LOKASI SARANG LABA-LABA ARANEIDAE DI PERKEBUNAN KOPI KAMPUNG UMAH BESI KECAMATAN GAJAH PUTIH KABUPATEN BENER MERIAH

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN LABA-LABA ( Arachnida ) PADA KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota, berupa kawasan

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

BAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Primak et al, tahun 1998 bahwa Indonesia merupakan daerah yang

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KERAGAMAN SPECIES SEMUT PADA EKOSISTEM TERGANGGU DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

I. PENDAHULUAN. adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

Transkripsi:

LOKASI SARANG LABA-LABA ARANEIDAE DI PERKEBUNAN KOPI KAMPUNG UMAH BESI KECAMATAN GAJAH PUTIH KABUPATEN BENER MERIAH Khairun Nisa 1*, M.Ali.S 2, Ismul Huda 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. Email: Khairunnisaica36@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang Lokasi Sarang Laba-laba Kebun Pemintal Sarang Berbentuk lingkaran (Araneidae) di perkebunan Kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah, telah dilakukan pada bulan November 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi sarang spesies laba-laba Araneidae di perkebunan kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan data yang digunakan sesuai dengan data yang ada di lapangan. Penelitian dilakukan dengan mengunakan metode purposive sampling, menetapkan 5 stasiun yaitu stasiun I kebun kopi yang berdekatan dengan sungai, stasiun kedua II kebun kopi yang berdekatan dengan jalan, stasiun ke III kebun kopi yang berdekatan dengan tanaman palawija, stasiun ke IV kebun kopi yang berdekatan dengan kebun cokelat, dan stasiun ke V kebun kopi yang berdekatan dengan rumah penduduk. Pada kelima stasiun ditetapkan area pengamatan masing-masing luas areanya 1 hektar. Pengamatan dilakukan pada 4 titik pengamatan masing-masing stasiun yaitu titik pengamatan kawasan pohon kopi, titik pengamatan kawasan pohon pisang, titik pengamatan kawasan pohon petai dan titik pengamatan kawasan pohon nangka. Hasil penelitian lokasi bersarang laba-laba ratarata ketinggian pembentukan sarang dari permukaan tanah berkisar antra 50-230 Cm. Letaknya berada di ujung batang, di tengah batang, dan diantara dahan dengan pohon. Simpulan penelitian ini Sarang laba-laba paling dominan ditemukan pada ketinggian 50 cm sampai 170 cm dari permukaan tanah, dan terendah pada ketinggian 171 cm sampai dengan 230 cm. Laba-laba banyak meletakan sarang di bagian antara dahan dengan pohon lain dari pada bagian ujung pohon dan tengah pohon. Kata kunci : lokasi sarang laba-laba, perkebunan kopi PENDAHULUAN Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia tersebar luas di berbagai tipe ekosistem mulai dari ekosistem daratan sampai ekosistem perairan (Iyai, 2006). Dalam suatu ekosistem masing-masing organisme memainkan peran penting sehingga kestabilan dan keseimbangan ekologi terjaga (Borror, 1992). Kestabilan ekosistem ini sangat ditentukan oleh keragaman hayati. Salah satu keanekaragaman hayati yang memegang peran penting dalam keseimbangan ekologi adalah Arthropoda (Soedijo, 2015). Keanekaragaman Arthropoda menentukan kestabilan ekosistem, 15

yaitu kestabilan populasi antara Arthropoda yang merusak tanaman atau hama dengan musuh alaminya, yang mengakibatkan kerusakan tanaman berkurang (Untung, 2006). Pada perkebunan, kehadiran Arthropoda sebagai salah satu agen hayati memiliki peranan antara lain sebagai perombak bahan organik, penyerbuk pada tanaman, musuh alami hama dan sebagai bagian dari rantai makanan organisme yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia (Untung k, & Sudomo, 1997).Salah satu Arthropoda yang berguna dan penting sebagai predator hama yaitu laba-laba (Borror, 1992). Borror (1992) menyatakan Laba-laba merupakan salah satu anggota filum Arthropoda yang memiliki adaptasi tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan, sehingga hewan ini banyak terdapat di berbagai tipe habitat. Semua laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae, yang terdiri dari berbagai familia. Salah satu familia laba-laba yang dijadikan sebagai bahan penelitian adalah familia Araneidae (Laba-laba Kebun) karena laba-laba familia Araneidae memiliki morfologinya yang mudah diamati dengan ukuran tubuh yang besar, warna kaki yang jelas dan memiliki sarang yang tetap berbentuk lingkaran. Laba-laba adalah salah satu hewan pemangsa yang merupakan golongan mahluk hidup yang memegang peranan penting sebagai pengendali kehidupan organisme pada tanaman dengan cara memakan banyak hama sebagai mangsanya (Wirjosuharjo, 2011). Masing masing spesies laba-laba memiliki waktu aktif dan spesies mangsa yang berbeda, sehingga sangat penting untuk mengelola keanekaragamanspesiesnya (Suana, 2013). Laba-laba memainkan peran penting dalam keseimbangan alam, karena peranannya sebagai musuh alami dapat membantu dalam menjaga kestabilan jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem pertanian (Pradhana, 2014). Keberadaan laba-laba pada ekosistem perkebunan dapat membantu mengendalikan hama serangga secara alami (Aswad, 2014). Banyaknya jumlah laba-laba sebagai musuh alami hama sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil perkebunan. Suana (2013) melakukan penelitian tentang keanekaragaman laba-laba pada perkebunan Jambu Mete di Lombok Utara Provinsi Nusatengara Barat dan menemukan 19 spesies laba-laba. Selanjutnya Kurniawan (2014) melakukan penelitian tentang eksplorasi laba-laba (Araneae) di Sungai Ambang dan menemukan 12 spesies laba-laba. Aswad (2014) melakukan penelitian tentang komunitas laba-laba di kawasan Taman Nasional Bugani Nani Wartabune Sulawesi Utara dan ditemukan sebayak 59 spesies laba-laba. Soedijo (2015) melakukan penelitian tentang keanekaragaman Arthropoda labalaba pada persawahan tandah hujan di kalimatan selatan dan ditemukan 6 spesies laba-laba. Widya (2013) melakukan penelitian tentang keanekaragaman laba-laba ordo Araneae pada ekosistem alami dan 16

ekosistem buatan di Aceh menemukan 11 spesies laba-laba. Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak kawasan perkebunan (Hasan, 2015). Kawasan perkebunan di provinsi Aceh mencapai 6,069.000 ha dan 105.000 ha diantaranya berada di kawasan Kabupaten Bener Meriah (Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2013). Kabupaten Bener Meriah merupakan daerah yang potensial dan subur untuk pengembangan pertanian dan tanaman pangan. Berbagai komoditi seperti kacang tanah, wortel, bawang, cabe, coklat, vanila, kentang, tanaman holtikular dan kopi merupakan komiditi yang banyak dibudidayakan masyarakat baik secara perorangan maupun kelompokkelompok usaha tani. Kopi merupakan Komoditi unggulan Kabupaten Bener Meriah. Sampai saat ini luas kebun kopi di Kabupaten Bener Meriah mencapai ± 39.000 ha (Burhanudin, 2016). Karena luasnya lahan kopi di kabupaten ini, mayoritas dari masyarakat Bener Meriah berprofesi sebagai petani kopi (Hammaddin, 2015). Petani kopi di Kabupaten Bener Meriah berjumlah ±21.500 keluarga atau mencapai 84.000 jiwa. Berdasarkan informasi tersebut diketahui sekitar 75% dari penduduk Kabupaten Bener Meriah menggantungkan hidup mereka pada hasil kebun kopi (Burhanudin, 2016). Perkebunan kopi dapat dijumpai beberapa jenis fauna yang melimpah.beberapa penelitian tentang keragaman fauna di perkebunan kopi telah dilakukan di Indonesia. Sari (2014) melakukan penelitian tentang struktur komunitas serangga pada kebun kopi di Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang dan menemukan 15 spesies serangga. Agung (2014) melakukan penelitian tentang struktur dan komposisi komunitas serangga predator yang berpotensi sebagai pengendali hayati di perkebunan kopi Desa Bangelan Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang dan menemukan 17 spesies serangga predator di perkebunan kopi. Selanjutnya Kusuma (2014) melakukan penelitian tentang keanekaragaman,kemerataan,kekayan, kemelimpahan dan indeks nilai penting artropoda tanah pada lahan perkebunan kopi di Kecamatan Wono Sari Kabupaten Malang dan menemukan 23 spesies Arthropoda tanah. Penelitian sebelumnya lebih banyak dilakukan di Pulau Jawa dan masih sedikit di Pulau Sumatera terutama di Provinsi Aceh dan Kabupaten Bener Meriah. Belum banyak terungkap keanekaragaman faunanya termasuk diantaranya keanekaragaman jenis laba-laba. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kamal (2013) dikawasan perkebunan kopi Bener Meriah tentang keanekaragaman burung dan didapatkan hasil yang cukup beragam. Penulis mengasumsikan bahwa jenis laba-laba juga akan beragam pada perkebunan kopi Bener Meriah. Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti diperkebunan kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah, 17

ditemukan beberapa spesies laba-laba yang meletakan sarangnya pada beberapa pohon seperti pohon kopi, pohon petai, pohon pisang, dan lainlain. Laba-laba tersebut meletakan lokasi sarangnya pada ketinggian yang berbeda-beda di setiap pohon. Karena kurangnya penelitian tentang jenis laba-laba di Kabupaten Bener Meriah, penulis merasa perlu di lakukannya penelitian tentang lokasi sarang laba-laba untuk dapat dilaporkan secara ilmiah tentang keanekaragaman jenis laba-laba di perkebunan kopi Bener Meriah. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Identifikasi lokasi sarang laba-laba Kebun Pemintal Sarang Berbentuk Lingkaran (Araneidae) diperkebunan Kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kopi penduduk kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, meteran, kaca pembesar, alat tulis, tabel observasi dan buku identifikasi.. Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies laba-laba Araneidae dan lokasi sarangnya yang terdapat di perkebunan kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener meriah. Teknik Pengumpulan Data Data diambil dari 5 stasiun pengamatan yang terdapat di perkebunan kopi Kampung Umah Besi. Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang posisi bersarang (letak dan ketinggian sarang), dan pemilihan pohon peletakan sarang dengan melakukan oservasi langsung di lokasi penelitian perkebunan kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah. Analisis Data Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan tabel dan gambar. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Jumlah Spesies Laba-Laba Pada Kebun Kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Berdasarkan hasil penelitian identifikasi spesies dan lokasi sarang laba laba (Araneidae) diperkebunan kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah, terlihat adanya perbedaan letak sarang dan ketinggian posisi sarang 18

1. Jumlah Spesies Laba-Laba (Araneidae) berdasarkan Peletakan Sarang. Berdasarkan letak sarang jumlah spesies laba-laba di Kebun Kopi Kampung Umah besi, Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah disajikan pada Tabel. 1 Tabel 1. Jumlah Spesies Laba-Laba ( Araneidae) Berdasarkan Letak Sarang Jumlah individu Laba-laba berdasarkan letak sarang Ujung Tengah di antara dahan No Jenis Laba-laba dengan pohon 1 Argiope aurantia 13 6 11 2 Nephila maculata 9 15 33 3 Nephila kuhlii argyrodes 3 6 4 4 Nephila kuhlii doleschall 5 0 3 5 Nephilla pilipes maculata 4 1 7 Jumlah 34 28 58 Berdasarkan Tabel 1. Jumlah laba-laba berdasarkan letak sarang terlihat ditemukan diujung batang, di tengah batang dan diantara dahan degan pohon. Kelima spesies laba-laba yang ditemukan meletakang sarang paling banyak diantara dahan dengan pohon lain. Berdasarkan Tabel 1 5 spesies laba-laba (Araneidae ) yang telah diamati lebih banyak ditemukan meletakan sarang pada bagian antara dahan dengan pohon dibandingkan dengan ujung dan tengah batang. karena dibagian antara dahan dengan pohon dapat tehindar dari sinar matahari langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat kurniawan dkk (2014) yang menyatakan laba-laba cenderung membuat jaring dilokasi yang terhindar dari sinar matahari langsung, Pendapat ini didukung oleh Foelix (1996) bahwa intensitas cahaya optimal laba-laba untuk membangun jaring ada kisaran 200-1200 lux. Peletakan sarang oleh laba-laba (Araneidae ) paling sedikit ditemukan pada ujung dahan. Peletakan sarang dari 5 spesies laba-laba (Araneidae) yang telah di amati spesies yang paling banyak di temukan yaitu Nephila maculata. Karena spesies Nephila maculata memiliki sarang yang paling besar, paling kuat sehingga sarang tidak mu 2. Jumlah Spesies Laba-Laba (Araneidae ) berdasarkan Ketinggian Sarang Jumlah spesies laba-laba Araneidae berdasarkan ketinggian sarang di Kebun Kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah seperti pada Tabel 2. 19

Tabel 2. Jumlah Spesies Laba-laba (Araneidae) di Kebun Kopi Kampung Umah Besi Berdasarkan Ketinggian Sarang Jumlah Laba-Laba Pada Ketinggian Sarang No Jenis Laba-Laba 50 cm s/d 170 cm 171 cm s/d 230 cm 1 Argiope aurantia 30 6 2 Nephila kuhlii argyrodes 31 24 3 Nephila kuhlii doleschall 13 2 4 Nephila maculata 4 3 5 Nephila pilipes maculata 2 4 Jumlah 80 39 Berdasarkan Tabel 2 Jumlah Jenis Laba-laba ( Araneidae) di Kebun kopi Kampung Umah Besi berdasarkan ketinggian sarang diperoleh 5 spesies laba-laba dengan peletakan sarang rata-rata ketinggian pembentukan sarang dari permukaan tanah berkisar antara 50 cm sampai 230 cm. Ketinggian sarang laba-laba (Araneidae) dari kedua rang ketinggian yang terdiri dari 4 kawasan pohon yang berbeda, laba-laba (Araneidae) pada perkebunan kopi Kampung Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah pada ketinggian 50 cm sampai 150 cm ditemukan 80 individu laba-laba dari 5 spesies yang telah diamati sedangkan pada ketinggian 151 cm sampai dengan 230 cm ditemukan hanya 36 individu laba-laba dari 5 spesies yang telah diamati di lima stasiun pengamatan. Terlihat bahwa semakin naiknya ketinggian suatu tempat maka jumlah spesies suatu makluh hidup itu akan semakin berkurang, Hal ini sesuai dengan pendapat Sutar (2012) menyatakan kemelimpahan invertebrata akan menurun seiring dengan naiknya ketinggian. Sebagai contoh, semut, laba-laba dan rayap hampir tidak ditemukan pada daerah yang tinggi, Ketinggian suatu lokasi akan berdampak pada kondisi klimak. KESIMPULAN Kesimpulan Penelitian adalah sebagai berikut 1. Sarang Laba-Laba paling dominan ditemukan pada ketinggian 50 cm sampai 170 cm dari permukaan tanah, sedangkan terendah pad ketinggian 171 cm sampai dengan 230 cm. 20

2. Laba-laba (Araneidae) banyak meletakan sarang di bagian antara dahan dengan pohon lain dari pada bagian ujung batang dan tengah batang. DAFTAR PUSTAKA Agun g, Sandy Ayu Puri., Ibrohim., dan H.Tuarita. (2014). Struktur & Komposisi Komunitas Serangga Predator yang Berpotensi Sebagai Agen Pengendali Hayati di Perkebunan Kopi Desa Bangelan Kecamatan Wonosari. Aswad, Muh., Roni Koneri., Saroyo., Paeluhutan Siahaan. (2014). Komunitas Laba-Laba (Arachnida : Araneae) Pada Lahan Perkebunan di Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Sulawesi Utara. Jurnal Mipa Unsrat, III. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. (2013). Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013. Menyediakan Informasi Untuk Masa Depan Petani yang Lebih Baik. Banda Aceh. Borror,Donald., Charles Triplehon., & N. J. (1992). Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Burhanudin, M. (2016, July). Ekonomi, Kopi Gayo, Warisan yang menghidupi. Kompas. Hammaddin. (2015). Visiklopedia Jonior Bumi Gajah Putih, Lintas Sejarah, Budaya dan Alam Lingkungan Dataran Tinggi Tanoh Gayo Wilayah Kabupaten Bener Meriah Menguak Mutiara yang Terpendam. Lampahan: Gayo Discover. Hasan. (2015). Laporan Khusus Bener Meriah. Tabungun Aceh Mitra Menuju Aceh Yang Islami,maju, Damai Dan Sejahtera. Iyai, Deny Anjelius., F. pattiselano. (2006). Diversity and Ecology of Varanus Indicus in Pepaya Island at Teluk Cenderawasih National Park, West Irian Jaya. Jurnal Biodiversitas. Kamal, Samsul., NursalmiMahdi & Nisfula senja.(2013). Keanekaragaaman Jenis Burung Pada Perkebunan Kopi Di Kecamatan Bener Kelipah kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Jurnal Biotik. I (2). Kurniawan, Cahyadi., Tri Rima Setyawati., & Ari. Hepi. Yanti. (2014). Eksprorasi Laba-Laba (Araneae) di Hutan Sebelah Darat Desa Lingga Kecamatan Suagai Ambawang. Jurnal Protobiont, 3. Kusuma, Risca Dwi., Fatchur Rahman, A.D. (2014). Struktur dan Komposisi Komunitas Artropoda Tanah di Lahan Perkebunan Kopi (Coffea Spp). DiKecamatan Wonosari Kabupaten Malang. Jurnal Biologi. Pradhana, Ardian iman., Gatot Mudjiono & Sri Karindah. (2014). Keanekaragaman Serangga dan Laba-laba pada Pertanaman Padi Organik dan Konvesional. Jurnal HPT, 2. Sari, Rini Apriani., A. Karim Gaffar. (2014). Struktur Komunitas Serangga Predator yang Berpotensi pada Perkebunan Kopi (Coffea robusta ) di Desa Belimbing Kecamatan Muara Pinang Sumatra Selatan. Jurnal, XI. Soedijo, Samharinto., & M.Indar 21

Pramudi. (2015). Keanekaragaman Arthropoda Laba-Laba pada Persawahan Tandah Hujan di Kalimatan Selatan. Jurnal Prosemnas Biodiv Indonesia, 1. Suana, wayang., & Hery Haryanto. (2013). Keanekaragaman Laba-laba dan Potensinya Sebagai Musush Alami Hama Tanaman Jambu Mete. Jurnal Entomology Indonesia, x. Untung K. (2006). Pengantar Pengolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Entomologi. Widya, D. (2013). Keanekaragaman Laba- Laba Ordo Aranea Pada Ekosistem Alami di Gampong Daeh Mamplam Leupung dan Ekosistem Buatan di Gampong Lamcot Montasik Kabupaten Aceh Besar. Banda Aceh. Wirjosuharjo, S. (2011). Serangga, Laba- Laba dan Pantogen yang Membantu. Jakarta selatan: Badan pengembalian Hama Terpadu. Untung K, & Sudomo. (1997). Pengelolaan Serangga Secara Berkelanjutan. Bandung: Simposium 22