STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH Oleh Fajar Munandar E.14102901 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
RINGKASAN Fajar Munandar. E14102901. Studi Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dibawah Bimbingan Ir. Budi Kuncahyo, MS. Metode pengaturan hasil dalam rangka penentuan jumlah volume tebangan per tahun yang digunakan oleh pihak Perum Perhutani sampai saat ini adalah metode Burn. Metode Burn merupakan model pengaturan hasil yang statis selain itu juga kondisi tegakan dianggap tidak mengalami gangguan atau tetap. Kenyataan di lapangan hampir setiap tahun hutan tanaman yang dikelola oleh Perum Perhutani mengalami gangguan hutan berupa pencurian kayu. Gangguan hutan berupa pencurian kayu yang terjadi di areal kerja Perum Perhutani tidak bisa lepas dari kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan. Berdasarkan penelitian Sakti (1998), faktor sosial ekonomi masyarakat berpengaruh nyata terhadap terjadinya pencurian kayu di areal kerja KPH Blora, Cepu, dan Randublatung. Gangguan hutan tersebut berakibat pada penurunan potensi tegakan. Penurunan potensi tegakan sebagai akibat dari terjadinya gangguan berupa pencurian kayu mengindikasikan bahwa perhitungan etat khususnya etat volume (massa) yang statis sudah tidak relevan. Atas dasar hal tersebut di atas, perlu dilakukan suatu pengkajian menyangkut model pengaturan hasil dalam rangka penentuan jumlah volume pohon yang dapat ditebang setiap tahunnya yang mempertimbangkan segala aspek khususnya aspek gangguan berupa pencurian kayu. Untuk keperluan tersebut digunakan pendekatan sistem. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui prospek kelestarian berdasarkan metode pengaturan hasil yang digunakan di KPH Cepu, (2) menyusun model pengaturan hasil yang mempertimbangkan aspek gangguan berupa pencurian kayu di KPH Cepu, (3) menyusun suatu formula dalam penetapan jumlah volume kayu yang dapat ditebang berdasarkan besarnya gangguan hutan berupa pencurian kayu. Kelestarian hasil menuntut tingkat produksi yang konstan untuk intensitas pengelolaan tertentu, dimana pertumbuhan dan pemanenan harus seimbang (Simon, 1994). Nilai etat volume berdasarkan metode Burn ini didasarkan atas total volume tegakan persediaan dibagi dengan daur tanaman. Nilai etat volume sebelum dilakukan pengujian adalah sebesar 28.137 m 3 /th, dan setelah dilakukan pengujian jangka waktu penebangan sebesar 29.544,86 m 3 /th. Pengujian jangka waktu penebangan dilakukan sebanyak dua kali pengujian. Berdasarkan hasil pengujian jangka waktu penebangan, diketahui untuk memperoleh volume tebangan yang kurang lebih sama setiap tahun waktu yang dibutuhkan lebih dari satu daur (80 tahun). Sehingga dengan memperhatikan hal tersebut metode pengaturan hasil dengan menggunakan metode Burn memiliki prospek kelestarian yang rendah. Selain itu juga karena metode pengaturan hasil dengan metode Burn merupakan metode pengaturan hasil yang statis, maka etat volume yang dihasilkan setelah pengujian yaitu sebesar 29.544,86 m 3 /th berlaku untuk jangka sepuluh tahun ke depan. Nilai etat volume yang relatif tetap untuk jangka sepuluh tahun kedepan menandakan bahwa dengan model pengaturan hasil yang statis, tegakan hutan dianggap tidak mengalami perubahan. Metode pengaturan hasil
dengan mengunakan metode Burn tidak bisa merespon terhadap pencurian kayu yang terjadi. Kondisi tegakan hutan tanaman jati yang ada di KPH Cepu merupakan kondisi tegakan hutan yang terganggu. Luas total tegakan persediaan hasil risalah awal di KPH Cepu sebesar 23.170,35 Ha, lebih besar dari luas total tegakan persediaan hasil risalah sela sebesar 18.217,25 Ha, atau terjadi penurunan seluas 4.953,1 Ha (21,38%). Sedangkan volume total tegakan persediaan hasil risalah awal di KPH Cepu sebesar 2.168.048,27 m 3 lebih besar daripada volume total tegakan persediaan hasil risalah sela sebesar 1.422.351,71 m 3,atau terjadi penurunan sebesar 745.696,6 m 3 (34,39%). Penurunan potensi tegakan persediaan di KPH Cepu tidak terlepas dari terjadinya gangguan hutan berupa pencurian kayu. Gangguan hutan berupa pencurian kayu tidak bisa terlepas dari kondisi sosial ekonomi masyarakat desa sekitar hutan. Kondisi sosial ekonomi berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner diketahui mayoritas mata pencaharian responden di kedua desa contoh adalah sebagai petani. Begitu pula halnya dengan mayoritas tingkat pendidikan responden di kedua desa contoh adalah sekolah dasar. Jumlah angota keluarga responden untuk Desa Temengan rata-rata sebanyak tiga orang dan Desa Kemiri rata-rata sebanyak empat orang. Total responden dalam kategori miskin pada desa contoh di KPH Cepu adalah sebanyak 49 orang responden atau sebanyak 61,25 %. Sedangkan jumlah responden dalam kategori tidak miskin di KPH Cepu sebanyak 31 orang atau sebanyak 38,75 %. Kriteria kemiskinan yang digunakan adalah krteria Sajogyo yang didasarkan pada tingkat pengeluaran setara dengan harga beras setempat. Sehingga atas dasar tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat desa sekitar hutan khususnya di Desa Temengan dan Desa Kemiri masih tergolong cukup memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan jumlah responden yang tergolong miskin pada masing-masing desa contoh yang cukup besar. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang memprihatinkan mendorong masyarakat untuk memperbaiki kondisi sosial ekonominya. Salah satu cara yang paling mungkin adalah dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitarnya yaitu sumberdaya hutan. Hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat dengan sumberdaya hutan adalah dengan memanfaatkan kayu baik untuk keperluan pribadi atau dengan menjualnya. Rata-rata konsumsi kayu pertukangan untuk 40 responden pada Desa Temengan dan Desa Kemiri masing-masing sebesar 0,44 m 3 /kapita/th dan 0,35 m 3 /Kapita/th. Sedangkan rata-rata konsumsi kayu bakar untuk 40 responden pada Desa Temengan dan Desa Kemiri masing-masing sebesar 29,84 sm/th dan 10,61 sm/th. Harga kayu jati yang telah ditetapkan oleh pihak Perum Perhutani berkisar Rp 600.000,00 sampai Rp. 1.500.000,00 per m 3 sedangkan harga jual kayu bakar adalah Rp 22.000,00/sm. Mengingat sebagian besar responden pada desa contoh termasuk dalam kriteria miskin berdasarkan penggolongan kemiskinan menurut Sajogyo, maka hampir dipastikan sebagian besar responden memenuhi kebutuhan akan kayu bakar dan kayu pertukangan dengan mengambilnya langsung dari hutan (mencuri). Atas dasar tersebut perlunya memasukan variabel gangguan hutan berupa pencurian kayu dalam penentuan jumlah volume pohon yang ditebang setiap tahun. Untuk keperluan tersebut digunakan pendekatan sistem sebagai upaya penyusunan model pengaturan hasil yang memperhatikan seluruh
aspek khususnya aspek gangguan hutan yang disebabkan faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan. Model pengaturan hasil terdiri dari tujuh sub model yaitu sub model potensi tegakan, sub model luas areal berhutan, sub model pengaturan hasil, sub model dinamika penduduk, sub model keuangan perusahaan, sub model gangguan hutan, sub model jumlah pengangguran. Antara sub model satu dengan sub model lainnya saling mempengaruhi. Berdasarkan hasil penelitian Sumadi (2002), kewajaran model dan kelogisan model pengaturan hasil dapat dilihat dari besarnya etat pada hutan tidak terganggu. Hutan tanpa gangguan potensi tegakan akan mengalami kenaikan tiap tahunnya. Besarnya etat volume pada tegakan hutan yang tidak terganggu di KPH Cepu mengalami peningkatan. Evaluasi sensitivitas model pengaturan hasil untuk KPH Cepu menunjukan besarnya etat volume akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya persen pengangguran. Persen pengangguran yang meningkat berakibat pada semakin meningkatnya gangguan hutan berupa pencurian kayu. Sehingga model yang dihasilkan sesuai dengan pola yang diharapkan. Penggunaan model berfungsi untuk menerapkan model dalam skenarioskenario yang telah ditetapkan dalam rangka memberikan jawaban mengenai tujuan penelitian. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah Menyusun model pengaturan hasil yang mempertimbangkan aspek gangguan berupa pencurian kayu di KPH Cepu. Untuk memenuhi tujuan tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai etat volume yang dihasilkan berdasarkan formula yang disusun dengan nilai etat volume berdasarkan metode Burn. Penggunaan etat volume dinamis lebih sesuai dibanding dengan etat volume berdasarkan metode Burn karena mampu merespon penurunan potensi tegakan akibat gangguan hutan berupa pencurian kayu.
STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Oleh Fajar Munandar E.14102901 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Judul Penelitian Nama Mahasiswa : Studi Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan dengan Menggunakan Pendekatan Sistem di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah : Fajar Munandar Nomor Pokok : E.14102901 Menyetujui: Dosen Pembimbing Ir. Budi Kuncahyo, MS NIP : 131578798 Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP : 131430799 Tangal Lulus : 6 Oktober 2005
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 19 Oktober 1982, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari orang tua yang bernama Dedi Karyadinata dan Nani Muslia. Pada tahun 1987, penulis mulai masuk pendidikan di bangku Taman Kanak-kanak Tunas Kartika Cibinong, kemudian masuk Sekolah Dasar Negeri Cibinong 03 pada tahun 1988 dan lulus tahun 1994. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama negeri I Cibinong, lulus tahun 1997 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor sampai tahun 2000. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Manajemen Hutan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 sebagai mahasiswa pindahan dari Jurusan Manajemen Hutan Universitas Lampung. Pada semester ke lima penulis memilih Laboratorium Biometrika Hutan. Dalam rangka memperoleh gelas Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul : Studi Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan dengan Menggunakan Pendekatan Sistem di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dibawah bimbingan Ir. Budi Kuncahyo, MS.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Robbil alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta beserta adik-adikku (Senja dan Tria) atas segala kasih sayang yang telah diberikan. 2. Bapak Ir. Budi Kuncahyo, MS berserta keluarga atas nasehat, bimbingan, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ir.Sucahyo Sadiyo, MS dari Departemen Hasil Hutan dan Bapak Dr. Ir.Burhanudin Mahsyud, MS dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan selaku dosen penguji. 4. Pihak Perum Perhutani atas informasi dan data yang telah diberikan. 5. Dia, atas perhatian, kasih sayang, dan kesabarannya (far from the eyes close to the heart). 6. Sahabat-sahabat terbaikku Amy, Kiki, Puji, Mia, Tessy, Beller, Egil, Eki, Bodonk, Ucup, Uban, Wika. 7. Mas Agus Gepenk dan Mas Budi atas bantuannya dalam pengolahan data. 8. Teman-teman Manajemen Hutan 38 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walau demikian, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukan. Bogor, Oktober 2005 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Hipotesis Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Lestari... 3 Pengaturan Hasil... 5 Masyarakat Desa Sekitar Hutan... 6 Sistem, Model, dan Simulasi... 7 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu... 10 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu... 12 Bahan dan Alat... 12 Pengumpulan Data... 12 Analisis Data... 13 Penentuan Etat... 13 Pendekatan Sistem... 13 Formulasi model konseptual... 14 Spesifikasi model kuantitatif... 15 Evaluasi model... 15 Penggunaan Model... 15
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas... 16 Keadaan Lapangan dan Jenis Tanah... 16 Iklim... 17 Sosial Ekonomi Masyarakat... 18 Keadaan Umum Desa Contoh... 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Prospek Kelestarian... 20 Hutan Terganggu... 22 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sekitar Hutan... 23 Pendekatan Sistem... 27 Penyusunan Model... 27 Sub Model Potensi Tegakan... 28 Sub Model Pengaturan Hasil... 29 Sub Model Keuangan Perusahaan... 30 Sub Model Dinamika Penduduk... 32 Sub Model Luas Areal Berhutan... 33 Sub Model Gangguan Hutan... 34 Sub Model Jumlah Pengangguran... 35 Evaluasi model... 36 Mengevaluasi Kewajaran dan Kelogisan Model... 36 Analisis Sensitivitas Model... 36 Penggunaan Model... 37 Perbandingan Nilai Etat Volume... 38 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 41 Saran... 41 DAFTAR PUSTAKA... 42 LAMPIRAN... 44