BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini para remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II GEJALA SHOPAHOLIC DI KALANGAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus merugikan bagi semua orang. Akibat globalisasi tersebut diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB 1 Perilaku Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB V PENUTUP. jeli dalam mengatur pengeluaran agar tidak berlebih. Kebutuhan atas pakaian sering

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB I PENDAHULUAN. penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan sebagai trend center di

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seluruh lapisan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

Psikologi Kelas E 2014

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama. Batasan usia masa remaja adalah diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir (Monks, 1995). Pada usia inilah remaja rentan menirukan suatu figur yang menurut mereka mencerminkan bagaimana diri mereka, baik dari cara berpakaian dan berdandan. Demikian pula tentang orang-orang yang dianggap penting bagi si anak akan mempengaruhi konsep dirinya. Dengan bertambahnya usia, maka konsep dirinya akan terus berkembang melalui interaksinya dengan keluarga atau pun dengan teman sebaya. Remaja mudah untuk terpengaruh oleh promosi-promosi produk dan jasa yang dipaparkan di sejumlah media masa ataupun yang secara langsung dipromosikan di pasaran (Sugiarto, 1999). Seperti yang dilihat pada kenyataannya pasar semakin banyak mengeluarkan produk-produk yang ditargetkan untuk para remaja. Hal itu juga membuktikan bahwa semakin banyaknya para remaja yang memiliki perilaku konsumtif yang dikhawatirkan jika terus berlangsung akan menjadi pola atau gaya hidup konsumtif. Saat ini para remaja ingin diakui eksistensinya baik dalam lingkungan pergaulan mau pun keluarga. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk dapat 1

2 menjadi bagian yang diinginkan oleh lingkungan tempat mereka berada. Dimana dalam memenuhi keinginan mereka, para remaja berusaha mengikuti berbagai atribut yang sedang in, walaupun mereka tahu setiap saatnya mode itu akan terus berubah. Hal ini membuat para remaja merasa tidak puas dengan apa yang sudah mereka miliki dan membuat para remaja itu selalu mengkonsumsi barang-barang tanpa berfikir panjang. Perilaku konsumtif ini akan terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orangorang dewasa dengan gaya hidup konsumtif yang tidak bisa ditangani. Pada masa remaja yang merupakan masa peralihan dan pencarian jati diri, remaja mengalami proses pembentukan dalam perilakunya, dimana para remaja mencari dan berusaha untuk mencapai pola diri yang ideal (Loudon dan Bitta, 1993). Seiring dengan perubahan-perubahan tersebut, pola konsumsi juga terbentuk sejak remaja dan terus berlanjut hingga mereka memasuki tahap dewasa awal yang dapat berkembang menjadi perilaku konsumtif. Gaya hidup konsumtif meliputi seluruh kelompok masyarakat tidak hanya anak-anak SMA dan mahasiswa akan tetapi juga termasuk masyarakat luas. Dilihat dari faktor jenis kelaminnya, perempuan lebih mudah untuk tertarik pada barang dengan bentuk serta warna yang menarik, dan perempuan lebih memiliki rasa antusias yang tinggi dalam berbelanja dibandingkan dengan laki-laki (Sugiarto, 1999). Laki-laki lebih tertarik untuk mengkonsumsi barang-barang berupa elektronik seperti handphone, laptop, tab dan barang-barang elektronik lainnya namun laki-laki biasanya lebih bisa mengontrol keinginannya dibandingkan dengan perempuan.

3 Mahasiswa merupakan sekelompok pemuda remaja yang mulai memasuki tahap dewasa awal, mahasiswa seharusnya mengisi waktunya dengan menambah pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian, serta mengisi kegiatan mereka dengan berbagai macam kegiatan positif sehingga akan memiliki orientasi ke masa depan sebagai manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa, tetapi kehidupan kampus telah membentuk gaya hidup khas di kalangan mahasiswa dan terjadi perubahan budaya sosial yang tinggi yang membuat setiap individu mempertahankan polanya dalam berkonsumtif. Kampus yang seharusnya menjadi tempat dimana para mahasiswa mencari ilmu dan pengetahuan terkadang dijadikan tempat untuk berlomba-lomba memamerkan apa yang mereka miliki. Para mahasiswa lebih mementingkan uang sakunya untuk membeli berbagai macam barang bermerk untuk mengikuti trend terkini dan diakui oleh teman-temannya dibanding untuk membeli perlengkapan kampus yang lebih penting seperti bukubuku pendukung perkuliahan. Hasil dari observasi pada beberapa mahasiswa yang menjadi subjek penelitian saya, khususnya mereka remaja putri di Universitas Medan Area Fakultas Ekonomi, jelas kelihatan bahwa mereka terlihat lebih gaya dan up to date dibandingkan remaja putra. Dari sekian banyak mahasiswa putri bisa dilihat dari pernampilannya sebanyak 10% memiliki penampilan konsumtif (sekitar 10-20 orang di stambuk 2015). Dari pengamatan di lingkungan sekitar kampus banyak pula di antara remaja putri ini yang berbincang seru membicarakan tentang trendtrend terbaru dan juga tempat-tempat nongkrong elit tidak jauh dari kawasan kampus, yang kebetulan sekali kawasan itu pun memiliki banyak kafe-kafe dengan

4 gaya terkini. Hasil observasi lainnya yang dilakukan pada anak-anak ekonomi angkatan 2015, ketika ada beberapa teman yang menjual barang-barang, berupa parfum, hijab, pakaian, dan banyak barang-barang lainnya maka tidak sedikit pula dari mereka yang beramai-ramai untuk membeli barang-barang tersebut. Dikutip juga dari (www.kompasiana.com) bahwa remaja yang kini banyak terjebak dalam kehidupan konsumtif, dengan rela mengeluarkan uangnya untuk menuruti segala keinginan, bukan kebutuhan. Dalam kesehariannya remaja menghabiskan uang mereka untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan seperti menonton film dan sebagainya. Semua ini dilakukan remaja kebanyakan hanya untuk ajang pamer dan gengsi. Sebagaimana diketahui remaja merupakan fase dimana mereka masih dalam situasi labil seperti rumput yang jika tertiup angin ia akan mengikuti kemana arah angin itu berhembus, remaja yang dalam pergaulannya dikelilingi oleh remaja lain yang juga berperilaku konsumtif maka ia akan mengikuti gaya, penamilan, seolah tidak mau kalah dari temannya. Remaja juga mudah terpengaruh oleh berbagai iklan menarik yang menawarkan barang-barang terbaru, dengan potongan harga yang menggiurkan. Seperti hilang kesadaran, tanpa berpikir panjang remaja bergegas membeli barang yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Hal ini sejalan juga dengan kutipan (www.terkininews.com) dimana remaja saat ini selalu mengikuti trend yang selalu berkembang, dan tidak ketinggalan dengan trend ataupun malu dengan teman lainnya. Dalam pemilihan fashion, merk lebih penting bagi remaja, karena mereka yakin paling tidak kualitas juga bagus jika merk sudah cukup terkenal. Mediapun menempatkan remaja sebagai sasaran

5 strategis yang memberikan pengaruh besar terhadap perubahan peradaban masyarakat. Sejalan dengan itu, perilaku konsumtif tidak lagi memandang fungsional dari suatu barang, melainkan mendahulukan keinginan dari pada kepentingan. Pola hidup konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barangbarang yang kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencari sisi kepuasan. Sesungguhnya perilaku konsumtif memiliki banyak dampak negatif dibanding positifnya. Produsen melihat usia remaja sangat mudah tergiur dengan iklan yang menarik dan membuat remaja ingin memilikinya. Remaja disini belum memiliki filter dan kontrol untuk memenuhi keinginan yang tidak penting. Remaja hanya ingin di pandang eksis oleh lingkungan dan diterima dalam kelompok tertentu demi meningkatkan konsep diri yang ideal (www.wartakota.tribunnews.com ). Perilaku konsumtif merupakan tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan dan menentukan barang dan jasa secara ekonomis termasuk proses keputusan mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, perilaku konsumtif adalah perilaku membeli secara berlebihan yang lebih mengarah kepada keinginan dari pada kebutuhan serta pembelian tersebut lebih didasarkan dengan pertimbangan emosi dari pada rasio (Engel, 1995). Perilaku konsumtif merupakan perilaku yang negatif, karena pada dasarnya perilaku tersebut didasari hanya dengan emosi sesaat dan keinginan semata saja, bukan berdasarkan kebutuhan pada saat itu. Jika hal ini diteruskan bukan hanya

6 merugikan si pelaku konsumtif saja, namun juga memungkinkan merugikan orang-orang yang berada disekeliling pelaku. Pola hidup yang berlebihan dan boros hanya akan melahirkan kecemburuan sosial. Karena, semua orang pasti akan membeli barang yang diinginkan tanpa memikirkan berapa harga barang tersebut murah atau mahal, barang tesebut diperlukan atau tidak, sehingga bagi orang yang tidak mampu mereka tidak akan sanggup mengikuti pola kehidupan yang seperti itu. Selain itu dampak negatif lainnya adalah dapat mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan uangnya untuk ditabung. Dengan berperilaku konsumtif seseorang juga cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berfikir kebutuhannya di masa datang. Masa remaja merupakan masa peralihan, masa terjadinya perubahan pada aspek psikologis dan aspek fisik. Remaja selalu mencoba-coba sesuatu yang baru karena rasa penasaran yang terlalu tinggi. Hal ini membawa remaja lebih kebingungan, dalam diri remaja khususnya remaja putri. Di satu sisi, remaja memiliki konsep dan prinsip tentang cantik, namun di sisi lain mereka terkadang tidak kuasa menolak tawaran suatu produk sehingga keputusan memakai produk dengan alasan ingin terlihat lebih menarik. Remaja akan berusaha melakukan berbagai cara untuk menjaga dan meperbaiki apa yang menurut mereka kurang menarik, remaja akan berusaha untuk terus mengkomsumsi barang-barang baru dengan membeli tanpa batas, sehingga menggiring remaja untuk tidak hemat dan menjauh dari pola hidup sederhana.

7 Perilaku konsumen dalam membeli barang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, serta demografi (Engel, dkk. 1995). Faktor internal meliputi motivasi, harga diri, gaya hidup, serta konsep diri. Engel, dkk (1995) Remaja yang berperilaku konsumtif ingin mempercantik dirinya agar terlihat menarik, atau ingin membuat dirinya terlihat lebih baik dipandang orang lain diduga adalah remaja yang memiliki konsep diri negatif, karena mereka berusaha untuk membuat dirinya tampak ideal di lingkungannya. Dengan kata lain mereka memandang dirinya sendiri dalam kondisi yang belum baik. Berdasarkan fenomena tersebut dapat diduga adanya hubungan antara konsep diri seseorang dengan perilakunya dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu tersebut dan hal itu bisa diperoleh melalui informasi yang diberikan dari orang lain pada diri individu tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1980) memberikan pengertian tentang konsep diri gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, suatu gambaran campuran dari apa yang dipikirkan, bagaimana pendapat orang lain mengenai dirinya, dan seperti apa diri yang diinginkan Berdasarkan pengalaman-pengalaman serta lingkungan dimana seseorang itu berada, terbentuklah suatu konsep diri di dalam diri manusia itu sendiri. Konsep diri ini gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakter fisik, psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan prestasi. Dari pengertian di atas konsep diri seseorang terbentuk sejak kecil dan

8 berdasarkan pengalaman-pengalaman serta lingkungan dimana manusia berada (Berzonsky, 1981). Seperti yang peneliti lihat di sekitar peneliti, khususnya pada mahasiswa Universitas Medan Area Fakultas Ekonomi banyak di antara mereka dengan mudahnya memutuskan untuk membeli barang-barang yang padahal mungkin tidak begitu mereka perlukan, karena mereka memandang diri mereka terlihat begitu biasa saja hanya dengan pakaian ataupun aksesoris seadanya yang melekat di tubuh mereka. Hal-hal tersebut tejadi dikarenakan para remaja ingin mencapai konsep diri yang ideal sesuai yang mereka harapkan. Seseorang dengan konsep diri negatif cenderung lebih mudah terbujuk oleh produk-produk yang ditawarkan. Mereka merasa lebih membutuhkan sesuatu untuk mencapai konsep diri yang ideal. Seseorang dengan konsep diri yang negatif lebih berpotensi melakukan perilaku konsumtif, selain dapat dengan mudahnya terpengaruh untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa yang ditawarkan, orang dengan konsep diri yang negatif juga biasanya memiliki gaya hidup yang menghambur-hamburkan uang diluar kebutuhannya dengan tujuan untuk diakui dan dilihat wah oleh lingkungannya. Menurut Hurlock (1980) usia, penampilan, dan kelompok sebaya ikut berpengaruh pada konsep diri remaja. Dapat dikatakan bahwa individu yang beraktivitas aktif dalam suatu komunitas akan berupaya untuk menyesuaikan dirinya demi mencapai konsep diri yang ideal sesuai dengan komunitas dimana individu tersebut berada. Setiap individu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dimana ia berada, untuk dapat merasa diterima oleh lingkungan.

9 Dalam lingkungan memiliki kriteria ideal, yang meliputi gaya berpakaian, gaya bicara, gaya hidup, cara bergaul dan sebagainya yang biasa menjadi tolak ukur kriteria ideal dalam lingkungan tersebut. Seperti itulah cara remaja mengaplikasikan dirinya. Hal itu bertujuan untuk mencapai konsep diri ideal. Oleh karena itu apabila para remaja berada dalam suatu komunitas tertentu yang memiliki kriteria ideal yang konsumtif, maka mereka memiliki pola perilaku konsumtif untuk mencapai konsep diri yang ideal. Untuk sebagian konsumen, merk dari suatu barang merupakan sesuatu yang dapat meningkatkan harga dirinya, dengan mengunakan barang dengan merk tertentu, mereka merasa lebih percaya diri dan dengan menggunakan barangbarang bermerk, citra diri mereka menjadi lebih baik. Merk-merk memiliki peran simbolis, dapat membantu individu mendefinisikan dan meningkatkan konsep dirinya. Oleh sebab itu, perilaku dari individu akan dimotivasikan ke arah peningkatan konsep diri melalui merk yang telah memiliki arti simbolis tersebut Loudon &Della Bitta (Dalam Hartanto, 2005). Konsep diri disini sebagai pandangan dan perasaan individu terhadap dirinya baik secara fisik, sosial, maupun psikologis, dimana pandangan ini diperolehnya dari pengalaman berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai arti penting dalam hidupnya. Konsep diri merupakan salah satu faktor perilaku konsumtif yang bearti konsep diri mempunyai hubungan dalam perilaku konsumtif dimana cerminan diri seseorang dapat ditentukan dari sikapnya pada suatu produk (Swasta dan Handoko 1987).

10 Berdasarkan pembahasan dan fenomena-fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri di Universitas Medan Area. B. Identifikasi Masalah Perilaku konsumtif merupakan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebih. Seperti yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari pada zaman modern ini, masyarakat sangat banyak menggunakan uang mereka secara berlebihan, dalam hal ini khususnya para remaja banyak yang mengkonsumsi barang dengan berlebihan demi upaya menciptakan dirinya yang ideal agar dipandang berbeda dari orang lain. Oleh karena hal tersebut penulis ingin meneliti Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri Di Universitas Medan Area. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi masalah yang akan diteliti agar penelitian ini menjadi lebih terfokus dalam menjawab permasalahan penelitian yang lebih efektif. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu menjelaskan tentang perilaku konsumtif pada remaja putri, konsep diri, dan hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri di Universitas Medan Area. D. RumusanMasalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri di Universitas Medan Area?

11 E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri di Universitas Medan Area. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap disiplin ilmu pengetahuan, khususnya bidang psikologi perkembangan. Terutama mengenai konsep diri dan hubungannya dengan perilaku konsumtif. Diharapkan juga penelitian ini dapat nantinya dapat bermanfaat sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya terutama pada bagian teori, juga dapat dimanfaatkan untuh bahan ajaran dalam psikologi perkembangan. 2. Manfaat peraktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para praktisi yang berhubungan dengan dunia psikologi perkembangan agar memperoleh pengetahuan dan masukan mengenai konsep diri dan perilaku konsumtif remaja. Dengan adanya penelitian ini maka dapat membantu memberikan informasi pada para remaja dalam memahami perilaku konsumtif dalam hubungannya dengan konsep diri yang dimiliki mahasiswa Universitas Medan Area. Sehingga penelelitian ini dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi perilaku atau tindakan konsumtif yang belakangan ini memang sering sekali terjadi, baik di kalangan remaja, orang dewasa dan masyarakat luas lainnya.