BAB II DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN. Judul dari perancangan adalah Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun -

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Universitas Sumatera Utara

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

International Fash on Institute di Jakarta

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Syarat Bangunan Gedung

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB I SUNGAI DELI MARTABAT KOTA MEDAN. yang dulu. Sekarang mahasiswa menyelesaikan desain pada perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI DATA DAN ANALISIS

FORM INSPEKSI. f. Issue Lingkungan : Air/ Udara/ Bunyi/ Keterangan : g. Analisis Resiko : Banjir/ Kebakaran/ Longsor/ Keamanan/

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

PASAR KAWASAN TERPADU HAMDAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB III DATA DAN ANALISA

Rumah Susun Sederhana Sewa di Denpasar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

TINJAUAN PULO CANGKIR

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

STUDIO TUGAS AKHIR BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Fungsional 4.1 Pemintakatan

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

Transkripsi:

BAB II DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN II.1. Judul Judul dari perancangan adalah Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun - Sumatera Utara yang merupakan kawasan terpadu multifungsi yang berada di kawasan CBD sebagai wujud dari revitalisasi permukiman kumuh Hamdan. Sesuai dengan UU No. 4/1992 pasal 27, lingkup penanganan lingkungan permukiman kumuh mencakup hal-hal sebagi berikut: 1. Perbaikan dan pemugaran Secara konseptual, implementasi prinsip perbaikan dan pemugaran meliputi : Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki oleh sebuah kota, Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisik lingkungan permukiman yang mengalami degradasi, Renovasi adalah melakukan perubahan sebagian atau beberapa bagian dari komponen pembentukan lingkungan permukiman, Rekontruksi merupakan upaya mengembalikan suatu lingkungan permukiman sedakat mungkin dari asalnya yang diketahui, dengan menggunakan komponen-komponen baru maupun lama. 7

Preservasi merupakan upaya mempertahankan suatu lingkungan pemukiman dari penurunan kualitas atau kerusakan. Penanganan ini bertujuan untuk memelihara komponen yang berfungsi baik dan mencegah dari proses penyusutan dini (kerusakan), misalnya dengan menggunakan instrument: ijin mendirikan bangunan (IMB). Ketentuan atau pengaturan tentang: Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Garis Sempadan Bangunan, Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai. 2. Peremajaan Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagian atau keseluruhan lingkungan perumahan dan pemukiman dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan pemukiman baru yang lebih layak dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang optimal sesuai dengan potensi lahannya. 3. Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan adalah upaya-upaya untuk mencengah, mengendalikan atau mengurangi dampak negatif yang timbul, serta meningkatkan dampak positif yang timbul terhadap lingkungan hunian. II.2. Tema II.2.1. Definisi Tema yang diangkat dalam Perancangan Kawasan Terpadu Hamdan, Medan Maimun - Sumatera Utara ini adalah Urban Regeneration. Urban Regeneration adalah arsitektur yang mengubah pola tingkah laku masyarakat dari 8

segi sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan menjadi masyarakat dengan pola kehidupan yang lebih baik tanpa mengubah karakteristik masyarakatnya. II.2.2. Interpretasi Tema Tiga syarat kawasan urban regeneration, yaitu: 1. Urban centre yaitu memiliki jaringan transportasi yang kuat, terdapat CBD dengan tata guna lahan yang padat dan harga lahan tinggi. 2. Informal settlement yaitu tingkat kemiskinan yang tinggi, lingkungan kumuh dan tidak sehat, rendahnya kualitas hidup, tingkat kriminalitas yang tinggi 3. Exclusion areas yaitu kurangnya fasiitas lingkungan Spesifikasi tema urban regeneration adalah sebagai berikut : 1. Desain untuk ruang publik yang inklusif dan aman dalam segala bentuk dari grand intim. 2. Tentukan ruang terbuka hijau dalam rencana pembangunan. 3. Membuat rute pejalan kaki hijau yang komprehensif di sekitar dan / atau di setiap tapak. 4. Berikan prioritas untuk kebutuhan pejalan kaki dan pengendara sepeda dalam pengembangan dan jalan pada tapak. 5. Menyediakan layanan bus. 6. Tentukan maksimum jarak berjalan kaki ke halte bus dan angkutan umum lainnya. 7. Menyediakan fasilitas tempat penyimpanan sepeda yang tersusun dengan baik 9

8. Menetapkan standar maksimum tempat parkir satu mobil per hunian bagi semua pembangunan pemukiman baru perkotaan 9. Memberlakukan pembatasan ketat atas penggunaan mobil pribadi, seperti biaya parker 10. Membangun dan mengembangkan potensi keterampilan di daerah tersebut 11. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat lokal 12. Memprioritaskan masyarakat lokal ketika melakukan perbaikan lingkungan lokal dan mengembangkan fasilitas masyarakat 13. Menyediakan bangunan sekolah, untuk mengakomodasi peningkatan jumlah murid pada masa depan dengan fasilitas berkualitas tinggi 14. Menciptakan lapangan kerja II.3. Studi Banding II.3.1. Studi Banding Perancangan Sejenis 1. Renovasi Kampung Stren Kali Surabaya Gambar II.1. Peta Lokasi Kampung Stren 10

Dalam merenovasi Kampung Stren konsep yang diterapkan adalah prinsip Kampung Jogo Kali. Artinya adalah menjaga kebersihan sungai, menjaga lingkungan kampung yang sehat dan tidak mencemari sungai, menghadapkan bangunan/rumah ke arah sungai, menjaga ikatan social dan budaya kampong. Gambar II.2. Contoh Desain Kampung Stren 11

2. Revitalisasi China Town Sebagai Kawasan Bersejarah Etnis Tionghoa di Singapura Gambar II.3. Peta Lokasi China Town di Singapura Kota tua kawasan bersejarah ini memiliki potensi yang besar dikembangkan dengan memanfaatkan kembali bangunan-bangunan yang sudah ada (adaptive re-use) sesuai fungsi lama atau bahkan fungsi yang sama sekali baru. Kekayaan arsitektural pada masa lampau adalah nilai lebih dan potensi yang besar. Maka dalam hal ini harus dipertahankan atau dibangun kembali seperti aslinya (restorasi). Skenario pariwisata yang ditawarkan China Town adalah : Menjadi distrik tersebut sebagai lokasi pusat-pusat budaya dan kesenian Adanya jalan-jalan yang bertema Membangun estetika lingkungan, pencahayaan dan landscaping sehingga lingkungan menjadi atraktif untuk dikunjungi turis 12

Gambar II.4. Kondisi China Town Dari Waktu Ke Waktu II.3.2. Studi Banding Tema Sejenis 1. New East Manchester Gambar II.5. Peta Lokasi New East Manchester 13

New East Manchester berada di tepi Manchester City Centre ke batas timur kota atau East Manchester dengan luas lahan lebih dari 1900 ha. Upaya yang dilakukan untuk meregenerasi kawasan ini adalah sebagai berikut : Memasarkan dan mempromosikan daerah Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan program sosial dan ekonomi seperti New Deal untuk komunitas tunggal, zona pendidikan, zona kesehatan, zona olahraga, Kelurahan Ancoats, pembaharuan dana dalam pemasaran rumah Fokus utama pendanaan public secara efektif - 150 m per tahun Mengamankan sumber daya public dan sector swasta untuk memberikan program yang komprehensif \\ 14

Gambar II.6. Kondisi New East Manchester setelah dan sebelum diregenerasi 15

II.4. Data II.4.1. Lokasi Perancangan 1. Data Kawasan Letak geografis daerah adalah sebagai berikut : Lokasi Nama Kawasan Tipe Kawasan : Kecamatan Medan Maimun Kota Medan : Kawasan Pemukiman Kumuh Kampung Hamdan : Kawasan Permukiman Kumuh Luas Kawasan : 58.665 m 2 Luas Wilayah : 265,1 km 2 Letak Geografis : 3 o 30-3 o 43 LU dan 98 o 35-98 o 44 BT Batas Wilayah : a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. b. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Kabupaten Deli Serdang. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Iklim : Suhu udara berkisar antara 25º - 33ºC dengan kelembaban sekitar 60-95 % dan kecepatan angin antara 10 km/jam 16

. Gambar II.7. Lokasi Kawasan 2. Lokasi Site Lokasi Luas Area Kasus Perancangan Status Perancangan Kontur Lahan Jenis Kawasan : Kecamatan Medan Maimun Kota Medan : ± 5,87 Ha : Kawasan Pemukiman Kumuh Kampung Hamdan : Tidak nyata : Berkontur : Daerah pusat kota 17

Gambar II.8. Peta Site 3. Ketentuan Site GSB (Garis Sempadan Bangunan) GSB untuk Jl. Ir. Juanda GSB untuk Jl. Samanhudi GSB untuk Jl. Multatuli GSB untuk Sungai Deli : 15 m : 15 m : 10 m : 15 m KDB (Koefisien Dasar Bangunan) KDB = 60% x 5,87 ha = 4,322 ha KLB (Koefisien Lantai Bangunan) KLB = 4,5 x 5,87 ha = 26,514 ha KDH (Koefisien Daerah Hijau) KDH = 25% x 5,87 ha = 1,47 ha 18

4. Kriteria Lokasi Untuk menentukan lokasi perancangan perlunya mempertimbangkan kriteria-kriteria pada site yang dipilih. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya : Tabel 1. Kriteria Pemilihan Lokasi Perancangan NO. KRITERIA LOKASI 1. Tinjauan terhadap Berada di Kecamatan Medan Maimun, struktur kota Kota Medan 2. Pencapaian Dapat diakses dari jalan primer pada kawasan ini yaitu, Jalan Ir. H. Juanda, 3. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi perbelanjaan dan bangunan publik lainnya atau disekitar permukiman yang belum ada 4. Peraturan Tanah milik kesultanan. Nilai lahan cukup tinggi untuk daerah komersial. Untuk pengembangan kawasan permukiman, pusat pendidikan, perdagangan, dan rekreasi indoor. 19

5. Topografi Site ini memiliki kontur terutama area yang dekat dengan sungai dan perbedaan setiap konturnya adalah 1 meter. Gambar II.9. Peta Kontur Site II.4.2. Isu Lingkungan Padat Kondisi perumahan yang sangat padat dengan jarak hanya 1-2 meter dapat membahayakan masyarakat. Tidak adanya sikulasi keselamatan mengakibatkan susahnya mengakses bagian dalam kawasan ini. Pada saat terjadi kebakaran di kawasan ini, pemadam kebakaran sangat sulit mengakses 20

bagian dalam kawasan, sehingga mengakibatkan sangat cepat penyebaran api karena jarak rumah yang sangat rapat dan material rumah yang mudah terbakar. Lingkungan Kumuh Kondisi lingkungan kawasan ini sangat mengenaskan. Kondisi bangunan yang berbatasan dengan jalan memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi perumahan yang berbatasan langsung dengan sungai. Kondisi rumah yang berbatasan langsung dengan sungai hanya berdindingkan triplek, kolom kayu dan atap seng dengan konstruksi yang tidak kokoh sehingga sewaktu- waktu rumah ini dapat roboh. Dan jika terjadi hal ini akan membahayakan dan merugikan pemilik rumah. Gambar II.10. Foto Kondisi Lingkungan Site Lingkungan yang Tidak Sehat Lingkungan sampah yang berserakan disekitar rumah, kondisi parit yang sangat jorok dan terbuka sehingga akan menyebabkan penyakit. Dikondisi seperti ini masyarakat melakukan aktivitas sehari-hari dan banyak anak-anak bermain. 21

Serta ada juga rumah yang sampahnya bukan hanya diluar rumah tetapi didalam rumah juga banyak berserakan sampah. II.5. Analisa II.5.1. Analisa Undang-Undang Gambar II.11. Analisa Undang-Undang Bangunan pada site banyak yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Banyak pelanggaran yang terjadi seperti pelanggaran GSB antar bangunan yang terlalu rapat, pelanggaran GSB sungai, dan tidak ada ruang terbuka hijau. Hal ini dapat membahayakan karena susahnya akses pemadam kebakaran ke kawasan, jalur evakuasi kebakaran yang tidak sesuai, dan menyebabkan lamanya evakuasi jika terjadi bencana. Sehingga direkomondasinya : GSB digunakan untuk ruang terbuka hijau, memberikan jarak antar bangunan untuk mengevakuasi, dan fungsi dapat diakses dari segala arah. 22

II.5.2. Analisa Sosial Budaya Hubungan sosial masyarakat pada kawasan ini sangat erat, ini merupakan suatu perilaku yang positif dan potensi kawasan. Ini dapat dilihat dari interaksi yang sering terjadi, banyak kegiaan yang dilakukan bersama. Gambar II.12. Perilaku Positif Perilaku atau kebiasaan masyarakat yang negatif adalah warga berdagang makanan di sembarang tempat, sungai sebagai tempat pembuangan sampah, dan sungai digunakan sebagai MKCK. Hal ini menyebabkan rusaknya kelestarian Sungai Deli. 23

Gambar II.13. Perilaku Negatif II.5.3. Analisa View Gambar II.14.a. Analisa View 24

Gambar II.14.b. Analisa View Masalah yang terjadi pada view adalah view yang tidak bagus. Terutama pada arah utara, site dibelakangi oleh deretan ruko multatuli. Potensi view yang ada pada kawasan hamdan ini adalah dibagian barat terdapat sungai dan selatan terdapat JL.Samanhudi dan Jl.Juanda. Rekomondasi dari sudut pandang view adalah membuat tanaman buffer pada view yang tidak bagus dan jalur pedestrian di samping jalur hijau sehingga menghasilkan ruang peralihan antara kawasan dan ruko multatuli. 25

II.5.4. Analisa Sirkulasi 1. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki Gambar II.15. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki Pedestrian yang terlalu sempit dan dengan kondisi yang buruk. Karena kondisi seperti ini sebaiknya pedestrian didesain kembali dengan memenuhi persyaratan dan kenyamanan. 2. Analisa Sirkulasi Kendaraan Parkir sembarangan dan jalan terlalu sempit penyebab kemacetan pada JL.Multatuli dan Jl.Samahudi. Untuk mengatasi hal ini contoh tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melebarkan Jl. Multatuli yang lahannya diambil dari site. Rekomondasi perletakan entrance sebaiknya diletakan pada Jl.Multatuli atau Jl Juanda. Hal ini dikarenakan Jl.Multatuli yang memiliki intensitas 26

kendaraan yang melaluinya paling sedikit dari pada Jl.Juanda dan Jl.Samanhudi serta untuk menghindari kemacetan. Sedangkan Jl Juanda merupakan jalan arteri primer Kota Medan. Jl.Samanhudi tidak direkomondasikan sebagai entrance utama karena Jl.Samanhudin yang memalui site tidak panjang dan diantara 2 simpang yang berdekatan sehingga dapat memicu kemacetan serta memiliki intensitas kendaraan yang lebih tinggi dari pada Jl.Multatuli. Gambar II.16. Analisa Sirkulasi Kendaraan Untuk memudahkan sirkulasi dalam site disarankan diadakannya transfortasi dalam site seperti bus dan tempat pemberhentiannya (halte). Sirkulasi yang direkomondasian adalah menggunakan sirkulasi radial dengan pusat RTH. Dengan bentuk site seperti ini, menggunakan sirkulasi yang radial akan memudahkan dalam pencapaian setiap fungsi. 27

II.5.5. Analisa Kebisingan Gambar II.17. Analisa Kebisingan Area yang tingkat kebisingannya paling tinggi adalah area yang berbatasan langsung dengan jalan. Sedangkan area yang tingkat kebisingannya rendah adalah area yang dekat dengan sungai. Berdasarkan hal tersebut sebaiknya fungsi yang bersifat publik diletakan di daerah yang tingkat kebisingan sedang dan tinggi dan fungsi yang bersifat private diletakan di daerah yang tingkat kebisingan rendah. Untuk meredam kebisingan pada daerah dengan intensitas kebisingan tinggi direkomondasikan penggunaan vegetasi. 28

II.6. KONSEP II.6.1. Zoning Fungsi publik (sekolah, pasar, gedung seni budaya dan gedung olahraga) diletakan dibagian site yang berbatasan langsung dengan jalan. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan akses ke fungsi yang bersifat publik. Fungsi yang bersifat private (rusunawa) diletakan dibagian site yang berbatasan dengan sungai karena untuk memprivatkan fungsi tersebut. Gambar II.18. Zoning Fungsi 29

Gambar II.19. Zoning fungsi II.6.2. Matriks dan Flowchart Matriks menunjukan kedekatan dan hubungan antar ruang dan flowhart menunjukan alur masuk ke bangunan. Gambar II.20. Matriks dan Flowchart 30

II.6.3. Konsep 1. Konsep Sirkulasi Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki Konsep sirkulasi pejalan kaki dari Kawasan Terpadu Hamdan adalah pejalan kaki dapat mengakses setiap fungsi dan setiap sudut kawasan. Setiap fungsi dihubungan dengan sirkulasi pejalan kaki. Entrance utama pejalan kaki terletak di Jl.Multatuli. Hal ini dikarenakan intensitas pejalan kaki lebih banyak dari pada Jl. Juanda dan Jl. Samanhudi serta intensitas kendaraan pada Jl.Multatuli yang lebih sedikit. Gambar II.21. Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki 31

Konsep Sirkulasi Kendaraan Konsep sirkulasi kendaraan dari Kawasan Terpadu Hamdan adalah radial. Hal ini dikarenakan bentuk site yang tidak berarturan sehingga akan memudahkan pencapaian setiap fungsi. Gambar II.22. Konsep Sirkulasi Kendaraan 2. Konsep Penataan Kawasan Penataan posisi fungsi pada site dengan mempertimbangkan akses fungsi dan sifat fungsi itu sendiri. Fungsi sekolah diletakan dekat pintu utama dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian dan tidak mengganggu aktivitas dalam site. Area parkir sekolah berada di dalam site agar tidak menyebabkan kemacatan pada Jl. Multatuli. Fungsi pasar diletakan di barat laut site dimaksudkan agar lebih mudah dalam pencapaian dan tidak mengganggu aktivitas dalam site. 32

Area parkir pasar diletakkan sekat dengan akses kendaraan dala site sehingga akses keluar lebih mudah. Area RTH sebagai central kawasan dan pedoman orientasi bangunan dan penghubung fungsi-fungsi dalam kawasan serta untuk menciptakan jalur sirkulasi yang jelas. Fungsi gedung seni budaya diletakan di depan simpang Jl.Juandda agar mudah terlihat dari tiga jalan sehingga menjadi icon kawasan dan memudahkan akses dari gedung olahraga ke taman komunitas serta plaza. Area parkir umum diletakan pada entrance utama untuk memudahkan akses parkir dari entrance utana dan parkiran mudah diakses dari gedung seni budaya dan gedung olahraga. Fungsi rusunawa diletakan agak kedalam site dimaksudkan untuk menghindari kebisingan dari jalan, memberikan privasi dan memudahkan akses ke semua sudut site. Area parkir rusunawa diletakan dekat dengan rusunawa dan entrance pintu 2 dimaksudkan agar memudahkan akses keluar rusunawa dan akses dari rusunawa ke parkiran. GSB sungai dimanfaatkan sebagai pasar kuliner dan plaza untuk pedagang kaki lima dan dapat menjadi karakter kawasan ini. Fsungsi gedung olahraga diletakkan dekat dengan rusunawa untuk memudahkan akses ke dan dari fungsi yang berhubungan dengan fungsi ini. 33

Gambar II.23. Konsep Penataan Kawasan 3. Konsep Bentukan Massa Konsep bentukan massa bangunan olahraga yang berbentuk hurup U dimaksudkan untuk menanggapi lapangan dalam gedung dan untuk menanggapi view ke arah sungai. Gambar II.24. Konsep Bentukan Massa 34

Konsep bentukan massa gedung seni budaya yang diharapkan menjadi icon kawasan. Bentuk lengkung pada gedung seni budaya untuk menanggapi simpang Jl.Juanda. Massa diusahakan membuka lebar pada sungai, hal ini dimaksudkan agar view dapat maksimal ke arah sungai. Bentuk massa sekolah dibuat memanjang dengan tujuan untuk memaksimalkan cahaya yang masuk ke dalam ruang kelas sehingga lebih hemat energi. Bangunan sekolah juga dibuat terpisah untuk memaksimalkan sirkulasi udara yang masuk ke dalam ruangan. Konsep bentukan massa pasar mengadopsi konsep solid vs void dimana solid merupakan badan bangunan sedangkan void sebagai paruparu bangunan yang berperan sebagai vokal sirkulasi udara dan pencahayaan. Sedangkan konsep bentukan massa rusunawa yang direncanakan per unitnya memiliki modul 6 x 6 meter berdasarkan hal tersebut massa bangunan direncanakan pelantainya 14 unit dengan susunan double loaded. Perletakan yang monoton tidak memunculkan vista yang bagus pada site ini. Sehingga perletakan massa yang maju dan mundur menciptakan vista yang menarik dari berbagai sudut penglihatan, serta memungkinkan angin masuk ke setiap hunian 4. Konsep Ketinggian Bangunan Pasar memiliki ketinggian 3 lantai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ruang seperti kios, dan area los. 35

Gambar II.25. Konsep ketinggian Bangunan 36