BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB V PENUTUP. 1. Seluruh faktor faktor kepribadian berpengaruh signifikan terhadap stres

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat membuat pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu memperoleh ilmu mengenai kepemimpinan yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. hasil pekerjaan yang telah mereka lakukan dan penentu attitude atas suatu perilaku

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas dari semakin banyaknya pihak-pihak yang memerlukan laporan

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia. Belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan gangguan psikosomatis.pada awal tahun 1800-an, bidang medis mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia dinilai masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja sebagai customer service. Customer service ini berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

1.1. PENGERTIAN MANUSIA PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

Tri Suswanto Saptadi Tujuan

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar 730 ribu sarjana menganggur, yang terdiri dari 409 ribu lulusan S1

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan

Kebijakan dan Praktek SDM. Struktur dan Desain organisasi. Kepemimpinan. Struktur kelompok. Kekuasaan dan politik. Persepsi.

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena yang terjadi di Indonesia. Banyaknya jumlah angka tenaga kerja yang ingin memasuki dunia pekerjaan tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah terlampau banyaknya tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal, sehingga ketika pekerjaan di sektor formal tidak tumbuh dan berkembang orang tidak berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor swasta. Hal inilah yang mengakibatkan tingginya jumlah pengangguran dan rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012). Pengaruh pendidikan kewirausahaan selama ini telah dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha dikalangan generasi muda (Kourilsky & Walstad, 1998). Terkait dengan pengaruh pendidikan kewirausahaan tersebut, diperlukan adanya pemahaman tentang bagaimana mengembangkan dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial sementara mereka berada di bangku sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha para mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan (Kourilsky & 1

2 Walstad, 1998). Sikap, perilaku dan pengetahuan mereka tentang kewirausahaan akan membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha-usaha baru di masa mendatang. Faktanya, akar permasalahan dari tingginya angka pengangguran ditingkat pendidikan tinggi ini antara lain adalah paradigma berfikir lulusan yang masih berorientasi pada job seeker. Mayoritas lulusan perguruan tinggi lebih memilih bekerja sebagai buruh/ karyawan/ pekerja yang dibayar oleh suatu instansi tertentu dibandingkan bekerja mandiri dan mempekerjakan orang lain/ wirausaha. Akar permasalahan yang lain adalah kompetensi lulusan yang tidak sesuai dengan permintaan industri. Banyak dari perusahaan lebih mengutamakan kemampuan soft skill daripada Indeks Prestasi (IP) yang tinggi. Pengusaha membutuhkan tenaga kerja yang inovatif, kreatif, memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, komunikatif, dan lain sebagainya (Pujiastuti, 2013). Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang turut bertanggung jawab untuk mencetak lulusan yang dapat langsung bekerja. Konsep bekerja di sini adalah bekerja dengan orang lain (menjadi employee) atau bekerja untuk dirinya sendiri (menjadi entrepreneur/ wirausaha). Hal ini didasarkan pada kenyataan yang ada bahwa wirausaha yang muncul sekarang ini dikarenakan terpaksa (tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan), sehingga tantangan yang ada bagi Universitas yang ada di Indonesia adalah bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan by design (berdasarkan perencanaan), bukan by chance (berdasarkan kebetulan). Salah satu langkah

3 yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan mahasiswa di perguruan tinggi. Beberapa langkah yang diambil oleh perguruan tinggi berupa kuliah kewirausahaan dan kegiatan di luar kuliah seperti pelatihan-pelatihan kewirausahaan, program kreativitas mahasiswa, ipteks bagi kewirausahaan serta mengembangkan lembaga seperti pusat studi. Lembaga ini dipergunakan untuk mengembangkan kewirausahaan di perguruan tinggi. Dengan demikian perguruan tinggi diharapkan mampu untuk memotivasi mahasiswa untuk merubah cara berfikir/ budaya dari paradigma pencari kerja menuju pencipta kerja (Pujiastuti, 2013). Dari uraian di atas maka ada hal yang penting diperhatikan adalah sumber daya manusianya itu. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah mahasiswa, hal ini dikarenakan mahasiswa itu sendiri yang menjadi pelaku dari wirausaha sehingga menjadi ujung tombak dari kegiatan pengembangan kewirausahaan. Oleh karena itu penting sekali bagaimana menumbuhkan intensi wirausaha atau entrepreneur intention bagi mahasiswa. Intensi merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku. Semakin keras intensi seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut. Disini peneliti ingin mengungkap bagaimana hubungan antara orang yang mempunyai kepribadian hardiness dengan entrepreneur intention para mahasiswa. Pada sebelumnya ada penelitian terdahulu yang mengungkap

4 tentang pengaruh kepribadian dan lingkungan terhadap Intensi berwirausaha pada usia dewasa awal. Kemampuan individu dalam menghadapi berbagai kejadian hidup yang menekan tidaklah sama, tetapi tergantung pada banyak hal, salah satunya adalah kepribadian. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah mengalami gangguan jika menghadapi peristiwa-peristiwa yang menekan dan menegangkan. Ada juga tipe kepribadian tertentu yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap kejadian yang menegangkan. Tipe kepribadian yang mempunyai kemampuan dan daya tahan terhadap stres adalah hardiness atau hary personality yang merupakan gagasan konsep Kobasa (1979). Kobasa (1982) mengemukakan bahwa hardiness merupakan konstelasi dari karakteristik kepribadian yang dapat membantu untuk melindungi individu dari pengaruh negative stress. Menurut kobasa, individu yang memiliki hardiness tinggi mempunyai serangkaian sikap yang membuat tahan terhadap stres. Individu dengan kepribadian hardiness senang bekerja keras karena dapat menikmati pekerjaan yang dilakukan, senang membuat sesuatu keputusan dan melaksanakannya kerena memandang hidup ini sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan dan diisi agar mempunyai makna, dan individu yang hardiness sangat antusias menyongsong masa depan kerena perubahan-perubahan dalam kehidupan dianggap sebagai suatu tantangan dan sangat berguna untuk perkembangan hidupnya. (Blog pada WordPress.com)

5 Menurut Wijono (2006) sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu agar perusahaan dapat bekerja secara efektif dan maksimal untuk dapat bersaing di pasar global. Kinerja sumber daya manusia yang baik merupakan hal yang terpenting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sebuah perusahaan yang ingin berkembang dengan pesat, harus memiliki sumber daya manusia yan mampu menampilkan kinerja yang baik. Kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah karakteristik kepribadian yang dimiliki individu tersebut. Teori kepribadian yang terkenal adalah Teori lima besar (Big five model) merupakan teori kepribadian yang terdiri dari lima faktor guna menganalisis kepribadian seseorang (Alwisol, 2009). Menurut Ivancevich (2008) beberapa istilah dalam big five model, yang digunakan untuk menggolongkan kepribadian, yaitu extraversion (ekstraversi), emotional stability (stabilitas emosi) atau low neuroticism (stabilitas emosi yang rendah), agreeableness (mudah bersepakat), conscientiousness (sifat berhati-hati atau ketelitian), openness to experience (terbuka terhadap hal-hal baru). Big five model merupakan teori kepribadian yang sederhana dan sering digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang. Melalui Teori lima besar (Big five model) dapat dilihat kepribadian seseorang yang mampu mempengaruhi kinerja bagi organisasinya (Alwisol, 2009).

6 Keterkaitan big five personality dengan kinerja diperkuat dengan hasil penelitian Barrick & Mount (1991) yang mengatakan big five personality berhubungan dengan kinerja. Hal ini diperjelas melalui hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa conscientiousness merupakan prediktor untuk masing-masing dari tiga jenis kriteria kinerja yang diteliti yaitu keahlian pekerjaan, keahlian pelatihan dan data personil yang berhubungan erat dengan lima jenis kelompok kerja yang diteliti yaitu professional, polisi, manajer, tenaga penjual, dan tenaga terampil atau semi-terampil. Extraversion juga merupakan prediktor signifikan pada keahlian pelatihan dengan manajer dan tenaga penjualan. Sedangkan, dimensi kepribadian lainnya juga ditemukan sebagai prediktor untuk beberapa jenis pekerjaan dan beberapa jenis kriteria kinerja namun besarnya nilai korelasi tersebut kecil. Selain big five personality, faktor kepribadian yang berkaitan dengan kinerja adalah hardiness (Bartone, 2009) hardiness (keteguhan hati) merupakan karakteristik pribadi yang membantu seseorang mengubah keadaan yang penuh tekanan dari keadaan buruk yang potensial menjadi peluang untuk meningkatkan kinerja, kepemimpinan, berperilaku, kesehatan, dan pertumbuhan psikologis (Maddi, 2007). Sedangkan Kobasa (dalam Kreitner & Kinicki, 2003) mengidentifikasi sekumpulan ciri kepribadian yang menetralkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan. Kumpulan ciri ini dikatakan sebagai keteguhan hati (hardiness), melibatkan kemampuan untuk secara sudut pandang atau secara keperilakuan mengubah bentuk stresor yang negatif menjadi tantangan yang positif.

7 Keterkaitan antara hardiness dengan kinerja diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Maddi & Kobasa (1984) yang menyebutkan bahwa saat dihadapkan pada stressor yang menekan, individu yang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness) bukan hanya mengalaminya sebagai suatu yang menekan, tapi juga sesuatu yang menarik dan penting (komitmen), minimal sebagai sesuatu yang dapat dipengaruhi (kontrol), dan sebagai nilai yang berpotensi bagi pengembangan diri (tantangan). Hal ini sesuai juga dengan hasil penelitian Sudirman (2007) yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness) mampu bertindak proporsional dan tidak mudah menyerah walaupun berada di bawah tekanan stress di tempat kerja, karena karyawan tersebut memiliki kecenderungan yang baik terhadap komitmen (commitment), kontrol (control), dan tantangan (challenge) sehingga cenderung lebih optimis jika dibandingkan dengan karyawan yang kurang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness). Salah satu subyek yang diwawancarai oleh peneliti saat bertemu menyatakan bahwa dalam berwirausaha dapat menghasilkan omset yang cukup besar jika di dalam melakukan usaha yang telah dijalankan itu dengan usaha yang sangat keras. Tidak hanya usaha yang keras, akan tetapi juga dengan semangat yang tinggi serta intensi untuk meningkatkan usaha juga perlu ditingkatkan. Tanpa itu semua usaha yang dijalankan mengalami kemerosotan dan bisa jadi mengalami kemunduran serta berhentinya usaha yang dijalani tersebut mengingat persaingan usaha yang sangat ketat dizaman

8 sekarang. Ada sebuah fakta kasus yang menyebutkan bahwa seorang wirausahawan telah berhenti untuk berusaha dikarenakan usaha yang telah dijalani itu mengalami kemerosotan yang cukup signifikan sehingga wirausahawan tersebut putus asa dan tidak lagi adanya semangat untuk memajukan usahanya yang mengakibatkan usaha yang selama ini ia bangun dari awal dan ia jalankan telah tutup dan tidak berjalan lagi. Sampai sekarang pun ia tidak lagi berwirausaha. Itulah dimana pentingnya kepribadian hardiness di dalam diri seorang wirausahawan serta usaha untuk memajukan usaha tersebut juga ikut serta mengiringi kepribadian hardiness yang telah dimiliki tersebut. Beberapa subyek yang telah diteliti dapat menghasilkan omset yang cukup besar di dalam tiap bulannya. Omset yang mereka dapatkan berkisar antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Untuk mendapatkan omset yang beraneka ragam itu para wirausahawan juga melalui banyak rintangan, dari ruginya usaha yang mereka jalani, kemerosotan income yang mereka dapatkan, jatuh bangun persaingan yang mereka alami. Akan tetapi itu semua tidak membuat mereka mundur untuk menjalani usaha mereka. Mereka tetap semangat walaupun banyak halangan dan rintangan yang memang harus dilewati oleh para usahawan sehingga dengan kesabaran dan keuletan serta semangat yang tinggi mereka dapat menjalankan usaha sampai sekarang dan juga dapat mendapatkan omset yang cukup besar. Dalam menekuni dunia wirausaha tidaklah semudah yang dibayangkan. Persaingan antar wirausahawan, situasi yang tidak menentu,

9 keharusan untuk menjalin hubungan baik dengan banyak orang sebagai relasi bisnisnya. Banyak kondisi dan keadaan yang membuat individu tidak dapat menyesuaikan diri dan mengendalikan lingkungannya, seperti keinginan pasar yang berubah, ide yang berbeda dengan rekan bisnis, persaingan yang semakin ketat, dan pelanggan yang tidak puas. Selain itu usaha kecil maupun usaha besar memiliki permasalahan yang bisa menghambat kelangsungan usaha. Sebagai contoh permasalahan yang di alami oleh usaha kecil antara lain keterbatasn modal, kualitas produk, pemasaran produk, kredibilitas, keterbatasan varian produk, biaya langsung yang tinggi, permasalahan pegawai serta permasalahan produksi. Permasalahan yang terjadi harus diatasi sehingga usaha dapat berjalan dengan sukses. Saat itulah kepribadian sangat diperlukan pada saat seseorang telah menjalankan usaha, hal ini dikarenakan usaha banyak mengalami hambatan dan tantangan sehingga membutuhkan kepribadian yang kuat untuk mendapatkan kesuksesan usaha. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kepribadian hardiness dengan entrepreneur intention pada mahasiswa pelaku usaha mandiri?

10 C. Keaslian Penelitian Untuk mendukung penilitian kali ini, peneliti telah menemukan beberapa kajian penelitian mengenai variabel tipe kepribadian hardiness dan entrepreneur intention untuk dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian ini. Diantaranya yaitu: Penelitian yang dilakuakan oleh Pujiastuti (2013) dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian dan lingkungan terhadap entrepreneur intention. Subyek dalam penelitian ini adalah para dewasa awal yang telah membuka atau berani berwirausaha pada usia tersebut. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif yang signifikan antara kepribadian dan lingkungan terhadap entrepreneur intention. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama meneliti tentang kepribadian dan entrepreneur intention. Tetapi penelitian kali ini menggunakan kepribadian yang lebih spesifik dan menggunakan subyek yang berbeda. Penelitian oleh Nugroho (2013) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi pengetahuan kewirausahaan dan efikasi diri terhadap entrepreneur intention. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara pendidikan kewirausahaan dengan efikasi diri berpengaruh secara positif terhadap entrepreneur intention dengan nilai yang signifikan. Persamaan dari penelitian terdahulu di atas adalah sama-sama mengukur entrepreneur intention, akan tetapi tetap berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan dimana penelitian di atas mengukur pengaruh efikasi

11 diri sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan kepribadian hardiness walaupun sama-sama menggunakan entrepreneur intention. Penelitian yang diteliti oleh Ellyza (2012) dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan intensi turnover. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hardiness dengan intensi turnover. Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti ini adalah sama-sama menggunakan kepribadian hardiness, akan tetapi tetap mempunyai perbedaan dimana penelitian terdahulu menggunakan intensi turnover maka dalam penelitian ini menggunakan entrepreneur intention. D. Tujuan Penelitian Tujuan akan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara kepribadian hardiness dengan entrepreneur intention pada mahasiswa yang sedang melakukan usaha mandiri.

12 E. Maanfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan ilmu psikologi, khususnya pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para mahasiswa yang menjadi subyek pada penelitian ini untuk bekerja keras sebagai wirausahawan. C. Sistematika Pembahasan Untuk tercapainya tujuan pembahasan skripsi, maka penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dimana pada tiap-tiap babnya terbagi atas beberapa sub bab yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. BAB I, merupakan Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Keaslian Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Pada bab ini dimaksudkan sebagai awal terhadap seluruh isi skripsi. Kemudian BAB II merupakan Kajian Pustaka dari penelitian yang memuat tentang Kepribadian Hardiness dan Entrepreneur Intention, Hubungan antara Kepribadian Hardiness dengan Entrepreneur Intention, Kerangka Teoritik, dan Hipotesis.

13 Pada BAB III, merupakan Metode Penelitian yang meliputi Rancangan Penelitian, Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Populasi, Sample, dan Tehnik Sampling, Instrumen Penelitian, dan Analisis Data. BAB IV merupakan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang memuat Hasil Penelitian, Pengujian Hipotesis, dan Pembahasan. BAB V merupakan Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.