GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INDIKATOR KOLABORASI TERHADAP PRAKTEK KOLABORASI PERAWAT DOKTER DI UNIT RAWAT INAP RSJD

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Dengan Gejala Halusinasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

ABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

PENCEGAHAN RISIKO GANGGUAN JIWA PADA KELUARGA MELALUI MODEL PREVENTIVE CARE

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN. jiwa adalah salah satu komponen penting dalam menetapkan status kesehatan. menghambat pembangunan (Hawari, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR TAHUN BERDASARKAN TREND BOR TAHUN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

GAMBARAN STRES KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

PENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN STRES PSIKOLOGIS DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJ GRHASIA DIY

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 37 No 1, 2, Hal 36 11-44, 15, Oktober April 2017 2013 Sekolah TinggiIlmuKesehatan Kendal ISSN : 2089-0834 (Cetak) - ISSN : 2549-8134 (Online) GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG Kandar 1 1 RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Email : maskandar31@yahoo.com ABSTRAK Pendahuluan: Gangguan jiwa adalah gangguan pikiran atau alam perasaan yang mempengaruhi patologi otak atau berupa disorientasi kepribadian yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi stres. Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab dan keluarga tidak sanggup untuk memberikan perawatan sehingga harus rawat inap di RSJ.Metode: Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui karakteristik pada pasien gangguan jiwa yang mengalami rawat inap ulang. Hasil: gangguan jiwa yang yang rawat ulang adalah laki laki, usia produktif (20 60 tahun), jangka waktu rawat inap berikutnya dalam rentang 1 10 hari setelah pulang dari RS dan cakupan wilayah Kota Semarang (27%).Diskusi: Kekambuhan timbul karena keluarga tidak sanggup memberikan perawatan pada pasien gangguan jiwa, sehingga perlu upaya pendidikan kesehatan yang tuntas kepada keluarga tentang cara merawat pasien gangguan jiwa sebelum pasien pulang dari RS. Kata Kunci:Gangguan jiwa, rawat ulang. ABSTRACT Introduction:Mental disorder is a disorder of the mind or nature of feeling that affects the pathology of the brain or is a disorientation of the personality that causes the inability to cope with stress. Recurrence is a condition in which the recurrence of a disease that has been healed and caused by various factors causing and families unable to provide care so must be hospitalized in General Mental Health Hospital. Methods:The purpose of this study to know the characteristics of mental patients who have re-hospitalized. Results: Mental disorders that are re-treated are male, productive age (20-60 years), the duration of hospitalization again range from 1 to 10 days after return from hospital and coverage of Semarang City (27%). Discussion:Recurrence arises because the family is not able to provide care to the patient mental disorders, so it needs a health education efforts are completed to the family on how to care for patients with mental disorders before the patient came home from the hospital. Keywords:Mental disorders, re-care PENDAHULUAN Gangguan jiwa merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala gangguan pemahaman (waham) gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi serta dijumpai daya nilai realitas terganggu yang ditunjukkan dengan perilakuperilaku aneh (bizzare). Berdasarkan data Rekam Medik di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014sebanyak 4421 pasien dan tahun 2015 ada 4062 pasien. Pada tahun 2015 ada pasien gangguan jiwa yang kambuh dan dirawat inap kembali sebanyal 179 pasien. Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab.kekambuhan adalah timbulnya gejala gangguan jiwa akibat beberapa factor dan keluarga tidak sanggup untuk memberikan perawatan sehingga harus rawat inap di RSJ. Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan gangguan jiwa, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang 11

membuat stress, sehingga penderita kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit. (Widodo, 2003).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pada pasien gangguan jiwa yang mengalami rawat inap ulang di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. HASIL 1. Jenis Kelamin METODE Penelitian ini kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survey. Populasi berjumlah 204 pasien gangguan jiwa dengan teknik sampel adalah total sampling. Instrument yang digunakan berupa checklist dengan menggunakan data skunder. Analisa data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi (prosentase). Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (n=204) No Jenis kelamin Jumlah % 1 Laki laki 137 67% 2 Perempuan 67 33% Jumlah 204 100% Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki. 2. Umur Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan Umur (n=204) No Umur Jumlah % 1 9 19 tahun 33 16% 2 20 60 tahun 150 73% 3 61 tahun 21 11% Jumlah 204 100% Karakteristik responden berdasarkan umur paling banyak adalah umur 20-60 tahun. 3. Jangka Waktu Rawat Inap Kembali Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan jangka waktu rawat inap kembali (n=204) No Jangka waktu rawat kembali Jumlah % 1 1 10 hari 84 41% 2 11 20 hari 66 32% 3 21 30 hari 54 27% Jumlah 204 100 % Karakteristik responden berdasarkan jangka waktu rawat inap kembali paling banyak adalah rentang 1-10 hari. 12

4. Cakupan Wilayah Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (n=204) No Wilayah f % 1 Kota Semarang 55 27% 2 Kabupaten Demak 24 12% 3 Kabupaten Semarang 22 10% 4 Kabupaten Kendal 19 9% 5 Kabupaten Kendal 19 9% 6 Kabupaten Pati 16 7% 7 Kabupaten Pekalongan 11 5% 8 Kabupaten Pemalang 10 4,5% 9 Kabupaten Solotiga 8 3,5% 10 Kabupaten Grobogan 7 3% 11 Kabupaten Batang 6 2,5% 12 Kabupaten Tegal 6 2,5% 13 Kabupaten Rembang 4 1,5% 14 Karisidenan Surakarta 3 1% 15 Kabupaten Kudus 3 1% 16 Kabupaten Jepara 2 0,75% 17 Kabupaten Brebes 2 0,75% Total 204 100% Karakteristik responden berdasarkan cakupan wilayah paling banyak adalah kota Semarang. PEMBAHASAN 1. Jenis kelamin Data berdasar jenis kelamin pasien yang dirawat kembali di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 terbanyak laki lkai 67% (137 pasien) dan perempuan 33% (67 pasien). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pasien skizofrenia yang berjenis kelamin perempuan lebih patuh obat dari pada pasien yang laki-laki (Yegenoglu dkk, 2003), maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki pada umumnya tidak patuh obat.tidak patuh obat merupakan penyebab utama pasien skizofrenia mengalami kekambuhan (Moller, 2005). 2. Umur Data berdasar umur pasien yang dirawat kembali di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 diperoleh hasil umur 9 19 tahun 16% (33 pasien), 20 60 tahun 73% (150 pasien) dan 61 tahun 11 % (21 pasien). Gangguan jiwa ini kerap muncul di usia produktif yaitu di atas usia 20 tahun tahun. Pada usia tersebut sangat rentan sekali dalam beradaptasi dengan kehidupan yang sebenarnya, seseorang sudah mulai bekerja, mengenal kehidupan yang berbeda dengan saat dia sekolah, mulai mencari pendamping dan persiapan pernikahan sehingga ketika dalam kehidupan yang tidak disiapkan dengan baik saat usia remaja maka seseorang dapat muncul permasalahan kejiwaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Sri Novitayani 2016 diperoleh data karakteristik usia, 95% responden skizofrenia yang memiliki riwayat rehospitalisasi berusia antara 25 tahun sampai dengan 65 tahun yang berada pada kategori dewasa. Hal ini sesuai dengan pengumpulan data yang dilakukan oleh Heslin dan Weiss (2015) menemukan bahwa rehospitalisasi lebih banyak terjadi pada pasien skizofrenia yang berada pada tahap dewasa dari pada yang tahap anak-anak, remaja atau lansia.usia memiliki nilai prediksi yang tinggi dalam tingkat kejadian rehospitalisasi dan memiliki hubungan yang signifikan (Hoffman, 1994). 3. Jangka waktu rawat inap kembali Jangka waktu rawat inap kembali terbanyak adalah rentang 1 10 hari pascarawat inap sebanyak 41 % (84 pasien), 11 20 hari sebanyak 32 % (66 pasien) dan 21 30 hari 27 % (54 pasien). Berdasarkan data studi Rekam Medik pada 41% pasien yang masuk lagi 13

diperoleh data bahwa : tidak memiliki keluarga sehingga setiap rawat inap lagi dibawa oleh perangkat desa, satu pasien dari panti, kondisi pasien yang labil saat dirumah, keluarga dan atau masyarakat sudah merasa terganggu dengan keadaan pasien, tiga pasien yang oleh keluarganya dititipkan di RSJ. Beberapa penyebab kekambuhan pasien gangguan jiwa salah satunya adalah keluarga khususnya pada fungsi keluarga yang berkaitan dengan kesehatan yaitu fungsi perawatan kesehatan keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yang kompleks. Sistem keluarga dapat berfungsi dengan baik dan memelihara taraf kesehatan anggota-anggotanya, serta mendukung perkembangan setiap anggotanya dan menerima serta melakukan perubahanperubahan. Namun, sistem keluarga juga dapat menimbulkan disfungsional, meskipun hanya pada satu atau beberapa angggota keluarga saja, akan mempengaruhi anggota yang lain (Wiramihardja, 2007). 4. Cakupan wilayah Berdasarkan cakupan wilayah ada 3 besar wilayah yang pasien gangguan jiwa mengalami rawat ulang lagi yaitu Kota Semarang 27 % (55 pasien), Kabupaten Demak 12 % (24 pasien) dan Kabupaten Semarang 10% (22 pasien). Pasien yang rawat inap ulang di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan dari 179 (tahun 2015) menjadi 204 (tahun 2016 ) dan Kota Semarang masih menduduki peringkat pertama sebanyak 27% pasien yang rawat ulang lagi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sama dengan di tahun 2015 sebanyak 23 % pasien sebagai peringkat pertama Kota / kabupaten yang pasiennya rawat ulang lagi. Tingginya angka kekambuhan dari Kota Semarang karena RSJD DR. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah berada di Kota semarang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rawat ulang pasien gangguan jiwa disebabkan multifaktor.dari segi karakteristik pasien gangguan jiwa yang yang rawat ulang adalah dari jenis kelamin laki laki lebih banyak karena laki laki kurang patuh untuk minum obat dimana kepatuhan minum obat adalah salah satu faktor kekambuhan. Umur terbanyak adalah usia produktif (20 60 tahun). Pada usia produktif seseorang membutuhkan pengakuan dari masyarakat sehingga terjadi permasalahan dan seseorang pasien tidak memiliki pengakuan yang diharapkan maka ini bisa sebagai pemacu untuk terjadinya kekambuhan. Jangka waktu rawat inap inap lagi terbanyak rentang 1 10 hari setelah pulang dari RS. Jangka waktu ini terjadi karena faktor pasien sendiri, faktor keluarga, faktor lingkungan dan faktor tenaga kesehatan. Saran Dibutuhkan pengawas menelan minum obat bagi pasien gangguan jiwa, untuk mencegah agar tidak cepat kambuh maka pasien gangguan jiwa membutuhkan care giver setelah pulang dari RSJ, untuk mengurangi stigma dimasyarakat pada pasien gangguan jiwa maka dibutuhkan upaya pendidikan kesehatan yang tuntas kepada keluarga tentang cara merawat pasien gangguan jiwa sebelum pasien pulang dari RS. DAFTAR PUSTAKA Moller, M. D. (2005).Neurobiological responses and schizophrenia and psychotic disorders. In G. W. Stuart & M. T. Laraia (Eds.), Principles and practice ofpsychiatric nursing (8th ed.).philadelphia, PA: Elsevier Mosby. Stuart, G. W &Laraia.(2005). Principles andpractice of psychiatric nursing,philadelphia: Elsevier Mosby, Alih Bahasa Budi Santosa. Hoffman, H. (1994). Age and other factorsrelevant to the rehospitalization ofschizophrenic outpatients.actapsychiatrica Scandinavica, 89 (3); 205-10. Doi: 10.1111/j.16000447.1994.tb08093.x Heslin, K. C & Weiss, A. J. (2015). StatisticalBrief #189; Hospital ReadmissionsInvolving Psychiatric Disorders, 2012.Agency for Healthcare Research andquality.https://www.hcupus.ahrq.gov /reports/statbriefs/sb189-hospital- Readmissions-Psychiatric-Disorders- 2012.jsp 14

Budiman.(2010). Jumlah Gangguan Jiwa.http://www.suarabandung.com.diak ses pada tanggal 9 Agustus 2016. Depkes RI. (2010). Pengertian Gangguan Jiwa.Diakses pada tanggal 29 Juli 2016 dari http://www.depkes.co.id. 15