BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi Sosioekonomi Kapadatan Penduduk (sosial ) Tingkat kebutuhan lahan berdasarkan kebijakan tiap daerah melalui RTRW (ekonomi) Ketersediaan Lahan (Suplay) Kebutuhan Lahan (Demand) Titik temu antara suplay dan demand Penggunaan Lahan yang Telah Ada (Land Use Existing) Kesesuaian Lahan Rencana Tata Ruang Wilayah (Bappeda/Pemda) Analisis berdasarkan perbandingan kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan yang telah ada Analisis berdasarkan perbandingan kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Gambar 3.1 Kerangka Pikir Dalam diagram kerangka pikir (Gambar 3.1) digambarkan ide awal sampai rancangan hasil akhir yang diinginkan dalam tugas akhir ini, dimulai dari adanya sumber daya lahan (terkait karakteristik fisik) sebagai ketersediaan lahan (suplay) dan sumber daya manusia (terkait karakteristik sosioekonomi) sebagai kebutuhan lahan (demand), yang kemudian di pertemukan untuk memperoleh analisis kesesuaian lahan, sehingga pemanfaatan lahan di wilayah Bodetabek dapat dimanfaatkan secara maksimal, kemudian hasil analisis 9
kesesuaian lahan ini akan dicocokan dengan penggunaan lahan yang telah ada (land use existing), dan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) daerah studi. 3.1 Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan penelitian ini, dilakukan studi literatur mengenai wilayah Bodetabek yang meliputi pencarian penelitian terdahulu dan UU yang terkait dengan tugas akhir ini, dan diperoleh 3 penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian tugas akhir ini yaitu: Penelitian (Arie 1993) mengenai identifikasi karakteristik fisik dasar dalam perencanaan pembengunan, yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini sebagai salah satu acuan pemilihan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik fisik. Penelitian (Riantini 2007) mengenai korelasi tutupan lahan dengan jumlah penduduk, yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini sebagai salah satu acuan pemilihan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik sosial. Penelitian (Riantini 2007) mengenai penggunaan 3 aspek yang dominan yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam penilaian lahan, dalam penelitian tugas akhir ini sebagai salah satu acuan penggunaan karakteristik fisik dan sosioekonomi dalam penentuan kesesuaian lahan, dan digunakan pula sebagai acuan pemilihan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik fisik dan sosioekonomi. Dan diperoleh pula beberapa UU yang terkait dengan poenelitian tugas akhir ini yaitu : 1. UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2. UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah 3. UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 4. PP No.16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah 5. PP No.47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 6. Keppres No.114 Tahun 1999 Tentang Wilayah Bopunjur 7. Draft Rakeppres Tentang Kawasan Jabodetabekpunjur Kemudian setelah dilakukan studi literatur, dihasilkanlah proposal tugas akhir penelitian dan rancangan penelitian tugas akhir ini. 10
3.2 Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data ini, berdasarkan tahap persiapan ditentukan data yang akan digunakan dan sumber data, yang meliputi: 1. Data Wilayah Studi Data wilayah studi ini meliputi wilayah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Namun batas wilayah studi ini bukan menggunakan batas administratif melainkan batas ekosistem dari DAS Ciliwung dan DAS Cisadane. Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 106 o 48 BT dan 6 o 36 LS serta mempunyai ketinggian rata rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter. Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Jakarta, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Kemiringan lereng antara 0-3%, 4-15%, 16-30% dan diatas 40% dengan jarak dari Ibu Kota kurang lebih 60 Km, dikelilingi Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede.. Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27% dari luas propinsi Jawa Barat. Kota Bogor ini terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan. Ciri-ciri daerah perkotaan adalah kepadatan penduduk per kilometer persegi sangat tinggi di atas 5.000 jiwa/km2, untuk Kota Bogor rata-rata per kilometer ditempati sebanyak 6.662 jiwa penduduk. Kepadatan tertinggi ada di kecamatan 11
Bogor Tengah yaitu sebesar 11.770 jiwa/km2 dan terendah ada di kecamatan Bogor Selatan 5.019 jiwa/km2. Kota Bogor berpenduduk 820.707 jiwa dengan komposisi 419.252 Laki- laki dan perempuan 401.455 jiwa, dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.500-4.000 milimeter pertahunnya. Sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat, Kota Bogor merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki Asset Wisata Ilmiah yang bersifat Internasional (Kebun Raya). Pusat Kota Bogor terletak 100 Km disebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu kala merupakan pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan Pajajaran yang pusatnya sekitar BatuTulis di Selatan Kota Bogor. Kota Bogor dengan ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter dan maksimal 330 meter, memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26 o C dan suhu udara terendah 21,8 o C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70%. Sedangkan curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3500-4000 mm dengan luas 4.992,30 Ha, antara 4000-4500 mm dengan luas 6.424,65 Ha, dan antara 4500-5000 mm dengan luas 433,05 Ha, terutama pada bulan Desember sampai dengan bulan Januari. Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di Pusat Kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. BATAS WILAYAH KOTA BOGOR Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kabupaten Bogor. Sebelah Tmur : Berbatasan Kabupaten Bogor. 12
Sebelah Utara : Berbatasan Kabupaten Bogor. Sebelah barat : Berbatasan Kabupaten Bogor. 13
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kota Bogor 14
Kabupaten Bogor Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6 o 11 00 sampai 6 o 28 00 LS dan 106 o 1 00 sampai 107 o 103 00 BT mempunyai luas sekitar 2.371.21 Km². Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan ibu kota RI. Menurut klasifikasi Schimidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis tipe A (sangat basah) di bagian selatan dan merupakan tipe B ( basah) di bagian utara. Dengan rata-rata suhu di Kabupaten Bogor berkisar antara 20 o C sampai 30 o C Curah hujan di Kabupaten Bogor antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah Kabupaten Bogor bagian utara yang berbatasan dengan DKI Jakarta, Tangerang dan Bekasi, dimana curah hujannya kurang dari 2.500 mm/tahun. Kabupaten Bogor memiliki ketinggian yang beragam, yang berkisar antara 15-2.500 m dpl, dengan distribusi ketinggian sebagai berikut : Wilayah dataran rendah (15-100 m) terletak dibagian utara Kabupaten Bogor. Daratan bergelombang / dataran sedang (100-500 m) dibagian tengah kabupaten Bogor. Sedanng daerah dataran tinggi (500-1000 m)dan pegunungan (2000-2.500 m), terletah di kawasan Kabupaten Bogor bagian selatan. BATAS WILAYAH KABUPATEN BOGOR Sebelah Utara : Kota Depok dan DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi. Sebelah Barat : Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Tangerang 15
Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Cianjur Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur 16
Gambar 3.3 Peta Wilayah Kabupaten Bogor 17
Kota Depok Secara geografis, Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00-6 o 28 00 LS dan 106 o 43 00-106 o 55 30 BT. Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintah yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah peyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk Kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa Kota pariwisata dan sebagai Kota resapan air. Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah penyangga yang menjadi kawasan lalu lintas Jakarta-Depok-Bogor-Tanggerang-Bekasi, satu sisi potensi ini mendukung untuk menjadikan sebagai tempat bermukim, tempat berusaha, dan sebagai daerah pusat Pemerintahan. Secara biogeografis karena kestrategisan Kota Depok yang merupakan bagian dari berbagai daerah aliran sungai yang berpusat di pegunungan di Kabupaten Bogor dan Cianjur, menjadikan curah hujan di Kota Depok cukup tinggi sehingga Depok kaya akan potensi flora dan fauna. Secara topografis kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-15 %. Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng : Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8-15 % tersebar dari Barat ke Timur Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke Kemiringan lereng antara 8-15 % potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian, sedangkan kemiringan lereng yang lebih besar dari 15 % potensial 18
untuk dijadikan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat pondasi. Di samping itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem drainase Permasalahan yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena adanya perbedaan kemiringan lereng menyebabkan terjadinya genangan atau banjir, bila penangannya tidak dilakukan secara terpadu. Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40-140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-15 %. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang kontinu di sepanjang tahun. Permasalahan mendasar walaupun di satu sisi di dukung oleh iklim tropis yang baik yaitu alokasi tata guna lahan yang harus mempertimbangkan sektor lain terutama lahan hijau dan permukiman Kondisi curah hujan di seluruh wilayah di daerah Depok relatif sama, dengan rata-rata curah hujan sebesar 327 mm/tahun. Kondisi curah hujan seperti diatas, mendukung kegiatan di bidang pertanian terutama pertanian lahan basah di areal irigasi teknis. Sedangkan untuk daerah tinggi dan tidak ada saluran irigasi teknis akan lebih sesuai untuk tanaman palawija kombinasi dengan padi/lahan basah pada musim hujan sebagai pertanian tadah hujan. Selain penting sebagai sumber irigasi, curah hujan juga penting untuk pemberian gambaran penentuan lahan, terutama lokasi, pola cocok tanam, dan jenis tanaman yang sesuai. Jumlah Penduduk di Kota Depok pada Tahun 2001 berdasarkan data dari BPS adalah 1.204.687 jiwa, sehingga dengan luas wilayah yang ada yaitu 207,06 km2 maka kepadatan penduduk rata-rata adalah 5.818 jiwa / km2. Jumlah penduduknya berkisar antara 115.575 jiwa (Kecamatan Beji) dan 331.778 jiwa (Kecamatan Cimanggis), sedangkan kepadatan penduduknya berkisar antara 19
2.918 jiwa/km2 (Kecamatan Sawangan) sampai dengan 8.777 jiwa/km2 (Kecamatan Sukmajaya). BATAS WILAYAH KOTA DEPOK Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bogor Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Bogor Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi 20
Gambar 3.4 Peta Wilayah Kota Depok 21
Kota Tangerang Secara topografis wilayah Kota Tangerang rata-rata berada pada ketinggian 10-30 meter di atas permukaan laut. Bagian Utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter di atas permukaan laut, sedangkan bagian Selatan memiliki ketinggian 30 meter di atas permukaan laut. Bagian Selatan mencakup wilayah Kecamatan Ciledug yang meliputi Kelurahan-kelurahan Cipadu Jaya, Larangan Selatan, Paninggalan Selatan, Paninggalan Utara, Parung Serab, Tajur dan kelurahan Sudimara Pinang (Kecamatan Cipondoh). Dilihat dari kemiringan tanahnya, sebagaian besar Kota Tangerang mempunyai tingkat kerniringan tahan 0-30 % dan sebagian kecil (yaitu di bagian Selatan kota) kemiringan tanahnya antara 3-8% berada di Kelurahan Parung Serab, Kelurahan Paninggalan Selatan dan Kelurahan Cipadu Jaya. BATAS WILAYAH KOTA TANGERANG Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Sebelah Timur : berbatasan dengan DKI Jakarta. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. 22
Gambar 3.5 Peta Wilayah Kota Tangerang 23
Kabupaten Tangerang Kabupaten Tangerang, merupakan salah satu daerah penyangga Jakarta, letaknya yang berbatasan langsung dengan Jakarta memberi dampak baik positif maupun negatif. Letak Kabupaten Tangerang ini membuatnya menjadi salah satu kantong industri, dimana kegiatan industri menyita lebih dari 50 % potensi daerah. hal ini mendorong terjadinya alih fungsi lahan untuk mendukung kegiatan industri memebri dampak negatif begi kelestarian lingkungan dan belum lagi. BATAS WILAYAH KABUPATEN TANGERANG Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut jawa Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bogor Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang Sebelah Timur : berbatasan dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta 24
Gambar 3.6 Peta Wilayah Kabupaten Tangerang 25
Kota Bekasi Kota Bekasi yang berbatasan langsung dengan Kota Metropolitan DKI Jakarta, pada saat ini maupun kedepan akan semakin mempunyai posisi yang sangat strategis dalam mendukung berbagai pelayanan dan pengembangan ibukota RI tersebut. Sehingga Kota Bekasi akan semakin strategis sebagai Kota Pengimbang (Trickling Down Effect) untuk mengurangi tekanan penduduk beserta aktifitasnya dari DKI Jakarta, dengan kondisi ini diasumsikan penduduk Kota Bekasi pada tahun 2015 diproyeksikan mencapai 2.250.000 jiwa. Kemudian dengan diarahkannya Kota Bekasi untuk pengembangan jasa, perdagangan, industri dan pemukiman, maka Kota Bekasi merupakan bagian dari pengembangan kawasan terbangun atau perkotaan dengan koridor Timur-Barat (poros Bekasi Jakarta Tangerang). BATAS WILAYAH KOTA BEKASI Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok Sebelah Barat : berbatasan dengan DKI Jakarta Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Bekasi 26
Gambar 3.7 Peta Wilayah Kota Bekasi 27
Kabupaten Bekasi Secara geografis Kabupaten Bekasi terletak pada koordinat 106 o 58 5 107 o 17 45 BT dan 05 o 54 50 06 0 29 15 LS, memiliki luas 1.484,37 km 2, daerah ini memiliki suhu rata-rata antara 28 o C -32 o C dan curah hujan sebesar 86,37 mm/tahun. Daerah ini memiliki ketinggian antara 0 115 m dpl, dengan tingkat kemiringan 0 25 o. Secara administratif Kabupaten Bekasi terdiri dari 23 kecamatan dan 187 desa, dengan jumlah penduduk total sekitar 2,7 juta jiwa dan memiliki tingkat kepadatan penduduk : 1.465 jiwa/km 2 Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 sampai 13. Kecamatan dengan jumlah desa yang paling sedikit yaitu kecamatan Cikarang Pusat, Bojongmangu dan Muaragembong, sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Pebayuran. Kecamatan terluas adalah Muaragembong (14.009 Ha) atau 11,00 % dari luas kabupaten. BATAS WILAYAH KABUPATEN BEKASI Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Bekasi. Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Karawang. 28
Gambar 3.8 Peta Wilayah Kabupaten Bekasi 29
Gambar 3.9 Peta Wilayah Studi 30
2. Data kriteria jenis tanah Dalam penelitian data kriteria jenis tanah meliputi jenis-jenis tanah antara lain aluvial, andosol, glei humic, grumusol, hidromorf, latosol (coklat), latosol (merah), litosol, meriteranean, podzolik dan regosol yang akan menentukan tingkat kesuburan tanah tersebut, merupakan data sekunder yang digunakan untuk analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria jenis tanah, yang merupakan bagian dari analisis karakteristik fisik, data ini diperoleh dari LIPI, dan data jenis tanah ini diperoleh dalam format *.shp. 3. Data kriteria kemiringan lahan (slope) Dalam penelitian data dari kriteria kemiringan lahan (slope), nilai kriteria slope dibagi menjadi 5 jenis yaitu persentase kelerengan 0-8%, 8-15%, 15-25%, 25-45% dan >45%, merupakan data sekunder yang digunakan untuk analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria slope, yang merupakan bagian dari analisis karakteristik fisik, data ini diperoleh dari LIPI, dan data kemiringan lahan (slope) ini diperoleh dalam format *.shp. 4. Data kriteria curah hujan Dalam penelitian data dari kriteria curah hujan, nilai kriteria curah hujan dibagi menjadi 4 jenis yaitu 0-1500mm/tahun, 1500-2000mm/tahun, 2000-2500 mm/tahun, 2500-3000 mm/tahun dan 3000-4500mm/tahun, merupakan data sekunder yang digunakan untuk analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria curah hujan, yang merupakan bagian dari analisis karakteristik fisik, data ini diperoleh dari LIPI, dan data curah hujan ini diperoleh dalam format *.shp. 5. Data kriteria ketinggian Dalam penelitian data dari kriteria ketinggian, nilai kriteria ketinggian dibagi menjadi 8 yaitu 0-250 m dpl, 250-500 m dpl, 500-1000 m dpl, 1000-1500 m dpl, 1500-2000 m dpl, 2000-2500 m dpl, 2500-3000 m dpl dan 3000-3500 m dpl, merupakan data sekunder yang digunakan untuk analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria ketinggian, yang merupakan bagian dari analisis karakteristik fisik, data ini diperoleh dari penurunan data layer garis kontur, dan data ketinggian ini diperoleh dalam format *.shp. 31
6. Data kriteria kepadatan penduduk Dalam penelitian data dari kriteria kepadatan penduduk ini diperoleh dari pembagian jumlah penduduk persatuan luas kilometer persegi, dan nilai kepadatan penduduk dihitung perkecamatan, yang terbagi atas 4 kelas yaitu rendah (<1000 jiwa/km 2 ), sedang (1000-5000 jiwa/km 2 ), padat (5000-10000 jiwa/km 2 ), sangat padat (>10000 jiwa/km 2 ). Data jumlah penduduk perkecamatan di daerah studi tahun 2002 ini diperoleh dari BPS wilayah studi, merupakan data sekunder yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepadatan penduduk perkecamatan dan inputan untuk basis data layer batas atministrasi kecamatan yang nantinya akan digunakan untuk identifikasi kesesuaian lahan berdasarkan kriteria kepadatan penduduk yang merupakan bagian dari analisis karakteristik sosial. 7. Data kriteria penggunaan lahan yang telah ada (land use existing) Dalam penelitian data dari kriteria penggunaan lahan yang telah ada (land use existing) dibagi menjadi beberapa nilai kriteria yaitu campuran, pertanian, hutan, perkotaan dan lain-lain, merupakan data sekunder yang digunakan untuk analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria penggunaan tanah, yang merupakan bagian dari analisis karakteristik sosioekonomi, data ini diperoleh dari LIPI, dan data penggunaan lahan yang telah ada (land use existing) ini diperoleh dalam format *.shp. 8. Data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Dalam penelitian data dari kriteria Rencana Tata Ruang Wilayah bergantung dari tiap wilayah studi. Data RTRW ini diperoleh dari BAPPEDA Jawa Barat (Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota dan Kabupaten Bogor), Dinas PU (RTRW Kota Bekasi) dan BPN Tangerang (RTRW Kabupaten dan Kota Tangerang) dan data RTRW ini diperoleh dalam bentuk softcopy peta format *.jpg. 32
Gambar 3.10 Peta Jenis Tanah 33
Gambar 3.11 Peta Kemiringan Lahan (Slope) 34
Gambar 3.12 Peta Curah Hujan 35
Gambar 3.13 Peta Ketinggian 36
Gambar 3.14 Peta Kepadatan 37
Gambar 3.15 Peta Penggunaan Lahan 38