Pemantauan perubahan profil pantai akibat

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN I-1

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

VALIDASI LUAS LAHAN DAN PROFIL TAMBAK DI KABUPATEN BERAU

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

VALIDASI LUAS TAMBAK DI KABUPATEN LUWU

Validasi luas periodik dan penentuan luas potensi tambak... (Mudian Paena) Mudian Paena *), Akhmad Mustafa *), Hasnawi *), dan Rachmansyah *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

KERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENENTUAN LUAS, POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN TAMBAK DI SULAWESI SELATAN MELALUI PEMANFAATAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4 Andi Panguriseng 1, Muh. Altin Massinai 1, Paharuddin 1 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

label 1. Karakteristik Sensor Landsat TM (Sulastri, 2002) 2.3. Pantai

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINJAUAN PUSTAKA. Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

Validasi luas lahah tambak di Kabupaten Pinrang... Mudian Paena *), Akhmad Mustafa *), Hasnawi *), dan Rachmansyah *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

07. Bentangalam Fluvial

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

STUDI SEBARAN SEDIMEN SECARA VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting karena dapat memberikan petunjuk asal sedimen, transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perubahan Garis Pantai Di Kabupaten Indramayu Dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat Multi Temporal

BAB I PENDAHULUAN. wilayah yang menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan yang pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum

3.1 Metode Identifikasi

DINAMIKA PANTAI (Abrasi dan Sedimentasi) Makalah Gelombang Yudha Arie Wibowo

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

ANALISIS ARUS DAN GELOMBANG PERAIRAN BATU BELANDE GILI ASAHAN DESA BATU PUTIH KECAMATAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG


493 Kajian potensi kawasan pertambakan di Kabupaten Pangkep... (Utojo) ABSTRAK

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

Pemanfaatan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk... (Mudian Paena) PEMANFAATAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MEMANTAU PERUBAHAN PROFIL PANTAI AKIBAT SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SADDANG KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN Mudian Paena *) *) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros ABSTRAK Pemantauan perubahan profil pantai akibat pengendapan selama ini sangat sulit dilakukan, selain proses perubahannya sangat lambat juga secara spasial sulit digambarkan. Namun demikian, dengan semakin populernya pemanfaatan satelit penginderaan jauh untuk sumberdaya yang dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadikan pemantauan perubahan profil pantai dengan mudah dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju perubahan profil pantai akibat pengendapan di sekitar muara Sungai Saddang Kabupaten Pinrang. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra Landsat- 7 ETM + tahun 2002 dan 2005 dan Rupa Bumi Indonesia (RBI) lembar Pinrang skala 1:50.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi proses sedimentasi yang menyebabkan perubahan profil pantai di sekitar muara Sungai Saddang, perubahan tersebut dikategorikan sangat cepat, mengingat dalam kurun waktu 14 tahun (1991-- 2005) saja terjadi penambahan daratan seluas 147,04 ha atau rata-rata penambahan daratan sebesar 10,50 ha/tahun; di mana seluas 119,86 ha di bagian selatan dan 27,18 ha di bagian utara muara Sungai Saddang. Peningkatan endapan ini dapat meningkatkan frekuensi banjir yang mempunyai dampak terhadap penurunan produksi tambak sebesar 60%--80%. KATA KUNCI: penginderaan jauh, SIG, perubahan profil pantai, muara Sungai Saddang PENDAHULUAN Indonesia merupakan kawasan dengan geomorfologi pantai yang khas dan unik. Hal tersebut disebabkan karena Indonesia terletak di atas beberapa lempeng tektonik utama dunia yang saling bersinggungan yaitu Eurasia, India-Australia, Pasifik, dan Filipina (Ikayati et al., 2001). Berdasarkan asal usul sedimen pesisir dan dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut: (1) lithogenous yaitu jenis sedimen yang berasal dari pelapukan batuan dari daratan yang memasuki laut melalui drainase air sungai, (2) biogenaeus yaitu jenis sedimen yang berasal dari organisme laut yang telah mati, (3) hydrogenous yaitu sedimen yang berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi jenuh, (4) cosmogenous yaitu jenis sedimen yang berasal dari ruang angkasa di mana partikel dari benda-benda angkasa ditemukan di dasar laut dan banyak mengandung unsur-unsur besi (Wibisono, 2005). Selain itu, buangan limbah manusia juga merupakan salah satu jenis sedimen. Sedimen lithogenous dan sedimen limbah manusia merupakan kombinasi sedimen yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan profil pantai. Sedimentasi yang tinggi akan berdampak negatif dan merupakan faktor utama penyebab degradasi sumber daya perikanan (Taurusman et al., 2001). Besarnya sedimentasi yang terjadi di muara Sungai Saddang akan mempengaruhi frekuensi banjir, sekaligus berdampak pada penurunan produksi tambak. Pemantauan perubahan profil pantai akibat pengendapan selama ini sangat sulit dilakukan, selain proses perubahannya sangat lambat juga secara spasial sulit digambarkan. Namun demikian dengan semakin populernya pemanfaatan satelit penginderaan jauh untuk sumber daya yang dikombinasikan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadikan pemantauan perubahan profil pantai dengan mudah dapat dilakukan. Pemantauan dapat dilakukan dengan menganalisis citra satelit yang perekamannya dilakukan pada waktu yang berbeda (multitemporal). Periode pemantauan dapat dilakukan 10--20 tahun sekali, tergantung dari karakter masing-masing wilayah pesisir. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui laju perubahan profil pantai akibat sedimentasi di sekitar muara Sungai Saddang Kabupaten Pinrang. Hasil 175

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 2 Tahun 2008 pengamatan ini diharapkan dapat menjadi model pendugaan untuk wilayah pesisir di daerah lain sehingga dapat menekan dampak negatifnya terhadap penurunan produksi tambak. TINJAUAN UMUM PERUBAHAN PROFIL PANTAI Secara umum perubahan bentuk profil pantai, di mana terletak di antara daratan dan lautan selain ditentukan oleh kekerasan batuan (daya resistensi), pola morfologi juga ditentukan oleh tahapan tektoniknya apakah labil atau stabil. Secara geologi bentuk pantai terdiri atas bentuk pantai berundak-undak, terjadi di wilayah pengangkatan aktif dan prosesnya sampai saat ini masih terus berjalan, bentuk pantai terjal selain dikontrol oleh adanya struktur geologi seperti adanya pergeseran dan patahan juga keberadaan batuan dasarnya yang sangat resisten terhadap abrasi gelombang laut. Kemudian bentuk pantai landai, selain dikontrol oleh jenis batuan atasnya yang relatif lunak juga terletak di daerah yang relatif stabil dari kegiatan tektonik atau daerah tingkat pasca tektonik, sehingga proses pengangkutan dan pengendapan berjalan tanpa gangguan kegiatan tektonik. Tipe profil pantai terakhir ini merupakan tipe pantai yang terdapat di sekitar muara Sungai Saddang Kabupaten Pinrang. Dahuri et al. (2001) menyatakan bahwa untuk daerah pesisir dan lautan konsep pembentukan profil pantai berlangsung lebih spesifik, di mana parameter oseanografi seperti pasang surut, ombak, arus laut memegang peran yang dominan dalam pembentukan morfologi pantai. Tipe profil pantai sekitar muara Sungai Saddang yang nampak sampai saat ini minimal dipengaruhi oleh adanya empat proses yaitu (1) proses endogen namun proses ini sangat kecil mempengaruhi perubahan makro profil pantai di muara Sungai Saddang, demikian pula dengan (2) proses degradasi, yang cukup besar pengaruhnya adalah proses (3) proses agradasi yaitu proses penumpukan material sedimentasi yang berasal dari sungai dan dari laut, sedangkan (4) proses biologik pengaruhnya tidak ada. Proses lain yang juga berinteraksi dengan keempat proses tersebut, dalam banyak hal ikut memberi kontribusi terhadap kecepatan pembentukan profil pantai di sekitar muara Sungai Saddang adalah perubahan pola penggunaan lahan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) termasuk penggundulan hutan akan mempercepat erosi dan sedimentasi di sekitar pantai. Namun demikian parameter oseanografi seperti pasang surut, ombak, arus laut juga memegang peranan yang dominan dalam pembentukan morfologi pantai termasuk pantai sekitar muara Sungai Saddang. PENGAMATAN PROFIL PANTAI MELALUI L ANDSAT- 7 ETM Perubahan geomorfologi pantai sekitar muara Sungai Saddang terjadi secara terus-menerus dan memberikan gambaran profil pantai yang juga secara terus-menerus mengalami perubahan. Perubahan dapat diamati melalui perekam citra Landsat-7 ETM dalam periode waktu yang berbeda. Secara spasial dapat diamati pada peta (Gambar 1). Perubahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor namun yang pasti aktivitas manusia sangat mempengaruhi perubahan-perubahan tersebut. Perubahan profil pantai sekitar muara Sungai Saddang yang diamati adalah perubahan garis pantai di mana hasil analisis citra penginderaan jauh menunjukkan telah terjadi perubahan garis pantai antara tahun 1991 (berdasarkan peta RBI). Perubahan terus terjadi sampai pada tahun 2002 dan 2005 (berdasarkan analisis citra Landsat-7 ETM + ). Selain garis pantai, juga diamati jenis penggunaan lahan di daratan. Dalam kajian ini, analisis diarahkan untuk mengekstrak jenis penggunaan lahan daerah kajian (analisis digital). Untuk keperluan pengembangan kawasan atau pemodelan lingkungan suatu lahan, data informasi penggunaan lahan atau penutupan lahan terbaru adalah sangat diperlukan (Kushardono, 1999). Selain penggunaan lahan, ekstrak data spasial juga diarahkan pada perubahan profil pantai. Analisis dilakukan dengan mereduksi kanal yang sesuai. Paena et al. (2006) menyatakan reduksi kanal menjadi sangat penting dalam analisis karena akan menentukan variasi warna baik pada citra asli maupun warna pada hasil klasifikasi citra. Kenampakan warna pada citra asli yang dikontrol melalui reduksi kanal akan memberikan kemudahan dalam melakukan visualisasi kenampakan pada lembar citra, sehingga memudahkan mengenali objek atau fenomena yang akan dikaji. Sedangkan tampilan warna hasil klasifikasi akan memberikan kemudahan dalam menentukan batasbatas ekstrim setiap objek atau fenomena yang berbeda dalam sebuah lembar citra. Analisis dilanjutkan secara visual (analisis visual) pada layar komputer atau pada hardcopy, dimaksudkan untuk mengamati secara keseluruhan wilayah yang ada di sekitar muara Sungai Saddang. Selanjutnya dilakukan delineasi citra pada daerah sekitar muara Sungai Saddang untuk menghasilkan poligton digital perubahan profil pantai. Proses delineasi citra dilakukan untuk masing-masing periode perekaman citra. Perubahan garis pantai tersebut diartikan sebagai perubahan profil pantai, diakibatkan oleh penumpukan material dari proses sedimentasi yang terjadi secara terus-menerus. 176

Pemanfaatan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk... (Mudian Paena) Gambar 1. Citra Landsat-7 ETM+ Kabupaten Pinrang dan aliran Sungai Saddang 771000 774000 777000 Komposit Citra 432 9600000 9600000 N W E S 9597000 9597000 1 : 52.387 9594000 9594000 9591000 9591000 771000 774000 777000 Gambar 2. Peta Citra 2002 kondisi pantai sekitar muara Sungai Saddang Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan 177

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 2 Tahun 2008 DINAMIKA HIDRO-OSEANOGRAFI Pentingnya mempelajari dinamika hidro-oseanografi pantai sekitar muara Sungai Saddang seperti ombak karena sangat berpengaruh terhadap perubahan profil pantai pada daerah di mana gelombang pecah (breaker zone) mempunyai energi yang sangat besar untuk menyeret sedimen yang ada di dasar laut menuju arah pantai dan diendapkan hingga merubah profil pantai sebelumnya. Hal ini terjadi secara terus-menerus maka proses perubahan profil pantai juga akan terus berlangsung. Selain ombak, arus yang mengarah ke pantai merupakan penyebab utama lain yang mempengaruhi perubahan profil pantai, berbeda dengan ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Sedangkan pasang surut pengaruhnya terhadap perubahan profil pantai sangat kecil dibandingkan dengan ombak dan arus (Wibisono, 2005). Meskipun demikian pasang surut laut yang terjadi ikut mempengaruhi dinamika air di pantai sekitar muara Sungai Saddang. Pergerakan air akibat pasang surut dapat diamati di depan atau di muara Sungai Saddang. Pada saat pasang air sungai mengalir kearah laut di atas massa air laut yang bergerak kearah darat. Pergerakan air laut kearah darat akan mengangkat massa air sungai lebih keatas dan bahkan pada waktu-waktu tertentu seringkali meluap melampaui tanggul alam di sisi kiri kanan sungai. Bersamaan dengan melimpahnya air tersebut, suspensi sedimen akan terbawa serta dan mengendap di luar lembahnya. Sebaliknya pada waktu surut air laut akan bergerak ke laut serta memperlancar aliran sungai yang ada di atasnya. Arus pasang surut yang terjadi umumnya tidak terlalu kuat untuk mengangkat sedimen berbutir kasar kecuali sedimen berbutir halus, tetapi sudah cukup untuk memberikan kontribusi sedimentasi di pantai sekitar muara Sungai Saddang. SEDIMENTASI DARI DAS SUNGAI SADDANG Secara geomorfologi, wilayah pantai muara Sungai Saddang Kabupaten Pinrang merupakan jenis pantai yang stabil dan berbentuk landai. Konsekuensi dari bentuk tersebut menyebabkan wilayah ini sangat aktif terjadi pertumbuhan pantai yang secara langsung akan merubah profil pantai dari tahun-ketahun. Bentuk sungai radial seperti yang terlihat pada peta juga mempengaruhi kecepatan aliran sungai. Dengan pola aliran sungai yang demikian maka pergerakan aliran sungai mengalami perlambatan saat mendekati muara sungai atau pada tempat-tempat di mana terjadi pembelokan arah alur sungai. Keadaan ini akan menyebabkan material sedimentasi yang berasal dari DAS mempunyai potensi besar untuk diendapkan di muara sungai. Sedangkan volume sedimentasi juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Gambar 3. Pembuatan drainase tambak di Kabupaten Pinrang yang tidak mempertimbangkan secara matang dinamika hidro-oseanografi (Foto: Akhmad Mustafa, 2006) 178

9600000 9596000 9592000 Pemanfaatan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk... (Mudian Paena) Akumulasi dari proses-proses alami dan aktivitas manusia tersebut maka proses sedimentasi menyebabkan perubahan profil pantai di sekitar muara Sungai Saddang, perubahan tersebut dikategorikan sangat cepat, mengingat dalam kurun waktu 14 tahun (1991--2005) saja terjadi penambahan daratan sebesar 10,50 ha/tahun (Tabel 1), sekali pun pada tahun-tahun tertentu penambahan daratan tidak seluas angka tersebut namun pada tahun-tahun tertentu pula terjadi penambahan daratan melebihi angka tersebut, menyebabkan dalam kurun waktu tersebut terjadi penambahan daratan seluas 147,04 ha masing-masing 119,86 ha di bagian selatan dan 27,18 ha di bagian utara. Berdasarkan laju perubahan profil pantai sekitar muara Sungai Saddang maka pada bagian selatan penambahan daratan lebih aktif sampai 8,56 ha/tahun; sedangkan pada bagian utara hanya mencapai 1,94 ha/tahun. Hal tersebut terjadi diduga karena pola arus sejajar pantai dan arus susur pantai berbeda di dua posisi tersebut. Selain itu, arah muara serta profil pantai sebelumnya juga mempengaruhi keadaan tersebut. Akibatnya profil pantai terus mengalami perubahan mengikuti laju sedimentasi. 772000 776000 780000 9592000 9596000 9600000 Keterangan: Profil pantai tahun 2002 Profil pantai tahun 2005 Laut Sungai Pemukiman Sawah Ladang Belukar Tambak 1 0 1 2 Kilometers Sumber: 1. Peta RBI Tahun 1991 Skala 1:50.000 Bakosurtanal Jakarta 2. Citra Landsat-7 ETM Perekaman Tahun 2002 dan 2005 Lapan Jakarta Lokasi kajian 772000 Gambar 4. 776000 780000 Peta perubahan profil pantai sekitar muara Sungai Saddang Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan Tabel 1. Luas areal sedimentasi pantai sekitar muara Sungai Saddang bagian selatan dan utara pada tahun 2002 dan 2005 Tahun Bagian Selatan Sungai Saddang (ha) Bagian Utara Sungai Saddang (ha) Jumlah (ha) 2002 62,13 20,88 83,01 2005 57,73 6,30 64,03 Total 119,86 27,18 147,04 Pertambahan/tahun 8,56 ha/tahun 1,94 ha/tahun 10,50 ha/tahun 179

Media Akuakultur Volume 3 Nomor 2 Tahun 2008 DAMPAK TERHADAP PRODUKSI TAMBAK Tingginya frekuensi banjir yang terjadi di sekitar muara Sungai Saddang selama ini salah satu penyebabnya adalah cepatnya proses sedimentasi di muara tersebut. Adanya penumpukan endapan di depan muara dan menyempitnya aliran sungai akan menghalangi pergerakan air yang menuju ke laut, akibatnya setiap terjadi banjir membutuhkan waktu yang lama untuk surut dan daerah genangan semakin meluas. Meluasnya daerah genangan tersebut menyebabkan semakin banyak pula daerah tambak yang mengalami kerusakan sehingga menyebabkan gagal panen. Kondisi ini menggambarkan bahwa setiap terjadi banjir, secara langsung menurunkan produksi tambak. Hasil penelusuran data statistik di dinas terkait tidak ditemukan angka-angka yang menunjukkan tingkat penurunan produksi tambak akibat terjadinya banjir selama ini, namun berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat menunjukkan bahwa penurunan produksi tambak dapat mencapai angka 60%--80%. Hal yang sama juga telah terjadi di perairan Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah yang mengakibatkan penurunan produksi perikanan, selain itu mengakibatkan pula kapal berukuran lebih dari 30 GT sulit memasuki Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Atas problem tersebut dibutuhkan dana sebesar Rp 500 juta per tahun untuk biaya pengerukan (Soesilo & Budiman, 2006). KESIMPUL AN DAN SARAN Kesimpulan Dari pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan: 1. Telah terjadi perubahan profil pantai akibat sedimentasi di sekitar muara Sungai Saddang akibat dari intensifnya sedimentasi. 2. Proses sedimentasi telah menyebabkan terjadinya penambahan luas daratan sekaligus berpengaruh langsung terhadap pembentukan profil pantai yang baru. 3. Sedimentasi yang terjadi sejak tahun 1991--2005 telah menyebabkan penambahan daratan seluas 147,04 ha dalam selang waktu 14 tahun atau rata-rata 10,50 ha/ tahun. 4. Sedimentasi yang terjadi selama ini telah menurunkan produksi tambak di sekitar muara Sungai Saddang sebesar 60%--80%. Saran Dari hasil pengamatan tersebut, maka pemerintah Kabupaten Pinrang dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan sangat diharapkan untuk terus melakukan pemantauan terhadap proses sedimentasi di pantai sekitar muara Sungai Saddang, sekaligus mengambil langkahlangkah strategis, mengingat proses tersebut telah memberikan dampak negatif pada aktivitas di sekitar pantai tersebut dan terhadap DAS Sungai Saddang. DAF TAR PUSTAKA Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Cetakan Kedua Edisi Revisi, Pradnya Paratama, Jakarta. 18 pp. Ikayati, Y., Hanggarawati, S.H. Puji, P. Hening, H. Hendrati, dan S. Budiman. 2001. Terumbu Karang di Indonesia. Maspitek dan Ristek. Jakarta. 1 pp. Kushardono, D. 1999. Klasifikasi penutup/penggunaan lahan dari data inderaja. Dalam Suharmanto, F. Tjinda, S. Yulmontoro, I.L. Arisdyo, R. Ginting, dan A. Effendi (Eds.), Pengantar Teknologi, Aplikasi Penginderaan Jauh Satelit dan Sistem Informasi Geografi. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. p. 167 184. Paena, M., A. Mustafa, Hasnawi, dan Rahmansyah. 2006. Validasi Luas Lahan Tambak Di Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. J. Ris. Akuakultur. 2(3): 329 340. Soesilo, I. dan Budiman. 2006. IPTEK Menguak Laut Indonesia. PT Sarana Komunikasi Utama (SKU). Bogor. p. 521 522. Taurusman, A.A., R. Dahuri, dan T. Kusumastono. 2001. Model Sedimentasi dan Daya Dukung Lingkungan Segara Anakan untuk Kegiatan Budidaya Udang. Jurnal Pesisir dan Lautan (Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources). PKSPL-IPB. Bogor. 4(2): 50 62. Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta. 30 pp. 180