BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah menyebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

KANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: SK.1321/AJ.401/DRJD/2005


Analisis Hubungan Kluster Industri dengan Penentuan Lokasi Pelabuhan: Studi Kasus Pantai Utara Pulau Jawa

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU JAWA-BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Fuzzy Node Combination untuk Menyelesaikan Masalah Pencarian Rute Terpendek. Studi Kasus : Antar Kota di Pulau Jawa

Jumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N

Lampiran Surat No : KL /BIII.1/1022/2017. Kepada Yth :

HASIL DAN PEMBAHASAN

MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO.

Info Siaga Sapta Taruna Ditjen. Bina Marga - Kementerian PUPR, 2 September 2017, pukul WIB

Porong Gempol (Relokasi) PT. Jasa Marga. Gempol. Pemerintah - China. Panjang (km) 36,27 40,50 122,55 9,89 13,61 38,48 34,15 31,30 171,80 29,17

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

4 KINERJA PDAM Kantor BPPSPAM

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH

SATKER PELAKSANAAN JALAN WILAYAH II

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 51/Menhut-II/2009 TENTANG

UPAH MINIMUM TAHUN 2005 PROPINSI KABUPATEN - KOTAMADYA DI INDONESIA No Propinsi Kabupaten / Kotamadya Sektor Industri Upah Minimum 2005 (Rp)

P E N G A N T A R. Jakarta, Maret 2017 Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2018 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2018

Rilis PUPR #1. 2 Juni 2018 SP.BIRKOM/VI/2018/263

GERHANA MATAHARI CINCIN 1 SEPTEMBER 2016

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

C. REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN)

LAPORAN KEGIATAN PENYUSUNAN PETA ARUS MUDIK RRI TAHUN 2014

Lampiran 1 Nomor : 7569 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

2011, Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara R

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1361/AJ.106/DRJD/2003

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk

Struktur Organisasi Dinas Kimrum

TATA CARA PELAKSANAAN DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL YANG DIBIAYAI OLEH SADAN USAHA

LAMPIRAN XV PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2011 NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JUMLAH

P E N U T U P P E N U T U P

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PULAU JAWA-BALI

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMK KABUPATEN/KOTA

PENENTUAN TARGET INVESTASI TAHUN MENUJU JATENG LADANG INVESTASI PENGEMBANGAN DAERAH (BAPPEDA) SALATIGA, 19 DESEMBER 2017

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA

WILAYAH KERJA KANTOR PUSAT DAN KANTOR BANK INDONESIA. No Nama Kantor Alamat Kantor Wilayah Kerja

UPDATE HASIL MONITORING EL NINO DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN AGUSTUS DESEMBER 2015

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PROPOSAL PROGRAM BRANDING DAN PLACEMENT MUDIK LEBARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAMPIRAN XVII PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

Semarang Demak. Pemalang (K) Batang. Jawa Tengah. Yogyakarta DIY. Porong Gempol (Relokasi) Surabaya - Mojokerto. Gempol. Pasuruan. PT.

RINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. 2018

PT.GUNUNGMAS ANDIKARYA

BAB IV GAMBARAN UMUM

WILAYAH KERJA KANTOR PUSAT DAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DALAM PELAKSANAAN PENITIPAN SEMENTARA SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

Nomor : 04521/B5/LL/ Maret 2018 Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Permohonan ijin

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

KAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ALOKASI TRANSFER KE DAERAH (DBH dan DAU) Tahun Anggaran 2012 No Kabupaten/Kota/Provinsi Jenis Jumlah 1 Kab. Bangka DBH Pajak 28,494,882, Kab.

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

PENGUMUMAN Penerimaan Program Sarjana Membangun Desa (SMD) Tahun 2011

WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Arahan Transport Demand Management dalam Pergerakan Transportasi Regional Kabupaten Gresik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

DAFTAR SATUAN KERJA TUGAS PEMBANTUAN DAN DEKONSENTRASI TAHUN 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2332/AJ.201/DRJD/2008 TENTANG


JURISDICTION OF BANK INDONESIA HEAD OFFICE AND BANK INDONESIA OFFICE (KBI)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016


PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah menyebabkan bertambahnya juga pergerakan orang dan barang pada wilayah tersebut. Dengan bertambahnya pergerakan, hal ini dapat menimbulkan masalah dalam bidang transportasi. Di lain sisi pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sistem transportasi yang ada. Hubungan antara simpul-simpul kegiatan tidak akan terjadi bila tidak difasilitasi oleh sarana dan prasarana transportasi. Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat penting dan strategis dalam konteks pembangunan di daerah. Dalam fungsinya sebagai promoting sector dan servicing sector, transportasi telah memegang peranan yang besar sebagai urat nadi perekonomian. Pembangunan sektor ini dimaksudkan untuk menggerakkan berbagai potensi daerah, pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang lebih baik dan menjangkau berbagai wilayah terutama di daerah pedesaan. Penyelenggaraan sistem transportasi harus diwujudkan sesuai dengan tujuan dari Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), yakni untuk mewujudkan suatu sistem transportasi yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman, efisien serta ramah lingkungan. Sasaran utama pembangunan sektor transportasi di suatu wilayah adalah untuk terwujudnya pemerataan pembangunan wilayah, terutama wilayah-wilayah yang merupakan kantong-kantong produksi dengan daerah pemasarannya. Peningkatan prasarana dan sarana transportasi bertujuan untuk menghubungkan antara sentra produksi yang tersebar letaknya dengan sentra-sentra yang bersifat transito, membuka kesempatan kerja, membuka dan meningkatkan arus perhubungan antara desa dengan kota, dan 1

sebagainya. Pembangunan sektor transportasi juga merupakan sektor yang diprioritaskan karena pada sektor ini memegang peranan yang penting untuk mendorong investasi baik untuk sektor pendidikan, pariwisata, pertanian, industri, maupun sektor jasa dan perdagangan. Rencana Pemerintah untuk membangun jalan tol Semarang-Solo dapat menjadi alternatif pemecahan salah satu permasalahan transportasi di Propinsi Jawa Tengah saat ini, yakni tidak efektif dan efisiennya jalur transportasi Semarang-Solo. Proyeksi pencapaian peran dan dukungan yang nantinya akan diberikan oleh jalan tol Semarang- Solo dapat didekati dari tujuan pembangunan jalan itu sendiri yaitu: a. Jalan tol Semarang-Solo harus berperan sebagai jalur alternatif untuk mendukung jaringan jalan yang ada sekarang yang menghubungkan dua kota besar yaitu Semarang dan Surakarta. Dengan demikian fungsi dan peran tersebut dapat mendorong berkembangnya sektor perdagangan dan jasa, industri, pertanian, perkebunan kawasan yang dilalui oleh jalur jalan ini dan kawasan regional Jawa Tengah sehingga dapat meningkatkan PDRB Propinsi Jawa Tengah dan ekspor non-migas dan pendapatan perkapita penduduk Propinsi Jawa Tengah. b. Jalan tol Semarang-Solo harus dapat berperan sebagai jaringan distribusi pariwisata bagi daerah dan wilayah di sekitarnya yang potensial sebagai obyek pariwisata regional. Sehingga hal ini akan memberikan konsekuensi logis untuk menyediakan dan atau meningkatkan fasilitas penunjang sektor pariwisata tersebut, seperti perhotelan, transportasi, restoran, dan lain-lain. c. Jalan tol Semarang-Solo harus dapat mendukung pengembangan ekonomi wilayah dan daerah penyangga. Di sini jalan tol Semarang-Solo akan berperan sebagai alternatif jaringan distribusi dan ekspor hasil produksi sektor pertanian, 2

perkebunan, kehutanan, industri, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari wilayah tarikannya melalui Pelabuhan Tanjung Mas. d. Jalan tol Semarang-Solo harus dapat menjadi salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di wilayah Propinsi Jawa Tengah guna memacu pertumbuhan ekonomi regional. Sejauh mana potensi jalan tol Semarang-Solo dalam usaha untuk mengatasi permasalahan transportasi dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional dan regional Jawa Tengah. 1.2 Lokasi penelitian Kondisi eksisting jalan yang menghubungkan antara Kota Semarang dan Kota Surakarta sendiri sebenarnya tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan transportasi saat ini dan mengantisipasi perkembangan transportasi dimasa mendatang, dimana antara jalur Semarang-Solo jalan arteri hanya dari Kota Semarang sampai Kota Salatiga,dan Kabupaten Boyolali sampai Kota Surakarta, dari Kota Salatiga sampai Kabupaten Boyolali hanya berupa jalan kolektor. Sedangkan jalur Semarang-Solo ditetapkan sebagai lintasan strategis dalam tataran transportasi nasional. Jalan tol Semarang-Solo direncanakan menghubungkan Kota Semarang dengan Kota Surakarta dengan melewati wilayah Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo. Jalan ini diproyeksikan dapat memberikan dukungan bagi pengembangan ekonomi kawasan kerjasama Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten). Bagi Pemerintah, jalan tol Semarang-Solo nantinya akan digunakan untuk menghubungkan koridor tol Cikampek-Solo yang berakhir di Kabupaten Demak, dengan jalan tol koridor Yogyakarta-Solo-Surabaya. 3

JORR (SeksiE2, E3, N (19,2 km)) JORR 2 (157 km) Dawuan-Palimanan (24,5 km) JORR (Seksi W1 (9,8 km)) Bogor Ring Road (10,5 km) Subang-Dawuan (52,5 km) Waru (Aloha)-Tj. Perak (18,4 km) Semarang-Batang (75 km) Ciawi-Sukabumi (54 km) Solo-Mantingan (58 km) SS Waru -Tj. Perak (13,5 km) Cikampek-Subang (37 km) Merak JAKARTA Serang Tangerang Pandeglang Cikampek Bekasi Labuhan Jatibarang Purwakarta Subang Bogor Ciawi Padalarang Cianjur Sumedang Sukabumi Bandung Garut Tasikmalaya Sindangbarang Sukabumi-Ciranjang (31 km) Ciranjang-Padalarang (33 km) Semarang-Bawen (22 km) Kertosono-Mojokerto (38 km) Pasuruan-Probolinggo (40 km) Cirebon-Pejagan (34 km) Semarang-Demak (58 km) Mojokerto-Surabaya (37 km) Pejagan-Pemalang (56 km) Cirebon Pejagan Semarang Pemalang Kudus Batang Demak Kuningan Purwokerto Wonosobo Cilacap Kebumen Yogjakarta Pemalang-Batang (35 km) Surakarta Wonogiri Pacitan Ponorogo Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Pamekasan Pamekasan Bojonegoro Sampang Surabaya Ngawi Caruban Mojokerto Pasuruan Madiun Kertosono Gempol Probolinggo Pandaan Kalianget Panarukan Bondowoso Bajulmati Malang Banyuwangi Cikampek-Padalarang (52 km) Yogja-Solo (45 km) Cileunyi-Sumedang-Dawuan Thp I (25 km) Ngawi-Kertosono (84 km) Gempol- Pandaan (14 km) Bawen-Solo (58 km) Pandaan-Malang (30 km) Gempol- Pasuruan (32 km) Probolinggo-Banyuwngi 156 km) Gambar 1.1. Trans Java Highway Network sepanjang 1000 km di Pulau Jawa Sumber: PT (Persero) Jasa Marga, 2005 4

1.3 Maksud dan tujuan 1.3.1 Maksud Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap responden (anggota masyarakat) terhadap rencana pemerintah membangun jalan tol Semarang-Solo. Analisa Stated Preference dilakukan untuk mengetahui persepsi dari masyarakat pengguna jalur reguler Semarang-Solo apakah mau beralih menggunakan jalan tol Semarang-Solo apabila nanti selesai dibangun. 1.3.2 Tujuan Adapun tujuan dari dilakukannya studi Taksiran tarif tol dan tingkat efektivitas kebijakan pemerintah dengan menggunakan teknik pilihan pernyataan (Stated Preference Technique) ini adalah: 1. Mendapatkan variabel-variabel perjalanan yang mempengaruhi tingkat keinginan masyarakat untuk beralih dari menggunakan jalan arteri ke menggunakan jalan tol Semarang-Solo. 2. Mendapatkan model probabilitas yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi besar dan pola permintaan perjalanan masyarakat yang akan menggunakan jalan tol Semarang-Solo. 3. Mendapatkan perkiraan kelayakan ekonomi jalan tol Semarang-Solo. 4. Mendapatkan perkiraan kelayakan finansial jalan tol Semarang-Solo. 1.4 Lingkup dan batasan studi 1.4.1 Lingkup wilayah Lingkup wilayah pengambilan preferensi responden adalah di wilayah Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kota Surakarta. 1.4.2 Lingkup waktu kegiatan studi Kegiatan studi ini dilaksanakan selama enam bulan kalender. 5

1.4.3 Lingkup kegiatan studi 1. Pengumpulan data dan informasi mencakup: a. Data sektor transportasi meliputi data primer berupa data survei preferensi masyarakat. Data sekunder meliputi data Origin Destination Survey (OD Survey), rencana jalur jalan tol Semarang-Solo, jaringan transportasi, moda unggulan, keunggulan komparatif sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah. b. Data sosio ekonomi sektor lain, kebijakan dan perencanaan lingkup nasional dan propinsi yang terkait. 2 Identifikasi masalah mencakup: a Identifikasi terhadap pandangan/preferensi masyarakat terhadap keadaan transportasi antarkota Semarang-Solo pada saat ini. Identifikasi ini melingkupi rencana pengembangan wilayah (sesuai RTRW), jaringan sarana dan prasarana transportasi yang ada sekarang, jaringan pelayanan, outlet. b Identifikasi terhadap pandangan/sikap masyarakat apabila rencana pembangunan jalan tol Semarang-Solo dilaksanakan. 3 Proyeksi kondisi yang akan datang mencakup: a Analisa perilaku masyarakat dalam pemilihan rute perjalanan. b Analisa perkiraan besar tarif tol untuk efektivitas kebijakan dari pengembangan transportasi antarkota Semarang-Solo. c Analisa tingkat efektivitas pelayanan jalan tol Semarang-Solo sebagai pendukung Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) dan sistem transportasi regional Jawa Tengah. 6

1.4.4 Batasan penelitian 1. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kota Surakarta. 2. Subyek penelitian ditujukan kepada pengendara kendaraan roda empat untuk tujuan pribadi, pengendara kendaraan roda empat untuk tujuan komersial/niaga. 3. Penghitungan biaya operasi kendaraan (BOK) menggunakan metode yang dikembangkan oleh PT (Persero) Jasa Marga bekerjasama dengan LAPI ITB (1997) untuk jenis jalan antarkota (toll road). 4. Actual cost dan waktu tempuh perjalanan mobil pribadi, bus, dan truk diperoleh dengan survei pendahuluan. 5. Analisa Stated Preference dilakukan untuk mengetahui persepsi dari masyarakat pengguna kendaraan pribadi, pengguna kendaraan komersial/niaga ke jalur alternatif tol Semarang-Solo jika dapat menghemat biaya operasi kendaraan dan waktu tempuh perjalanan. 6. Metode untuk mengetahui respon individu pada teknik Stated Preference adalah metode pilihan rating dan pengolahan data menggunakan metode regresi linier dengan program komputer Microsoft Office Excel 2003. 7. Model pemilihan jalur alternatif yang digunakan adalah model logit binomial selisih. 1.5 Keluaran yang diharapkan Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan studi ini adalah: 1 Hasil penilaian perilaku masyarakat dalam memilih rute perjalanan. 2 Model probabilitas pemilihan jalan tol Semarang-Solo. 3 Taksiran tarif tol jalan tol Semarang-Solo. 4 Hasil penilaian tingkat efektivitas pelayanan jalan tol Semarang-Solo. 7

1.6 Sistematika penulisan Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Pendahuluan Studi pustaka Metodologi Pengumpulan dan presentasi data Analisa Kesimpulan dan saran 8