Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN THE ANALYSIS OF FRESH MILK MARKETING IN KABUPATEN KLATEN

Distribusi Penjualan Telur Itik.Agnes Debora Hutabarat

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB III MATERI DAN METODE

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN JAGUNG PULUT (WAXY CORN) DI DESA PAKATTO KECAMATAN BONTOMARANNU KABUPATEN GOWA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

KAJIAN POLA SALURAN DAN EFISIENSI PEMASARAN AYAM SENTUL

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

Analisis Tataniaga Kambing Di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

ABSTRAK. Kata Kunci: Pola saluran pemasaran; marjin pemasaran; efisiensi pemasaran ABSTRACT

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING DI DESA MAKU KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAGING SAPI POTONG DI PASAR MODERN KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU JURNAL. Diajukan Kepada: Program Studi Agribisnis

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK (Studi Kasus Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang)

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

IV. METODE PENELITIAN

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN TONGKOL HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI DESA SERAYA TIMUR KECAMATAN KARANGASEM

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 30, Nomor 4 Oktober Desember 2015

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

Analisis Saluran dan Margin Pemasaran... Aditya Fauzi Alamsyah ANALISIS SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN TANJUNGSARI

I. PENDAHULUAN. Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

ANALISIS POLA SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN AYAM BURAS (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Buras Jimmy s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK POTONG DI DESA HARJOWINANGUN KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

Frangki Ngangangor, dan Zeth Patty ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

Transkripsi:

Jurnal Agrisistem, Juni 007, Vol No. 1 ISSN 18580 ANALISIS MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KELURAHAN BORONGLOE, KECAMATAN BONTOMARANNU, KABUPATEN GOWA Margin analyse of duck egg marketing in Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa Nur Rasuli 1), Muh. Amir Saade ), dan Kartika Ekasari ) 1) Alumni Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa ) Dosen Pada Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui model pemasaran telur itik dan berapa besar margin yang diterima produsen telur itik dan lembagalembaga pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian, Saluran Pemasaran I (produsen langsung ke konsumen) merupakan saluran pemasaran yang paling baik. Margin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer sebesar Rp 1. Karena tambahan biaya pemasaran yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding dengan pedagang pengumpul. Kata kunci: analisis margin, pemasaran, telur itik ABSTRACT Research aims to identify the model of duck egg marketing and how big of the margin was accepted by producer of duck egg and marketing institutes. Based on result, the first channel of marketing (direct producer to consumer) representing the best marketing channel. The biggest marketing margin was accepted by a marketing institute that is the dealer equal to Rp 1. Because addition of marketing cost was released more slimmer compared to with the compiler merchant. Keywords: margin analyse, marketing, duck egg PENDAHULUAN Pencapaian sasaran pembangunan subsektor peternakan melibatkan peran serta pemerintah melalui berbagai program kegiatan untuk mencapai tujuan pembangunan peternakan. Sasaran pembangunan subsektor peternakan yang ditetapkan dan diprioritaskan pada peningkatan populasi ternak, penyediaan daging, dan telur serta peningkatan konsumsi daging, telur, dan susu per kapita, serta peningkatan kelembagaan informasi pasar untuk memperpendek jarak antara konsumen dan produsen. Kebijakan pemerintah terhadap sub sektor peternakan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak baik berupa daging maupun telur serta pendistribusiannya tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak dan pedagang yang terlibat di dalamnya. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, tuntutan permintaan masyarakat terhadap kebutuhan telur sebagai sumber protein hewani nampaknya cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya penyediaan gizi bagi terciptanya kesehatan manusia dan membaiknya kondisi ekonomi masyarakat. 6

Jurnal Agrisistem, Juni 007, Vol No. 1 ISSN 18580 Itik (Anas domesticus) merupakan salah satu jenis ternak unggas yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam menopang kehidupan ekonomi rumah tangga pedesaan (Srigandono, 1997). Hasil yang diberikan berupa telur dan daging dirasakan manfaatnya sebagai sumber pendapatan, meskipun pemeliharaan itik yang dilakukan peternak populasinya sangat terbatas (Martawijaya, 00).. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gowa, jumlah populasi itik pada tahun 00 tercatat sebanyak 19.75 ekor dan 10.10 ekor tersebar di Kecamatan Bontomarannu. Jumlah tersebut sudah mampu memberi kontribusi yang berarti dalam pemasaran telur itik khususnya di Kelurahan Borongloe. Hal inilah yang melandasi sehingga penulis ingin lebih mengetahui tataniaga pemasaran telur itik yang terjadi di lapangan sehingga dapat dibandingkan marjin yang didapatkan dari setiap jalur tataniaga pemasaran telur itik. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi lembaga lembaga pemasaran telur itik di Kelurahan Borongloe. Mengetahui berapa besar margin yang diterima peternak itik dan lembagalembaga pemasaran. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa dimulai pada bulan April sampai bulan Mei 006. Kualifikasi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif (analisa kasus) mengenai pemasaran menyangkut biaya pemasaran, efisiensi pemasaran dan keuntungan telur itik di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode penunjukan langsung 10 orang dari populasi yaitu 6 (orang) peternak yang terdiri dari; (orang) pedagang pengumpul, (orang) pedagang pengecer, dan 5 (orang) konsumen telur itik yang berada di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Jenis Data 1. Data Primer, merupakan hasil observasi dan wawancara langsung dengan responden. Jenis data yang dikumpulkan dari responden meliputi sistem pembelian, intensitas pembelian, kapasitas pembelian, sistem penjualan dan harga.. Data sekunder, diperoleh dari instansi terkait, seperti Dinas Peternakan, dan Kantor Biro Pusat Statistik. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain : 1. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek yang berhubungan dengan penelitian.. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden pelaku tataniaga pemasaran telur itik mulai dari peternak, pedagang hingga ke konsumen. Analisis Data Margin, Biaya Pemasaran, dan Keuntungan Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif, ditabulasi, dan dianalisa secara kuantitatif dengan menghitung margin 7

Jurnal Agrisistem, Juni 007, Vol No. 1 ISSN 18580 pemasaran, biaya pemasaran, keuntungan dan efisiensi, dengan menggunakan rumus (Rasyaf, 1995) sebagai berikut: Rumus margin pemasaran: M = He Hp Keterangan : M = Margin pemasaran H p = Harga pada produsen = Harga eceran H e Biaya pemasaran : H p = H e M = H e Π H p Hp Mark up = He x 100 % Keterangan : H p = Harga pada produsen H e = Harga eceran П = Besar keuntungan yang diterima oleh para pelaku pasar Keuntungan : M = B + П Keterangan: B = Biaya pemasaran/satuan barang П = Besar keuntungan yang diterima oleh para pelaku pasar Efisiensi Pemasaran Untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat digunakan rumus : Biaya pemasaran EP = Nilai produk yang dipasarkan Jika EP > 1 berarti tidak efisien Jika EP < 1 berarti efisien HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik Peternak Itik Karakteristik dari 10 peternak responden di Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik responden peternak itik di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa No. responden 1 5 6 7 8 9 10 Umur (thn) 0 5 57 86 6 60 65 5 Pendidikan SLTA Populasi Ternak Itik (ekor) Jantan Betina Jml 0 55 0 18 15 0 10 10 70 05 10 7 5 160 5 0 5 0 90 60 0 5 60 00 0 5 0 Jumlah 0 67 8 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 006 Lama Beternak (thn) 5 5 5 1 Tanggungan Keluarga (jiwa) 6 8

Jurnal Agrisistem, Juni 007, Vol No. 1 ISSN 18580 Dari 10 peternak itik yang tersebar di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa mempunyai umur yang bervariasi yaitu 5 86 tahun dengan tingkat pendidikan ratarata tamat. Sedangkan jumlah ternak yang diusahakan masih berskala kecil dengan populasi ekor 60 ekor. Dilihat dari pengalaman beternak hanya ada responden yang memiliki pengalaman lebih lama yaitu 5 tahun. Ratarata tanggungan kelurga peternak repsonden yaitu orang. Karakteristik Pedagang Pengumpul Karakteristik responden pedagang pengumpul di Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa diambil dari penunjukan langsung kepada orang. Responden pertama adalah inisial PK1 yang berasal dari Kabupaten Maros dengan umur 5 tahun dan mempunyai pengalaman berusaha selama 7 tahun. Responden kedua adalah inisial PK yang berasal dari Desa Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa dengan umur tahun dan mempunyai pengalaman berusaha selama tahun. Karakteristik Pedagang Pengecer Karakteristik responden pedagang pengecer di Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa diambil dari penunjukan langsung kepada orang. Responden pertama adalah PE1 yang berasal dari Kelurahan Borongloe dengan umur 7 tahun dan mempunyai pengalaman berusaha selama 11 tahun. Responden kedua adalah PE yang berasal dari Kelurahan Borongloe dengan umur 0 tahun dan mempunyai pengalaman berusaha selama 6 tahun. Responden ketiga adalah PE yang berasal dari Kelurahan Borongloe dengan umur 9 tahun dan mempunyai pengalaman berusaha selama tahun. Pembahasan Saluran Pemasaran Telur Itik Proses penyaluran hasil produksi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pasca produksi barang oleh suatu perusahaan atau industri (Irawan dan Wijaya, 001). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan 5 responden di Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa dalam memasarkan telur itik diketahui ada macam saluran pemasaran dari peternak itik hingga sampai ke konsumen. Ketiga saluran tersebut adalah: a. Saluran Pertama Peternak itik konsumen Sistem pemasaran ini cukup banyak dilakukan peternak itik dengan konsumen yang berada di Kelurahan Borongloe. Hal ini dilakukan karena telur itik pada umumnya dijual untuk telur tetas sehingga pengusaha pembibitan itik sebagai konsumen langsung ke rumahrumah peternak untuk membeli telur tetas, selain itu harga jual yang ditawarkan cukup tinggi. Disamping itu konsumen dalam hal ini adalah konsumen yang ingin mengkonsumsi langsung telur itik. 9

Jurnal Agrisistem, Juni 007, Vol No. 1 ISSN 18580 b. Saluran Kedua Peternak itik Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen Saluran pemasaran ini juga dilakukan oleh responden yang ada di Kelurahan Borongloe. Hal ini karena pedagang pengumpul langsung datang ke rumah peternak membeli telur untuk dijual ke pedagang pengecer. Dalam hal ini pedagang pengumpul sifatnya kekeluargaan sehingga harga yang ditawarkan masih rendah. Disamping itu jumlah itik yang dipelihara oleh tiga orang responden populasinya sedikit sehingga menjadi alasan melakukan pemasaran pada saluran kedua. c. Saluran Ketiga Peternak itik Pedagang Pengumpul Konsumen Saluran pemasaran ini juga dilakukan oleh pedagang (responden) di Kelurahan Borongloe yang langsung memasarkan telur itik kepada konsumen. Hal ini karena pedagang pengumpul langsung datang ke rumah peternak untuk membeli telur untuk dijual langsung kepada konsumen. Dalam hal ini pedagang pengumpul sifatnya masih kekeluargaan sehingga harga yang ditawarkan kepada peternak masih rendah. Saluran pemasaran telur itik berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa hampir semua responden memasarkan produknya langsung kepada konsumen yang dalam hal ini pengusaha pembibitan itik yaitu mencapai (%) dan yang lainnya menjual kepada pedagang pengecer yaitu mencapai (0%). Penentuan respoden di Kelurahan Borongloe adalah penunjukan langsung seperti terlihat pada Tabel. Tabel. Lembaga pemasaran telur itik di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa No Lembaga Pemasaran Jumlah responden (orang) Persentase (%) 1 Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer 0 60 Jumlah 5 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 006 Analisis Pemasaran Biaya pemasaran adalah biayabiaya yang dikeluarkan dalam pergerakan barang dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran (Rasyaf, 1995). Besar kecilnya biaya pemasaran berbeda untuk masing masing lembaga pemasaran yang bersangkutan. Dalam penelitian ini penulis membandingkan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan dalam setiap 0

Jurnal Agrisistem, Juni 007, Vol No. 1 ISSN 18580 saluran pemasaran berdasarkan pada proses penyaluran telur itik dari produsen di Kelurahan Borongloe sampai ke konsumen. Biaya pemasaran yang akan dianalisis adalah biaya pemasaran yang dikeluarkan responden selama proses pemasaran produk berlangsung. Untuk mengetahui biaya pemasaran dan keuntungan pada setiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel. Dari Tabel menunjukkan bahwa biaya pemasaran yang memenuhi kriteria adalah pada saluran I dalam hal ini adalah pengusaha pembibitan itik dimana konsumen yang langsung datang ke peternak untuk membeli telur tetas sehingga tidak ada biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dari hasil wawancara dengan peternak itik diketahui bahwa terkadang konsumen merupakan langganan tetap sehingga peternak itik tidak perlu khawatir kalau telurnya tidak terjual. Tabel. Biaya pemasaran telur itik pada setiap lembaga pemasaran di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. No 1 Dari Ke Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Pedagang Pengumpul Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 006 Saluran Pemasaran Pedagang Pengecer 5 Konsumen Jumlah 75 Demikian halnya untuk menentukan saluran distribusi yang lebih efektif dapat dilihat berdasarkan antara margin pemasaran pada tiaptiap pelaku pasar. Margin pemasaran adalah harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Apabila biaya pemasaran yang dikeluarkan besar maka makin besar pula perbedaan harga yang diterima produsen dengan yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk margin pemasaran telur itik dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Margin pemasaran telur itik setiap lembaga pemasaran di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. No Lembaga Pemasaran Harga Beli 1 Pedagang Pengumpul 800 Pedagang Pengecer 8 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 006 Harga Jual 900 1000 Margin pemasaran 100 1 1

Jurnal Agrisistem, Juni 007, Vol No. 1 ISSN 18580 Tabel menunjukkan bahwa saluran II yaitu pedagang pengecer memiliki margin pemasaran yang besar dimana harga beli telur dari pedagang pengumpul sebesar Rp 8 dan menjualnya ke konsumen akhir Rp 1000. Dengan demikian efektivitas penggunaan lembaga pemasaran yang paling baik melalui pedagang pengecer karena efisiensi pemasaran lebih layak. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa lembaga pemasaran yang paling efektif adalah melalui pedagang pengecer dengan efisiensi pemasaran sebesar (0,05). Sedangkan lembaga pemasaran melalui padagang pengumpul mempunyai efisiensi pemasaran sebesar (0,08). Efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran II (melalui pengecer) lebih baik karena mempunyai total biaya pemasaran yang lebih kecil daripada total biaya pemasaran pada saluran pemasaran III. Tabel 5. Efektifitas penggunaan lembaga pemasaran di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa No Lembaga pemasaran Total biaya pemasaran 1 Pedagang pengumpul 75 Pedagang pengecer Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 006 Nilai produk 900 1000 Efisiensi pemasaran 0,08 0,05 Dari hasil analisa beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemasaran telur itik, maka dapat disimpulkan bahwa responden lebih memilih menyalurkan produknya dengan menggunakan saluran pemasaran I yaitu langsung ke konsumen dalam hal ini pengusaha pembibitan itik oleh karena dapat mengurangi tugas responden dalam kegiatan pemasaran barang, kendatipun pemasaran telur itik dari produsen sampai ke konsumen dianggap tidak profesional oleh karena responden sudah menetapkan pedagang tertentu sebagai pelanggangnya sehingga pedagang lain tidak dapat aktif dalam proses jual beli produk telur itik. Di sisi lain, margin yang diperoleh pedagang pengumpul lebih besar daripada yang diterima produsen. Oleh karena adanya pemberian harga yang tidak layak kepada produsen, dengan kata lain, pedagang pengumpul memainkan harga kendatipun biaya pemasaran yang dikeluarkan relatif kecil disamping keinginan responden memperpendek saluran pemasaran. KESIMPULAN 1. Saluran pemasaran telur itik di Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomaraanu Kabupaten Gowa dimana saluran I (produsen langsung ke konsumen) merupakan saluran pemasaran yang paling baik. Hal ini disebabkan oleh pada saluran I tidak ada penambahan biaya pemasaran.. Margin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer sebesar Rp 1. Karena tambahan biaya pemasaran yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding dengan pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp., sedangkan pedagang pengumpul sebesar Rp. 75,

Jurnal Agrisistem, Juni 007, Vol No. 1 ISSN 18580 DAFTAR PUSTAKA Irawan dan Wijaya, 001. Saluran Pemasaran. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta. Martawijaya. E, dkk, 00. Panduan Beternak Itik Petelur Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rasyaf. M, 1995. memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta. Srigandono. B, 1997. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.