Peningkatan Pendapatan Melalui Usahatani Bawang Merah dan Cabai di Kalimantan Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAYURAN PADA LAHAN LEBAK DI KALIMANTAN SELATAN (Kasus di Desa Amparaya Kabupaten Hulu Sungai Selatan)

Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

Abstrak

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Peluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

Cara Menanam Cabe di Polybag

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA USAHA TANI BAWANG DAUN (Allium fistulusom L) DI KELURAHAN BINUANG KECAMATAN BINUANG KABUPATEN TAPIN KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH

BUDIDAYA BAWANG MERAH

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Penerapan Inovasi Teknologi Beberapa Varietas Bawang Merah di Daerah Dataran Rendah Sulawesi Barat

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS USAHATANI SAYURAN DI DATARAN TINGGI KERINCI PROVINSI JAMBI. Suharyon Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

RENTABILITAS USAHATANI CABAI RAWIT VARIETAS TARUNA DI KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

Tahun Bawang

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Transkripsi:

Peningkatan Pendapatan Melalui Usahatani Bawang Merah dan Cabai di Kalimantan Selatan Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jln. Panglima Batur Barat No : 4 Banjarbaru Kalimantan Selatan Telp :0511-4772346 Fax :0511-781810 E-mail : rismarini zuraida@gmail.com Abstrak Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penunjang yang sangat penting dari pembangunan ekonomi di Indonesia. Komoditas hortikultura telah mendapatkan perhatian di samping tanaman pangan. Bawang merah dan cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura terutama untuk daerah Kalimantan yang secara nasional diprioritaskan pengembangannya. Kabupaten Tapin merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Propinsi Kalimantan Selatan yang memulai untuk mengembangkan sayuran diantaranya bawang merah dan cabai. Melihat laju pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, kebutuhan pasar yang meningkat dan harga jual yang tinggi merupakan faktor yang dapat merangsang petani untuk dapat meningkatkan produksi bawang merah dan cabai baik dari segi kuantitas maupun kualitas dan untuk meningkatkan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan usahatani bawang merah dan cabai menunjang pendapatan petani. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu bertempat di Desa shabah Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin pada bulan Juli sampai Oktober 2015. Penelitian di laksanakan dengan observasi lapangan yang difokuskan pada permasalahan dan peluang pengembangan usahatani bawang merah dan cabai. Sedangkan data yang di ambil pada penelitian ini yaitu data primer yang di ambil dari petani dan data skunder adalah data penunjang yang diambil dari Instansi terkait. Metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara secara kelompok (Fokos Group Discoution). Data dianalisis secara deskreftif dan analisis Finansial. Hasil kajian menunjukan bahwa menanam sayuran : bawang merah dan cabai dengan luas pengusahaan sekitar 0,5 Hektar produktivitas bawang merah 6 ton dengan penerimaan sebesar Rp 60.000.000,-(R/C ratio : 1,71) dan untuk cabai penerimaannya sebesar Rp 50.000.000,- (R/C ratio : 2,16). Komoditas Bawang merah dan cabai kalau diusahakan memang sudah menguntungkan ditunjukan R/C Ratio > 1. tapi perlu perbaikan teknologi dan pengelolaan lahan yang baik untuk pengembangan selanjutnya karena berpeluang yang lebih baik untuk dikembangkan. Kata kunci : Bawang Merah dan Cabai, Pendapatan Pendahuluan Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peran strategis dalam pembangunan nasional karena diantaranya sebagai sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto, sumber devisa, bahan baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor riil lainnya. Oleh sebab itu, sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Menonjolnya sektor pertanian terutama ditunjang oleh ketersediaan lahan yang cukup dan subur, serta iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Dengan alasan ini maka peningkatan kapasitas produksi pertanian merupakan salah satu jalan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Sektor pertanian umumnya masih dihadapkan pada beberapa permasalahan seperti, keterbatasan modal yang dimiliki petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Kebutuhan modal yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun beriringan dengan semakin melonjaknya harga Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 963

input pertanian, seperti pupuk, pestisida maupun upah tenaga kerja. Dengan kecenderungan seperti ini, maka pembiayaan yang selama ini mengandalkan subsidi pemerintah semakin tidak memadai serta bukan pilihan yang bijaksana mengingat semakin besarnya beban anggaran yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk membiayai pembangunan secara keseluruhan. Peningkatan kebutuhan komoditi pertanian dalam negeri maupun luar negeri seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, mendorong usaha untuk meningkatkan produksi pertanian merupakan langkah yang strategis. Dalam kondisi yang demikian, maka usahatani dilakukan harus dengan pertimbangan produksi yang efisien secara teknis maupun finansial. Usahatani komoditi pertanian diarahkan untuk terciptanya usahatani yang memiliki daya saing dan kemampuan produksinya yang dapat memenuhi permintaan pasar guna mencapai keuntungan maksimum bagi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Kondisi inilah yang pada akhirnya memberikan harapan jaminan meningkatnya kesejahteraan para pelaku usahatani. Tanaman holtikultura seperti bawang merah merupakan jenis komoditi pertanian tanaman pangan yang mampu mempunyai kedudukan sangat penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat maupun dalam perekonomian nasional. Selain sebagai komoditas yang secara luas dan umum dikembangkan oleh masyarakat, bawang merah mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki peluang pasar domestik dan luar negeri yang cukup baik guna meningkatkan pendapatan petani maupun devisa Negara yaitu dari komoditi non migas. Dalam agribisnis hortikultura ada beberapa ciri khas khusus yang dimiliki antara lain : Usahatani yang dilakukan lebih berorentasi; Bersifat padat modal; Resiko harga relative tinggi karena cepat rusak; Harga sangat berfluktutif; Jadi posisi tawar petani sangat lemah karena petani sayuran ( bawang merah dan cabai) biasanya panen raya yang bersamaan waktu sejalan dengan penelitian ( Hadi et al, 2000). Kabupaten Tapin khususnya di Desa Shabah usahatani bawang merah dan cabai memiliki perkembangan produksi yang cukup baik. Hal ini seperti ditunjukkan dengan jumlah produksi yang meningkat dari tahun ke tahun yang didukung oleh pemerintah daerah yang mulai kategori inisiasi dan saat ini sudah mulai berkembang terus. Bawang merah dan cabai sebagai salah satu jenis tanaman holtikultura umumnya mempunyai sifat-sifat seperti diproduksi musiman, selalu segar, jumlahnya banyak tapi nilainya relative kecil, tanaman lokal yang spesifik dimana tidak dapat diproduksi disetiap tempat. Dengan sifat-sifatnya ini, maka sangat berpengaruh pada mekanisme produksi sehingga sering terjadi harga produksi komoditi bawang merah di pasar berfluktuasi tajam. Apabila hasil produksi pertanian berfluktuasi maka yang sering dirugikan adalah pihak petani atau produsen (Irawan et al, 2001). Dengan disadarinya potensi produksi komoditi bawang merah dan cabai di Kabupaten Tapini, maka penting dalam proses pembangunan melalui sektor pertanian untuk mempertimbangkan pengembangan produksi komoditi bawang merah dan cabai. Akan tetapi, masalah alokasi modal untuk pembiayaan input produksi yang menjadi kendala dalam usahatani merupakan hal yang membutuhkan perencanaan dengan tepat dan penggunaannya saprodi yang efisien. Oleh karena itu, maka dapat melahirkan program-program pengembangan produksi komoditi bawang merah dan cabai yang bersifat antisipatif dan memberikan jaminan tercapainya tujuan meningkatknya produksi untuk memaksimumkan keuntungan petani dan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan usahatani bawang merah dan cabai di lahan tadah hujan dengan permasalahannya. 964 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Metodologi Penelitian dilaksanakan di Desa Shabah, Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan, dilaksanakan yaitu bulan Juli sampai Oktober 2015. Adapun jenis dan prosudur pengumpulan data meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder di peroleh dari Instansi yang terkait dan data primer di peroleh dari pengamatan langsung di lapangan pada Demplot yang sudah ada masing-masing cabai dan bawang merah seluas 0,2 Hektar. Untuk pembanding diambil 30 responden yang berusahatani di luar demplot. Untuk yang di luar demplot pendekatannya dengan focus group dan PRA ( Participatory Rural Appraisal). Focus group dan PRA adalah metode penelitian partisipatif dengan melibatkan masyarakat dengan metode partisipatif yang berorientasi pada proses pembelajaran dan melibatkan sebanyak mungkin berbagai kalangan masyarakat (Chambers, 1996). Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan analisis kelayakan Finansial (analisis biaya dan pendapatan). Hasil dan Pembahasan Teknologi Budidaya Bawang Merah dan Cabai di Lahan Petani Teknologi Budidaya Bawang Merah Pengolahan Tanah. Setelah lahan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar lainnya, maka sebaiknya pada permukaan tanah disebar pupuk kandang dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2. Tanah yang sudah ditamburi pupuk kandang kemudian diluku dan digaru dan kondisi ini biarkan selama waktu kurang lebih 1 minggu. Hal lainnya yang harus dilakukan adalah membuat bedengan dengan lebar 120-180 cm. Perlu diperhatikan bahwa diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm. Bila ph tanah kurang dari 5,6, maka sebaiknya diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.. Pupuk. Untuk pupuk dasar yaitu diberikan pupuk kandang(kotoran Ayam) dan ditambahkan kapur dolomite diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Pupuk yang di pergunakan di petani (80%) memakai pupuk majemuk (NPK) di berikan 3 kali pemberian yang pemupukan pertama (I) diberikan 30 Kg/Ha sebelum ditanam (0 hari). Pemupukan ke dua ( II) 30 Kg pada saat tanaman umur 15 hari dan pemupukan ke tiga ( III) diberikan pada tanaman umur 30 hari yaitu 30 kg/ha. Hasil-hasil penelitian menurut: (Hidayat &Rosliani 1996) dan (Sumarni & Suwandi 1993), (Suwandi dan Hilman 1992), (Nap itupulu & Winarno 2010) adalah pemupukan pada tanaman bawang merah menggunakan umbi konvensional mmenunjukan bahwa kebutuhan pupuk untuk produksi umbi bervariasi tergantung pada varietas musim tanam dan jenis tanah. Pemilihan Bibit. Petani dalam hal memilih bibit tidak bisa memilih bibit yang memenuhi syarat di karenakan bibit yang ada tidak banyak tersedia di tempat. Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. Sementara umbi bibit yang baik adalah umbi yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya). Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah umbi bibit harus sehat, ditandai Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 965

dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau). Jarak Tanam. Jarak tanam yang digunakan petani kebanyakan pada adalah 15 x 15 cm dengan jenis tanaman adalah varietas Bima, untuk musim penghujan jarak tanaman adalah berukuran 20 x 15 cm. Juga tergantung pada tujuan penanamannya baik untuk bibit atau untuk konsumsi. Kerapatan/jarak tanam berhubungan dengan erat dengan populasitanaman per satuan luas, dan persaingan antar tanaman dalam penggunaan cahaya,air, unsur hara dan ruangan sehingga dapat perpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi (Brewster dan Salter 1980). Jarak tanam yang optimal untuk produksi umbi bawang merah menggunakan benih umbi konvensional (4-5 grm/umbi) ialah 10 x 20 cm atau 15 x 20 cm ( Stallen dan Hilman 1991) dan (Hidayat dan Rosliani 2003) Penyiangan dan Pembumbunan. Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara manual untuk membuang gulma atau tumbuhan liar. Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran. Pengairan. Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %. Pengamatan Hama dan Penyakit. Pengamatan hama dan penyakit di laksanakan setiap hari. Apabila ada gejala harus dikendalikan. Panen dan Pasca panen. Petani melihat daunnya bila 60-90 % daun telah rebah panen siap di panen, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari. Panen dilakukan pada pagi hari. Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan. Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Teknologi Budidaya Cabai Persemaian, Tanah persemaian digemburkan dan dibikin bedengan dengan lebar 125 cm panjang menurut ukuran tanah dan diberi pupuk kandang dan pupuk SP 36. Kalau pupuk sudah menyatu sekitar 2-3 hari baru di tabur benih. Setelah itu ditutup dengan tanah atau sekam untuk menghindari hujan dan angin. Benih cabai dapat dipindahkan setelah berumur 4-5 minggu. Pengolahan Tanah, Sambil menunggu bibit yang disemai akan dipindahkan, petani menyiapkan dengan pengolahan tanah dengan pemberian pupuk kandang yang dicampur dengan SP 36 lahan diamkan selama 20 hari. Satu hektar membutuhkan pupuk kandang 15 ton. Jarak tanamnya adalah 50 x 60 Cm. 966 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Pemeliharaan dan Pemupukan, Pupuk yang di pergunakan yaitu pupuk majemuk NPK 600 Kg per Hektar. Pemupukan di laksanakan sebanyak 3 kali yaitu umur setelah berumur 15 20 hari setelah tanam dilakukan pemupukan pertama. Pada umur 35 40 hari setelah tanam dipupuk lagi. Pemupukan selanjutnya pada umur 60 hari setelah tanam. Analisis Finansial Usahatani Bawang Merah dan Cabai Tabel 1 menunjukkan bahwa usahatani bawang merah sangat menguntungkan dilihat dari nilai R/C Ratio menunjukan > 1. Petani demplot nilai R/C Ratio: 2,9 dan untuk yang petani yang di luar demplot 2,15. Juga untuk MBCR sangat tinggi 13,16 berarti sangat layak untuk diusahakan. Tabel 1. Analisis Finansial Usahatani Bawang merah per Hektar Di Desa Shabah Kabupaten Tapin Di Lahan Tadah Hujan Kalimantan Selatan tahun 2015. U r a i a n Bawang Merah (luar Demplot) Bawang Merah (Demplot) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) a. Penerimaan (Ton) 10 200.000.000 15 300.000.000 b. Saprodi : Bibit/ Umbi (Ton) 1 70.000.000 1 70.000.000 Urea (kg) 100 200.000 100 200.000 NPK (Kg) 500 5.000.000 1000 10.000.000 Pupuk Kandang (ton) 1 1.000.000 4 4.000.000 Kapur/dolomit 2 1.000.000 2 1.000.000 Obat-obatan (padat, cair) 1 1.000.000 2 2.000.000 c. Tenaga kerja : Pengolahan lahan 20 2.000.000 20 2.000.000 Penanaman 20 2.000.000 20 2.000.000 Pemupukan 20 2.000.000 20 2.000.000 Pemeliharaan/penyiangan 50 5.000.000 50 5.000.000 Penen & Pasca Panen 40 4.000.000 40 4.000.000 d. Total biaya 93.000.000 100.200.000 e. Pendapatan 105.000.000 199.800.000 f. R/C Rasio 2,15 2,9 g. MBCR 13,16 Tabel 2. menunjukan bahwa usahatani cabai juga sangat menguntungkan di usahakan petani juga terlihat dari R/C Ratio untuk demplot 4,2 dan petani di luar demplot 3,5 berarti R/C ratio > 1 (Soekartawi. 1995). juga MBCR : 7,18 berarti sangat layak diusahakan. Melihat itu semua cabai dan bawang merah di lokasi pengkajian ini mempunyai peluang untuk ditingkatkan dilihat dari tekhnologi cabai dan bawang merah yang masih sederhana. Melihat dari produktivitas dan pendapatan serta R/C Ratio yang di peroleh maka berpeluang besar untuk dikembangkan, dengan memperhatikan beberapa factor diantaranya : (1) Penggunaan varietas unggul spesifik lokasi. (2) Efisiensi pemupukan. (3) Pengendalian gulma secara langsung atau secara tidak langsung. (4) Pengendalian hama penyakit t anaman. Penggunaan Varietas unggul spesifik lokasi, harus dilihat beberapa varietas yang benar-benar adaftif di lokasi/lahan tersebut sehingga mendapat produktivitas yang optimal. Efisiensi pemupukan kita harus sesuai dengan rekomendasi yang sesuai dengan lokasi tersebut sehingga hemat biaya dan tenaga. Untuk pengendalian hama dan penyakit kita harus monitoring secara terus menerus jadi seandainya ada terdapat gejala kita cepat antisipasi. Untuk mendukung keberlanjutan system produksi tersebut,maka harus diupayakan penyediaan teknologi pertanian yang ramah lingkungan melalui Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 967

pemanfaatan pupuk organik, pengendalian hama terpadu (PHT). Memelihara kelestarian lingkungan, dan menjaga keberlanjutan system produksi yang berhubungan dengan sumberdaya pertanian merupakan sumberdaya yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat, maka tindakan perawatan, pelestarian dan peningkatan mutu sumberdaya pertanian mutlak diperlukan (Kartaatmadja,S dan Soemarno 2001). Tabel 2. Analisis Finansial Usahatani Cabai per Hektar Di Desa Shabah Kabupaten Tapin Di Lahan Tadah Hujan Kalimantan Selatan tahun 2015. U r a i a n Cabai (Demplot) Cabai (non demplot) Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp) a. Penerimaan (ton) 11 165.000.000 8 120.000.000 b. Saprodi : Benih (bks) 50 5.000.000 50 5.000.000 Urea (kg) 100 200.000 100 200.000 NPK (Kg) 1 000 10.000.000 500 5.000.000 Pupuk Kandang (Ton) 20 5.000.000 10 2.500.000 Kapur/dolomit (Ton) 2 1.000.000 2 1.000.000 Polybag ( pak) 15 500.000 2 1.000.000 Tonggak/batang 20.000 2.000.000 20.000 2.000.000 Obat-obatan (padat, cair)/paket 2 500.000 4 2.000.000 c. Tenaga kerja : Pengolahan lahan 20 2.000.000 20 2.000.000 Penanaman 20 2.000.000 20 2.000.000 Pemupukan 20 2.000.000 20 2.000.000 Pemeliharaan/peniangan 50 5.000.000 50 5.000.000 Penen & Pasca Panen 40 4.000.000 40 4.000.000 d. Total biaya 39.200.000 33.700.000 e. Pendapatan 125.800.000 86.300.000 f. R/C Rasio 4,2 3,5 g. MBCR 7,18 Kesimpulan dan Saran 1. Usahatani Bawang merah yang diusahakan sangat menguntungkan petani ini terlihat dari pendapatan untuk demplot Rp 199.800.000,- dan untuk non demplot Rp 105.000.000,- ini juga ditunjukan dengan R/C Ratio : 2,9 dan 2,15 (R/C Ratio > 1) dan MBCR : 13,16. 2. Usahatani cabai yang diusahakan juga sangat menguntungkan petani ini terlihat dari pendapatan untuk demplot Rp 125.800.000,- dan untuk yang non Rp 86.300.000,- juga di tunjukan R/C Ratio : 4,2 dan 4,2 (R/C Ratio > 1) dan MBCR : 7,18. 3. Peluang usaha dapat ditingkatkan melalui inovasi teknologi dan pengendalian hama dan penyakit dengan memperhatikan lingkungan Daftar Pustaka 968 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Brewster and Salter, P.J.. 1980. A Comparison of the effect of regular versus random within row spacing on the yield and uniformity of size of spring sown bulb onion. J. Hort. Sci. Vol 55 No 3. Halaman 235-58 Chambers, 1996 PRA ( Participatory Rural Appraisal) Memahami Desa Secara Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta. Hadi,Mayrowani,Supriyadi dan Sumedi,2000. Review and Outlook Pengembangan Komoditas Hortikultura. Seminar Nasional Perspektif Pembangunanan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 ke Depan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan. Bogor Hidayat,A dan Rosliani 1996, Pengaruh pemupukan N,P dan K pada pertumbuhan dan produksi bawang merah kultivar, Semenap J. Hort Vol 5 no 5 Irawan,Nurmanaf,Hastuti E.L. Muslim,C. Supriatna,Y.V.Darwis,2001. Kebijakan Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Hortikultura. Laporan Akhir Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan. Bogor Kartaatmadja,S. dan Soemarno.2001. Teknologi Pertanian Lahan Sawah Tadah Hujan dalam Prosiding Seminar Nasional Budi Daya Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan, Jakenan, 7 Maret 2000. Puslit Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian Bogor. Napitupulu,D dan Winarno, L 2010,, Pengaruh pemberian pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah, J Hort, Vol 20 no, 1 Sitorus, S.R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Edisi Ketiga. Tarsito. Bandung. Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. Sumarni & Suwandi 1993, Pengaruh langsung pemberian pupuk nitrogen pelepas lambat(srn) pada tanaman bawang merah. J Hort, Vol 3. Halaman 8-10 Suwandi dan Hilman,Y. 1992. Pengaruh pemberian Nitrogen dan triple super phosphate pada bawang merah, Bul penelt Hort volume 22, nomor 4 halaman 28-40 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 969