Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

dokumen-dokumen yang mirip
Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

PENGEMBANGAN FASILITAS KAWASAN TERPADU PELABUHAN SIKAKAP KABUPATEN MENTAWAI SUMATERA BARAT

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Sonit, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Desa Lumbi Lumbia, Kecamatan Buko Selatan, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

Analisis Penentuan Debit dan Muka Air Rencana Bagi Perencanaan Dermaga dan Alur Pelayaran Batubara di Sungai Eilanden, Papua

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

PELABUHAN CPO DI LUBUK GAUNG

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 dalam Rangka. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa, Sulawesi Tenggara

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Tambelan, Provinsi Kepulauan Riau

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3.2. SURVEY PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Oleh: Yulia Islamia

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN PERINTIS WINDESI KAB. KEPULAUAN YAPEN, PAPUA

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

BAB III DATA DAN ANALISA

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SORONG DI KOTA SORONG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

FAKTOR PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PELABUHAN PENYEBERANGAN ULEE LHEUE

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI III-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tahap Persiapan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

: Jl Raya Pelabuhan Merak, Gerem, Pulo Merak Cilegon-Banten. Kode Pos : Telp : (0254) , ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

KAJIAN BEBERAPA ALTERNATIF LAYOUT BREAKWATER DESA SUMBER ANYAR PROBOLINGGO

Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

Optimasi Pelabuhan di Perairan Cirebon sebagai Alternatif Pengganti Pelabuhan Cilamaya

7 KAPASITAS FASILITAS

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

Transkripsi:

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang MUHAMMAD RIDHO YUWANDA, YATI MULIATI SADLI NURDIN, FACHRUL MADRAPRIYA Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung e-mail: wakmengg@gmail.com ABSTRAK Seiring dengan perkembangan perekonomian di wilayah Batu Panjang, fasilitas pelabuhan yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan mobilitas pengunjung yang datang dari Kota Dumai menuju Pelabuhan Batu Panjang yang setiap tahunnya meningkat. Selain itu, kondisi Pelabuhan Batu Panjang yang merupakan pelabuhan tradisional tidak memadai untuk menampung kapal-kapal yang berkapasitas besar untuk bersandar. Pelabuhan Batu Panjang perlu dilakukan pengembangan pada fasilitas darat maupun fasilitas laut sesuai dengan prediksi kebutuhan dimasa yang akan datang.perencanaan pada dermaga Pelabuhan Batu Panjang menggunakan dermaga tipe T sesuai untuk kapal rencana penumpang maupun barang hasil perkebunan. Kapal penumpang rencana menggunakan armada eksisting yaitu Dumai Ekspress, sedangkan untuk kapal barang menggunakan jenis kapal General Cargo berkapasitas 1.000 DWT dengan jam operasional pelabuhan selama 12 jam. Kedalaman alur pelayaran adalah -4,73 m LWS dengan radius kolam putar 27.357 m 2. Kata kunci: pelabuhan penumpang, pelabuhan barang, Batu Panjang ABSTRACT Along with the economic development in Batu Panjang distric, the facilities of port is limited compared to mobility of visitors from Dumai City to Batu Panjang port that increasing every year. In addition, conditions of Batu Panjang Port which is a traditional port is not adequate to accommodate the large capacity shipsto mooring. According to the prediction of the future that Batu Panjang port need the development facilities of onshore and offshore. The design of Batu Panjang pier used T-type pier which is suitable for passanger and cargo ship.the passanger ship plans is using the existing armada which is Dumai Express, meanwhile for the cargo ship is using the General Cargo which has 1,000 DWT capacity with 12 hour of port operational hour. The depth of navigation plot is -4.73 m LWS with the radius of Turning basin 27,357 m 2. Keywords: passanger port, port of goods, Batu Panjang Reka Racana - 1

Muhammad Ridho Yuwanda, Yati Muliati Sadli Nurdin, Fachrul Madrapriya. 1. PENDAHULUAN Salah satu kepulauan di Indonesia yang sedang gencarnya dalam tahap pembangunan untuk fasilitas penunjang kelautan yaitu Pelabuhan Batu Panjang yang berada di Kelurahan Batu Panjang, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Pelabuhan ini digunakan untuk melayani penumpang dari Kelurahan Batu Panjang menuju kota Dumai maupun sebaliknya. Seiring dengan perkembangan perekonomian di wilayah Batu Panjang, fasilitas pelabuhan yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan mobilitas pengunjung yang datang dari Kota Dumai menuju Pelabuhan Batu Panjang yang setiap tahunnya meningkat. Selain itu sudah tidak memadainya kondisi fasilitas yang sudah ada pada dermaga dominan terbuat dari kayu, dan peralatan yang ada juga tidak memadai lagi dimana kapal-kapal besar tidak dapat bersandar. Untuk dapat mengakses Pulau Rupat hanya melalui moda angkutan air dan Pelabuhan Batu Panjang merupakan satu-satunya tempat untuk masuk ke Pulau Rupat. Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang ini bertujuan untuk merencanakan tata letak fasilitas Pelabuhan Penyeberangan dan Barang Batu Panjang. Perencanaan ini diharapkan dapat meningkatkan fasilitas transportasi dari Pelabuhan Batu Panjang ke daerah lain maupun sebaliknya, dan kapal yang lebih besar dapat bersandar guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang. Pelabuhan akan difungsikan sebagai pelabuhan umum yang melayani penumpang maupun barang yang nantinya dikembangkan fasilitasnya untuk kebutuhan pergerakan masyarakat, membawa hasil-hasil perkebunan yang terutama kelapa sawit menuju daerah diluar Pulau Rupat. Oleh karena itu, perlu dikaji halhal yang dapat mendukung perencanaan pengembangan Pelabuhan Batu Panjang. 2. TINJAUAN PUSTAKA Penumpang yang berdatangan menuju Pulau Rupat melalui Pelabuhan Batu Panjang per-hari nya dapat di hitung dengan Persamaan 1 berikut ini: Penumpang Harian = Penumpang (thn) 365 (1) Barang hasil perkebunan kelapa sawit yang akan dikirim keluar Pulau Rupat setiap harinya akan dihitung berdasarkan Persamaan 2 berikut ini: Barang Harian = Total kelapa sawit (thn) 365 (2) 2.1 Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan untuk merapat dan menambatkan kapal, untuk merencanakan dermaga perlu dihitung elevasi dermaga dan panjang dermaga dengan menggunakan Persamaan 3 dan Persamaan 4 berikut: Elevasi Dermaga = HWS + Tinggi Jagaan (3) HWS = elevasi muka air tertinggi (m), Tinggi Jagaan = 0,3 1,0 (m). L 1,3 Loa (4) L = panjang dermaga (m), Loa = panjang kapal (m). Reka Racana - 2

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang 2.2 Alur Pelayaran Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal menuju ke arah dermaga, untuk merencanakan alur pelayaran pada pelabuhan penting untuk memperhitungkan kedalaman alur dan lebar alur pelayaran. Alur pelayaran dapat dihitung dengan Persamaan 5 dan Persamaan 6 berikut: D 1,1 d (5) D = kedalaman alur (m), d = draft kapal (m). B = lebar kapal (m). Lebar 1 arah = 4,8 B Atau Lebar 2 arah = 7,6 B (6) 2.3 Kolam Putar Kapal yang akan bersandar melakukan gerakan memutar pada kolam putar untuk mendapatkan posisi yang tepat pada saat akan bersandar pada dermaga, jika kapal harus menunggu kapal lain maka membutuhkan tempat untuk bertambat di area kolam putar. Kolam putar dan fasilitas tambat dapat dihitung dengan Persamaan 7 dan Persamaan 8 berikut ini: ATR = π (1,5 Loa)² (7) ATR = area kolam putar (m 2 ), Loa = panjang kapal (m). AT = area tambat (m 2 ), L = panjang kapal (m), B = lebar kapal (m), n = jumlah kolam putar. AT = n (1,5 L) ( 4 B) (8) 3 2.4 Terminal Penumpang Terminal penumpang berfungsi untuk menjadi tempat tunggu penumpang ketika kapal belum merapat ke dermaga (Triatmojo, B., 1996) terminal penumpang perlu diperhatikan untuk kenyamanan selama penumpang belum naik ke kapal. Luas area terminal penumpang dapat dihitung dengan Persamaan 9 seperti berikut: A = a 1 + a 2 + a 3 + a 4 + a 5 (9) A = luas total area gedung terminal (m 2 ), a 1 = luas area ruang tunggu (m 2 ), a 2 = luas area ruang kantin (15% x a1), a 3 = luas area ruang administrasi (15% x a1), a 4 = luas area ruang tunggu utilitas (25% x (a1 + a2 + a3)), = luas area ruang publik (10% x (a1 + a2 + a3 + a4)). a 5 Reka Racana - 3

Muhammad Ridho Yuwanda, Yati Muliati Sadli Nurdin, Fachrul Madrapriya. a 1 = a n N X y (10) a 1 = luas area ruang tunggu (m 2 ), a = luas area yang dibutuhkan satu orang (1,2 m 2 /orang), n = jumlah penumpang dalam satu kapal, N = jumlah kapal datang dan berangkat pada saat yang bersamaan, X = rasio konsentrasi (1,0 1,6), y = rata-rata fluktualitas (1,2). 2.5 Gudang Lini dan Lapangan Penumpukan Barang hasil perkebunan yang siap untuk dikirimkan ke luar daerah Pulau Rupat tidak semua langsung di masukkan ke kapal. Kelapa sawit yang merupakan hasil perkebunan terbesar Pulau Rupat yang tidak dimuat ke kapal disimpan di dalam gudang lini, sedangkan untuk yang akan dikirim di letakkan di lapangan penumpukan. Luas gudang lini dan lapangan penumpukan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan Persamaan 11 berikut: Q ts = F 1 F 2 T ts t av (11) M ts h p 365 Q ts = kebutuhan luas lantai areal penumpukan (m 2 ), T ts = tonase muatan yang melalui gudang atau lapangan penumpukan (ton/tahun), t av = waktu Penumpukan (dwell time), maximum 14 hari, diambil 7 hari untuk gudang dan 5 hari untuk lapangan penumpukan, M ts = rata-rata tingkat pemakaian gudang dan lapangan penumpukan, 70% untuk Gudang dan 50% untuk lapangan penumpukan, h = tinggi penumpukan rata-rata, 2 m untuk gudang dan 1,5 m untuk lapangan p penumpukan, = faktor kecepatan pemuatan (average stewage factor) = 0,6 untuk barang di gudang dan 0,80 untuk barang di lapangan penumpukan, F 1 = faktor perbandingan antara luas kotor terhadap luas bersih untuk lalu lintas, 1,3 untuk gudang dan 2,0 untuk lapangan penumpukan, F 2 = faktor kekompakan muatan dan kebutuhan ruangan untuk pembongkaran isi muatan dan tempat muatan yang rusak, 1,2 untuk gudang dan 1,4 untuk lapangan. 2.6 Kapal Rencana Kapal rencana untuk pengembangan Pelabuhan Batu Panjang yaitu kapal penumpang dan kapal barang. Perencanaan fasilitas laut maupun fasilitas darat menggunakan dimensi terbesar dari salah satu kapal rencana. Kapal rencana yang dipilih adalah kapal barang dengan spesifikasi sebagai berikut: Muatan = 1.000 DWT, Bread = 8,9 m, Loa = 61 m, Draft = 4,3 m. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Hidro-Oseonografi Survey batimetri yang telah dilakukan untuk mengetahui keadaan topografi laut untuk menemukan kedalaman perairan pada lokasi Pelabuhan Batu Panjang, pada lokasi terdapat dua sungai yang berada pada kiri dan kanan pelabuhan dengan jarak 500 m antar Reka Racana - 4

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang sungai,untuk melengkapi data hidro-oseonografi dilakukan survey pasang surut. Data hasil survey pasang surut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Elevasi-elevasi Penting Pasang Surut Elevasi-elevasi acuan Parameter relatif terhadap LWS (m) Highest High Water Level (HWS) 4,65 Mean High Water Spring (MHWS) 4,25 Mean High Water Level (MHWL) 3,56 Mean Sea Level (MSL) 2,51 Mean Low Water Level (MLWL) 1,44 Mean Low Water Spring (MLWS) 0,85 Lowest Low Water Level (LWS) 0,54 Tunggang pasang (m) : 4,11 Dalam waktu yang bersamaan juga dilakukan pengamatan arus laut untuk merencanakan detail desain dan kapal rencana. Pelaksanaan pengukuran arus saat Spring Tide dilakukan selama 25 jam atau satu siklus pasut. Adapun hasil dari pengukuran arus di sekitar lokasi rencana dermaga dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2.Nilai Rata-rata pada Dua Stasiun Arus Saat Spring Tide dan Neap Tide Stasiun Kecepatan (m/s) 0,2 d 0,6 d 0,8 d Spring Tide 1 buah 1,14 1,18 1,04 Neap Tide 1 buah 1,13 1,18 1,04 Setelah survey bathimetri, pasang surut dan arus dilakukan, pengaruh angin terhadap Pelabuhan Batu Panjang perlu diperhatikan karena angin selain berpengaruh terhadap arus juga akan mengakibatkan terjadinya gelombang laut (Muliati, Y., 2012). Oleh karena itu data angin dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi, sehingga data ini diperlukan sebagai masukan dalam peramalan gelombang. Adapun hasil analisis data angin diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Daerah kepulauan Riau. Arah angin dominan berasal dari barat daya dengan kecepatan 8,6 knot atau 4,424 m/s (www.bmkg.go.id, 28 Juli 2016). Data gelombang digunakan untuk merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan seperti pemecah gelombang, studi ketenangan di pelabuhan, dan fasilitas-fasilitas pelabuhan lainnya. Gelombang tersebut akan menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pelabuhan. Gelombang yang terjadi di daerah ini relatif kecil. Dari hasil analisis yang menggunakan metode Groen Dorrestein, diperoleh tinggi gelombang dan periode gelombang yaitu H s = 0,5 m dan T s = 2,85 s. 3.2 Karakteristik Perencanaan Untuk menunjang kebutuhan angkutan penumpang yang baik dan layak sesuai dengan tingkat pertumbuhan pada Pulau Rupat, maka direncanakan penggantian kapal eksisting speedboat yang berkapasitas kecil dengan kapal yang sudah ada pada rute sekitar pulau rupat yaitu kapal Dumai Ekspress. Kapal Dumai Ekspress sendiri mulanya melayani rute Dumai-Batam, dengan demikian rute kapal Dumai Ekspress akan bertambah menjadi Dumai-Batu Panjang-Batam dengan kapasitas muatan kapal 250 orang, jumlah penumpang yang di alokasikan untuk rute Batu Panjang sebanyak 80 orang (Laporan Akhir Dokumen Analisis dan Prediksi Pelabuhan Batu Panjang, 2013). Adapun spesifikasi kapal rencana Dumai Ekspress. Sedangkan armada angkutan barang yang melayani permintaan di pelabuhan Batu Panjang direncanakan dengan kapasitas yang mencukupi untuk mengangkut hasil produksi perkebunan khususnya kelapa sawit. Armada angkutan untuk melayani permintaan barang kapal general kargo dengan kapasitas 1.000 DWT berdasarkan aspirasi Reka Racana - 5

Muhammad Ridho Yuwanda, Yati Muliati Sadli Nurdin, Fachrul Madrapriya. dari pemerintah daerah setempat (Laporan Akhir Dokumen Analisis dan Prediksi Pelabuhan Batu Panjang). Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bengkalis diasumsikan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan alamiah dan juga adanya daya tarik Kabupaten Bengkalis sebagai daerah tujuan investasi maupun wisata sehingga menarik masyarakat untuk migrasi dan berusaha di wilayah ini. Untuk Kecamatan Rupat sebagai daerah studi, jumlah penduduk terus mengalami peningkatan dari 35.155 pada tahun 2007 menjadi 79.802 pada tahun 2033 dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 3,21%. 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proyeksi Penumpang Angkutan penumpang per-hari Pelabuhan Batu Panjang yang diproyeksikan berdasarkan data pertumbuhan penduduk yang ada di Kecamatan Rupat dari tahun 2013 hingga tahun 2033 seperti pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Proyeksi Penumpang Harian Tahun Jumlah Penduduk Pnp/Per Hari Pnp/ Per Tahun 2013 38.317 246 89.509 2014 39.749 254 92.854 2015 41.234 264 96.323 2016 42.775 274 99.922 2017 44.373 284 103.655 2018 46.031 295 107.528 2019 47.751 306 111.546 2020 49.535 317 115.714 2021 51.386 329 120.038 2022 53.306 341 124.523 2023 55.297 354 129.174 2024 57.363 367 134.000 2025 59.507 381 139.008 2026 61.730 395 144.201 2027 64.037 410 149.590 2028 66.429 425 155.178 2029 68.911 441 160.976 2030 71.486 458 166.991 2031 74.157 475 173.231 2032 76.928 492 179.704 2033 79.802 513 186.417 Catatan: Pnp = Penumpang Proyeksi penumpang yang akan digunakan sesuai dengan perhitungan pada Tabel 3. adalah proyeksi penumpang tahun 2018 dengan jumlah 295 Pnp/hari untuk jangka pendek, 2023 dengan jumlah 354 pnp/hari untuk jangka menengah dan 2033 dengan jumlah 513 pnp/hari untuk jangka panjang. 4.2 Proyeksi Barang Jumlah hasil perkebunan kelapa sawit Pulau Rupat per-hari dari tahun 2015 hingga tahun 2033 dapat dilihat pada Tabel 4 seperti berikut: Reka Racana - 6

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Tabel 4. Proyeksi Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Tahun Hasil Perkebunan Sawit (ton/tahun) Reka Racana - 7 Hasil Perkebunan Sawit (ton/hari) 2015 191.017,44 537 2016 194.837,79 547 2017 198.734,54 558 2018 202.709,24 569 2019 206.763,42 581 2020 210.898,69 592 2021 215.116,66 604 2022 219.419,00 616 2023 223.807,38 629 2024 228.283,52 641 2025 232.849,19 654 2026 237.506,18 667 2027 242.256,30 680 2028 247.101,43 694 2029 252.043,46 708 2030 257.084,32 722 2031 262.226,01 737 2032 267.470,53 751 2033 272.819,94 766 Hasil perkebunan kelapa sawit yang akan digunakan dalam perencanaan adalah hasil perkebunan tahun 2020 sebesar 592 ton/hari untuk jangka pendek, 2025 sebesar 654 ton/hari untuk jangka menengah, 2033 sebesar 766 ton/hari untuk jangka panjang. 4.3 Fasilitas Laut Fasilitas laut berdasarkan persamaan yang ada pada tinjauan pustaka yang telah dianalisis maka di dapat panjang dermaga penumpang untuk Pelabuhan Batu Panjang sepanjang 44 m dengan lebar 4 m, pelabuhan barang 80 m dengan lebar 10 m, sedangkan elevasi dermaga 5,65 m dari muka air terendah (LWS). Dermaga dibuat dengan posisi pada arah timur laut berlawanan dengan arah angin yang berasal dari arah barat daya. Alur pelayaran pada Pelabuhan Batu Panjang berada pada kedalaman 4,73 m LWS, dengan lebar alur pelayaran menggunakan 2 jalur 68 m dan luasan area kolam putar beserta area tambat sebesar 27.375 m 2. 4.4 Fasilitas Darat Perencanaan fasilitas darat pada pelabuhan Batu Panjang berupa perencanaan bangunan pelabuhan meliputi terminal penumpang, gudang lini dan lapangan penumpukan, kawasan perkantoran, ruang parkir kendaraan, prasarana telekomunikasi, fasilitas BBM, fasilitas generator, serta fasilitas air bersih. Data hasil perencanaan fasilitas darat berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan untuk jangka pendek, menengah dan panjang ditunjukan pada Tabel 5 seperti berikut: Tabel 5. Kebutuhan Fasilitas Darat Pelabuhan Batu Panjang Dinyatakan dalam Luas

Muhammad Ridho Yuwanda, Yati Muliati Sadli Nurdin, Fachrul Madrapriya. No. Jenis Fasilitas Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang 1. Terminal Penumpang 4.475 m 2 7.598 m 2 10.564 m 2 2. Gudang 751 m 2 829 m 2 972 m 2 3. Lapangan Penumpukan 5.662 m 2 6.252 m 2 7.325 m 2 4. Parkir Kendaraan 720 m 2 813 m 2 862 m 2 5. Kawasan Perkantoran 112,4 m 2 160,4 m 2 160,4 m 2 6. Prasarana Telekomunikasi - - - (Provider Internet) 7. Fasilitas BBM 65 m 2 78 m 2 91 m 2 8. Fasilitas Air Bersih 103 m 2 103 m 2 103 m 2 9. Fasilitas Generator 150 m 2 150 m 2 150 m 2 Kebutuhan luas yang akan digunakan untuk fasilitas darat Pelabuhan Batu Panjang berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukkan adanya kebutuhan penambahan wilayah untuk membangun fasilitas, untuk menunjukan kebutuhan penambahan wilayah tersebut akan dimuat pada layout perencanaan. 4.5 Layout Pelabuhan Batu Panjang Pembuatan layout untuk pengembangan tata letak fasilitas pada Pelabuhan Batu Panjang dimuat pada 3 gambar yang menunjukan kondisi tahap pengembangan Pelabuhan Batu Panjang mulai dari kondisi fasilitas pelabuhan yang sudah ada, jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang. Layout perencanaan Pelabuhan Batu Panjang dapat dilihat pada Gambar 1 sampai Gambar 4 berikut ini: Gambar 1. Kondisi Pelabuhan Batu Panjang sebelum pengembangan Pelabuhan Batu Panjang sebelum dikembangkan merupakan Pelabuhan Tradisional yang hanya digunakan untuk mengangkut penumpang menggunakan speedboat dengan kapasitas yang terbatas. Reka Racana - 8

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Gambar 2. Pengembangan jangka pendek Gambar 3. Pengembangan jangka menengah Gambar 4. Pengembangan jangka panjang Pengembangan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang untuk Pelabuhan Batu Panjang yang semula hanya dermaga dari kayu dikembangkan dengan menambah Reka Racana - 9

Muhammad Ridho Yuwanda, Yati Muliati Sadli Nurdin, Fachrul Madrapriya. fasilitas laut berupa dermaga yang terbuat dari beton untuk penumpang dan barang, kolam pelabuhan, serta penambahan fasilitas darat berupa terminal penumpang, gudang lini, lapangan penumpukan, parkir kendaraan, kawasan perkantoran, fasilitas BBM, fasilitas air bersih, fasilitas generator, fasilitas telekomunikasi dan toilet umum. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan perhitungan untuk perencanaan Pelabuhan Batu Panjang ini, dapat ditarik kesimpulan dari setiap pembahasan pada bab-bab sebelumnya sebagai berikut: 1. Pelabuhan direncanakan untuk 2 kegiatan sekaligus yaitu sebagai pelabuhan penumpang dan pelabuhan barang. Dimana kapal penumpang menggunakan kapal eksisting Dumai Ekspress dan kapal barang menggunakan general cargo 1.000 DWT. 2. Tipe dermaga yang digunakan untuk dermaga penumpang dan dermaga barang adalah tipe dermaga T dengan arah dermaga menghadap ke Barat Daya. 3. Hasil desain perencanaan fasilitas laut adalah dermaga penumpangdengan panjang dermaga 44 m, lebar dermaga 4 m sedangkan untuk dermaga barang panjang 80 m dan lebar 10 m. 4. Hasil perencanaan fasilitas darat berupa luasan untuk gedung terminal penumpang jangka pendek 4.475 m 2, jangka menengah 7.598 m 2, jangka panjang 10564 m 2 sesuai dengan hasil analisis penumpang yang datang dan jumlah kapal per-hari nya, gudang penyimpanan 972 m 2, lapangan penumpukan 7.325 m 2, untuk parkir kendaraan 862 m 2, fasilitas BBM 91 m 2, fasilitas air bersih 103 m 2, fasilitas Generator 150 m 2, dengan menggunakan provider internet untuk fasilitas telekomunikasi internal maupun eksternal pelabuhan. 5. Tidak terdapat pengerukan untuk alur pelayaran, karena kedalaman pada lokasi pelabuhan sudah memenuhi. Adapun saran yang dapat diberikan dalam tugas akhir ini sebagai berikut: 1. Perlu diadakan analisis untuk kondisi sendimentasi pada sungai yang berada pada kiri dan kanan pelabuhan dengan jarak sekitar 500 m antar sungai. 2. Perlu dikaji untuk pengaruh dari kedua sungai terhadap kondisi pelabuhan untuk pengembangan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Reka Racana - 10

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang DAFTAR RUJUKAN Anonim. (2013). Laporan Akhir Dokumen Analisis dan Prediksi Pelabuhan Batu Panjang. Bandung: PT. GITAMANDALAKSANA CONSULTAN. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (Dipetik 28 Juli 2016). Prakiraan Cuaca Propinsi. Dumai: www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/informasi_cuaca/prakiraan_cuaca/prakiraan_cuaca_propi nsi.bmkg?prop=06 Triatmojo, B. (1996). Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset. Reka Racana - 11