakan adalah cross sectional study untuk mengetahui perilaku ibu tentang HB-0pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paraman Ampalu Kec.Gunung Tuleh Kab.Pasaman Barat tahun 2016. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai HB-0 pada di Kab. Pasaman Barat belum pernah dilakukan. Namun demikian penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain : Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama dan Judul Penelitian Rozalina (19) Perilaku ibu dalam Hepatitis B pada bayi 0-7 hari di Metodologi Penelitian Jenis penelitian : Analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi (0-11 Hasil Ada hubungan yang yang bermakna pendidikan ibu, pekerjaan, kepercayaan, tempat persalinan, dukungan suami dan

wilayah kerja puskesmas Sukamara Popinsi Kalimantan Tengah tahun 2012 Wetra Fauza (20) Faktor-faktor yang berhubungan dengan hepatitis B-0 di wilayah kerja Puskesmas Bidar Alam Solok Selatan tahun 2013 Nurmala M. Saleh (21) Gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam hepatitis B 0 pada bayi 0-7 hari di desa mangalerong, Kec. Bantimurung, Kab. Maros Prov. Sulawesi Selatan tahun 2012 Darsiah (22) Faktor-faktor yang berhubungan dengan Hb 0-7 hari di Puskesmas Pekan Heran Kab. Indragiri Hulu tahun 2011 Laila Kusumawati (23) Faktor-faktor yang berhubungan dengan hepatitis B 0-7 hari bulan) di wilayah kerja Puskesmas Sukamara. Jenis penelitian : Analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Bidar Alam. Jenis penelitian :kuantitatif dengan rancangan cross sectional, sampel penelitian 52 orang ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan. Jenis penelitian : dengan rancangan cross sectional studydengan jumlah sampel 71 orang ibu yang mempunyai bayi. Jenis penelitian :observasional dengan rancangan cross sectional studydengan populasi penelitian bayi yang berusia 8 hari 23 bulan dengan jumah sampel 216. kunjungan neonatal. Ada hubungan yang bermakna penolong persalinan dan tempat persalinan. Ibu yang memberikan imunisasi hepatitis B 0 di desa mangalerong sebanyak 92,3 %. Ada hubungan yang bermakna pendidikan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap Hb 0-7 hari. Ada hubungan yang bermakna penolong persalinan, pelayanan petugas kesehatan dan persepsi keparahan.