dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR OBYEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN TARIF PKP = (PB BP) PTKP. 2. Uang Pensiun Bulanan yang Diterima Pensiunan Pasal 17 UU PPh.

I PPh Pasal 4 ayat ( 2 ) 1 Pejualan saham di Bursa Efek

DAFTAR OBJEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

DAFTAR OBJEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

IBNU KHAYATH FARISANU 1 / 9 STIE

BAB IV KETENTUAN LAINNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. (Waluyo, 2000 : 2), pajak

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-70/ PJ. / 2007 TANGGAL : 9 April 2007

2% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 3% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 4% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 6% Jumlah bruto tidak termasuk PPN

Catatan: - Untuk Point 1, 3, 4 dan 5 dalam hal Wajib Pajak tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 20% (Dua puluh persen).

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

Subjek Pajak PPh Pasal 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 BAB IV

Pajak Penghasilan Pasal 21

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pajak merupakan kewajiban rakyat untuk memberikan sebagian harta

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 27/PJ.

BAB III KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF EFEKTIF DALAM PEMUNGUTAN PPh PASAL 23 ATAS JASA LAIN

Pemotongan/Pemungutan PPh

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Landasan Hukum: Pasal 23 UU PPh PMK No. 244/ PMK.03/ 2008

PPh Pasal 26. Pengantar

MINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS

BAB II LANDASAN TEORI

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2. Pasal 4 ayat 2 Undang-undang Pajak Penghasilan menyebutkan, bahwa:

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kini (awal tahun 2007) berpengaruh terhadap penerimaan pajak yang

Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B)

PERTEMUAN 6 By Ely Suhayati SE MSi Ak

lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh), karena dalam PPh ada Perampungan yang dilakukan setiap akhir tahun

BAB II URAIAN TEORITIS

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

AGENDA. PPh Pasal 26

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (2002:1)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang) 8. JUMLAH (6 + 7) 8

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

MAKALAH PERPAJAKAN. Disusun Oleh : Florentina Rosalia Marseli UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Perpajakan Bagi Koperasi

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

BAB II LANDASAN TEORI

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

2.1 Definisi Pajak. Landasan Teori. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PA JAK PENGHASILAN F INAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):

LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

4Dra.Riiyati UNIVERSITAS INDONESIA. , ip YerItas, Pro itas, 9ustItia. Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng.

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Pajak Penghasilan Final: Suatu Penjelasan Singkat atas Objek, Tarif, dan Pihak yang ditunjuk Sebagai Pemotong

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23. Disampaikan oleh : Amanda Oktariyani,SE.,M.Si,Ak

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DAN DISKONTO OBLIGASI YANG DIPERDAGANGKAN DAN/ATAU DILAPORKAN PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

Pengertian Pajak Penghasilan 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

PAJAK PENGHASILAN (PPh) Ps. 21/26

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara Cuma-Cuma).

PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB II LANDASAN TEORI. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sautu perbuatan seseorang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo, (2003:1) :

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

Pemotongan/PemungutanPPh

Transkripsi:

I Daftar dan Tarif Pajak Penghasilan PPh Pasal 4 ayat (2) 1. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI Dasar Hukum : PP No. 131 Tahun 2000 Pengecualian: a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah. b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di IndonesiaIndonesia. atau cabang bank luar negeri c. d. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan, sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhada, kapling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sepanjang untuk dihuni sendiri. 2. Transaksi Saham Di Bursa Efek Dasar Hukum : PP No. 41 Tahun 1994 jo.pp No. 14 Tahun 1997 a. Bukan Saham Pendiri 0,1% X Nilai Transaksi b. Saham Pendiri (0,1% X Nilai Transaksi) + (0,5% X nilai saham pasar saat Penawaran Umum Perdana (IPO)) 3. Bunga atau Diskonto Obligasi yang Diperdagangkan di Bursa Efek Dasar Hukum : PP No. 6 Tahun 2002 a. Bunga Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) 20% (untuk WPDN & BUT) 20% atau Tarif P3B (untuk WPLN) 1. WP FN & BUT 20% 2. WP LN 20 % atau Tarif berdasarkan P3B b. Diskonto Obligasi dengan kupon Jumlah Bruto Bunga Jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan obligasi

1. WP DN & BUT 20% 2. WP LN 20 % atau Tarif berdasarkan P3B c. Diskonto Obligasi tanpa bunga (zero coupon bond) 1. WP DN & BUT 20% 2. WP LN 20 % atau Tarif berdasarkan P3B Pengecualian : a. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia. Selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan Selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi b. c. d. Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Reksana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang seluruh penghasilannya termasuk penghasilan bunga dan diskonto obligasi di atas dalam 1 (satu) tahun pajak tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). 4. Hadiah Undian Dasar Hukum : PP No. 132 Tahun 2000 jo KEP- 395/PJ./2001 5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan Dasar Hukum : PP No. 29 Tahun 1996 jo. PP No. 5 Tahun 2002 6. Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan 25% Jumlah Bruto Hadiah Undian Dasar Hukum : PP No. 48 Tahun 1994 jo. PP No. 27 Tahun 1996 jo. PP No. 79 Tahun 1999 a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengalihkan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang jumlah bruto nilai pengalihannya lebih dari Rp. 60 jt. 10% Jumlah Bruto 5% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan

b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengalihkan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang jumlah bruto nilai pengalihannya kurang dari Rp. 60 jt namun penghasilan lainnya dalam 1 tahun melebihi PTKP. 5% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan c. Yayasan atau organisasi sejenis. Jumlah Bruto Nilai 5% Pengalihan 7. Usaha Jasa Konstruksi (Kontraktor Usaha Kecil dan Nilai Pengadaan sampai dengan Rp. 1 Milyar) Dasar Hukum : PP No. 140 Tahun 2000 a. Jasa Pelaksanaan Konstruksi 2% Penghasilan bruto b. Jasa Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi 4% Penghasilan bruto 8. Penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya Dasar Hukum : PP No. 4 Tahun 1995 Syarat : a. merupakan perusahaan kecil, menengah, 0,10% Jumlah Bruto Nilai atau yang melakukan kegiatan dalam sektorsektor Transaksi Penjualan/ usaha yang ditetapkan oleh Menteri Pengalihan Penyertaan Keuangan; dan Modal b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. II PPh Pasal 15 1. Pelayaran Dalam Negeri 1,20% Peredaran Bruto 2. Penerbangan Dalam Negeri 1,80% Peredaran Bruto 3. Pelayaran dan atau Penerbangan Luar Negeri 2,64% Peredaran Bruto 4. WP LN yang mempunyai Kantor Perwakilan 0,44% Nilai Ekspor Bruto Jumlah Bruto dari Nilai 5. Pihak-pihak yang melakukan kerjasama dalam Tertinggi antara Nilai bentuk Perjanjian Bangunan Guna Serah (Built 5% Pasar dengan NJOP Operate and Transfer) Bagian Bangunan yang III PPh Pasal 21 1. Penghasilan yang diterima oleh Pegawai Tetap PKP = PB - (BJ + IP) - Pasal 17 UU PPh PTKP 2. Upah yang Diterima oleh Tenaga Harian Lepas a. Jika jumlah upah (PB) yang diterima dalam sebulan tidak melebihi Rp. 1.100.000 maka PTKP sehari ditetapkan sebesar Rp. 110.000. 5% PKP = (PB - PTKP) b. Jika jumlah upah (PB) yang diterima dalam 5% PKP = (PB - PTKP) sebulan melebihi Rp. 1.100.000 maka PTKP sehari ditetapkan sebesar PTKP setahun sesuai dengan statusnya dibagi dengan 360.

3. Komisi Penjualan yang diterima oleh Distributor MLM/ Direct Selling dan kegiatan sejenis Pasal 17 UU PPh PKP = (PB - PTKP) perbulan 4. Uang Tebusan Pensiun, Uang THT atau JHT, Uang Pesangon yang diterima Pegawai atau Mantan Pegawai, kecuali tidak lebih dari Rp. 25 juta a. Rp. 25 juta s.d. Rp. 50 juta 5% PB b. > Rp. 50 juta s.d. Rp. 100 juta 10% PB c. > Rp. 100 juta s.d. Rp. 200 juta 15% PB d. > Rp. 200 juta 20% PB 5. Jasa Produksi, Tantiem Gratifikasi, Bonus yang Pasal 17 UU PPh PB diterima Mantan Pegawai 14. 6. Honorarium yang diterima Dewan Komisaris/ Pasal 17 UU PPh PB Pengawas yang bukan pegawai tetap pada perusahaan yang sama 7. Uang Pensiun Bulanan yang diterima pensiun Pasal 17 UU PPh PKP= (PB - BP) - PTKP 8. Penarikan dana pada Dana Pensiun oleh Pensiun Pasal 17 UU PPh PB 9. Honorarium dan Pembayaran Lain yang diterima 15% x 50% atau 7,5% PB oleh Tenaga Ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, dan Aktuaris) sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan 10. Honorarium yang dananya dari keuangan negara/ 15% PB daerah yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/ POLRI kecuali PNS Gol. II/d kebawah atau Anggota POLRI dengan Pangkat Pembantu Letnan Satu atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah 11. Honorarium yang diterima oleh Pegawai Tidak Pasal 17 UU PPh PKP= (PB - PTKP) Tetap, Pemagang, Calon Pegawai 12. Honorarium dan pembayaran lain yang diterima Pasal 17 UU PPh PB oleh Tenaga Lepas (Seniman, Olahragawan, Penceramah, Pemberi Jasa, Pengelola Proyek, Peserta Perlombaan, PDL Asuransi, dll) 13. Penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang Pasal 17 UU PPh PKP= (PB - (BJ + IP) - diterima oleh Tenaga Asing (Expatriate) yang telah PTKP berstatus sebagai WPDN Penghasilan dari pekerjaan yang diterima oleh Tenaga Asing (Expatriate) yang bekerja pada Perusahaan Pengeboran Migas : a. General Pasal 17 UU PPh US$ 11.275 per bulan Manager b. Manager Pasal 17 UU PPh US$ 9.350 per bulan c. Supervisor/ Tool Pusher Pasal 17 UU PPh US$ 5.830 per bulan

d. Assisten Supervisor/ Tool Pusher Pasal 17 UU PPh US$ 4.510 per bulan e. Crew Pasal 17 UU PPh US$ 3.245 per bulan Lainnya Catatan : PKP: PB: BJ: IP: BP: Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Bruto Biaya Jabatan Iuran Pensiun Biaya Pensiun IV. PPh Pasal 22 1. Pembelian Barang oleh Bendaharawan dan 1,50% Harga Pembelian 2. Impor Barang : a. Importir mempunyai API 2,50% Nilai Impor b. Importir tidak mempunyai API 7,50% Nilai Impor c. Yang tidak Dikuasai 7,50% Harga Jual Lelang 3. Industri Semen 0,25% DPP PPN 4. Industri Rokok 0,15% Harga Bandrol 5. Industri Kertas 0,10% DPP PPN 6. Industri Baja 0,30% DPP PPN 7. Industri Otomotif 0,45% DPP PPN 8. Bahan Bakar Minyak dan Gas SPBU Swastanisasi /Pertamina a. Premium 0,3% 0,25% Penjualan b. Solar 0,3% 0,25% Penjualan - Swastanis asi = c. Premix/Super TT 0,3% 0,25% Penjualan - Pertamina d. Minyak Tanah 0,30% Penjualan = Tidak e. Gas/LPG 0,30% Penjualan f. Pelumas 9. Pembelian bahan-bahan berupa hasil perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan untuk keperluan industri dan ekspor dari pedagang 0,30% 0,50% Penjualan Harga Pembelian pengumpul (tidak termasuk PPN) V. PPh Pasal 23 1. Dividen 15% Jumlah Bruto 2. Bunga 15% Jumlah Bruto 3. Royalti 15% Jumlah Bruto 4. Hadiah dan Penghargaan selain yang telah dipotong 15% Jumlah Bruto PPh Pasal 21 5. Bunga Simpanan yang dibayarkan Koperasi 15% Jumlah Bruto 6. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan 15% x 10% atau 1,5% Jumlah Bruto* penggunaan harta, khusus kendaraan angkutan darat

7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan 15% x 30% atau 4,5% Jumlah Bruto* penggunaan harta selain kendaraan angkutan darat, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan bangunan yang telah dikenakan PPh yang bersifat final 8. Jasa Teknik, Jasa Manajemen dan Jasa Konsultansi, kecuali Konsultan Konstruksi 9. Jasa Pengawasan Konstruksi dan Jasa Perencanaan Konstruksi 5% x 262/3% atau 4% Jumlah Imbalan Seluruhnya termasuk Pemberian Jasa dan Pengadaan Material/Barang* 10. Jasa Penilai 11. Jasa Aktuaris 12. Jasa Akuntansi 13. Jasa Perancang 14. Jasa Pengeboran (jasa driling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap 15. Jasa Pengeboran (jasa driling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap 16. Jasa Penambangan dan Jasa Penunjang di Bidang Penambangan selain Migas 17. Jasa Penunjang di Bidang Penerbangan dan Bandar Udara 18. Jasa Penebangan Hutan 19. Jasa Pengolahan Limbah 20. Jasa Penyedia Tenaga Kerja 21. Jasa Perantara 22. Jasa di Bidang Perdagangan Surat-suratkecuali yang dilakukan oleh BEJ, BES, KSEI, dan KPEI Berharga, 23. Jasa Kustodian/ Penyimpanan/ Penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEi 24. Jasa Pengisian Suara 25. Jasa Mixing Film 26. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan

27. Jasa Instalasi/Pemasangan : Jasa instalasi/pemasangan mesin, listrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV Kabel; Jasa instalasi/ pemasangan peralatan; kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai izin/sertifikat sebagai pengusaha konstruksi 28. Jasa Perawatan/ Pemeliharaan/ Perbaikan : Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan mesin, listrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV kabel; Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan peralatan; Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan alat-alat transportasi/ kendaraan; Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan bangunan; kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkup pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunyai izin/ sertifikat sebagai pengusaha konstruksi 29. Jasa Pelaksanaan Konstruksi, termasuk : Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan bangunan; Jasa instalasi/ pemasangan peralatan, mesin/ listrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV kabel; sepanjang jasa tersebut dilakukan oleh Wajib Pajak yang 15% x 131/3% atau 2% Jumlah Imbalan Seluruhnya termasuk Pemberian Jasa dan Pengadaan Material/Barang mempunyai izin/ sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi 30. Jasa Maklon, 15% x 20% atau 3% Jumlah Imbalan Jasa* 31. Jasa Penyelidikan dan Keamanan, 15% x 20% atau 3% Jumlah Imbalan Jasa* 32. Jasa Penyelenggara Kegiatan/ event organizer, 15% x 20% atau 3% Jumlah Imbalan Jasa* 33. Jasa Pengepakan, 15% x 20% atau 3% Jumlah Imbalan Jasa* 34. Jasa Penyediaan Tempat dan/atau waktu dalam 15% x 10% atau 1,5% Jumlah Imbalan Jasa* media massa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi. 35. Jasa Pembasmian Hama, 15% x 10% atau 1,5% Jumlah Imbalan Jasa* 36. Jasa Kebersihan/ cleaning service. 15% x 10% atau 1,5% Jumlah Imbalan Jasa* 37. Jasa Catering 15% x 10% atau 1,5% Jumlah Imbalan Seluruhnya termasuk Pemberian Jasa dan Pengadaan Material/Barang Catatan : * Tidak termasuk PPN VI. PPh Pasal 26 1. Dividen 20% atau Tarif P3B Jumlah Bruto 2. Bunga, termasuk Premium, Diskonto, Premi SWAP, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang 20% atau Tarif P3B Jumlah Bruto 3. 4. Royalti, Sewa, dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan 20% atau Tarif P3B Jumlah Bruto 20% atau Tarif P3B Jumlah Bruto

5. Hadiah dan Penghargaan 6. Pensiunan dan Pembayaran berkala lainnya 7. Penjualan Harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh yang diterima WP LN selain BUT di Indonesia 20% atau Tarif P3B Jumlah Bruto 20% atau Tarif P3B Jumlah Bruto 20% x Perkiraan Phs Neto atau Tarif P3B Harga Jual 8. Premi Asuransi, termasuk Premi Reasuransi a. Dibayarkan tertanggung kepada Perusahaan 20% x 50% atau 10% Asuransi di LN, baik secara langsung atau Tarif P3B maupun melalui pialang Premi yang Dibayar b. Dibayarkan Perusahaan Asuransi di 20% x 10% atau 2% Indonesia kepada Perusahaan Asuransi di atau Tarif P3B LN, baik secara langsung maupun melalui pialang Premi yang Dibayar c. Dibayarkan Perusahaan Reasuransi di 20% x 5% atau 1% atau Indonesia kepada Perusahaan Asuransi di Tarif P3B LN, baik secara langsung maupun melalui pialang Premi yang Dibayar 9. Penghasilan BUT, kecuali ditanamkan kembali di 20% atau Tarif P3B PKP =( Laba BUT PPh Indonesia BUT di Indonesia)