UPAYAMENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI KURSUS TATA BOGA DI DESA CILALAWI KECAMATAN SUKATANI KABUPATEN PURWAKARTA Oleh Ecin Kuraesin Program Studi PLS ABSTRAK Penelitian ini dilakukan karena terdapat fenomena rendahnya produktivitas para ibu Desa Cilalawi dalam memberdayakan potensi dan waktu luang. Oleh karena itu, diselenggarakan kursus tata boga sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, terutama para ibu. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga mencakup tujuan, program, pelaksanaan, dan faktor pendukung dan penghambat. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel sebagai sumber datanya berjumlah 10 orang. Teknik pengumpulan datanya adalah observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Adapun prosedur pengumpulan datanya menempuh langkah reduksi data, tabulasi data, penafsiran, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian diperoleh deskripsi bahwa sebagian besar peserta bertujuan mengikuti kursus adalah membantu suami dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga (70%), hampir setengah peserta mendapatkan informasi dari pengumuman di majelis ta lim (40%), sosialisasi pihak pengelola (30%), dan teman (30%). Hampir seluruh peserta mengikuti kursus atas dasar motivasi pribadi (80%), dan sebagian besar peserta berstatus ibu rumah tangga (70%). Program life skill dan kewirausahaan ketatabogaan diberikan di kursus tata boga Desa Cilalawi (masing-masing 100%). Kursus dilaksanakan secara rutin (100%), satu kali dalam seminggu (100%), dibimbing oleh tutor yang ahli (100%). Sebagian besar peserta mampu menyerap, mempraktekkan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (70%), hampir seluruh peserta sangat senang mengikuti kursus (80%), dan sangat bermanfaat bagi kehidupan (80%), serta sebagian besar peserta kursus membuka usaha setelah mengikuti kursus (60%). Tersedianya sumber daya lokal bahan makanan yang melimpah merupakan faktor pendukung kursus tata boga (100%), selain adanya pengelola, tutor, dan motivasi peserta. Adapun faktor penghambat untuk membuka wirausaha mandiri adalah belum adanya jaringan usaha terutama pemasaran yang baik (60%) dan kurangnya modal usaha (40%). Hambatan di atas merupakan masalah yang ditemukan dalam penelitian. Padahal dukungan dari suami serta terbukanya pemasaran produk yang luas berpotensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Pemecahannya adalah bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk mengadakan sosialisasi secara intensif untuk meningkatkan kesadaran warga laki-laki dan bekerjasama dengan pemerintah yang membidangi Usaha Rakyat dalam rangka memasarkan produk hasil olahan warga. Kata kunci : Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga melalui Tata Boga PENDAHULUAN Tantangan globalisasi di dalam kompleksitas kehidupan menuntut adanya kesadaran dan upaya yang sungguh-sungguh untuk memberdayakan manusia Indonesia dalam mewujudan tujuan nasional. Pembangunan nasional merupakan proses perubahan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat. Philip Roupp (1953:16) mengemukakan bahwa pembangunan ialah proses menuju kehidupan lebih baik. Keberhasilan dalam pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas pelaku pembangunan itu sendiri. Sumber alam yang berlimpah yang dimiliki bangsa ini, ditambah dengan letak geografis yang menguntungkan serta kesuburan tanah yang maha dahsyat akan dapat diberdayakan dengan baik apabila pelaku pembangunan memiliki kompetensi yang tinggi. Manusia adalah fakor utama dalam pembangunan. Garis-garis besar haluan Negara (GBHN) menempatkan manusia Indonesia sebagai titik pusat segenap pergerakan pembangunan dalam PJPT II tahun 1994-2008. Pembangunan harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik sebagi insan individu maupun sebagai sumber daya pembangunan. Kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh meliputi tingkat kesehatan, ilmu pengetahuan,
keterampilan, pemanfatan teknologi, dan sikap mentalnya dalam pembangunan akan menentukkan pembangunan itu sendiri. Pengembangan sumber daya Indonesia (SDM) erat kaitannya dengan program pengentasan kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang mendasar bagi suatu bangsa termasuk Indonesia. Data Departemen Sosial dan Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah yang dikatagorikan miskin di Indonesia mencapai 34,7 juta jiwa (Republika, 5 Nopember 2004:9). Kemiskinan di Jawa Barat, berjumlah 9,5 Juta jiwa (Harian Umum Pikiran Rakyat, 29 Januari 2005:3). Masyarakat miskin ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan sehingga berpengaruh pada tingkat pendapatan, disertai rapuhnya kondisi kesehatan dan gizi. Rendahnya pendapatan menyebabkan rendahnya daya jangkau terhadap pelayanan pendidikan, sehingga penduduk miskin sulit untuk memperoleh pendidikan yang memadai. Rendahnya pendidikan pada gilirannya akan mengakibatkan pada terbatasnya lapangan kerja yang dapat dimasuki untuk memperoleh nafkah yang wajar. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara menggambarkan dan menganalisis pokok permasalahan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan mengambil lokasi di Desa Cilalawi Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Adapun pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif. Pendekatan ini digunakan penulis agar memperoleh data akurat tentang pokok permasalahan penelitian. Oleh karena itu, dalam prakteknya penulis betulbetul menentukan sumber data yang tahu persis permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian. Dengan demikian metode deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini bermaksud untuk mengungkap dan menganalisis peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga melalui kursus tata boga. 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Observasi digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena yang terjadi di lapangan untuk kemudian diangkat sebagai pokok permasalahan penelitian. Dalam tekniknya, Dengan teknik observasi ini diharapkan dapat memperoleh fenomena atau fakta secara nyata di lokasi, sehingga kemudian diangkat dalam pokok permasalahan dalam penelitian ini. b. Angket Teknik angket digunakan dalam penelitian ini bertujuan mengungkap dan menganalisis peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga melalui kursus tata boga. c. Wawancara Dalam penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kuantitatif, wawancara penting dilakukan guna mendukung data perolehan dari angket. Dalam prakteknya penulis menggunakan teknik wawancara semistruktur. Alasannya, selain penulis telah membuat pedoman untuk wawancara, juga pada saatnya lebih memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab pertanyaan. Tujuannya untuk memberikan kesempatan kepada responden untuk menyatakan dan menangkap pertanyaan secara mendetil. d. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang Undangundang, teori-teori, dalil, kebijakan, atau hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, teknik dokumentasi penting dilakukan untuk menganalisis data hasil penelitian. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Cilalawi Desa Cialawi Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta memiliki luas lebih kurang 135 ha. Dengan batas wilayah sebagai berikut: TABEL 1 BATAS WILAYAH DESA CILALAWI Sebelah Utara Sebelah Selatan Desa Sukamaju Desa Cianting Utara
Sebelah Timur Desa Sukatani Sebelah Barat Desa Liung Gunung Plered 2010 Adapun jarak dari Desa Cilalawi ke Pusat Administratif adalah: a. Jarak Desa Cilalawi ke Kota Kecamatan adalah 1 km b. Jarak Desa Cialawi ke Kota Kabupaten adalah 10 km c. Jarak ke Kota Provinsi lebih kurang 34 km. Sedangkan luas Desa Cilalawi terbagi pada: a. Luas tanah sawah 48 ha, b. luas tanah darat 54 ha, dan c. Luas tanah hutan 33 ha. Topografi Desa Cilalawi berbentuk dataran dan perbukitan. Keadaan topografi itu juga akan mempengaruhi mata pencaharian warga Desa Cilalawi. Untuk menjalankan roda pemerintahan, Desa Cilalawi memiliki aparatur pemerintahan berikut: kepala desa 1 orang, sekretaris desa 1 orang, kaur pemerintahan 1 orang, kaur trantib 1 orang, kaur keuangan dan ekonomi 1 orang, dan kaur litbang 1 orang. Adapun lembaga-lembaga kemasyarakatan yang adalah adalah: a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) b. Karang Taruna c. DKM d. Kelompok Tani e. Majelis Ulama Desa f. Tim Penggerak PKK g. Pengurus Kesehatan Desa. 2. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Cilalawi dapat dilihat dari tabel berikut: TABEL 2 KEADAAN PENDUDUK DESA CILALAWI Penduduk Jumlah Persentase (%) Laki-laki 2025 50,87% Perempuan 1956 49,13%. Total 3981 100 2010 Dari deskripsi di atas, diperoleh jumlah penduduk laki-laki di Desa Cilalawi lebih banyak dibanding penduduk perempuan. Namun demikian rasionya tidak terlalu jauh atau hampir seimbang. 3. Tingkat Pendidikan dan Sarana Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Desa Cilalawi dapat dilihat dari tabel berikut: TINGKAT PENDIDIKAN DESA CILALAWI Pendidikan Jumlah (orang) Belum Sekolah 1847 Tamatan SD 912 Tamatan SMP 1072 Tamatan SMA 113 D-2 24 Sarjana 13 Tingkat pendidikan penduduk Desa Cialawi didominasi tingkat pendidikan SLTP. Selanjutnya disusul jumlah tamat SD, SMA. Sedangkan porsi penduduk sedang kuliah atau lulusan Diploma dan Sarjana sangat kecil. Adapun sarana pendidikan terdiri atas sarana pendidikan umum yaitu: SARANA PENDIDIKAN DESA CILALAWI Jenjang Jumlah PAUD 2 Unit TK/RA 3 Unit SLTP/MTs 1 Unit MA 1 Unit Selain itu ada pula sarana pendidikan keagamaan yang terdiri atas: SARANA KEAGAMAAN DESA CILALAWI Nama Sarana Jumlah Masjid Jami 5 buah Mushala/Langgar 4 buah Pondok Pesantren 2 buah Madrasah Diniyah 2 buah Dari deskripsi di atas, terlihat di Desa Cilalawi dalam bidang pendidikan memiliki upaya yang kuat dalam rangka meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Secara khusus Desa Cilalawi memiliki keinginan yang kuat dalam mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki mental spiritual tinggi. Hal tersebut
terbukti dengan banyaknya sarana keagamaan, temasuk di dalamnya memiliki dua pesantren yang sampai saat ini dianggap sebagai basis pembentukkan sumber daya manusia dalam bidang ilmu-ilmu keagamaan Islam. 4. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Cilalawi sangatlah beragam. Berikut adalah deskripsi penduduk Cilalawi dilihat dari mata pencahariannya: TABEL 6 KEADAAN MATA PENCAHARIAN DESA CILALAWI Jenis Jumlah (orang) PNS 26 Petani 160 Pedagang 196 Buruh 120 Bidang Jasa 12 Wiarswasta 14 TNI 5 Karyawan atau 380 Pegawai Swasta Pensiunan 20 Pengrajin 28 Peternak 30 Montir 11 B. Hasil Analisis Data 1. Tujuan dan Sasaran Kursus Tata Boga di Desa Cilalawi Untuk memperoleh data pada indikator tujuan dan sasaran kursus tata boga di Desa Cilalawi, penulis ajukan empat (4) pertanyaan pada angket penelitian. Angket nomor 1, penulis tanyakan: Apa tujuan anda mengikuti kursus tata boga di Desa Cilalawi ini? Data yang diperoleh adalah: TABEL 7 TUJUAN MENGIKUTI KURSUS TATA BOGA a. Membantu suami dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga b. Meningkatkan keterampilan hidup c. Memanfaatkan waktu luang 7 2 1 70 20 10 Sumber: Angket Nomor 1 tafsirkan bahwa sebagian besar peserta bertujuan mengikuti kursus adalah Membantu suami dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga (70%), sebagian kecil meningkatkan keterampilan hidup dan memanfaatkan waktu luang (masing-masing 20% dan 10%). Pada angket nomor 2, penulis tanyakan: Darimana anda mengetahui adanya kursus tata boga ini? Data yang diperoleh adalah: TABEL 8 INFORMASI KURSUS TATA BOGA a. Dari pengumuman di majelas ta lim b. Sosialisasi dari pihak pengelola kursus 4 3 3 40 30 30 c. Dari teman yang lain Sumber: Angket Nomor 2 tafsirkan bahwa hampir setengah peserta kursus meendapatkan informasi tentang kursus dari pengumuman di majelis ta lim (40%), disusul di bawahnya dari sosialisasi pihak pengelola (30%), dan disusul di bawahnya dari teman (30%). Pada angket nomor 3 penulis tanyakan: Atas motivasi dari siapa anda mengikuti kursus tata boga ini? data yang diperoleh adalah: TABEL 9 MOTIVASI MENGIKUTI KURSUS TATA BOGA a. Motivasi diri 8 80 b. Perintah dari suami 1 10 c. Ajakan teman 1 10 Sumber: Angket Nomor 3 tafsirkan bahwa hampir seluruh peserta mengikuti kursus atas dasar motivasi pribadi (80%), sebagian kecil motivasi dari suami dan teman (masing-masing 10%). Pada angket nomor 4 penulis tanyakan: Anda termasuk pada peserta dengan status? Data yang diperoleh adalah: STATUS PESERTA a. Ibu rumah tangga 7 70 b. Perempuan yang belum berumah tangga 3 30 Sumber: Angket Nomor 4
tafsirkan bahwa sebagian besar peserta kursus berstatus ibu rumah tangga (70%), serta sisanya hampir setengahnya berstatus perempuan belum berumah tangga (30%). Dari keseluruhan angket nomor 1 sampai 4 pada indikator tujuan dan sasaran kursus tata boga di Desa Cilalawi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta bertujuan mengikuti kursus adalah Membantu suami dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga (70%). Hampir setengah peserta kursus meendapatkan informasi tentang kursus dari pengumuman di majelis ta lim (40%), disusul di bawahnya dari sosialisasi pihak pengelola (30%), dan disusul di bawahnya dari teman (30%). Hampir seluruh peserta mengikuti kursus atas dasar motivasi pribadi (80%). Sebagian besar peserta kursus berstatus ibu rumah tangga (70%). Hasil angket di atas diperkuat oleh hasil wawancara dengan Samsudin (Pengelola Kursus Tata Boga Desa Cilalawi) bahwa tujuan didirikannya kursus tata boga di Desa Cilalawi ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. Pertimbangan utama dari pendirian kursus tata boga ini adalah: a. Banyaknya potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk membuat makanan, seperti: umbi-umbian, singkong, pisang, dan lain sebagainya. Serta diperoleh mudahnya bahan-bahan pembuatan makanan lainnya, seperti gula merah, putih, terigu, tepung, dan lain-lain. Dengan bahan yang cukup mudah itu, diharapkan warga mampu memanfaatkan sebaik-baiknya bagi meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga. b. Banyaknya jumlah kaum perempuan, baik para ibu maupun remaja putri yang kurang produktif memberdayakan waktu luang. c. Adanya komponen lain yang mendukung penyelenggaraan, seperti tutor dan fasilitas. Faktor-faktor di atas merupakan modal dasar dan besar bagi pemberdayaan kaum perempuan dalam upaya membantu para suami dan keluarganya dalam mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, faktor-faktor tersebut merupakan bekal awal untuk pengembangan kursus tata boga Desa Cilalawi. 2. Program-program Kursus Tata Boga di Desa Cilalawi Untuk menggali data pada indikator program kursus tata boga, penulis mengajukan dua (2) angket. Pada angket nomor 5 penulis tanyakan: Apakah program life skill membuat makanan tradisional dan modern diajarkan di kursus Desa Cilalawi ini? Data yang diperoleh adalah: TABEL 11 PEMBERIAN PROGRAM LIFE SKILL KETATABOGAAN a. Ya 10 100 b. Tidak 0 0 Sumber: Angket Nomor 5 tafsirkan bahwa seluruh peserta menjawab materi life skill ketatabogaan diberikan di kursus tata boga Desa Cilalawi (100%). Sedangkan pilihan jawaban tidak, tidak ada yang memilih (0%). Pada angket nomor 6 penulis tanyakan: Untuk membina kemandirian peserta setelah menempuh kursus, apakah dibekali dengan program kewirausahaan? Data yang diperoleh adalah: TABEL 12 PEMBERIAN PROGRAM KEWIRAUSAHAAN a. Ya 10 100 b. Tidak 0 0 Sumber: Angket Nomor 6 tafsirkan bahwa seluruh peserta menjawab program kewirausahaan ketatabogaan diberikan di kursus tata boga Desa Cilalawi (100%). Sedangkan pilihan jawaban tidak, tidak ada yang memilih (0%). Dari keseluruhan angket nomor 5 dan 6 pada indikator program yang diberikan di kursus tata boga Desa Cilalawi dapat disimpulkan bahwa seluruh peserta menjawab program life skill dan kewirausahaan ketatabogaan diberikan di kursus tata boga Desa Cilalawi (masing-masing 100%). Hasil angket di atas, diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Samsudin (Pengelola kursus tata boga Desa Cilalawi) bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga dengan menyelenggarakan kursus tata boga di Desa Cilalawi, maka program-program yang digulirkan
adalah program peningkatan pengetahuan dan keterampilan membuat berbagai makanan tradisional dan kue-kue modern dan program meningkatkan kemampuan melakukan usaha ekonomi mandiri. a. Program life skill Program life skill merupakan program yang digulirkan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para ibu dalam membuat berbagai makanan baik tradisional maupun modern. Program ini berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para ibu dalam hal: 1) Alat-alat pembuatan makanan baik tradisional maupun modern. 2) Bahan-bahan pembuatan makanan baik tradisional maupun modern. 3) Cara-cara pembuatan makanan baik tradisional maupun modern; 4) Membuat kreasi bentuk dan warna makanan baik tradisonal maupun modern; 5) Mengemas hasil baik makanan tradisional maupun modern; 6) Pemeliharaan alat-alat tata boga. Adapun jenis makanan yang diajarkan di kursus tata boga Desa Cilalawi dibagi pada dua kategori, yaitu: a) Makanan tradisional seperti: (1) membuat simping (2) membuat keripik pisang (3) membuat keripik singkong (4) membuat keripik ubi (5) membuat comring (6) membuat rempeyek, baik kacang maupun ikan teri (7) membuat kremes ubi, dan lain-lain b) Membuat kue-kue modern, yakni membuat berbagai macam bolu seperti: (1) brownies (2) sponge cake (3) cup cake (4) bolu kukus Kemudian menjelaskan bahan-bahan pembuatan makanan baik tradisional maupun modern, seperti: 1) bahan membuat makanan tradisional, seperti: (a) pisang (b) singkong (c) ubi (d) kacang tanah (e) terigu, dan lain-lain 2) bahan membuat makanan modern, seperti: (a) tepung terigu (b) telur (c) gula (d) mentega (e) coklat (f) keju, dan lainlain. Selanjutnya mengenalkan alat-alat pembuatan makanan baik tradisional maupun modern seperti: 1) kompor dengan pengaturan perapiannya; 2) mixer 3) Loyang 4) oven 5) dan alat-alat pembentuk lainnya. Dari deskripsi di atas diperoleh bahwa program life skill diarahkan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan para ibu dalam dua jenis makanan, yaitu tradisional dan modern, dengan pembekalan bahan, alat, dan cara pengemasannya. b. Program Kewirausahaan Program kewirausahaan ini diberikan agar peserta kursus tata boga mampu membuka usaha di bidang tata boga secara mandiri. Oleh kerena itu, materi yang diberikan lebih menekankan pada pembangunan mental kewirausahaan, yaitu bahwa wirausaha tata boga yang dikelola secara profesional akan menghasilkan keuntungan yang besar. Hal ini mengingat bahwa kebutuhan makanan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa makanan. Dengan demikian, peserta mampu meningkatkan penghasilan keluarga dan menjadi sejahtera. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kursus Tata Boga di Desa Cilalawi Untuk memperoleh data tentang faktor pendukung dan penghambat kursus tata boga di Desa Cilalawi, penulis mengajukan dua (2) pertanyaan dalam angket. Pada angket nomor 14 penulis tanyakan: Selain adanya tutor, apakah sumber daya lokal untuk bahan makanan tersedia melimpah di daerah anda? Data yang diperoleh adalah: KETERSEDIAAN SUMBER DAYA LOKA BAHAN MAKANAN SEBAGAI FAKTOR PENDUKUNG PILIHAN JAWABAN F % a. Ya 10 100 b. Tidak 0 0 Sumber: Angket Nomor 14
tafsirkan bahwa seluruh peserta menjawab sumber daya lokal bahan makanan tersedia melimpah dan sekaligus menjadi faktor pendukung kursus tata boga (100%). Adapun pilihan jawaban tidak, tidak diperoleh jawaban (0%). Pada angket nomor 15 penulis tanyakan: Tujuan diadakah kursus ini adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga, yang diwujudkan melalui usaha mandiri. Untuk dapat berwirausaha mandiri, apa kendala yang anda alami? Data yang diperoleh adalah: TABEL 21 FAKTOR PENGHAMBAT UNTUK BERWIRAUSAHA MANDIRI PILIHAN JAWABAN F % a. Belum adanya jaringan 6 60 usaha terutama pemasaran yang baik 4 40 b. Kurangnya modal Sumber: Angket Nomor 15 Dari tabel di atas penulis dapat menafsirkan bahwa sebagian besar hambatan yang dialami dalam upaya membuka wirausaha mandiri ketatabogaan adalah belum adanya jaringan usaha terutama pemasaran yang baik (60%) dan hampir setengahnya menjawab hambatannya adalah kurangnya modal usaha (40%). Dari keseluruhan angket nomor 14 dan nomor 15 tentang indikator faktor pendukung dan penghambat adalah tersedianya sumber daya lokal bahan makanan yang melimpah merupakan faktor pendukung kursus tata boga (100%), selain adanya pengelola dan tutor. Adapun faktor penghambat untuk membuka wirausaha mandiri adalah belum adanya jaringan usaha terutama pemasaran yang baik (60%) dan kurangnya modal usaha (40%). KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Melalui Kursus Tata Boga di Desa Cilalawi Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta, dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar peserta bertujuan mengikuti kursus adalah Membantu suami dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga (70%). Hampir setengah peserta kursus meendapatkan informasi tentang kursus dari pengumuman di majelis ta lim (40%), disusul di bawahnya dari sosialisasi pihak pengelola (30%), dan disusul di bawahnya dari teman (30%). Hampir seluruh peserta mengikuti kursus atas dasar motivasi pribadi (80%). Sebagian besar peserta kursus berstatus ibu rumah tangga (70%). 2. Program life skill dan kewirausahaan ketatabogaan diberikan di kursus tata boga Desa Cilalawi (masing-masing 100%). 3. Kursus tata boga Desa Cilalawi dilaksanakan secara rutin (100%), satu kali dalam seminggu (100%), dibimbing oleh tutor yang ahli (100%). Sebagian besar peserta mampu menyerap, mempraktekkan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi yang telah diberikan di kursus tata boga (70%), hampir seluruh peserta sangat senang mengikuti kursus tata boga (80%), dan sangat bermanfaat bagi kehidupan (80%), serta sebagian besar peserta kursus membuka usaha setelah mengikuti kursus (60%). 4. Faktor pendukung kursus adalah tersedianya sumber daya lokal bahan makanan yang melimpah (100%), adanya pengelola dan tutor, serta antusias peserta. Adapun faktor penghambat untuk membuka wirausaha mandiri adalah belum adanya jaringan usaha terutama pemasaran yang baik (60%) dan kurangnya modal usaha (40%). DAFTAR PUSTAKA - Asri Budiningsih. (2005) Belajar dan pembelajaran, Renika Cipta, Jakarta. - Achmad Habib, (2004), Konflik di pedesaan LKiS. Yogyakarta - Ali, Muhammad. (2004). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset. - Ali, Muhammad. (1992) Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung Aksara - Alo Liliweri, (2005), LKiS. Yogyakarta