BAB I PENDAHULUAN. untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Objek pariwisata dapat berupa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sebagian besar perekonomian Provinsi Bali ditopang oleh

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. 16 November 1972 adalah warisan dari masa lampau, yang dinikmati saat ini dan

1 BAB I PENDAHULUAN. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Bangkitnya era otonomi daerah semakin memberikan peluang kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman alam, budaya, dan seni yang khas di pulau Bali tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan pariwisata dengan daerah lainnya. Dalam hal ini, peran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Loka Yogyakarta, total willingness to pay 110 responden untuk

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. karena Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendekatan biaya perjalanan (Travel Cost Method) sebesar

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui. Wiyasa, 1997 dalam Budisusetio, 2004).

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peringkat kedua Best of Travel 2010 (

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah

Perkembangan Pariwisata Bali

besar artinya bagi usaha pengembangan kepariwisataan.1

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijakarta Pusat tepatnya Jalan Merdeka Barat 12. Museum Nasional Republik

VALUASI NILAI EKONOMI WISATA PANTAI AMAL : APLIKASI TRAVEL COST METHOD (TCM)

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

PAKET LOMBOK 2D1N OPTION 1 D1:

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai skala prioritas yang strategis. Dukungan sumber daya alam serta

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp

I. PENDAHULUAN. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2016

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terwujudnya Good governance. Kota Blitar merupakan salah satu yang

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN. terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Sastrayuda, 2010). Bentang alam yang

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan). Selain itu pariwisata juga merupakan salah satu sub ekonomi yang

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kompleks dan produktif (Odum dan Odum, 1955). Secara alami, terumbu karang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor industri yang berpotensi untuk. dikembangkan terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah hotel berbintang yang ada di Pantai Sorake sampai saat ini baru berjumlah

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini terdapat empat komponen yaitu latar belakang yang berisi halhal

I PENDAHULUAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016

Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, wisata didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Objek pariwisata dapat berupa keindahan alam, situs bersejarah, budaya yang dapat menjadi daya tarik wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara. Pengembangan pariwisata diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi karena perkembangan sektor pariwisata berpengaruh terhadap sektor-sektor lain seperti sektor pertanian, peternakan, jasa angkutan dan perhotelan. Efek dari keterkaitan antarsektor ini akan membuka lapangan pekerjaan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu, akan meningkatkan pendapatan devisa. Melihat begitu pentingnya fungsi pariwisata secara ekonomi maupun non ekonomi, maka perlu kiranya mengetahui nilai ekonomi secara moneter dari objek wisata, sehingga dibutuhkan penilaian ekonomi terhadap objek wisata baik cagar budaya, keindahan alam maupun situs sejarah. Provinsi NTB merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata provinsi tersebut menggalakkan program visit Lombok Sumbawa. Pemerintah Provinsi NTB terus mendorong Pemerintah kota dan kabupaten di Provinsi NTB untuk mengembangkan sektor pariwisata dengan 14

membangun infrastruktur yang menunjang seperti Bandara Internasonal Lombok (BIL), jalan raya, dan hotel. Dari survei Venue Magazine edisi Maret 2012, NTB menempati posisi kelima nasional sebagai daerah pilihan yang dikunjungi para wisatawan mancanegara di Indonesia. Peringkat pertama Bali, disusul Pulau Komodo, Yogjakarta dan Jakarta. Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTB dengan luas wilayah 62,30 Km 2 yang memiliki prospek yang cukup baik untuk mengembangkan sektor pariwisata. Ini terbukti dengan jumlah kunjungan wisatawan yang tinggi setiap tahunnya baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. 1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Domestik yang Menginap di Hotel di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2008-2013 Tahun Tamu Mancanegara Tamu Domestik Total 2008 100.188 150.707 250.895 2009 301.455 167.841 469.306 2010 106.622 105.664 212.268 2011 87.468 171.367 258.835 2012 89.953 205.074 295.027 2013 132.693 240.352 373.045 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat, 2014 Melihat jumlah kunjungan wisatawan yang cukup tinggi setiap tahun baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Tahun 2008 kunjungan wisatawan ke Kabupaten Lombok Barat sebanyak 250.895 dan naik cukup signifikan 469.306 wisatawan atau tumbuh 87,05 persen pada tahun 2009. Akan tetapi, pada tahun 2010 kunjungan wisatawan turun drastis menjadi 212.268 (54,77 persen) yang dikarenakan meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta dan aktifnya gunung berapi lainnya yang ada di Indonesia yang membuat kunjungan wisatawan mancanegara turun drastis dan berpengaruh juga terhadap kunjungan 15

wisatawan ke Pulau Lombok pada umumnya dan Kabupaten Lombok Barat pada khususnya. Kunjungan wisatawan terus tumbuh sepanjang tahun 2011 (258.835) dan tahun 2012 (295.027) serta tahun 2013 (373.045). Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat harus meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung untuk menarik wisatawan agar mau berkunjung ke Kabupaten Lombok Barat. Objek Wisata Taman Narmada merupakan objek wisata yang memiliki fasilitas seperti kolam renang, taman, tempat bersantai serta adanya mata air yang langsung dari Gunung Rinjani yang bernama mata air awet muda, namun juga merupakan situs sejarah berupa Pura yang sekaligus berfungsi sebagai wisata religi. Taman Narmada berada di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat yang memiliki luas sekitar 2 hektar yang dibangun tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok, yakni Anak Agung Ngurah Karangasem. Pemilihan nama Narmada tidak lepas dari Agama Hindu yang dianut oleh raja dan rakyat pada masa itu yaitu Narmadanadi nama sebuah anak Sungai Gangga di India (Kompas, 2013). Taman Narmada menjadi salah satu tempat wisata yang cukup banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Akan tetapi situs bersejarah ini fasilitasnya tidak terpelihara dengan baik seperti kolam yang dibiarkan terbengkalai dengan air yang kotor bercampur dengan sampah dan kolam pemandian bercampur dengan ganggang serta berlumut. Hal ini yang membuat ketidaknyamanan bagi pengunjung sehingga kunjungan wisatawan ke 16

Tamana Narmada terus turun setiap tahunnya. Berikut data kunjungan rekreasi Taman Narmada dari tahun 2009 sampai 2013. Tabel 1.2 Angka Kunjungan Rekreasi Taman Narmada Tahun 2009-2013 Tahun Remaja Anak-Anak Kolam Total 2009 126.173 24.321 62.313 150.494 2010 116.189 14.483 53.197 130.672 2011 100.874 17.205 43.989 118.079 2012 103.188 13.280 44.586 116.468 2013 131.194 23.208 66.681 154.402 Sumber: PT. Patut Patuh Patju, 2014 Tabel 1.2 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Narmada terus menurun setiap tahunnya yaitu pada tahun 2009 jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 150.494 orang turun 13,17 persen yaitu sebanyak 130.672 orang pada tahun 2010 dan terus menurun sampai tahun 2012. Tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 118.079 orang (turun 9,68 persen) dan tahun 2012 sebayak 116.468 orang (turun 1,36 persen). Penurunan ini disebabkan oleh kejenuhan wisatawan untuk berkunjung ke Taman Narmada kerana fasilitas yang kurang terjaga dan kebersihan yang buruk sehingga pengunjung merasa tidak nyaman. Kenaikan pengunjung secara drastis terjadi pada tahun 2013 yakni sebayak 154.402 atau naik 32,57 persen. Hal ini karena pada tahun 2013 Panitia Pengelola Taman Narmada banyak melakukan acara-acara adat seperti peresean, konser, lomba-lomba yang menarik kunjungan wisatawan ke Taman Narmada. Data di atas mencerminkan bahwa Taman Narmada memiliki kontribusi yang besar bagi daerah dan akan berdampak pada besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah Kabupaten Lombok Barat perlu memperhatikan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata tersebut, agar fasilitasnya terpelihara dengan baik. 17

Pada kenyataannya, fasilitas yang ada pada Taman Narmada kurang mendapat perhatian dari pihak pengelola pada khususnya dan Pemerintah pada umumnya, minimnya pemeliharaan fasilitas ini disebabkan karena belum adanya nilai ekonomi dari Taman Narmada. Nilai ekonomi diperlukan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dalam menentukan kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata tersebut. Objek Wisata Taman Narmada merupakan aset yang tidak ada data pasarnya (tidak ada data pembanding), jadi pendekatan untuk menilainya menggunakan pendekatan non pasar. Metode yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan Travel Cost Method (TCM) adalah pendekatan untuk mengetahui nilai kegunaan (use value). Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk menikmati sumber daya (wisata) sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumber daya tersebut (Fauzi, 22006: 214). Selain itu, juga ada Contingent Valuation Method (CVM) yaitu pendekatan untuk mengukur nilai pasif dari sumber daya alam atau disebut nilai keberadaan yang bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar (willingness to pay) dan keinginan menerima (willingness to accept) dari masyarakat atau pengunjung (Fauzi, 2006: 223). 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai nilai ekonomi untuk objek wisata sudah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, namun penelitian nilai ekonomi Objek Wisata Taman Narmada sampai saat ini belum dilakukan sehingga menarik untuk dilakukan penghitungan nilai ekonomi dari Taman Narmada. Dengan mengetahui nilai ekonomi dari Taman Narmada diharapkan 18

menjadi acuan bagi Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk melakukan pemeliharaan pengembangan dan menentukan besarnya target pendapatan yang dihasilkan. Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.3 Penelitian Tentang Valuasi Ekonomi No Peneliti Objek Metode Hasil 1 Yacob (2009) Taman Laut Contingent Di Pulau Payar Ekowisata yang Valuation (domestik dan berada di Pulau Payar Method (CVM) mancanegara) bersedia dan Pulau Redang, membayar RM7,8 dan Malaysia. RM10,6. Di Pulau Redang (domestik dan mancanegara) bersedian membayar RM7,3 dan RM 8. 2 Surendran dan Sekar (2010) Anamalai Tiger Reserve (ATR), India. Travel Cost Method (TCM) dan Contingent Valuation Method (CVM) Rs202 (US$4,03), Rs449 (US$9,55) dan Rs656 (US$14,00) / tahun. 3 Pek, dkk., (2010) Rekreasi dan Jasa Bukit di Malaysia Studi Kasus Bukit Taman Melati. Contingent Valuation Method (CVM) Rumah tangga bersedia menyumbangkan MYR92.40 per tahun mengurangi dampak kerusakan. 4 Maelstrom (2013) Fort Donelson, Stones River National Battlefield dan Monocacy National Battlefield, Amerika Serikat. Travel Cost Method (TCM) Rata-rata keinginan membayar (WTP) indivudu diantara $8 $25. 5 Matthew, dkk. (2013) Kilim Karst Geoforest Park, Langkawi. Individual Travel Cost Method (ITCM) Langkawi 6.993 lebih besar dari pada Kilim ( 1.437 dan 633). 6 Supriyono (2009) Museum Purbakala Sangiran Sragen, Jawa Tegah. Travel Cost Method (TCM) Nilai Musseum Purbakala Sangiran Sragen sebesar antara Rp262.982.575.465 - Rp357.584.592.649. 19

Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah pertama, lokasi penelitian adalah Taman Narmada yang berada di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kedua, waktu penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2013 sampai bulan Agustus tahun 2014. 1.3 Perumusan Masalah Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah kondisi fasilitas dan kebersihan Taman Narmada yang kurang terjaga menunjukkan bahwa pengelolaan Taman Narmada yang kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan valuasi ekonomi untuk mengestimasi nilai ekonomi Taman Narmada, sehingga menjadi acuan bagi Pemerintah daerah dan Pengelola Taman Narmada dalam menentukan retribusi (tiket masuk) dan pengelolaan Taman Narmada lebih baik, agar meningkatkan jumlah pengunjung ke Taman Narmada sehingga nilai ekonomi Taman Narmada semakin tinggi. Dengan demikian diperlukan penilaian ekonomi tentang Taman Narmada menggunakan Travel Cost Method (TCM) dan Coningent Valuation Method (CVM) 1.4 Pertanyaan Penelitian 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi jumlah kunjungan dan kesediaan membayar (WTP) pengunjung ke Objek Wisata Taman Narmada di Kabupaten Lombok Barat? 20

2. Berapakah nilai ekonomi Objek Wisata Taman Narmada di Kabupaten Lombok Barat menggunakan Travel Cost Method (TCM) dan Contingent Valuation Method (CVM)? 1.5 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan dan kesediaan membayar pengunjung ke Objek Wisata Taman Narmada di Kabupaten Lombok Barat. 2. Mendapatkan estimasi nilai ekonomi dari Objek Wisata Taman Narmada di Kabupaten Lombok Barat menggunakan Travel Cost Method (TCM) dan Contingent Valuation Method (CVM). 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sebagai berikut. 1. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, dengan mengetahui estimasi nilai ekonomi Objek Wisata Taman Narmada maka sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan objek wisata tersebut. 2. Penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan penilaian objek wisata khususnya objek wisata situs sejarah. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I berisi Pendahuluan yang mencakup uraian tentang latar belakang, keaslian 21

penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisi Landasan Teori yang mencakup tentang teori yang mendasari penelitian ini, penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan model penelitian. Bab III berisi Metode Penelitian yang memuat desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penentuan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian dan metode analisis data. Bab IV berisi bab Analisis yang berisikan deskripsi data dan pembahasan. Bab V berisi bab Simpulan dan Saran yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan serta saran. 22