Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Baku Pembuatan Sodium Lignosulfonat Untuk Meningkatkan Kekuatan Beton Mortar: Suatu Studi Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

BAB IV METODE PENELITIAN

II. DESKRIPSI PROSES

PENGARUH PUTARAN MEMBRAN TERHADAP UNJUK KERJA RDMM PADA PEMURNIAN SODIUM LIGNOSULFONAT BERBASIS SERBUK GERGAJI

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMODELAN KINETIKA REAKSI PROSES SULFONASI LIGNIN MENJADI NATRIUM LIGNOSULFONAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peralatan dan Metoda

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

PENGARUH JENIS BAMBU DAN KONSENTRASI NATRIUM BISULFIT TERHADAP RENDEMEN NATRIUM LIGNOSULFONAT

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN SERBUK KAYU TERDAHAP KUAT TEKAN BETON

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

BAB I PENDAHULUAN. beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Semakin meluasnya penggunaan beton

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENGEMBANGAN PRODUKSI NITROSELLULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU PROPELAN DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT

Study on Lignin Isolation from Oil Palm Empty Fruit Bunches

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

STUDI ISOLASI DAN RENDEMEN LIGNIN DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS)

BAB III. Sccara garis besar penelitian in.i akan dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu pra

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang menghasilkan produk berupa minyak mentah kelapa sawit (CPO). Tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA

HIDROLISIS SISA KETAMAN KAYU DALAM PROSES ACETOSOLV

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU DAN KECEPATAN PENGADUKAN PADA PROSES PEMBUATAN SURFAKTAN NATRIUM LIGNOSULFONAT DARI TEMPURUNG KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

II. DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, khususnya dalam proses produksi Semen Portland (SP).

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

BAB I PENDAHULUAN. baku baru yang potensial. Salah satu bahan yang potensial untuk pembuatan surfaktan adalah

I. PENDAHULUAN. terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikannya diperkirakan

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

PEMBUATAN PEREKAT LIGNIN RESORSINOL FORMALDEHID DARI NATRIUM LIGNOSULFONAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembuatan Pulp Semi Mekanis dari Batang Jagung dengan Ekstrak Abu Tandan Kosong Sawit

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PANTAI YANG DIBERI PERLAKUAN DAN SUBSTITUSI CANGKANG BUAH SAWIT TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR

Pembuatan Nitroselulosa dari Kapas (Gossypium Sp.) dan Kapuk (Ceiba Pentandra) Melalui Reaksi Nitrasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

PEMANFAATAN JERAMI PADI DARI KABUPATEN BOYOLALI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

LAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender.

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

4. Hasil dan Pembahasan

LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Baku Pembuatan Sodium Lignosulfonat Untuk Meningkatkan Kekuatan Beton Mortar: Suatu Studi Pendahuluan Amun Amri, Syarfi Daud dan Izlansyah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau Email: amun_amri@yahoo.com Abstrak Telah dilakukan percobaan pendahuluan penggunaan sodium lignosulfonat (SLS) pada pembuatan beton mortar. SLS yang dipakai diperoleh dari proses pemasakkan langsung biomassa serbuk gergaji menggunakan pelarut sodium bisulfit. Dalam reaktor batch serbuk gergaji dicampur dengan larutan sodium bisulfit (ph 4,5) dengan rasio berat serbuk : pelarut adalah 1:15. Selanjutnya reaktor ditutup rapat dan dipanaskan secara perlahan sampai mencapai suhu 160 0 C selama 3 jam, kemudian dipertahankan selama 2 jam, selanjutnya pemanas dimatikan. Serbuk SLS yang diperoleh setelah melewati proses pemisahan, digunakan secara langsung pada adonan semen-pasir-air. Dari uji kuat tekan diketahui bahwa secara umum beton yang diberi sodium lignosulfonat memiliki kuat tekan yang relatif lebih baik dari beton tanpa penambahan SLS. Namun demikian tidak terlihat nyata pengaruh variasi konsentrasi SLS dan faktor air-semen (FAS) terhadap kuat tekan beton. Kenaikan kuat tekan beton tertinggi diperoleh dari pengujian sampel beton 0,5% SLS dan FAS 0,5 yaitu kenaikan 66,165 %. Kata kunci: Beton mortar, kuat tekan, serbuk gergaji, sodium lignosulfonat 1. Pendahuluan Serbuk gergaji merupakan limbah industri penggergajian kayu. Jumlah ketersediaan serbuk gergaji sangat besar seperti terlihat pada Tabel 1, namun tidak semua serbuk gergaji yang ada telah termanfaatkan, sehingga bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menjadi masalah lingkungan yang serius. Tabel 1. Produksi kayu gergajian dan perkiraan jumlah limbah Tahun Produksi Kayu Gergajian (m 3 ) Serbuk Gergajian (m 3 ) Sebetan (m 3 ) Potongan Ujung (m 3 ) Limbah Lain (m 3 ) 2002 623.495 46.762 77.936 31.174 311.747 2003 762.604 57.195 95.325 38.130 381.302 2004 432.967 32.472 54.120 21.648 216.483 2005 1.471.614 11.0371 18.3951 73.580 735.807 2006 679.247 50.943 84.905 33.962 339.623 Sumber: Departemen Kehutanan (2006) Selain selulosa dan hemiselulosa, secara umum biomassa juga mengandung lignin dalam jumlah sekitar 15-30% berat kering bahan (Susanto, 1998). Menurut Gargulak (2001), senyawa turunan lignin dalam bentuk garam lignosulfonat yang diperoleh dari proses pengolahan produk samping pabrik pulp sulfit dapat dipergunakan sebagai dispersan dan water reducing admixture pada pembuatan beton. Senyawa ini memiliki nilai jual yang tinggi. Salah satu alternatif pemanfaatan serbuk gergaji menjadi produk dengan nilai jual yang tinggi adalah menjadikannya sebagai bahan baku pembuatan sodium lignosulfonat (SLS). Penelitian ini mencoba mensintesa SLS dari proses pemasakkan langsung serbuk gergaji menggunakan pelarut sodium bi-sulfit dan kemudian menggunakannya sebagai aditiv pada 1

pembuatan beton. Fokus yang ditinjau adalah pengaruh penambahan langsung SLS pada adonan semen-pasir-air terhadap tingkat kekuatan tekan beton yang dihasilkan. 2. Tinjauan Pustaka Proses pulping sulfit merupakan salah satu cara untuk memecah dan melepaskan lignin alam (delignifikasi) dari serat menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Pada dasarnya tipe reaksi yang berperan dalam delignifikasi pada proses tersebut adalah reaksi hidrolisis oleh H + dan - sulfonasi oleh HSO 3 (Gambar 1). Reaksi hidrolisis memecah ikatan-ikatan eter antara unit-unit fenil propana menghasilkan gugus-gugus hidroksil fenol bebas, sedangkan reaksi sulfonasi menghasilkan gugus-gugus asam sulfonat hidrofil dalam polimer lignin hidrofob. Kedua reaksi ini menaikkan hidrofilitas lignin sehingga lebih mudah larut. Gambar 1. Reaksi antara lignin dengan cairan pensulfonat yang mengandung bahan pereaksi aktif H + (hidrolisa) dan HSO 3 - (sulfonasi) Bahan perekasi aktif HSO - 3 dan H + 2- berada dalam kesetimbangan dengan H 2 SO 3, HSO 3 dan SO 2 terlarut. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari proses penyiapan larutan pemasak yang diawali dengan pembakaran belerang menjadi gas SO 2 dan menyerapnya dengan air dan basa pada kolom absorbsi gas-cair ber-packing. Sejumlah basa dalam bentuk NaOH dibutuhkan untuk menetralkan dan mengikat asam-asam lignosulfonat dan produk-produk degradasi asam dan senyawa lain yang terbentuk dalam reaksi-reaksi samping. Pengikatan ini dimaksudkan juga untuk menghambat reaksi kondensasi yang dapat menyebabkan lignin kembali bergabung dengan struktur selulosa. Pengikatan asam-asam lignosulfonat oleh basa magnesium menghasilkan senyawa sodium lignosulfonat yang memiliki karakter polidispersi akibat terdapatnya gugus hidrofilik dan lipofilik dalam satu molekul yang sama. Jumlahnya sekitar 60-70% berat kering lindi hasil (Fengel, 1995). Selain melalui proses pulping sulfit tersebut di atas, senyawa sodium lignosuosulfonat dapat pula diperoleh dari proses pemasakkan langsung biomassa menggunakan pelarut sodium bisulfit. Amri (2007) melaporkan bahwa senyawa sodium lignosullfonat dapat disintesis dari pemasakkan langsung biomassa tandan kosong sawit menggunakan pelarut sodium bisulfit. Pemasakan dilakukan dalam reaktor bertekanan sistim batch. Kondisi operasi pemasakan optimum adalah pada suhu 160 o C, ph 4,5 dan rasio berat padat-cair 1:15. Pemasakan dilakukan selama total waktu 5 jam dimana selama tiga jam pertama suhu pemanasan dinaikkan secara perlahan sampai mencapai suhu 160 0 C dan pemanasan suhu konstan selama 2 jam, kemudian pemanas dimatikan. Selanjutnya dilakukan proses pemisahan dan pemurnian SLS. SLS yang dihasilkan memiliki sifat yang relatif sama dengan SLS komersial, meskipun dengan tingkat kemurnian yang lebih rendah. Dalam aplikasinya sebagai bahan pengikat (binder agent), lignosulfonat dapat dipakai sebagai bahan aditiv pengikat dan penguat campuran beton. Bila ditambahkan pada campuran 2

semen dan pasir pembentuk beton, senyawa ini akan terserap pada permukaan mineral/partikel dan memberikan tambahan kekuatan ikat antar partikel akibat sifat adhesi dan dispersinya, serta menghambat difusi air dalam material akibat sifat hidrofobnya. Dengan demikian dapat dihasilkan beton yang lebih kuat dan relatif tidak tembus air, yang dapat dipakai sebagai bahan konstruksi untuk tujuan-tujuan khusus Gargulak (2001). Beton adalah material utama yang digunakan dalam pembuatan bangunan yang merupakan bahan campuran dari semen, pasir dan air. Biasanya pada pembuatan beton perbandingan semen:pasir:air umumnya adalah 1 : 4 : 0,6. Selain itu, untuk tujuan tertentu, pada proses pencetakan terkadang dicampur dengan bahan aditiv agar dapat menambah sifat yang dimilikinya. Contohnya diberi batangan baja, strimin besi, ceramic ball, stereofoam ataupun bahan-bahan lainnya. 3. Metode Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas bahan untuk pemasakan SLS dan bahan untuk pencetakan beton. Bahan yang digunakan untuk pemasakan SLS terdiri dari: serbuk gergaji kayu kulim, sodium bisulfit (NaHSO 3 ), aquades, etil asetat dan NaOH. Sedangkan bahan yang dipakai untuk pembuatan beton yaitu: semen, pasir, air dan serbuk SLS hasil pemasakan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas peralatan pemasakan SLS, peralatan pencetakan beton dan peralatan pengujian kuat tekan beton. Peralatan yang digunakan untuk pemasakan SLS yaitu: reaktor batch, pemanas, beaker glass, corong pisah, pompa vakum dan kelengkapannya, corong, klem dan statip dan kertas saring. Peralatan lain yang digunakan untuk pencetakan beton yaitu wadah, sendok semen dan cetakan. Sedangkan alat untuk melakukan pengujian beton yaitu alat uji tekan Universal Testing Machine. Gambar 2. Universal Testing Machine type TN20 MO Proses pembuatan SLS dilakukan dengan memasukkan serbuk gergaji dan larutan sodium bisulfit (ph 4,5) ke dalam reaktor dengaan perbandingan berat serbuk : berat pelarut sebesar 1:15. Selanjutnya reaktor ditutup rapat dan dipanaskan. Pemanasan dilakukan secara bertahap selama 3 jam sampai mencapai suhu maksimum 160 0 C dan dipertahankan selama 2 jam, lalu pemanas dimatikan. Selama pemanasan dijaga jangan sampai terjadi kebocoran reaktor. Selanjutnya dilakukan pemisahan dan pemurnian produk SLS. Pencetakan beton mortar dilakukan dengan menggunakan bahan campuran semen, pasir, air dan bahan aditif tambahan. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan cetakan yang terbuat 3

dari kayu yang dirangkai membentuk kotak-kotak dengan perbandingan komposisi antara semen, pasir dan air mula-mula yaitu 1 : 4 : 0,6. Karena penelitian ini bersifat pendahuluan, maka penambahan SLS tanpa menggunakan senyawa pendamping lain. Serbuk SLS hanya dilarutkan dalam air dan kemudian divariasikan konsentrasinya dan jumlah air (faktor-air-semen, FAS) dan dicampur dalam adonan. Beton cetak kemudian dikeringkan selama satu hari, setelah itu cetakan dibuka dan direndam dalam air selama 5 hari. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pengerasannya seragam antara bagian luar dan bagian dalamnya serta mencegah panas hidrasi yang berlebihan (Nutong. C, 2001). Setelah 5 hari, beton dikeringkan diudara terbuka selama 2 hari. Selanjutnyabeton siap untuk diuji dengan alat uji kekerasan yaitu Universal Testing Machine type TN20 MO di Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNRI, sehingga diperoleh angka kuat tekan untuk masing-masing sampel tersebut. 4. Hasil dan Pembahasan Setelah dilakukan pengujian kuat tekan terhadap sampel mortar, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2. Penambahan SLS 0,5 % dari berat air yang digunakan 1 0,6 21,480 23,190 22,335 2 0,5 32,100 30,860 31,480 3 0,4 26,890 25,230 26,060 Tabel 3. Penambahan SLS 0,3 % dari berat air yang digunakan 1 0,6 25,320 25,540 25,430 2 0,5 24,820 23,240 24,030 3 0,4 24,240 23,940 24,090 Tabel 4. Penambahan SLS 0,1 % dari berat air yang digunakan 1 0,6 30,200 29,650 29.925 2 0,5 20,520 19,070 19.795 3 0,4 20,830 22,070 21.48 Tabel 5. Tanpa penambahan SLS. 1 0,6 24,160 23,960 24.06 2 0,5 18,270 19,620 18.945 3 0,4 16,910 17,250 17,080 4

ISSN 1907-0500 Gambar 3. Pencetakan Beton Gambar 4. Pengujian Kuat Tekan Beton Gambar 5. Grafik perbandingan kuat tekan rerata terhadap FAS untuk tiap penambahan SLS. Dari Gambar 5 terlihat bahwa secara umum beton dengan penambahan SLS memiliki kekuatan tekan lebih baik dari beton tanpa penambahan SLS meskipun terlihat rata-rata tidak begitu besar kenaikannya. Terjadinya peningkatan kekuatan diperkirakan lebih disebabkan oleh keberadaan deposit air/air sisa (unreacted water) dalam struktur beton yang berkurang, sehingga jumlah pori yang terbentuk oleh unreacted water lebih sedikit. Disamping itu karena SLS bersifat sebagai dispersant yang merupakan jembatan antara komponen-komponen senyawa yang tidak dapat saling bersatu seperti debu-debu yang terikut, dll. Hal ini membuat struktur beton lebih kompak secara mikro. Tidak begitu besarnya kenaikan kekuatan tekan beton kemungkinan karena kemurnian SLS yang dihasilkan relatif masih rendah. Disamping itu metode dalam penggunaan SLS pada penelitian ini masih bersifat praktis dan belum standar. Hal ini memang telah disadari sejak dari awal, karena tujuan dari penelitian ini memang hanya untuk melihat pengaruh penambahan SLS secara langsung tanpa penambahan adititiv atau perlakuan lain pada pembuatan beton. Dari gambar terlihat bahwa pengaruh konsentrasi SLS dan variasi FAS tidak terlihat cukup nyata. Meskipun demikian terlihat bahwa kondisi optimal diperoleh pada penelilitian ini yaitu pada FAS 0,5 dengan konsentrasi SLS 0,5% dimana kuat tekan yang diperoleh 31.480 kg/ cm2 yang jauh di atas kuat tekan campuran beton tanpa penambahan SLS yang hanya sebesar 18.945 kg/ 5

cm 2. Kondisi ini dinyatakan sebagai kondisi optimal karena disamping penggunaan air dan SLS yang relatif sedikit, juga karena kuat tekan yang dihasilkan cukup signifikan dari kuat tekan campuran beton tanpa penambahan SLS (kenaikan 66,165 %). 5. Kesimpulan dan Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: serbuk gergaji dapat dimanfaatkan menjadi sodium lignosulfonat (SLS) untuk meningkatkan kekuatan beton. Pengaruh konsentrasi SLS dan variasi FAS tidak terlihat cukup nyata. Meskipun demikian terlihat bahwa kondisi optimal diperoleh pada penelilitian ini yaitu pada FAS 0,5 dengan konsentrasi SLS 0,5% dimana kuat tekan yang diperoleh 31.480 kg/ cm 2. Adapun saran untuk penelitian berikutnya adalah perlu ditingkatkan kemurnian SLS dan perlu pengujian aplikasi SLS pada proses pembuatan beton mengunakan prosedur dan standar baku. 6. Ucapan Terima Kasih Terimakasih disampaikan kepada Kepala dan Staf di Laboratorium Dasar-dasar Proses Teknik Kimia FT UNRI, Laboratorium Struktur Teknik Sipil FT UNRI dan Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UNRI atas bantuan dan fasilitas yang telah diberikan. Daftar Pustaka Anonim. 2006. Sambutan Menteri Kehutanan dan Perkebunan pada seminar nasional kehutanan: Masa depan industri hasil hutan (kayu) di Indonesia. Departemen Kehutanan dan Pekebunan, Jakarta. Amri, A., Panca S.U., Padil, Nasir, M. 2007. Sintesis of sodium lignosulfonate from empty fruit bunch using NaHSO 3 : Influence of concentration, liquid-solid ratio and ph. Proceeding of 18 th National Symposium of Natural Chemistry 2007, Pekanbaru, Riau, Indonesia. Fengel, D. & Wegener, G. 1995. Kayu: kimia, ultra struktur dan reaksi-reaksi. Terjemahan oleh Hardjono Sastrohamidjojo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gargulak, J.D., Bushar, L.L. & Sengupta, A.K. 2001. Ammoxidized lignosulfonate cement dispersant, US-Patent: US 6,238,475 B1 Nutong, C. 2001. Properties of Portland Cement Mixed whit Rice Husk Ash and Quickline. Electronic Journal of Civil Engineering Education. King Mongkurat s Institute of Technology rt Bangkok. Available at http//www.ejge.com Susanto, H. 1998. Pengembangan proses pemisahan furfural dari black liquor pemasakan tandan kosong sawit dalam pelarut organik. Prosiding Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia 1998, ITS Surabaya. 6