BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENETAPAN DAN KETETAPAN

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KETENTUAN UMUM dan TATA CARA PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

*** ISTILAH PERPAJAKAN ***

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI

PERTEMUAN 4 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Ketetapan Pajak. Penerbitan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN (KUP)

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

1

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pengajuan Keberatan

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

UU 9/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG

24 Maret STIE Widya Praja Tanah Grogot

Pengertian & Tujuan Pemeriksaan

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1994 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

KEBERATAN DAN BANDING DALAM MEMBAYAR PAJAK. Saiful Rahman Yuniarto

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

KEBERATAN DAN BANDING DALAM MEMBAYAR PAJAK KEBERATAN

MAKALAH KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Pajak

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

KementerianKeuangan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal Pajak

MANAJEMEN PERPAJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Bengkulu tentang Pajak Restoran;

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Penghasilan 2.1.1. Pajak Penghasilan Badan Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Badan. 2.1.2. Subjek Pajak Badan Pada Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan 1. Wajib Pajak Badan luar negeri yaitu badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, dan atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

10 2. Wajib Pajak Badan dalam negeri yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. 2.1.3. Objek Pajak Badan Pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Yang menjadi objek pajak PPh Badan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak badan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak badan yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. 2.1.4. Hak Wajib Pajak Badan dalam Perpajakan Adapun hak dari Wajib Pajak dalam perpajakan, yaitu: 1. Hak untuk mendapat pembinaan dan pengarahan dari fiskus. 2. Hak untuk membetulkan, memperpanjang waktu penyampaian SPT. 3. Hak untuk mengajukan keberatan, banding dan gugatan serta peninjauan kembali ke Mahkamah Agung. 4. Hak untuk memperoleh kelebihan pembayaran pajak. 5. Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan. 6. Hak mengajukan permohonan untuk mengangsur pembayaran pajak, menunda penagihan pajak, dan memperoleh imbalan bunga dari keterlambatan pembayaran kelebihan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. 7. Hak untuk melakukan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.

11 2.2. Pengertian Keberatan Pada Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan, keberatan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh Wajib Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak apabila merasa kuarang / tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga. 2.2.1. Dasar Hukum Keberatan a. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. b. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9 / PMK.03 / 2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. 2.2.2. Hal-Hal yang Dapat Diajukan Keberatan a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT). c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

12 2.2.3. Ketentuan Pengajuan Keberatan Keberatan disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak di tempat Wajib Pajak terdaftar, dengan syarat: a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia. b. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dan disertai alasan-alasan yang jelas. c. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun / masa pajak, Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat Keberatan, sehingga tidak di proses. d. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaiakan. 2.2.4. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak Surat Ketetapan Pajak diterima oleh Wajib Pajak: a. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.

13 b. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos ( harus dengan pos tercatat ), jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro. 2.3. Pengertian Pemeriksaan Pajak Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17 / PMK.03 / 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan, Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. 2.3.1. Jenis Pemeriksaan Pajak A. Jenis pemeriksaan pajak menurut ruang lingkupnya adalah: 1. Pemeriksaan pajak sederhana merupakan pemeriksaan yang mencakup suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya. 2. Pemeriksaan pajak lengkap merupakan pemeriksaan yang mencakup seluruh jenis pajak.

14 B. Jenis pemeriksaan pajak menurut lokasinya adalah: 1. Pemeriksaan lapangan merupakan pemeriksaan pajak yang dilakukan di tempat Wajib Pajak. 2. Pemeriksaan kantor merupakan pemeriksaan pajak yang dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak. 2.3.2. Kriteria Wajib Pajak yang Diperiksa Kriteria Wajib Pajak yang diperiksa adalah: a. Wajib Pajak pindah Kantor Pelayanan Pajak. b. SPT Tahunan Pasal 21 dan SPT Masa PPN terjadi lebih bayar sehingga Wajib Pajak mengajukan restitusi atau kompensasi. c. SPT Tahunan tidak dilaporkan dalam 2 (dua) tahun berturut-turut. d. SPT Masa PPN dalam tahun berjalan tidak dilaporkan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut. 2.3.3. Tujuan Pemeriksaan Pajak 1. Menetapkan besarnya jumlah pajak yang terhutang berdasarkan SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, Surat Keberatan, Surat Banding, Surat Teguran dalam hal: a. SPT tidak disampaikan tepat pada waktunya meskipun sudah mendapat teguran secara tertulis dan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak. b. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu masa pajak bagi Wajib Pajak baru. c. Wajib Pajak mengajukan keberatan / banding.

15 2. Tujuan pemeriksaan lainnya adalah mengumpulkan bahan-bahan yang nantinya akan dijadikan dasar untuk: a. Menyusun norma perhitungan. b. Mencocokan Data dan alat keterangan. c. Mengetahui secara pasti keadaan usaha atau pekerjaan Wajib Pajak dari pihak ketiga, dimana Wajib Pajak tersebut ada hubungannya dengan pihak ketiga itu. d. Hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2.3.4. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak yang Diperiksa 1. Kewajiban Wajib Pajak yang Diperiksa. a. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan maupun dokumen yang menjadi dasar dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, dari kegiatan usaha maupun pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek terutang Wajib Pajak. b. Memberikan kesempatan untuk memasuki ruang atau tempat yang dipandang perlu dan memberi bantuan untuk kelancaran pemeriksaan. c. Memberikan keterangan yang diperlukan baik secara tertulis maupun secara lisan. 2. Hak Wajib Pajak yang Diperiksa. a. Meminta kepada pemeriksa untuk memperlihatkan tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan.

16 b. Meminta penjelasan maksud dari tujuan pemeriksaan. c. Meminta perincian berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT. 2.3.5. Metode Pemeriksaan Pajak Beberapa jenis metode pemeriksaan yaitu: 1. Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT, yang langsung dilakukan terhadap laporan keuangan dan buku, catatan serta dokumen pendukung. 2. Merode Tidak Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka dalam SPT, dilakukan secara tidak langsung melalui suatu pendekatan penghitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya. 3. Metode Vertikal adalah dengan membandingkan komponen biaya atau harga pokok untuk dibandingkan dengan penjualan, hal ini untuk melihat sejauh mana pengaruh atau dampak biaya yang ada terkait dengan harga jual, metode ini juga dibandingkan dari tahun sebelumnya. 4. Metode Horisontal adalah dengan melihat sejauh mana kenaikan aktiva atau penurunan aktiva dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini berguna untuk memastikan adanya pembelian aktiva dan penjualan aktiva.

17 2.3.6. Teknik Pemeriksaan Pajak 1. Melakukan evaluasi. a. Menilai kebenaran SPT. b. Menilai kelengkapan SPT. c. Menilai sistem pengendalian intern perusahaan. 2. Melakukan analisa angka. a. Perbandingan analisa ratio dengan standar yang berlaku. b. Perbandingan analisa beberapa tahun pajak terakhir. c. Kaitan antara analisa rencana biaya, rencana penjualan, rencana produksi, rencana pembelian. 3. Melacak angka-angka dan memeriksa dokumen, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: a. Nama orang atau badan yang mengeluarkan dokumen yang bersangkutan. b. Tanggal pembuatan dokumen dan keaslian dari dokumen tersebut. 4. Pengujian arus uang, barang, piutang dan hutang. 5. Pengujian mutasi setelah tanggal neraca. a. Membandingkan angka pada neraca dengan buku besar dan buku tambahannya. b. Membandingkan saldo pada angka neraca tersebut dengan daftar utang / piutang, buku pembelian / penjualan pada bulan yang sama. c. Mengecek mutasi yang terjadi dengan catatan pada buku harian kas / bank, buku pembelian / penjualan pada bulan yang sama.

18 6. Pemanfaatan informasi pihak ketiga. a. Data dari pihak ketiga untuk diteliti, misalnya hutang dagang pihak ketiga untuk memastikan pembelian yang terjadi dengan pihak ketiga, jika material, buatkan datanya karena merupakan penjualan bagi pihak ketiga, mengumpulkan data dari pehak ketiga misalnya bea cukai, departemen kehutanan. 7. Melakukan pengujian fisik dengan melakukan penghitungan barang dagangan, kas, surat berharga dan aktiva tetap. 8. Melakukan inspeksi pada sifat dan proses produksi. 9. Melakukan rekonsiliasi yaitu mengaitkan PPN, PPh 21, PPh 23 dengan laporan laba rugi dan melakukan rekonsiliasi sistem pembukuan dengan laporan menurut SPT. 10. Melakukan footing yaitu menguji kebenaran penjumlahan atau pengurangan kebawah. 11. Melakukan cross foting yaitu menguji kebenaran penghitungan penjumlahan dan pengurangan kesamping. 12. Melakukan Vouching yaitu memeriksa dokumen dasar. 13. Melakukan pentafsiran pencatatan transaksi. 14. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga. 15. Melakukan Sampling data dengan menguji sebagian bukti.