BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 8 Manajemen Persediaan

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. maka penulis melakukan studi pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

MANAJEMEN PERSEDIAAN

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

Pengelolaan Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

BAB 2 LANDASAN TEORI

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

BAB III LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

ANALISIS EFISIENSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN SETENGAH JADI DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITIY

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

BAB 2 LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan jenis operasi perusahaan, persediaan dapat diklasifikasikan

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN KEUANGAN 1 (Manajemen Modal Kerja)

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui proses penyusunan anggaran. Oleh karena itu dibutuhkan suatu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur. 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan merupakan aktiva lancar yang memiliki jumlah cukup besar dalam perusahaan dan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Menurut Agus Sartono dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (2001:443) menjelaskan bahwa ditinjau dari degi neraca persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan. Sedangkan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.14 Tahun 2009 Halaman 14.2 dijelaskan bahwa persediaan adalah aset : (a). tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa. (b). dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau (c). dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. 13

14 2.1.2 Jenis-jenis Persediaan Persediaan merupakan elemen yang sangat penting bagi perusahaan. Jumlah persediaan yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Jumlah persediaan yang terlalu tinggi misalnya, akan mempengaruhi harga pokok produk begitu juga sebaliknya terhadap angka persediaan yang terlalu rendah. Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang diperoleh dalam keadaan harus dikembangkan yang akan menjadi bagian utama dari barang jadi atau barang-barang berwujud yang diperoleh untuk penggunaan langsung dalam proses produksi sedang persediaan barang dalam proses meliputi produk-produk yang telah mulai dimasukkan dalam proses produksi. Persediaan bahan baku ini kemudian diolah kembali menjadi produk-produk olahan yang siap untuk dijual kepada konsumen. Jenis persediaan di setiap perusahaan akan selalu berbeda tergantung bergerak di bidang apa perusahaan yang terkait. Menurut Handono Mardiyanto dalam bukunya yang berjudul Intisari Manajemen Keuangan (2009:142) persediaan terdiri atas tiga jenis, yakni bahan baku (raw material), barang setengah jadi (work-in-process), dan barang jadi (finish goods) : a. Bahan baku, semua item yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses, barang yang masih dalam proses penyelesaian. c. Barang jadi, hasil akhir dari proses produksi, tetapi belum dijual.

15 Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik (manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Karena itu jenis-jenis persediaan menurut Freddy Rangkuti (2007:8) terdiri dari : 1. Persediaan Bahan Baku (raw material stock) 2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components) 3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock) 4. Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock) 5. Persediaan Barang Jadi (finished good stock) Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut : 1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barangbarang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam

16 proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan barangbarang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim pada langganan. Definisi lain dipaparkan oleh Agus (2001:443) mengatakan bahwa jenis persediaan perusahaan menurut jenis perusahaannya meliputi: a. Perusahaan Jasa Persediaan bahan pembantu atau persediaan habis pakai b. Perusahaan Manufaktur Meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang jadi, persediaan barang dalam proses dan persediaan pembantu. Dari ketiga pendapat mengenai jenis-jenis persediaan dalam perusahaan, disimpulkan bahwa terdapat tiga elemen penting persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang jadi, dan persediaan barang dalam proses. Ketiga jenis persediaan itu digunakan baik dalam perusahaan manufaktur. 2.1.3 Tujuan Pengelolaan Persediaan Pengelolaan persediaan sangat penting dalam kegiatan operasi perusahaan. Kelebihan atau kekurangan persediaan akan menghambat kontinuitas kegiatan perusahaan. Menurut Agus Ristono dalam bukunya yang berjudul Manajemen Persediaan (2009:4) tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut:

17 a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat (memuaskan konsumen) b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi, hal ini dikarenakan alasan: 1. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga sulit untuk diperoleh. 2. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan. c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan. d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar. e. Menjaga supaya penyimpanan dan emplacement tidak besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar. Dari beberapa tujuan pengendalian yang telah disebutkan, tujuan dilakukannya pengendalian persediaan adalah untuk menjamin tersedianya bahan baku atau bahan penolong sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan Agar perusahaan dapat menentukan kebijakannya dalam mengelola persediaan, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan. Agus Ristono dalam bukunya yang berjudul Manajemen Persediaan

18 (2009:6) memaparkan bahwa besar kecilnya persediaan bahan baku dan bahan penolong dipengaruhi oleh faktor: a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat persediaan bahan baku. Volume produksi yang direncanakan, hal ini ditentukan oleh penjualan terdahulu dan ramalan penjualan. Semakin tinggi volume produksi yang direncanakan berarti membutuhkan bahan baku yang lebih banyak yang berakibat pada tingginya tingkat persediaan bahan baku. b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan baku yang tinggi dan sebaliknya. c. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau tahan lama (undurable good). Barang yang tidak tahan lama tidak dapat disimpan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang diperlukan tergolong bahan baku yang tidak tahan lama maka tidak perlu disimpan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan untuk bahan baku yang memiliki sifat tahan lama, maka tidak ada salahnya perusahaan menyimpannya dalam jumlah besar. Jadi besar kecilnya persediaaan yang ada pada perusahaan sangat bergantung dari beberapa faktor antara lain ramalan kebutuhan persediaan berdasarkan data historis, proses produksi yang terus menerus atau tidak dan sifat dari persediaan apakah cepat rusak atau tahan lama.

19 2.2 Konsep Biaya 2.2.1 Pengertian Biaya Di dalam pengendalian persediaan tentunya tidak terlepas dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelola persediaannya. Biaya-biaya inilah yang nantinya akan dijadikan patokan sebagai dasar penentuan harga pokok produksi, harga jual barang, dan pengendalian persediaan dalam upaya mencapai laba yang optimal. Konsep biaya telah berkembang dari masa ke masa sesuai dengan kebutuhan. Menurut Mursyidi (2008:13) biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang tidak dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Carter dan Usry (2006:29), biaya didefinisikan senagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaaat. Pengertian lain mengenai biaya yang dipaparkan oleh Hansen dan Mowen (2001:38) adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang organisasi. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya (2006:4) Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi baik yang berwujud seperti kas ataupun tidak berwujud yang

20 mempunyai nilai ekuivalen dengan kas yang telah terjadi atau mungkin akan terjadi dan diharapkan akan membawa keuntungan ataupun manfaat masa ini dan masa datang untuk organisasi. 2.2.2 Biaya Persediaan Dalam Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.14 Tahun 2009 Halaman 14.2 dijelaskan bahwa : Biaya Persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Persediaan yang ada tidak luput dari biaya-biaya yang melekat padanya. Menurut Freddy Rangkuti (2007:16), biaya-biaya yang melekat dalam persediaan yaitu: 1. Biaya Penyimpanan (holding/carrying costs) Biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan, apabila persediaan banyak maka biaya penyimpanan tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (seperti penerangan, pendingin ruangan dan lain-lain), biaya modal (opportunity cost of capital), biaya asuransi persediaan, biaya kerusakan dan lain-lain. 2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering/procurement costs) Biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali

21 pesan. Biaya-biaya ini memiliki biaya telepon, biaya pemrosesan pesanan, biaya ekspedisi, upah, biaya inspeksi dan lain-lain. 3. Biaya penyiapan (manufacturing/set-up costs) Biaya ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri, biaya-biaya ini terdiri dari biaya mesin-mesin menganggur, biaya penjadwalan, biaya persiapan tenaga kerja langsung dan lain-lain. 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs) Biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan antara lain kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, biaya pemesanan khusus, terganggunya operasi, selisih harga dan lain-lain. Adapun pendapat lain, yang dipaparkan oleh Agus Ristono (2009:22) dalam bukunya Manajemen Persediaan, biaya persediaan dapat dibedakan menjadi : 1. Ongkos Pembelian (Purchase Cost) Biaya yang berasal dari biaya produksi per unit apabila perusahaan memproduksi sendiri atau harga beli per unit apabila perusahaan membeli dari pihak luar. 2. Ongkos Pemesanan atau Biaya Persiapan (Order Cost/Set-up Cost) Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan barang ke Supplier meliputi biaya persiapan pesanan (misalnya biaya telepon, biaya surat menyurat), biaya penerimaan barang (misalnya biaya pembongkaran barang, biaya pemeriksaan barang), biaya-biaya proses pembayaran (misalnya biaya pembuatan cek, biaya transfer)

22 3. Ongkos Simpan (Carrying/Holding/Storage Cost) Semua biaya yang timbul akibat penyimpanan barang di gudang, misalnya fasilitas penyimpanan, sewa gudang, asuransi, pajak dan lain-lain. Besar kecilnya biaya penyimpanan tergantung dari jumlah rata-rata barang yang disimpan. 4. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout Cost) Biaya yang timbul akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diminta atau yang diperlukan, misalnya kehilangan pendapatan, terganggunya operasi dan lain-lain. Menurut Mursyidi (2008:171) dalam bukunya Akuntansi Biaya menyebutkan ada lima kategori biaya yang menjadi alasan pentingnya mengelola persediaan barang yaitu: 1. Biaya Pembelian (Purchasing Costs) Biaya yang berasal dari harga barang ditambah dengan biaya angkut pembelian. 2. Biaya order pembelian (ordering costs) Biaya yang terkait dengan proses pembelian ditambah biaya proses penerimaan dan inspeksi spesifikasi barang yang diterima apakah sesuai dengan order pembeliannya. 3. Biaya penyimpanan (Carrying Costs)

23 Biaya yang brthubungan dengan persediaan yang diterima dan biaya yang berhubungan dengan penyimpanan misalnya sewa gudang, biaya pemeliharaan, biaya asuransi dan lain-lain. 4. Biaya pengeluaran barang (Stockout Costs) Biaya yang berhubungan dengan pengiriman barang kepada konsumen dan kerugian-kerugian akibat kerusakan barang dalam perjalanan dan akibat tidak tercapainya margin yang diharapkan. 5. Biaya kualitas (Quality Costs) Biaya yang dikeluarkan akibat untuk memenuhi standar konsumen yang terdiri dari prevention costs, appraisal costs, internal failure cost dan external failure cost. Jadi, biaya persediaan terdiri dari biaya order pembelian, biaya pembelian, biaya persiapan jika persediaan diproduksi sendiri, biaya konversi pembelian, biaya penyimpanan, biaya kualitas, biaya pengeluaran persediaan dan biaya kekurangan persediaan. 2.3 Metode Pengendalian Persediaan Persediaan yang ada pada perusahaan tentulah tergantung dengan keadaan perusahaan, sehingga metode pengendalian persediaan pun terbagi menjadi beberapa macam. Fredy Rangkuti (2007:14) menyebutkan bahwa sistem pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan dan pengendalian

24 yang menentukan tingkat persediaan tertentu dengan tujuan meminimalkan biaya dan menjaga ketersediaan persediaan pada perusahaan. Dalam buku Manajemen Keuangan karangan Agus Sardono terdapat beberapa macam sistem pengendalian persediaan, yaitu: a. Economic Order Quantity (EOQ) Terdiri dari Biaya Pesan (Ordering Cost) dan Biaya Simpan (Carrying Costs). Dalam metode ini diasumsikan bahwa permintaan akan bahan dimasa yang akan datang dapat diketahui dengan relatif pasti dan konstan dari waktu ke waktu. Selain itu lead time dapat diketahui secara pasti. b. Sistem Komputerisasi Dalam sistem komputerisasi ini dimungkinkan pencatatan persediaan, pengurangan dan pengolahan data persediaan yang dilakukan dengan cepat. Selain itu komputer juga dapat menyediakan data kapan harus dilakukan pesanan kembali. Sebagai contoh alat scanner yang digunakan untuk men-scan barcode yang tertera disetiap produk yang dijual, proses tersebut memungkinkan untuk melakukan pencatatan transaksi dengan cepat. Data yang disajikan mencakup pengurangan persediaan, penentuan harga pokok penjualan sampai dengan penyediaan margin atas produk yang dijual. c. Sistem Just-In-Time Metode yang dikembangkan di Jepang ini mensinkronkan kecepatan bagian produksi dengan bagian pengiriman. Metode yang dikembangkan pertama kali oleh perusahaan Toyota ini, menekankan persediaan yang harus dipertahankan

25 dengan cara menyesuaikan kecepatan proses perakitan dengan pengiriman bahan dari suppliernya. Hal ini menjadikan bahwa perusahaan tidak harus menyimpan persediaan yang besar, tetapi dibutuhkan koordinasi yang baik antara bagian perakitan dengan supplier baik menyangkut kuantitas, kualitas, dan ketepatan spesifikasi lainnya. d. Sistem Pengendalian A-B-C Berbeda dengan metode EOQ, yang mengasumsikan bahwa pemakaian persediaan relatif konstan, walaupun dalam kenyataannya tidak jarang tingkat pemakaian dan frekuensi pemakaian berubah setiap waktu. Oleh karena itu, metode ABC merupakan metode yang tepat untuk digunakan dalam penggunaan persediaan yang berubah-ubah. Pada prinsipnya metode ini memperhatikan faktor: harga atau nilai persediaan, frekuensi pemakaian, risiko kehabisan barang, dan lead time. e. Material Requirement Planning (MRP) Metode Material Requirement Planning digunakan dalam kasus apabila persediaan dan produksi atas suatu material ditentukan oleh produksi meterial yang lain (dependent demand). Pada hakikatnya MRP merupakan sistem informasi yang berbasis komputer untuk penjadwalan produksi dan pembelian item produksi yang bersifat dependen. Definisi mengenai jenis-jenis metode pengendalian bahan baku juga dipaparkan oleh Carter dan Usry dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya yaitu:

26 a. Metode siklus pesanan (Order Cycling Method) atau metode peninjauan siklus Dalam metode ini dilakukan pemeriksaan secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas. Pada setiap periode, peninjauan dalam sistem siklus pesanan dimana pesanan dilakukan agar jumlah persediaan mencapai tingkat yang diinginkan, yang dinyatakan sebagai besarnya pasokan untuk sekian hari atau minggu. b. Metode minimum-maksimum Metode ini didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada pada kisaran batas tertentu. Jumlah maksimum untuk setiap item telah ditetapkan. Observasi secara fisik untuk pencapaian titik pemesanan diilustrasikan dalam metode dua tempat. Dalam metode tersebut setiap item persediaan disimpan dalam dua tempat, tumpukan, atau kumpulan. Tempat pertama berisi persediaan yang akan mencukupi penggunaan item selama periode waktu antara penerimaan suatu pesanan dengan penempatan pesanan berikutnya. Sedangkan tempat kedua berisi jumlah normal yang digunakan dari tanggal pemesanan hingga tanggal pengantaran ditambah persediaan pengaman. c. Pengendalian selektif Pengendalian ini sering juga disebut dengan rencana ABC (tidak ada hubungannya dengan metode ABC). Persediaan dibagi menjadi tiga kategori dimana persediaan yang nilainya kritis merupakan item A yang berada dalam pengendalian yang paling ketat, persediaan yang nilainya menengah disebut item

27 B dan berada dalam pengendalian yang moderat. Terakhir persediaan dengan nilai rendah disebut sebagai item C. 2.4 Economic Order Quantity (EOQ) 2.4.1 Pengertian EOQ Untuk dapat menentukan tingkat pemesanan persediaan yang optimal dapat digunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) atau Analisis Kuantitas Pesanan Ekonomis. Menurut Agus (2001:446), terdapat tiga jenis biaya yang berkaitan dengan persediaan yang harus dipertimbangkan dalam menentukan persediaan yang optimal. Ketiga jenis biaya itu adalah: Biaya Pesan (Ordering Costs), Biaya Simpan (Carrying Costs), dan biaya Kehabisan Bahan (Stockout Costs). Dari ketiga biaya tersebut menurut buku Manajemen Keuangan (2001:447) terdapat berbagai cara untuk menentukan persediaan yang optimal, salah satunya adalah penggunaan metode EOQ. Metode EOQ termasuk metode klasik yang sering digunakan oleh perusahaan. Dalam metode EOQ ini diasumsikan bahwa permintaan bahan baku di masa mendatang relatif konstan dan pasti dalam setiap periode berjalan. Menurut William K. Carter (2009:314) yang diterjemahkan oleh Krista menyatakan bahwa Jumlah pesanan optimal adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan dari biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.

28 Adapun definisi lain menurut Mursyidi (2008 : 172) bahwa Economic Order Quantity (EOQ) adalah Jumlah persediaan sama dengan jumlah pemakaian (usage) ditambah pemakaian sisa (idle). Persediaan sisi ini yang nantinya menjadi cadangan bagi setiap kenaikan permintaan secara tiba-tiba. Dari definisi-definisi yang telah dipaparkan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode klasik yang digunakan untuk menghitung jumlah pembelian yang optimal dengan biaya yang paling minimal dengan asumsi bahwa permintaan bahan baku selalu konstan dan pasti dari waktu ke waktu. 2.4.2 Syarat Penerapan Economic Order Quantity (EOQ) Penerapan EOQ pada perusahaan akan lebih akurat apabila terlebih dahulu perusahaan mengetahui apakah metode EOQ adalah metode yang cocok diterapkan di perusahaan atau tidak. Menurut Mursyidi (2008:172), model EOQ dapat diterapkan dengan beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Ada kuantitas yang tetap sama pada setiap pemesanan kembali (reorder point). 2. Permintaan, biaya pemesanan, carrying costs dan purchases-lead time (jangka waktu pemesanan sampai bahan diterima) dapat diketahui atau diprediksi dengan baik dan tepat. 3. Biaya pembelian per unit tidak terpengaruh/terhubung oleh jumlah yang dipesan.

29 2.4.3 Biaya Yang Terkait Dalam Perhitungan EOQ Tidak semua biaya-biaya persediaan dilibatkan dalam perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ). Menurut Agus (2001:447), dalam model klasik seperti EOQ hanya memperhitungkan 2 (dua) biaya, yaitu: 1. Biaya Pemesanan (Ordering Costs) Biaya pemesanan adalah semua biaya yang berkaitan dengan adanya pemesanan, meliputi gaji petugas terkait dan biaya-biaya sejak dilakukan pemesanan hingga pesanan tersebut sampai di gudang. (Agus,2001:446) Adapun untuk perhitungan total biaya pemesanan per tahun dapat menggunakan rumus menurut Agus Ristono (2009:35) sebagai berikut : Total Biaya Pemesanan = A. [ ] Dimana, A = biaya pesan/setiap kali pesan D = jumlah permintaan Q = kuantitas pemesanan 2. Biaya Penyimpanan (Carrying Costs) Biaya Penyimpanan (Carrying Costs) adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan selama periode tertentu (Agus, 2001:446). Biaya penyimpanan ini meliputi gaji yang terkait, biaya penyusutan gudang, biaya pemeliharaan dan lain-lain. Total biaya penyimpanan per tahun ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut Agus Ristono (2009:35) sebagai berikut :

30 Total Biaya Penyimpanan = h. [ ] Adapun perhitungan total biaya persediaan dapat menggunakan rumus menurut Handono (2009:143) sebagai berikut: Biaya Total Persediaan = Total Biaya Pemesanan + Total Biaya Penyimpanan Biaya Total Persediaan = OC + CC Dimana, OC = Ordering Cost (Biaya Pemesanan) CC = Carrying Cost (Biaya Penyimpanan) 2.4.4 Penentuan Kuantitas Pesanan yang Ekonomis Banyaknya faktor yang mempengaruhi persediaan akan menimbulkan pemikiran untuk menentukan suatu pembelian persediaan yang optimal, dari pemikiran tersebut, lahirlah suatu perhitungan. Penentuan Kuantitas Pesanan yang Ekonomis dengan rumus menurut Agus Ristono (2009:43) sebagai berikut: EOQ = Dimana, EOQ A D h = Kuantitas pesanan yang ekonomis = Ongkos pesan/setiap kali pesan = Jumlah permintaan = Ongkos simpan per unit/satuan waktu

31 2.5 Frekuensi Pemesanan Setelah diperoleh kuantitas pesanan yang ekonomis atau hasil dari EOQ, maka dapat diketahui frekuensi pemesanan. Menurut Agus (2009:43), frekuensi dapat dicari dengan menggunakan rumus f = D Q. Dimana, D = Jumlah permintaan setahun dan Q = kuantitas pemesanan setelah diterapkan metode EOQ. 2.6 Reorder Point Setelah jumlah persediaan bahan baku yang akan dibeli secara optimal telah ditentukan, selanjutnya perlu diketahui kapan perusahaan harus memesan kembali persediaaan. Pengkajian secara cermat akan faktor-faktor yang menentukan dalam pengelolaan persediaan bahan baku itu sendiri perlu dilakukan. Titik pada saat perusahaan harus memesan kembali agar kedatangan bahan baku yang dipesan tepat pada saat persediaan bahan diatas safety stock atau sama dengan nol disebut dengan Re-order Point (Sutrisno,2007:88). Pemesanan kembali harus dapat diperhitungkan untuk menjaga kelancaran proses operasi perusahaan. Terdapat tiga faktor yang sangat mempengaruhi pemesanan kembali, yaitu: a. Lead Time, yaitu waktu yang diperlukan saat bahan baku tersebut dipesan hingga bahan baku tersebut diterima. Selama lead time harus diperhitungkan berapa bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan

32 agar tidak terjadi kekurangan bahan baku pada saat melakukan proses produksi. b. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata per satuan waktu tertentu. c. Persediaan pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan baku minimum yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan terlambatnya kedatangan bahan baku yang telah dipesan. Untuk perhitungan titik pesan ulang (Re-Order Point) menggunakan pendekatan matematis menurut Agus (2009:44), dengan rumus sebagai berikut: 1. Tanpa Kebijakan Safety Stock ROP = X Lead Time 2. Dengan Kebijakan Safety Stock ROP = [ X Lead Time ] + Safety Stock Keterangan : EOQ = Kuantitas pemesanan yang ekonomis Lama Perputaran Produksi = Hari efektif kerja perusahaan dalam satu tahun Lead Time = Tenggang waktu antara pemesanan dan penerimaan barang Safety Stock = Persediaan pengaman (menurut kebijakan perusahaan)