BAB I PENDAHULUAN. pergeseran demografis (demographical shift) selama 30 tahun ini karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya keberhasilan dalam program kesehatan dan pembangunan. sosial ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan. secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

SCREENING AND ASSESSMENT OF NUTRITIONAL STATUS ON ELDERLY IN PAMPANG, MAKASSAR

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN STATUS GIZI PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULYA 01 DAN 03 JAKARTA TIMUR SKRIPSI

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat terjadi pada abad 21.

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering

ANALISIS KARAKTERISTIK USIA LANJUT BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA DUSUN WONOGIRI JATIREJO LENDAH KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah terwujud hasil yang positif dalam berbagai bidang, salah satunya di

HUBUNGAN KEHILANGAN GIGI DENGAN STATUS GIZI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA SALIB PUTIH SALATIGA JURNAL

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract Afifah Alfyanita 1, Rose Dinda Martini 2, Husnil Kadri 3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. selulosa, insiden ini mencapai puncak pada usia tahun (Lilik, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa persentase proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas akan. mengalami peningkatan dari 7,56% pada tahun 2010 menjadi 15,77%

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

PENETAPAN KINERJA TAHUN Pembinaan Anak Terlantar bantuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk lansia diakibatkan oleh penurunan angka

UNIVERSITAS INDONESIA

(Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. diprediksikan terdapat peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 1 No. 1 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia kesehatan Indonesia akan mengalami sebuah pergeseran yang disebut pergeseran demografis (demographical shift) selama 30 tahun ini karena keberhasilan program Keluarga Berencana. Populasi lansia rata-rata di Indonesia adalah 7,5% dari jumlah total penduduk dan dalam waktu 20 tahun mendatang jumlah lansia Indonesia akan melebihi balita. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa milenium ini akan ditandai dengan pergeseran gerontologis (gerontological shift). Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan jumlah lansia yang diiringi dengan permasalahannya yang besar, kompleks, dan serius (Fatmah, 2010). Populasi lansia Indonesia terus mengalami peningkatan baik di tingkat provinsi maupun nasional. Proyeksi proporsi penduduk lansia pada tahun 2010 adalah 7,56% dan meningkat menjadi 8,99% pada 2015, serta 9,99% pada 2020. Sedangkan di Sumatera Barat, proyeksi proporsi penduduk lansia pada 2010 adalah 8,11%, pada tahun 2015 menjadi 8,77% dan terus meningkat sampai 10,08% pada 2020 (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2013). Peningkatan populasi usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan masalah sosio-ekonomi karena berkaitan dengan berbagai penyakit degeneratif dan sindrom penuaan yang diderita oleh lansia. Sindrom ini, seperti pikun, loyo, dan ketidakberdayaan, membutuhkan fasilitas khusus untuk pelayanan kesehatan.

Karena usia lanjut merupakan segmen populasi yang rawan penyakit, harus dipikirkan upaya agar lansia dapat hidup layak, bahagia, dan sejahtera (Oenzil, 2012). Proses penuaan yang terjadi pada lansia dapat mempengaruhi aspek kecukupan gizi, seperti sensasi mengecap dan menghidu, kemampuan mengunyah, dan fungsi saluran cerna, yang pada ahirnya akan memengaruhi kualitas hidup. Namun, asupan nutrisi yang baik akan meningkatkan kualitas hidup, mencegah penyakit akibat kekurangan gizi, dan mencegah malnutrisi sekunder akibat penyakit lain (Amarantos, et al., 2001). Jadi, dukungan gizi pada lansia ditujukan guna mempertahankan kondisi kesehatan tubuh dan mempercepat penyembuhan penyakit yang diderita (Darmojo, 2011). Pada dasarnya lansia mengkonsumsi lebih sedikit makanan daripada orang yang lebih muda, sekitar sepertiga kalori dibandingkan populasi muda. Asupan protein pada lansia berada dibawah level yang seharusnya yaitu sekitar 10% pada lansia pria dan 20% lansia wanita. Lebih dari 30% lansia mengkonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang dianjurkan, dan 50% memiliki tingkat asupan vitamin dan mineral yang rendah. Asupan makanan yang rendah pada populasi tua muncul sebagai akibat dari lebih kecilnya makanan yang dimakan pada tingkatan yang lebih rendah (Stump &Escott, 2002). Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2004 sekitar 32,9% lansia yang menghuni semua PSTW di Jakarta memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) di bawah 2

normal, sedangkan 18,7% penghuni lainnya memiliki IMT di atas normal (Nisa, 2006). Status gizi pada lansia dipengaruhi oleh banyak faktor. Perubahan sosial seperti perubahan kondisi ekonomi karena pensiun dan kehilangan pasangan hidup dapat membuat lansia merasa terisolasi dan mengalami depresi. Akibatnya, lansia kehilangan nafsu makan yang menurunkan status gizi. Selain itu, aktivitas fisik pada lansia cenderung berkurang dan dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Lansia juga mengalami perubahan fisiologis seperti kehilangan gigi, kehilangan indra perasa dan penciuman, dan gangguan motilitas usus (Fatmah, 2010). Di Sumatera Barat, khususnya kota Padang, status gizi lansia dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan hidup sendiri (Enny, et al., 2006). Asupan nutrisi pada lansia di panti werdha disediakan oleh petugas panti. Sehingga, pola makan pada lansia akan berbeda dengan kehidupan mereka sebelum menempati panti. Lansia yang tinggal di panti werdha akan dihadapkan pada situasi sosial yang berbeda pula dengan tempat tinggal sebelumnya sehingga memerlukan penyesuaian diri agar pemenuhan kebutuhan dapat terlaksana (Oktariyani, 2012). Pemerintah Sumatera Barat mengelola empat panti sosial, yaitu Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu di Batu Sangkar dengan jumlah penghuni 70 orang, PSTW Jasa Ibu di Limo Puluah Koto dengan penghuni 26 orang, PSTW Syekh Burhanuddin di Pariaman dengan penghuni 30 orang, dan PSTW Sabai Nan Aluih di Sicincin dengan penghuni 110 orang (Dinas Sosial Sumatera Barat, 2015). 3

Peningkatan populasi lansia yang membawa serta berbagai masalah kesehatan, perlu didukung dari segi nutrisi. Namun, pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia belum mencukupi, sehingga masih banyak lansia dengan malnutrisi, termasuk lansia yang tinggal di panti sosial. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran status gizi lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT). 2. Untuk mengetahui gambaran asupan kalori, kehilangan gigi, dan depresi lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin 3. Untuk mengetahui hubungan antara asupan kalori dengan status gizi lansiadi PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin 4

4. Untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan status gizi lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin 5. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah gigi dengan status gizi lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi tenaga kesehatan Menambah pengetahuan tentang status gizi lansia yang tinggal di panti jompo termasuk faktor-faktor yang memengaruhinya. 1.4.2. Bagi ilmu pengetahuan a. Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan tentang gizi lansia sebagai dasar untuk pengembangan ilmu mengenai status gizi lansia khususnya lansia yang tinggal di panti sosial. b. Dapat dijadikan sebagai data bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang status gizi lansia. 1.4.3. Bagi pengelola panti Memberikan informasi kepada pengelola panti tentang status gizi lansia sehingga dapat dijadikan acuan untuk memodifikasi kebijakan tentang pemenuhan nutrisi dan perawatan pada lansia di panti tersebut. 1.4.4. Bagi peneliti Menambah pengetahuan tentang gizi lansia dan pengalaman dalam penelitian 5