BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi. Bodnar dan Hopwood (2010:1) mendefinisikan sistem sebagai berikut,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi diera globalisasi ini menjadi semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. di dalamnya kaidah-kaidah di bidang pengelolaan keuangan negara yang

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Peraturan dan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Keuangan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

Sistem kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem.

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi antar masyarakat dan daerah (Mahmudi, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

Assallamualaikum Wr.WB dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian

IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka menciptakan good

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN TAHUN 2014

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LKPJ- AMJ Bupati Berau BAB III halaman 45

BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 84 / HUK / 2009 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi Bodnar dan Hopwood (2010:1) mendefinisikan sistem sebagai berikut, Sistem adalah kumpulan sumber daya yang terkait sehingga tujuan tertentu dapat diarsipkan. Romney dan Steinbart (2004:2) mendefiniskan sebagai, Rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan pengertian sistem menurut Mulyadi (2003:2) sebagai berikut, sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Robert dan Vijay (2005:7) menjelaskan bahwa sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitive untuk melaksanakan suatu atau kelompok aktivitas. Krismiaji (2005:1) menjelaskan bahwa sebuah sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk mencapai serangkaian tujuan. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen jaringan dua atau lebih yang berbentuk untuk mencapai tujuan. Karakteristik sistem menurut Jogiyanto (2005:3) adalah suatu sistem yang mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu memiliki komponenkomponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan sistem (Environtment), penghubung (Interface), masukan (Input), keluaran (Output), pengolahan (Process), dan sasaran (Objective), dan tujuan (Goal). 8

9 Karakteristik sistem tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Komponen Sistem (Components) Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen subsistem atau elemen-elemen dapat berupa subsistem atau bagian-bagian dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi suatu sistem secara keseluruhan. 2. Batas Sistem (Boundary) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lain dengan lingkungan lainnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukan ruang lingkup dari sistem tersebut. 3. Lingkungan Sistem (Environment) Lingkungan luar dari sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan (harus dijaga dan merupakan energy dari sistem) dan dapat bersifat merugikan (harus ditahan dan dikendalikan). 4. Penghubung Sistem (Interface) Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsistem yang lainnya melalui penghubung, dengan penghubung satu subsistem dapat berinteraksi yang lainnya membentuk satu kesatuan. 5. Masukan (Input) Masukan (Input) merupakan energy yang dimasukan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energy yang masukan supaya sistem tersebut dapat

10 beroperasi. Signal input adalah energy yang diproses untuk didapatkan keluaran. 6. Keluaran Sistem (output) Hasil dari energy yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan subsistem yang lain atau kepada super sistem. 7. Pengolah Sistem (process) Suatu sistem dapat mempunyai bagian pengolah yang akan dimasukan menjadi keluaran. 8. Sasaran Sistem (Objective) Suatu sistem pasti memiliki tujuan atau sasaran. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak aka nada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan. Pengertian informasi menurut Bodnar dan Hopwood (2010:3) sebagai berikut, Informasi adalah suatu data yang diorganisir yang dapat mendukung ketepatan pengambilan keputusan. Loudoun (2008:16) mendefinisikan sistem sebagai, Informasi adalah data yang telah diolah dan menghasilkan suatu bentuk yang berguna bagi manusia. Dari dua definisi yang dijelaskan oleh para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah sumber daya atau hasil dari data yang diolah sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih berguna bagi yang menerimannya. Romney dan Steinbart (2004:12) menyatakan bahwa ada enam karakteristik yang membuat suatu informasi berguna dan memiliki arti bagi pengambilan keputusan. Karakteristik tersebut yaitu:

11 1. Relevan Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi, mengkonfirmasikan dan memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya 2. Andal Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atas penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi. 3. Lengkap Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktifitas-aktifitas yang diukurnya. 4. Tepat waktu Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambilan keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan 5. Dapat dipahami Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dengan jelas. 6. Dapat diverifikasi Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja sama independen dan masing-masing akan menghasilkan informasi yang sama. Jogiyanto (2005:11) mendefinisikan informasi sebagai berikut, Suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan

12 strategis dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Susanto (2004:55) mendefinisikan sistem sebagai, Kumpulan dari sub-sub sistem baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk satu tujuan yaitu mengelola data menjadi informasi yang berarti dan berguna. Sedangkan pengertian sistem informasi menurut Bodnar dan Hopwood (2010:6) sebagai berikut, Sistem informasi menganjurkan pengguna teknologi komputer di dalam organisasi atau perusahaan untuk menyajikan laporan kepada pemakai (user). Berdasarkan uraian-uraian pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, sistem informasi itu adalah kumpulan dari komponenkomponen yang saling bekerjasama secara harmonis untuk bertujuan menyajikan informasi yang bermanfaat. 2.1.2 Efektifitas Sistem Informasi Efektifitas Sistem Informasi dapat diukur dengan menentukan indikator indicator yang sesua dengan permasalahan yang sedang diteliti. Menurut Bodnar (2000) menjabarkan beberapa indikator efektifitas sistem informasi berbasis teknologi sebagai berikut: 1. Indikator keamanan data berhubungan dengan pencegahan bencana, baik karena tindakan disengaja, maupun kesalahan manusia dan tingkat kemampuan sistem informasi berbasis teknologi dalam mengantisipasi illegal access dan kerusakan pada sistem. 2. Indikator waktu berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan informasi dalam permintaan pemakaian sistem. Tingkat kemampuan sistem informasi berbasis teknologi dalam memproses data menjadi suatu

13 laporan, baik secara periodic maupun nonperiodik, untuk rentang waktu yang telah ditentukan. 3. Indikator ketelitian berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran informasi. Pada volume yang besar biasanya terdapat dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan. 4. Indikator variasi laporan atau output berhubungan dengan kelengkapan isi informasi. Dalam hal ini tidak hanya mengenai volumenya, tetapi juga mengenai informasinya. Tingkat kemampuan sistem informasi berbasis teknologi untuk membuat suatu laporan dengan pengembangan dan perhitungan sesuai dengan kebutuhan yang berguna bagi pengguna informasi. 5. Indikator relevansi menunjukan sifat manfaat yang dihasilkan dari produk atau keluaran informasi, baik analis data, pelayanan, maupun penyajian data. Indikator relevansi menunjukan kesesuaian dan manfaat laporan yang dihasilkan. 2.2 Keuangan Daerah Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1 Undang-undang Nomor 2 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut: keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Ketentuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, menyebutkan bahwa:

14 Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah segala hak dan kewajiban daerah baik berupa uang maupun barang yang dapat dinilai dengan uang digunakan dalam rangka menyelenggarakan pemerintah daerah. Pengertian pengelolaan keuangan pemerintah daerah menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yaitu: Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Sedangkan menurut Halim (2004:7) mendefinisikan pengelolaan keuangan sebagai berikut: Pengelolaan keuangan daerah merupakan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan untuk mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Adapun asas umum pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan empat Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah sebagai berikut: 1. Keuangan daerah dikelolasecara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab

15 dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. 2. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Berdasarkan dengan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menjelaskan bahwa tujuan pokok dari pengelolaan keuangan daerah adalah: 1. Memberdayakan dan meningkatkan perekonomian daerah. 2. Menciptakan sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan, partisipatif, bertanggungjawab, dan pasti. 3. Mewujudkan sistem perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, mendukung otonomi daerah penyelenggaraan pemerintah daerah yang transparan, memperhatikan partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban dalam kemampuannya untuk membiayai tanggungjawab otonominya, dan memberikan kepastian sumber keuangan daerah yang berasal dari wilayah yang bersangkutan. 4. Menciptakan acuan dalam alokasi penerimaan Negara dari daerah. 5. Menjadikan pedoman pokok tentang keuangan daerah. Sedangkan menurut Halim (2004:84) mengemukakan bahwa tujuan dari pengelolaan keuangan daerah meliputi: 1. Tanggung jawab 2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan 3. Kejujuran 4. Hasil guna kegiatan bunga 5. Pengendalian Dari penjelasan diatas, maka diambil kesimpulan bahwa tujuan keuangan daerah adalah:

16 1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparansi, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat bagi masyarakat. 2. Keuangan daerah dibentuk bukan hanya semata-mata untuk mengurus masalah keuangan tetapi juga memberikan pelayanan bagi masyarakat. 2.3 Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) Kementrian Dalam Negeri (KEMENDAGRI) dalam website kemendagri.go.id (2012) menyatakan bahwa, SIPKD merupakan aplikasi yang dibangun oleh Ditjen Keuangan Daerah Kemendagri dalam rangka percepatan transfer data dan efisiensi dalam pengimpunan data keuangan daerah. Di dalam PP No.56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah Pasal 13 huruf a menyatakan penyajian informasi anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pelaporan keuangan daerah yang dihasilkan oleh SIPKD. Aplikasi SIPKD diolah oleh subdit Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah pada Direktorat pelaksanaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah. SIPKD merupakan aplikasi terpadu yang digunakan sebagai alat bantu pemerintah daerah yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditable. Aplikasi ini juga merupakan salah satu manifestasi aksi nyata fasilitasi dari Kementrian Dalam Negeri kepada pemerintah daerah dalam rangka penguatan persamaan persepsi sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam penginterpretasian dan pengimplementasian berbagai peraturan perundang-undangan. Berdasarkan surat edaran Departemen Dalam Negeri Nomor SE.900/122/BAKD, ruang lingkup kegiatan SIPKD terdiri dari lima tahapan pengerjaan: 1. Studi pendahuluan dan penyusunan manajemen proyek.

17 2. Perancangan, pembangunan dan pengujian aplikasi SIPKD dan regional SIPKD secara komprehensif. 3. Melakukan kajian dan finalisasi rencana detail pengadaan dan pendistribusian perangkat keras infrastruktur dan perangkat lunak penunjang (operating system, database, security tools, report generation). 4. Pengelolaan supervise dan koordinasi instalasi perangkat keras infrastruktur dan perangkat lunak penunjang maupun pemberian pelatihan dan pendampingan pengoperasian aplikasi SIPKD pada 171 daerah provinsi/kabupaten/kota. 5. Penyediaan aplikasi yang dapat dikembangkan pasca implementasi dan pemantauan maupun pemeliharaannya sehingga dipastikan bahwa aplikasi dapat berjalan dengan baik. Maksud dan tujuan sasaran SIPKD berdasarkan surat edaran Departemen Dalam Negeri Nomor SE.900/122/BAKD, yaitu: 1. Maksud Program pengembangan dan implementasi SIPKD dan regional SIKD dimaksudkan untuk membantu memudahkan provinsi/kabupaten/kota dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, akuntansi dan pelaporan maupun pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun berkenaan. Dengan dibangunnya sistem ini dapat dimungkinkan tersusun/tersediannya laporan keuangan pemerintah daerah secara tepat dan akurat. 2. Tujuan Tujuan utama Program SIPKD dan Regional adalah mengembangkan, menginstalasikan, dan mengimplementasikan aplikasi keuangan daerah berdasarkan international best practice komputerisasi SIPKD dan Regional SIKD di 33 provinsi dan 138 kabupaten/kota terpilih. 3. Sasaran Sasaran SIPKD dan Regional SIKD adalah:

18 a. Terselesaikannya pengembangan aplikasi, instalasi, dan implementasi komputerisasi SIPKD dan Regional SIKD beserta perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur sistem pada 171 daerah provinsi/kabupaten/kota. b. Peningkatan kinerja manajemen keuangan daerah pada 171 daerah provinsi/kabupaten/kota dan percepatan dalam penyampaian data/informasi keuangan pada Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Pemerintah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan jenjangnya berkaitan dengan konsolidasi dan analisis laporan keuangan. c. Customing (kastemisasi) Proses keuangan daerah sesuai dengan PP, Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan lainnya yang terkait pengelolaan keuangan daerah ke dalam sistem aplikasi computer sedemikian nya sehingga tersedia aplikasi SIPKD dan Regulasi SIKD yang memadai bagi 171 daerah provinsi/kabupaten/kota. d. Pemberian bimbingan dan pelatihan aplikasi bagi staf pada 171 daerah provinsi/kabupaten/kota sehingga memungkinkan terjadinya migrasi data dari aplikasi yang sedang berjalan baik yang masih bersifat manual maupun yang sudah terkomputerisasi secara menyeluruh sesuai dengan kaidah yang berlaku pada international best practice. Berdasarkan surat edaran Departemen Dalam Negeri Nomor SE.009/122/BAKD. 1. Dalam rangka tercapainya efektivitas pengendalian, koordinasi dan menjamin keberlangsungan kegiatan ini, maka Gubernur, Bupati dan Walikota menetapkan Tim Pelaksana Teknis Implementasi SIPKD dan Regional SIKD dengan susunan sebagai berikut: Penasihat : Gubernur/Bupati/Walikota Pengarah/Pembina : Sekretaris Daerah Ketua Tim Pelaksana : Asisten Sekda Bidang Ekonomi dan atau keuangan Sekretaris Tim : Kepala DPPKD/BPKD/Biro Keuangan/Bagian Keuangan

19 Admin Operator :5 7 orang diunsur Bappeda, BPKD, KPDE, KKPTL, Bawasda : 3 orang dari masing-masing SKPD terpilih 2. Terhadap tim pelaksana teknis implementasi SIPKD dan Regional SIKD ini diharapkan dapat mengikuti rapat-rapat koordinasi, bimbingan dan pelatihan aplikasi tingkat pusat dan saerah. 3. Terhadap tim pengelola teknis (admin) dimaksud, akan dipilih secara intensif dan diharapkan menjadi kader bagi daerah dalam implementasi sistem baik ketika bersama konsultan maupun setelah masa pedamping konsultan selesai. Oleh karena itu disarankan agar tenaga-tenaga tersebut dapat berkonsentrasi secara penuh untuk meberikan perhatian dalam pengetahuan dan teknologi. 2.4 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Melalui PP Nomor &1 tahun 2010 ( Perubahan atas PP Nomor 24 tahun 2005) SAP kini didasarkan pada basis akrual. PP Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri dari tiga lampiran utama. Struktur SAP Berbasis Akrual (Lampiran 1 PP/2010) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP): 1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian LAporan Keuangan; 2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; 3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; 4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; 5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; 6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; 7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi AsetTetap; 8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dan Pengerjaan;

20 9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; 10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Operasi yang tidak dilanjutkan; 11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; 12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. Sejalan dengan harapan pemerintah untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah berusaha mewujudkan pelayanan yang prima kepada masyarakat dengan cara membangun teknologi informasi di bidang keuangan atau akuntansi dalam kaitannya pengelolaan keuangan daerah yaitu Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). SIPKD merupakan aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu pemerintah yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel, dan auditable. 2.5 Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Menurut Masmudi (2003), laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) merupakan fase terakhir dari proses akuntansi pemerintah daerah. Laporan keuangan sektor publik pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana public baik dari pajak, retribusi dan transaksi lainnya. Laporan Keuangan merupakan suatu pernyataan entitas pelaporan yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan, merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah selama satu periode. Pernyataan dalamlaporan keuangan daerah dapat bersifat implicit dan eksplisit mengenai keberadaan, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian dan alokasi, penyajian dan pengungkapan serta ketaatan dan kepatuhan.

21 2.6 Penelitian Sebelumnya Dari beberapa penelitian terdahulu yang sejenis atau studi yang pernah dilakukan, maka yang dijadikan pertimbangan untuk penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabe l P. Ayu 2014 Pengaruh Efektivitas Sistem Ratna Penerapan Sistem Informa Dewi Informasi Pengelolaan si Keuangan Daerah Pengelo (SIPKD) Pada Kualitas laanke Laporan Keuangan. uangan Studi Kasus di Daerah Pemerintah Kota Denpasar Hasil Tingkat Efektivitas penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) di Pemerintahan Kota Denpasar secara keseluruhan termasuk dalam Kriteria Efektif (KE) serta berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan di Pemerintah Kota Denpasar.

22 Berdasarkan teori teori di atas, maka dapat dibuat paradigm penelitian pengaruh penggunaan sesudah dan sebelum digunakannya aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) terhadap efektifitas dan kualitas pelaporan keuangan daerah di Pemerintah kota Cimahi. 2.7 Kerangka Pemikiran Pada dasarnya pemerintah bertugas untuk melayani seluruh kebutuhan publik dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah berusaha mewujudkan pelayanan yang prima kepada masyaraat dengan cara membangun teknologi informasi di bidang keuangan atau akuntansi dalam kaitannya pengelolaan keuanagan daerah yaitu Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). SIPKD merupakan aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu pemerintah yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel, dan auditable. dengan adanya aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) diharapkan dapat mempermudah pemerintah untuk mengelola keuangan di daerahnya dengan efektif, efisien, dan ekonomis serta dapat menghasilkan laporan keuangan pemerintah yang andal dan relevan.

23 Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut: X EFEKTIVITAS SIPKD Y KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH 1. PP No.56 tahun 2005 2. SE.900/1199/BAKD 1. PP No.71 2010 2. Standar Akuntansi Pemerintah Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Penerapan SIPKD berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan daerah.