PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN TERNAK/HEWAN, BAHAN ASAL TERNAK/HEWAN DAN HASIL BAHAN ASAL TERNAK/HEWAN DI WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN YAPEN, Menimbang : a. b. c. d. e. bahwa produk hewan terutama pangan asal hewan memiliki nilai dan kualitas tinggi bagi kemaslahatan manusia, karena mengandung protein hewani yang merupakan asam amino essensial yang tidak dapat diganti dengan protein nabati atau protein sintesis lainnya, dan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan serta berperan mencerdaskan kehidupan bangsa; bahwa pangan asal hewan sebagaimana dimaksud huruf a diatas mempunyai sifat yang mudah rusak (perishable food) dan berpotensi menimbulkan bahaya bagi makluk hidup dan lingkungan (hazardous food) karena mudah tercemar secara fisik, kimiawi dan biologis; bahwa untuk mencegah berjangkitnya penyakit yang bersifat zoonosis yaitu penyakit yang menular dari hewan atau ternak dan produk turunannya seperti bahan asal ternak/hewan dan hasil bahan asal ternak/hewan kepada manusia khususnya masyarakat di Kabupaten Kepulauan Yapen maka perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian melalui pengujian keamanan dan mutu produk hewan yang masuk/keluar ; bahwa urusan kesehatan masyarakat veteriner yang meliputi segala urusan yang berhubungan dengan hewan, produk hewan baik langsung ataupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan manusia, dan urusan penyakitpenyakit hewan termasuk anthropozoonosis menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah sehingga perlu diatur pengawasan dan pengendalian beredarnya ternak/hewan beserta produk turunannya ; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Ternak/Hewan, Bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan di Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen.
Mengingat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten- Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56 ); Undang-Undang 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentng Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015); Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 Tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 20); Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3253);
11. 12. 13. 14. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2008 tentang Perubahan Nama Kabupaten Yapen Waropen menjadi Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4857); Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di wilayah Provinsi ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694) ; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN dan BUPATI KEPULAUAN YAPEN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN TERNAK/HEWAN, BAHAN ASAL TERNAK/HEWAN DAN HASIL BAHAN ASAL TERNAK/HEWAN DI WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kepulauan Yapen. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati serta Perangkat Daerah Otonom lainnya sebagai Badan Eksekutif Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kepulauan Yapen. 4. Dinas adalah Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Yapen.
5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma,kongsi, koperasi dana pension, persekutuan, kumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenisnya, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya 6. Usaha pemotongan/pejagal hewan adalah usaha yang dilakukan oleh orang perorangan tertentu atau badan untuk melakukan kegiatan pemotongan/pejagal ternak baik untuk dikonsumsi sendiri maupun diperjual belikan ataupun untuk keperluan lain 7. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada didarat, air dan atau udara, baik yang dipelihara maupun yang dihabitatnya. 8. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan atau hasil ikutannya yang berkaitan dengan pertanian. 9. Kesehatan Hewan adalah Segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan hewan, serta keamanan pakan. 10. Kesehatan masyarakat veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia. 11. Dokter hewan berwenang adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan hewan 12. Pemotongan Hewan adalah kegiatan untuk menghasilkan daging hewan yang terdiri dari Pemeriksaan ante-mortem, penyembelihan, penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post-mortem. 13. Bahan makanan yang berasal dari ternak dan hewan adalah bahan-bahan atau bagian-bagian dari ternak/hewan yang telah diolah maupun belum dengan memenuhi syarat kesehatan hewan untuk dimakan. 14. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia. 15. Surat Keterangan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut SKKH adalah Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh dokter hewan berwenang yang menyatakan bahwa hewan/ternak dan produk turunannya aman untuk dikonsumsi atau digunakan oleh masyarakat. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pengawasan dan pengendalian Peredaran Ternak/Hewan, Bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan di Wilayah Daerah memiliki maksud menjaga kemungkinan terjadinya wabah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh hewan atau ternak dan produk turunannya yang masuk kewilayah daerah :
(2) Pengawasan dan pengendalian Peredaran Ternak/Hewan, Bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan di Wilayah Daerah memiliki tujuan mewujudkan masyarakat daerah yang sehat dalam mengkonsumsi produk pangan asal hewan/ternak BAB III PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 3 (1) Bupati melalui Dinas melakukan pengawasan dan pengendalian peredaran ternak/hewan, Bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan (2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dalam bentuk : a. Pemberian Ijin b. Rekomendasi c. Tindakan pemeriksaan Pasal 4 Pemberian ijin, rekomendasi dan Tindakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud didalam Pasal 3 ayat (2) huruf a huruf b dan huruf c, diberikan kepada : a. Setiap orang atau badan yang memasukan dan atau mengeluarkan ternak/hewan, bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan ; b. Setiap orang yang melakukan usaha pemotongan/penjagal BAB IV KETENTUAN PERIZINAN Bagian Kesatu Wajib Ijin Pasal 5 (1) Setiap orang atau badan yang memasukan dan atau mengeluarkan ternak/hewan, bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan serta melakukan Usaha pemotongan/penjagal ternak/hewan wajib memiliki izin ; (2) Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati melalui Kepala Dinas. (3) Dikecualikan terhadap kepemilikan ijin sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah bagi perseorangan yang memasukan secara insidentil bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan (4) Pemasukan bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan secara insidentil dapat dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Bagian Kedua Tata Cara Memperoleh Izin Pasal 6 (1) Untuk memperoleh izin memasukan dan atau mengeluarkan ternak/hewan, bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan sebagaimana dimaksud Pasal 5, setiap pemohon berbadan hukum mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas dengan melampirkan dokumen sebagai berikut :
a. Surat penunjukkan sebagai distribusi umum ; b. Foto copy akte pendirian Perusahaan yang dilegalisir oleh pejabat pembuat akte bagi PT / CV. c. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) d. Surat Tanda Daftar Perusahaan (STDP); e. Foto copy Surat Izin Tempat Usaha (SITU); f. Kartu Tanda Penduduk (KTP). (2) Untuk memperoleh izin Usaha pemotongan/penjagal ternak/hewan, setiap pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas dengan melampirkan : a Kartu Tanda Penduduk b Surat Keterangan sehat jasmani dari dokter rumah sakit c Pas Foto 4 x 6 Bagian Ketiga Perubahan dan Pencabutan Izin Pasal 7 Perubahan hak atas izin memasukan dan atau mengeluarkan ternak/hewan, bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan dan Usaha pemotongan /Jagal wajib diketahui oleh Bupati. Pasal 8 Izin sebagaimana dimaksud Pasal 5 sewaktu waktu dapat dicabut oleh Bupati karena : a. Permintaan sendiri; b. Melanggar ketentuan yang termuat didalam ijin. BAB V KETENTUAN PEMERIKSAAN Pasal 9 (1) Setiap orang atau badan yang telah memasukan dan atau mengeluarkan ternak /hewan, bahan asal ternak/hewan, hasil bahan asal ternak /hewan, serta melakukan kegiatan usaha pemotongan/penjagal wajib diperiksa ulang (herkeuring) (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh dokter hewan berwenang terhadap bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan sebelum beredar dan diedarkan serta hewan yang akan dipotong/disembelih dalam wilayah Daerah (3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : a. Pemeriksaan Dokumen b. Pemeriksaan fisik. c. Pemeriksaan Laboratorium. (4) Hasil pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya menjadi dasar yang menentukan layak atau tidaknya SKKH dikeluarkan
Pasal 10 (1) SKKH dikeluarkan oleh Dokter Hewan berwenang dan merupakan syarat yang menyatakan bahwa hewan/ternak dan produk turunannya aman untuk dikonsumsi atau digunakan masyarakat. (2) Dalam hal dokter yang berwenang menyatakan bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan serta hewan yang akan dipotong/disembelih dalam wilayah tidak layak dikonsumsi atau digunakan oleh masyarakat maka akan diproses lebih lanjut untuk dikembalikan kedaerah asal atau ditahan untuk dimusnakan. Pasal 11 (1) Setiap orang atau Badan yang telah memperoleh SKKH maka sebelum diedarkan diwajibkan melapor ke Dinas untuk mendapatkan Rekomendasi (2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan oleh Dinas sebagai bukti telah terpenuhinya persyaratan kelayakan untuk didistribusikan atau dijual atau digunakan oleh masyarakat untuk dikonsumsi atau digunakan BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 12 (1) Segala Biaya yang diperlukan dalam rangka tindakan pemeriksaan ternak /hewan, bahan asal ternak/hewan, hasil bahan asal ternak /hewan sepenuhnya dibebankan kepada pemohon ijin ; (2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi : a. Penyediaan bahan Uji ; b. Perawatan peralatan ; (3) Besaran biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Dinas dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. BAB VII PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 (1) Pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Dinas dan dikoordinasikan dengan instansi terkait; (2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 14 (1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan dari tanggung jawab meliputi Peternakan dan Kesehatan Hewan diberi wewenang khusus sebagai penyidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk : a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang peternakan dan kesehatan hewan; b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang peternakan dan kesehatan hewan; d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan; e. melakukan pemeriksaan ditempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di dibidang Peternakan dan Kesehatan Hewan; f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan. (3) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai Kitab Undang-undangan Hukum Acara Pidana. BAB VIX KETENTUAN PIDANA Pasal 15 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 11 ayat (1) diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran (3) Tanpa mengurangi arti ketentuan ancaman pidana sebagaimana dimaksud ayat (1), terhadap pelanggaran dibidang peternakan dan kesehatan hewan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan dan peraturan perundangan-undangan lainnya. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang sebagaimana ketentuan pelaksanaannya akan diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 17 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen. Ditetapkan di SERUI pada tanggal 15 April 2013 BUPATI KEPULAUAN YAPEN TONNY TESAR Diundangkan di S E R U I pada tanggal 15 April 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN YAN PIETER AYORBABA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN TAHUN 2013 NOMOR 14
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN TERNAK/HEWAN, BAHAN ASAL TERNAK/HEWAN DAN HASIL BAHAN ASAL TERNAK/HEWAN DI WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN I. UMUM Kabupaten Kepulauan Yapen merupakan Daerah Kepulauan yang sebagian besar pangan khususnya kebutuhan protein hewani masyarakat masih dimasukan dari luar Daerah. Disisi lain, daerah Papua khususnya Kabupaten Kepulauan masih masuk didalam kategori wilayah yang steril dari ancaman penyakit dan/atau gangguan kesehatan manusia yang disebabkan oleh hewan. Untuk tetap terciptanya suasana yang kondusif dalam penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan khususnya masuk/keluarnya hewan/ternak, bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan di Kabupaten Kepulauan Yapen maka diperlukan pengaturan pengawasan dan pengendalian masuknya ternak dan turunannya di Kabupaten Kepulauan Yapen dengan Peraturan Daerah II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pengecualian atas pemberian ijin berlaku bagi perseorangan yang karena keadaan tertentu yangmendesak seperti untuk kepentingan hajat dan membutuhkan memasukan sendiri bahan Asal Ternak/Hewan dan Hasil Bahan Asal Ternak/Hewan sesuai specifikasi yang dibutuhkan Ayat (4)
Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) a. Pemeriksaan dokumen meliputi kelengkapan sertifikat karantina dan SKKH daerah asal b. Pemeriksaan Fisik meliputi Pemeriksaan secara visual c. Pemeriksaan Laboratorium meliputi uji Laboratorium yang dilakukan Ayat (4) Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) a. Penyediaan bahan maksudnya adalah penyediaan bahan pemeriksaan yang meliputi bahan-bahan kimia, vaksin dan bahan habis pakai lainnya b. Perawatan peralatan maksudnya adalah perawatan atas peralatan yang gunakan pada waktu pemeriksaan TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 62