PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

NASKAH SEMINAR INTISARI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

APLIKASI GRADASI GABUNGAN DI LABORATORIUM DAN GRADASI HOT BIN ASPHALT MIXING PLANT CAMPURAN LATASTON (HRS - BASE) TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PANTAI TERHADAP SIFAT MARSHALL DALAM CAMPURAN BETON ASPAL

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) TAMBAHAN LATEKS TERHADAP SIFAT MARSHALL

METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB III LANDASAN TEORI

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB III Landasan Teori LANDASAN TEORI. A. Bahan Penyusun Campuran Perkerasan Lapis Aus

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

Transkripsi:

ENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADA NILAI KARAKTERISTIK CAMURAN ANAS ASAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN ENGUJIAN MARSHALL Oleh : M i s b a h Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan erencanaan Institut Teknologi adang Abstrak Jalan yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat umumnya dan perekonomian masyarakat khususnya. Dengan biaya pembangunan dan perawatan jalan yang besar saat ini, akan lebih baik jika pembangunan jalan dititikberatkan pada peningkatan mutu jalan, baik dari segi biaya, metoda pelaksanaan maupun segi pemeliharaan sehingga diperoleh hasil maksimal serta bertahan lama. perkerasan jalan sering mengalami kerusakan sebelum umur rencana tercapai. Faktor penyebab kerusakan diantarany: pemeliharaan jalan yang belum optimal, muatan kendaraan berlebih, pengaruh faktor aspal dan faktor gradasi agregat, serta pelaksanaan perkerasan yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Departemen ekerjaan Umum.metoda yang bisa mengetahui terjadinya penyimpangan pelaksanaan yang telah memenuhi persyaratan salah satunya metode analisa pengaruh variasi agregat halus terhadap nilai karakteristik campuran Asphalt Concrete- Bearing Course (AC-BC). Lapisan perkerasan lentur Asphalt Concrete-Bearing Course (AC-BC) adalah lapisan perkerasan yang digunakan sebagai lapis permukaan atau lapis aus, untuk itu diperlukan kepadatan (density) yang memenuhi standar. Hasil penelitian membuktikandengan penurunan kadar aggregat halus hingga nilai 80 % dan peningkatankadar agregat kasar hingga 30 % dari kondisi normal (00 %), mengakibatkan nilai Flow dan VFA mengalami penurunan dari kondisi normal ( 00 % ) dan nilai VIM mengalami kenaikkan dari kondisi normal (00 %). Akibatnya, nilai karakteristik campuran Marshall tidak memenuhi spesifikasi campuran. Kata Kunci : Variasi Agregat Halus, Karakteristik Marshall. endahuluan.. Latar Belakang erkembangan jalan di Indonesia akhir-akhir ini sangat meningkat, dari proyek pembangunan jalan baru sampai proyek peningkatan jalan. erkerasan jalan biasanya direncanakan untuk masa pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi lalu lintas yang ada, tetapi sering ditemukan perkerasan jalan yang mengalami kerusakan sebelum umur rencana tercapai. Faktor penyebab terjadi kerusakan diantaranya pemeliharaan jalan yang belum optimal, muatan kendaraan melebihi ketentuan serta pengaruh faktor aspal dan faktor gradasi. embuatan campuran dilakukan dengan dua kondisi yaitu: pembuatan campuran dilaboratorium dan pembuatan campuran di AM. Sebelum pembuatan campuran di AM, sampel terlebih dahulu diuji di laboratorium dengan syarat material harus sesuai standar spesifikasi ideal. roses pembuatan campuran yang dikerjakan di AM, material agregat kasar, halus dan filler dimasukkan ke dalam bin dingin, kemudian agregat dialirkan dengan menggunakan ban berjalan dan bergetar kebagian dryer (pengering). Dari dryer, agregat dialirkan ke unit saringan panas (hot screen). Kemudian agregat dialirkan ke bin panas (hot bin). Dari hot bin dialirkan ke bagian penimbangan. Dari penimbangan agregat dialirkan ke bagian pencampuran (mixer pugmill). Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan hasil produksi. 40

.. Tinjauan ustaka Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat, yang mengandung hydrocarbon. Menurut Asphalt Institute, MS- 00, sifat-sifat aspal yang dibutuhkan untuk perkerasan jalan adalah: a. Daya Tahan (Durabilitas) b. Adhesi dan Kohesi c. Kepekaan terhadap campuran d. Kekerasan aspal Agregat atau batuan adalah kumpulan butir-butir mineral alam maupun buatan yang dapat berupa batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi mineral lain. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan (sekitar 90% - 95% berat atau 75% - 85% volume campuran). Berdasarkan besar partikelnya agregat dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus. Agregat kasar adalah batuan yang tertahan saringan no : 8 (,38 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lolos saringan no. 8 (,38 mm) dan tertahan saringan no : 00 (0,075 mm).. Metodologi ada penelitian ini metoda pengujian berupa pembuatan dan pengujian sejumlah benda uji standar berbentuk tabung dengan diameter 0 mm (4 inch) dan tinggi 63,5 mm (.5 inch). emadatan dilakukan dengan penumbukan sebanyak 75 kali per bidang di Laboratorium dengan total benda uji 5 buah (terdapat 5 variasi dan tiap variasi terdiri dari tiga benda uji) dengan penambahan 0%, 0%, 30%, dan pengurangan 0% dan 0% kadar agregat halus. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar. Studi Literatur Tidak engujian Agregat kasar, halus, filler ersiapan Material engujian Aspal enetrasi 60/70 Tidak Spesifikasi Spesifikasi Ya Mix Design AC-BC Ya engujian Marshall enentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) embuatan Benda Uji enyimpangan Kadar Agregat Halus engujian Marshall Analisis Data Kesimpulan dan Saran Gambar. Bagan Alir enelitian 4

SHELL BITUMEN (990) menyatakan bahwa campuran panas aspal agregat harus memiliki kemampuan untuk: a) Memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen. b) Ketahanan terhadap retak lelah (fatique) c) Mudah dikerjakan saat penghamparan sampai tingkat kepadatan yang diinginkan dengan peralatan yang memungkinkan. d) Bersifat kedap air untuk melindungi lapisan perkerasan di bawahnya terhadap pemasukan air dari luar yang bersifat merusak. e) Tahan lama dan mampu menahan abrasi oleh lalu lintas, pengaruh air dan udara. f) Berperan dalam mendukung struktur perkerasan g) emeliharaan murah dan paling utama harganya murah. Di dalam penelitian, pendekatan empiris yang dipakai yang sesuai dengan perhitungan Marshall adalah sebagai berikut: ) Berat jenis Bulk dari total agregat: Gsb / Gsb ) Berat jenis Apparent dari total agregat Gsa 3) Berat jenis efektif dari total agregat 4) Isi Bulk dari campuran padat, cc / Gsa Gse / Gsb / Gsa Gsb............ Gsa Vbulk = W ssd Ww / Gsbn n n / Gsan n n (.) (.) (.3) (.4) 5) VIM/Rongga didalam campuran (prosentase dari volume total) VIM Gmm - Gmb 00 x Gmm 6) VMA/Rongga dalam agregat (prosentase dari volume total) VMA 00 7) VFA/Rongga terisi aspal (prosentase dari VMA) 8) enyerapan aspal VFA ba 9) Kadar aspal efektif dari total campuran be Gmb Gsb - s VMA - VIM 00 x VMA Gse - Gsb 00 x GsexGsb b ba 00 Xs XGb (.5) (.6) (.7) (.8) (.9) Dimana :,,...n = prosentase berat agregat Gsb, Gsb n, = berat jenis dari agregat Gsa,Gsa n, = berat jenis apparent dari agregat Gsa = berat jenis apparent dari total agregat Gsb = berat jenis bulk dari total agregat V bulk = volume bulk campuran dipadatkan Wssd = berat jenis kering permukaan Ww = berat dalam air Gmb = berat jenis bulk pada campuran padat Gmm = berat jenis teoritis maksimum campuran padat mm = prosentase berat dari total campuran lepas 00% b = kadar aspal 4

Gb s VITM VFWA VMA ba be MS MF MSS MSI = berat jenis aspal = prosentase berat agregat VIM rongga dalam campuran = rongga dalam campuran = rongga udara terisi aspal = rongga uddara dalanm agregat = penyerapan aspal, prosentase dari berat agregat = kadar aspal efektif, prosentase dari berat campuran = Stabilitas Marshall, kg = Marshall Flow (mm) = stabilitas Marshall pada kondisi standar (kg) = stabilitas Marshall pada kondisi perendaman (kg) engujian Marshal adalah metode pengujian laboratorium untuk bahan dasar perkerasan yang meliputi pengujian karakteristik campuran dan perencanaan kadar aspal optimum. engujian ini menghasilkan sejumlah data Marshall properties dan terdiri dari Stabilitas, Flow, rongga antar butir agregat (VMA), rongga dalam campuran (VIM), rongga terisi aspal (VFA), dan Marshall Quotient (MQ). 3. Hasil dan embahasan Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap Agregat Kasar, berat jenis curah (bulk) sebesar:.477gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar:.59gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar:.7 %. Sedangkan hasil pemeriksaan terhadap Agregat Halus, berat jenis curah (bulk) sebesar:.53gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar:.659gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar:.4 %. Serta hasil pemeriksaan terhadap Filler, berat jenis curah (bulk) sebesar:.57gr/cc, berat jenis semu (Apparent) sebesar:.730gr/cc dan penyerapan (Absorption) sebesar:.78 %. Dari pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat pembahasan tentang Marshall properties yang terdiri dari Stabilitas, Flow, rongga antar butir agregat (VMA), rongga dalam campuran (VIM), rongga terisi aspal (VFA), dan Marshall Quotient (MQ). Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur (rutting), maupun mengalami bleeding, nilai stabilitas dipengaruhi oleh kohesi/penetrasi, kadar aspal, gesekan (internal friction), sifat saling mengunci (interlocking) dari partikel-partikel agregat, bentuk, tekstur permukaan serta gradasi agregat. Nilai stabilitas yang terlalu tinggi menyebabkan campuran menjadi terlalu kaku, hal ini berakibat perkerasan mudah menjadi retak bila menerima beban, tapi bila nilai stabilitas yang terlalu rendah campuran aspal agregat akan mudah mengalami rutting oleh adanya beban lalu lintas. Nilai stabilitas dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar. Hubungan Agregat Halus dengan Stabilitas 43

Hasil pemeriksaan memperlihatkan mengurangi kadar agregat halus sampai nilai 80% mengakibatkan nilai stabilitas mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kadar agregat halus meningkatkan rongga dalam campuran, sehingga fungsi agregat halus sebagai bahan pengisi pada rongga, tidak terpenuhi karena pengurangan kadar agregat halus tadi, sedangkan menaikkan kadar agregat halus sampai nilai 30% mengakibatkan nilai stabilitas semakin tinggi dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena peningkatan agregat halus dari kondisi normal mengakibatkan ketimpangan pada campuran sehingga pengikatan agregat dengan aspal mengecil, namun kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut memenuhi spesifikasi campuran Departemen ekerjaan Umum, yaitu diatas 800 Kg. Flow (kelelahan) adalah deformasi vertikal yang terjadi mulai dari awal pembebanan sampai dengan kondisi stabilitas menurun, yang menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan beban yang diterimanya, pengujian dengan alat Marshall. Flow (kelelehan) merupakan besarnya perubahan bentuk plastis suatu benda uji campuran agregat yang terjadi akibat pembebanan yang dilakukan sampai batas keruntuhan, dinyatakan dalam panjang. nilai Flow dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 3. Hubungan Agregat Halus dengan flow Hasil pemeriksaan memperlihatkan mengurangi agregat halus sampai nilai 80% mengakibatkan nilai flow mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya agregat halus meningkatkan rongga dalam campuran, sehingga agregat halus yang ada tidak mampu menutup rongga diantara agregat kasar yang ada, sedangkan menaikkan agregat halus sampai nilai 30% mengakibatkan nilai menurun dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena penambahan agregat halus hingga 30% mengakibatkan campuran menjadi kental sehingga pengikatan aspal dengan agregat tidak sempurna, kondisi ini mengakibatkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen ekerjaan Umum, yaitu min 3 mm. Marshall Quotient merupakan hasil bagi Marshall dengan flow. Nilai flow menggambarkan nilai fleksibilitas dari campuran. Semakin besar nilai MQ berarti campuran semakin kaku dan sebaliknya semakin kecil nilai MQ, maka campuran semakin lentur. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil bagi Marshall yaitu nilai stability dan flow, penetrasi, viscositas aspal, kadar aspal campuran, bentuk dan tekstur permukaan agregat, gradasi agregat. Nilai Marshall Quotient dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini. Hasil pemeriksaan memperlihatkan mengurangi kadar agregat halus pada campuran sampai nilai 80% mengakibatkan nilai MQ mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena agregat halus yang ada tidak cukup menutupi rongga pada campuran sehingga nilai MQ cenderung menurun, sedangkan menaikkan kadar agregat halus sampai nilai 30% mengakibatkan nilai MQ naik signifikan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena peningkatan kadar agregat halus sampai nilai 30% menjadikan campuran menjadi lebih kental dan pengikatan antara agregat tidak maksimal dan seimbang sehingga mengakibatkan nilai MQ cenderung meningkat naik, kondisi 44

diatas menunjukkan daerah tersebut memenuhi spesifikasi campuran Departemen ekerjaan Umum, yaitu min 50 kg/mm. Gambar 4. Hubungan Agregat Halus dengan MQ Void in mineral agregat (VMA) merupakan rongga udara antar butiran agregat yaitu rongga udara yang ada diantara partikel campuran agregat aspal yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang terisi aspal yang dinyatakan dalam persen terhadap total volume campuran aspal agregat, faktor-faktor yang mempengaruhi void in mineral agregat antara lain gradasi agregat (komposisi campuran agregat dan ukuran diameter butir terbesar), energi pemadat, kadar aspal dan bentuk butiran. Nilai VMA dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini: Gambar 5. Hubungan Agregat Halus dengan VMA Hasil pemeriksaan menunjukkan mengurangi agregat halus sampai nilai 80% mengakibatkan nilai VMA mengalami kenaikan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan berkurangnya persentase kadar agregat halus mengakibatkan agregat halus yang ada tidak mampu menutupi rongga yang ada dalam campuran sehingga meningkatkan nilai VMA, sedangkan meningkatkan kadar agregat halus sampai nilai 30% menjadikan campuran lebih kental mengakibatkan nilai VMA menurun dari nilai normal, kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut memenuhi spesifikasi campuran Departemen ekerjaan Umum, yaitu min. 4 %. Void in the mix (VIM) merupakan prosentase rongga dalam campuran, nilai VIM berpengaruh kepada keawetan dari campuran aspal agregat, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga dalam campuran sehingga campuran bersifat porous, hal ini mengakibatkan campuran menjadi kurang rapat dimana air dan udara mudah masuk ke rongga-rongga dalam campuran, yang 45

menyebabkan mudah teroksidasi mengurangi keawetannya. Nilai VIM dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini: Max Gambar 6. Hubungan Agregat Halus dengan VIM Hasil pemeriksaan menunjukkan mengurangi agregat halus sampai nilai 80% mengakibatkan nilai VIM meningkat dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena aggregat halus yang ada tidak cukup menutupi rongga dalam campuran sehingga kepadatan berkurang, sedangkan penambahan kadar agregat halus sampai nilai 30% mengakibatkan nilai VIM meningkat dari kondisi normal. Hal ini disebabkan meningkatnya kadar agregat halus menjadikan campuran menjadi lebih kental, sehingga pengikatan aspal dengan agregat tidak optimal, kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen ekerjaan Umum, yaitu min. 3,0 5,0 mm. Void filled with Asphalt (VFA) yaitu rongga terisi aspal pada campuran setelah mengalami pemadatan yang dinyatakan dalam persen campuran setelah mengalami proses pemadatan terhadap rongga butiran agregat (VMA), sehingga nilai VFA dengan VMA mempunyai kaitan yang erat, faktorfaktor yang mempengaruhi VFA antara lain kadar aspal, gradasi agregat, energi pemadat dan temperatur pemadatan, VFA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan aspal naik kepermukaan pada temperatur tinggi, sedangkan nilai VFA yang terlalu rendah menyebabkan campuran bersifat porous dan mudah teroksidasi (Roberts et.al, 99). Nilai VFA dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini: Gambar 7. Hubungan Agregat Halus dengan VFA 46

Hasil pemeriksaan menunjukkan mengurangi kadar agregat halus sampai nilai 80% mengakibatkaan nilai VFA mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena agregat halus yang ada tidak cukup menutupi rongga diantara agregat kasar, sehingga kepadatan menjadi berkurang, sedangkan penambahan agregat halus sampai nilai 30% mengakibatkan nilai VFA juga menurun dari kondisi normal. Hal ini disebabkan dengan kelebihan agregat mengakibatkan campuran menjadi kental dan pengikatan antara agregat tidak maksimal, kondisi diatas menunjukkan daerah tersebut tidak memenuhi spesifikasi campuran Departemen Departemen ekerjaan Umum, yaitu min. 63 %. Nilai Density adalah nilai berat volume untuk menunjukkan kepadatan dari campuran beton aspal, faktor-faktor yang mempengaruhi Density yaitu temperatur pemadatan, komposisi bahan penyusun, semakin bertambahnya kadar aspal semakin banyak rongga-rongga udara yang terisi aspal, sehingga kerapatan semakin tinggi. Nilai Density dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini : Gambar 8. Hubungan Agregat Halus dengan Density Hasil pemeriksaan menunjukkan pengurangan kadar agregat halus sampai nilai 80% mengakibatkan nilai Density mengalami penurunan dari kondisi normal. Hal ini disebabkan karena agregat halus yang ada tidak cukup menutupi rongga diantara agregat kasar, sehingga kepadatan menjadi berkurang karena ikatan antara agregat mengecil, sedangkan penambahan agregat halus sampai nilai 30% mengakibatkan nilai Density naik dari kondisi normal, hal ini disebabkan karena dengan kelebihan kadar agregat halus mengakibatkan campuran menjadi kental dan pengikatan antara agregat tidak maksimal. 4. Kesimpulan dan Saran 4.. Kesimpulan. Menurunkan kadar agregat halus hingga nilai 80% dan menaikkan kadar agregat halus hingga nilai 30% dari kondisi normal, mengakibatkan nilai Flow dan VFA mengalami penurunan, sedangkan nilai VIM mengalami kenaikan dari kondisi normal.. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan dengan melihat pada nilai karakteristik Marshall dan variasi kadar agregat halus, tidak semua nilai karakteristik Marshall memenuhi spesifikasi yang disyaratkan, maka variasi menurunkan kadar agregat halus hingga nilai 80% dan menaikkan kadar agregat halus hingga nilai 30% tidak boleh dilakukan. 4.. Saran. Mengkaji efisiensi biaya pemakaian agregat untuk aplikasi di lapangan.. enelitian dapat dilanjutkan dengan mengkaji variasi temperatur pemadatan campuran terhadap nilai karakteristik Marshall. 3. enelitian juga dapat dilanjutkan dengan mengkaji variasi tumbukan terhadap nilai karakteristik Marshall. 47

Daftar ustaka Balai engujian Kanwil U rop. Sumbar. Bahan Kursus Asphalt Mix Training rogram. uslitbang Jalan Bandung. Dinas ekerjaan Umum. 000. Kimpraswil. Spesifikasi Campuran Beraspal anas. Seksi 6.3. 003. Kimpraswil. Manual ekerjaan Campuran Beraspal anas. Buku I. 004. Kimpraswil. Manual ekerjaan Campuran Beraspal anas. Buku I b. 004. Standar Nasional Indonesia. engujian Campuran Beraspal dengan alat Marshall. AASHTO T-45-978. SNI-06-489-99. 99. Silvia, S. erkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung. Nova. 999. Suprapto, T. Model Rancangan Campuran Agregat Aspal Untuk Uji Marshall. Yogyakarta. Media Teknik FT-UGM. 998. The Asphalt Institute. Construction of Hot Mix Asphalt avement. Manual series No.. Second Edition. Kentucky. Asphalt Institute Lexington. 00. Totomihardjo, S. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Edisi Ketiga. Yogyakarta. Biro enerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada. 004. 48