1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem pelayanan kesehatan saat ini, patient-centered care menjadi konsep pelayanan dari hampir seluruh pemberi layanan kesehatan. Pelayanan dengan model patient-centered care akan melibatkan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan dan harapannya. Hal yang tidak kalah pentingnya dari konsep patient-centered care adalah partisipasi dan upaya aktif petugas kesehatan untuk memberikan layanan yang efektif kepada pasien sesuai dengan kebutuhan dan harapan pasien. Pelayanan yang diberikan oleh seluruh staf rumah sakit akan memberikan pengalaman pada pasien, baik pengalaman positif ataupun negatif. Setiap staf memberikan kontribusi pada pengalaman pasien. Petugas kebersihan yang memastikan kebersihan lingkungan rumah sakit, petugas billing system yang memberikan informasi administrasi, perawat yang melakukan perawatan pada pasien, dokter yang memberikan terapi medis, akan mewarnai pengalaman pasien di rumah sakit. Meskipun pasien mungkin tidak dapat dengan tepat menilai kualitas dari layanan yang telah didapatkannya atau apakah proses perawatan telah dilakukan melalui prosedur yang aman, namun bila staf memberikan pelayanan dengan mengedepankan keselamatan dan kualitas yang baik yang merupakan dasar dari patient-centered care maka akan memberikan pengalaman positif pasien terhadap pelayanan di rumah sakit (Frampton et al., 2008). Caring berpusat pada pasien dan berdasarkan pada keselamatan, efektifitas, efisiensi dan keadilan (Qiuting, 2012). Bagi petugas kesehatan, interaksi dengan pasien merupakan kesempatan untuk mengimplementasikan caring, dukungan dan empati (Frampton et al., 2008). Terkadang tindakan caring yang sederhana sudah sangat berarti bagi pasien, di sisi lain tidak adanya sikap caring ataupun gesture caring dari staf rumah sakit, dapat memberikan impresi yang membekas bagi pasien. Maka tuntutan yang harus dihadapi tenaga kesehatan professional setiap harinya adalah bagaimana menemukan cara untuk memberikan pelayanan yang aman, efektif dan efisien tanpa mengabaikan harapan dan keinginan pasien. Institute of Medicine (2004) mendefinisikan pelayanan yang berkualitas (excellence) sebagai pelayanan yang tepat, secara konsisten diberikan kepada orang yang tepat, dengan cara yang tepat pada waktu yang tepat. Karakterististik
2 dari pelayanan yang tepat dirumuskan dalam enam tujuan perbaikan: pelayanan yang aman, efektif, berpusat pada pasien, tepat waktu, efisien dan adil. Caring merupakan salah satu konsep yang dapat dilakukan untuk memberikan pelayanan yang excellence, yang dapat tercapai dengan melakukan hubungan terapetik antara petugas dan pasien. Upaya untuk mewujudkan pelayanan yang excellence di berbagai negara dilakukan dengan menjadikan caring dan penghargaan terhadap martabat manusia sebagai prioritas utama dalam kebijakan, implementasi praktik dan penelitian serta menjadi indikator kualitas layanan pada pasien dan keluarga serta kepuasan kerja staff (Dewar & Nolan, 2013). Petugas kesehatan harus dapat mengidentifikasi hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan pasien dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut sehingga pelayanan yang diberikan menjadi berkualitas (Frampton et al., 2008). Persamaan pandangan antara tenaga kesehatan profesional, pasien dan keluarga pada aspek caring sangat penting untuk memastikan bahwa kebutuhan individu telah tercapai (Karlou, Papathanassoglou, & Patiraki, 2015). Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker (Kemenkes, 2015). Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4 0 / 00 dan Propinsi D.I Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker, yaitu sebesar 4.1 0 / 00 (kemenkes, 2015). Kanker adalah diagnosis yang sangat tidak diharapkan, yang bagi sebagian besar orang selalu dihubungkan dengan kematian (Guthrie, dalam Matzo, 2010). Pada awal diagnosis, seorang individu akan mengalami serangkaian tindakan yang penuh dengan jargon medis, bertemu dengan pemberi layanan kesehatan yang baru, outcome yang tidak pasti dan harapan yang fluktuatif di tengah-tengah efek dari penyakit dan penanganannya. Hidup dengan kanker dapat menimbulkan kecemasan dan kehilangan kontrol bagi pasien dan keluarganya. Individu yang hidup dengan kanker bergantung pada keluarga atau orang lain untuk membantunya berobat, membantunya untuk memahami informasi tentang
3 penyakit dan penanganannya dan memberikan dukungan fisik dan emosional dan kemungkinan perawatan akhir hayat. Perawat kanker membantu pasien kanker menjaga keseimbangan dalam hidupnya sehari-hari. Melakukan caring pada pasien kanker melebihi tentang penyakitnya itu sendiri dan berfokus pada masing-masing individu (Karlou et al., 2015). Perawat berperan untuk dapat mengkoordinasikan semua episode perawatan dengan berbagai tipe tindakan dan berperan sebagai bagian integral dari tim multidisiplin (Eicher, Marquard, Achi, 2006). Penelitian yang dilakukan Karlou et al (2015) pada pasien kanker, menyatakan bahwa pasien kanker menginginkan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan khususnya dalam aspek keperawatan mereka. Hasil penelitian ini akan meningkatkan kesadaran perawat tentang perilaku caring perawat yang diterima oleh pasien dan keluarganya dan memungkin perawat untuk dapat memenuhi harapan pasien dan keluarganya. Caring merupakan hal yang unik bagi tiap individu dan merupakan hak tiap individu untuk mendefinisikan caring berdasarkan kebutuhan fisiologi, psikologi, sosial dan spiritual (Flynn, 2016). RSUP Dr Sardjito merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan nasional dengan salah satu layanan unggulannya adalah pelayanan onkologi. Pelayanan onkologi yang diberikan adalah pada semua jenis dan stadium kanker. Pasien kanker dan keluarganya mempunyai kebutuhan yang kompleks pada semua stadium kanker. Mereka membutuhkan perhatian khusus pada kondisi fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang penuh tekanan. Merancang seting layanan yang sesuai serta memberikan layanan yang adekuat membutuhkan pengetahuan dan penanganan khusus, dengan alternatif pilihan dan pengalaman yang berdasarkan pemahaman, seberapa baik mampu memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga yang hidup dengan kanker (Guthrie, dalam Matzo, 2010). Ruang bugenvil 3 merupakan salah satu ruang yang memberikan pelayanan pasien onkologi di RSUP Dr Sardjito. Jumlah pasien masuk rata-rata 70 orang setiap bulan (data registrasi januari Mei 2016), dengan berbagai kasus onkologi. Dengan pertimbangan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian terkait pengalaman pasien terhadap perilaku caring di RSUP Dr Sardjito.
4 B. Perumusan Masalah Terdiagnosis kanker merupakan stressor berat bagi pasien. kanker sering dikaitkan dengan kematian. Kondisi fisik, psikologis dan sosial sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang yang ada di sekitarnya karena pasien akan menjalani serangkaian pengobatan yang cukup melelahkan, bahkan mungkin akan sering keluar masuk rumah sakit karena kondisinya. Ruang Bugenvil 3 adalah ruang rawat inap yang memberikan layanan pasien onkologi. Perawat telah berusaha mengimplementasikan caring sebagai dasar dari tindakan keperawatan. Namun apakah implementasi caring yang dilakukan perawat telah sesuai dengan harapan dan kebutuhan pasien masih belum diketahui dengan jelas. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti beranggapan diperlukan eksplorasi mendalam terkait caring yang dilakukan oleh perawat pada pasien kanker yang rawat inap di ruang bugenvil 3 RSUP Dr Sardjito. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengalaman pasien kanker terhadap caring perawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien kanker terhadap caring di RSUP Dr. Sardjito. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang caring berdasarkan pengalaman pasien kanker selama di rawat inap di ruang bugenvil 3, serta dapat memahami caring yang diharapkan oleh pasien dari perawat yang merawatnya, sehingga dapat menjadi dasar bagi perawat untuk menerapkan caring sesuai dengan harapan pasien khususnya pada pasien kanker
5 yang di rawat di RSUP Dr Sardjito serta memberikan data untuk evaluasi pelayanan keperawatan pasien kanker di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Penulis (tahun) Cossette (2005) Assessing nurse patient interactions from a caring perspective: report of the development and preliminary psychometric testing of the Caring Nurse Patient Interactions Scale Liu (2010) ED services: the impact of caring behaviors On patient loyalty E. Keaslian Penelitian Tujuan Lokasi Rancangan penelitian Laporan evaluasi Montreal Literature pengembangan skala Heart review interaksi perawatpasien Institute instrument Canada caring perilaku caring di departemen emergency dari 4 rumah sakit dan pengaruh perilaku caring pada loyalitas pasien pada rumah sakit 4 Rumah Sakit di Amerika Observasi dan exit survey Sampel 332 perawat dan mahasiswa perawat 4 Rumah Sakit, 728 pasien diobservasi, 619 pasien tidak di observasi Hasil utama Skala sangat potensial untuk digunakan dalam penelitian pada setting klinis dan pendidikan 1. Area yang menurut pasien merupakan pengalaman penting di IGD (perhatian yang cepat / kesigapan terhadap kebutuhan pasien pada saat datang di IGD) 2. Area yang pasien nilai merupakan pengalaman positif di IGD (kesigapan terhadap kebutuhan pasien saat datang ke IGD) 3. Perilaku caring yang secara signifikan 6
7 mempengaruhi loyalitas pasien misal memastikan pasien memahami pelayanan yang diberikan, bekerja dengan sentuhan caring, membuat pasien memahami prosedur tindakan yang akan dilakukan terhadapnya. 4. Pengaruh waktu tunggu untuk menemui caregiver pada loyalitas pasien. Sejumlah korelasi antara perilaku caring dan loyalitas pasien signifikan secara statistik. Flynn (2016) Who cares? A critical discussion of the value of caring from a patient and healthcare professional perspective menemukan dan menjelaskan nilai perilaku caring yang esensial dari pasien dan staf pada setting ortopedik UK Studi deskriptif 30 pasien, 53 tenaga kesehatan: dokter, perawat, fisioterapis, occupational terapis Tenaga Kesehatan di setting ortopedi memiliki nilai caring yang sama dengan pasien, namun ranking dari masing-masing item berbeda karaoz (2005) Turkish nursing students perception of caring mengklarifikasi persepsi mahasiswa perawat di turki tentang caring Turki Studi kualitatif 19 undergraduate nursing students Ada 2 tema: professional / helping relationship dan technical competencies
8 O connell (2008) The importance of critical care nurses caring behaviours as perceived by nurses and relatives Kaur (2015) Impact of emotional intelligence and spiritual intelligence on the caring behavior of nurses: a dimensionlevel exploratory study among public hospitals in Malaysia Karlou (2015) Caring behaviours in cancer care in Greece. Comparison of membandingkan persepsi perawat dan keluarga psien kritis tentang pentingnya perilaku caring dari perawat critical care mempelajari pengaruh faktor-faktor individu seperti emotional intelligence dan spiritual intelligence pada perilaku caring perawat menggali dan membandingkan persepsi tentang perilaku caring oleh pasien kanker, keluarga dan perawat Irlandia Malaysia Yunani Deskriptif, komparatif, kuantitatif cross sectional descriptive correlational dengan cross sectional comparison 40 perawat, 30 keluarga pasien kritis Banyak persamaan antara persepsi perawat dan keluarga pasien kritis tentang perilaku caring 550 perawat 1. Kemampuan berpikir kritis dan kesadaranyang kuat dari dimensi spiritual intelligent mempunyai pengaruh yang signifikan pada dimensi kemanusiaan perilaku caring 2. Mengerti dan menyadari tentang diri sendiri mempunyai pengaruh yang signifikan pada persepsi tentang emosi dan dimensi mengelola emosi diri sendiri dari emotional intelligent 3. Dimensi mengelola emosi diri mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menghormati dan menghargai keberadaan orang lain dari perilaku caring perawat. 138 pasien dan keluarganya, 72 perawat Tidak ada perbedaan signifikan secara statistic dari persepsi tentang caring. Perawat menilai perilaku caring mereka lebih rendah dari pasien dan keluarganya. Latar belakang pendidikan pasien dan riwayat hospitalisasi dan kehadiran dari
9 patients', their caregivers' and nurses' perceptions di Yunani dan juga dihubungkan dengan variabel demografi pasangan sebagai pemberi pelayanan menunjukkan hubungan yang lemah dari persepsi tentang care. Penelitian ini menunjukkan kesamaan dan ketidaksesuaian dalam cara pasien dan keluarga serta perawat merasakan perilaku caring.