BAB I PENDAHULUAN. Keraton yang mencuri perhatian dan makin menambah nilai eksotik Keraton itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. akan dicapai berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagaimana dilakukan dalam ilmu-ilmu humaniora pada umumnya. Secara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud

BAB III METODE PENELITIAN. yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan

III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan suatu hal yang menjadi sangat penting untuk keberhasilan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. yaitu bulan Oktober sampai bulan Desember 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan lokasi di Panti asuhan ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Penulisan

III. METODE PENELITIAN. sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penulis

BAB III METODE PENELITIAN. subyek penelitian, data dan jenis data, teknik pengumpulan data, instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan, sesuai dengan masalah dan pendekatan penelitiannya. Unsurunsur

BAB III. METODE PENELITIAN. tipe penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Sesuai dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan/lisan dari orang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Workshop Mandiri Craft yang. mengalami perkembangan. gempa pada tahun 2006.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah patron berasal dari bahasa Latin patronus atau pater, yang berarti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peraturan peraturan yang terdapat dalam penelitian. Singkatnya metode

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif.strauss dan

BAB III METODE PENELITIAN. Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam pada SDN 4 Tamansari Kecamatan

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. ini bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam atas

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik sangat mengagumkan. Keadaan alam, flora, fauna, peninggalan

BAB III METODE PENELITIAN. pemberdayaan keterampilan vokasional bagi anak tunarungu pada Sekolah Luar

III. METODE PENELITIAN. mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Selain itu,

seperti pendapat Masyhuri dan Zainuddin (2008; 19) penelitian kualitatif adalah sebuah proses penelitian yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. dapat memahami lebih mendalam tentang fenomena-fenomena atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian.

METODE PENELITIAN. dari data penelitian yang didapat (Nawawi, 2001:240). Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. lokasi, pendekatan, bidang ilmu dan sebagainya. Agar suatu penelitian dapat. digunakan harus ditentukan terlebih dahulu.

III. METODE PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009).

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan objek atau

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. bagaimana Sikap Politik Anggota DRPD Terhadap Anggota DPRD. Perempuan di Lembaga Legislatif DPRD Kota Bandar Lampung, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA. penelitian hukum empiris kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah sebuah

METODE PENELITIAN. untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bentuk penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Menurut Nawawi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam

BAB II METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitan yang bertujuan untuk menganalisis inovasi teknologi komunikasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, termasuk alat-alat apa yang diperlukan untuk mengukur maupun

BAB III METODE PENELITIAN. metode tertentu. Adapun metode yang penyusun gunakan adalah sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menghasilkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penggunaan metode merupakan hal yang sangat penting, apalagi dalam

BAB III METODOLOGI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab III ini membahas langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk. data, teknik dan pengumpulan data, serta analisis data.

III. METODE PENELITIAN. Seperti yang dijelaskan dalam latar belakang, bahwa penelitian ini bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. daninformasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apabila kita berkunjung ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta, selain kita dapat kembali menikmati perasaan dari suasana Keraton sekitaran abad 18, kita juga dapat menyaksikan benda-benda bersejarah yang dikeramatkan yang umurnya telah berabad-abad lamanya. Disamping segala eksotik masa lalu yang ditawarkan oleh Keraton tersebut, ada beberapa orang di Keraton yang mencuri perhatian dan makin menambah nilai eksotik Keraton itu sendiri. Beberapa orang itu terlihat hampir di tiap sudut kompleks Keraton. Mereka kesemuannya memakai salah satu busana adat Jawa berwarna biru, lengkap dengan menggunakan blangkon di kepalanya, yang mana hal ini telihat bagi mereka yang pria. Selain itu, ada pula para wanita yang juga menggunakan salah satu busana adat jawa yaitu kemben, yang berwarna hitam dengan model rambut khas adat Jawa yaitu dengan model gelungan. Mereka kesemuanya makin terlihat mencolok dan khas dengan selalu terlihat tanpa menggunakan alas kaki. Tidak ada satupun diantara mereka, yang terlihat tidaknyeker.mereka ini ternyata adalah dikenal dengan namaabdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Para Abdi Dalem ini juga ternyata telah ada eksistensinya hampir seusia dengan usia keberadaan 1

Keraton itu sendiri, yang telah berdiri berabad-abad lamanya itu. Dari hal itu, maka dapat dianggap bahwa para Abdi Dalem dengan Keraton beserta Sultannya, adalah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dari hal itu juga maka, telah membuktikan bahwa eksistensi kebersamaan mereka masih terjaga hingga waktu sekarang ini. Di dalam tulisan ini sendiri, telahberisikan ulasan dan kajian tentang sikap pengabdian Abdi Dalem tersebut kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang mana ketertarikan penulis terhadap hal tersebut sudah dimulai pada tahun 2014. Sikap pengabdian yang dimaksud itu adalah tentang ketekunan yang dilakukan oleh Abdi Dalem dalam pengabdiannya kepada Keraton. Hal ini menarik karena Abdi Dalem itu mampu melakukan tugas-tugasnya dengan tekun dari proses yang panjang. Disamping itu, ada juga yang harus melewati suatu proses terlebih dahulu hingga dia berhak mendapatkan kekancingan Abdi Dalem itu magang hingga mendapat kekancingan. Hal yang lebih menarik adalah ternyata Abdi Dalem itu juga memliki kesetiaan, karena selama bertahun-tahun lamanya para Abdi Dalem ini mampu mengabdikan dirinya kepada Keraton/Sultan. Disamping itu juga, apabila kita melihatnya dari segi imbalan yang di dapat Abdi Dalem untuk sikap pengabdiannya tersebut, maka akan dapat dikatakan terbilang kecil jumlahnya atau bahkan ada yang tanpa menerima imbalan sedikitpun. Dari hal itu maka, tulisan ini kemudian mengulas dan menelusuri keunikan dari ketekunannya para 2

Abdi Dalem dalam sikap pengabdiannya kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Abdi Dalem sendiri menurut Selo Soemardjan dalam bukunya Perubahan Sosial di Yogyakarta (Soemardjan, 2009: 23), menyebutkan bahwa Abdi Dalem adalah pegawai-pegawai yang bekerja untuk pemerintahan/keraton/sultan, pegawai-pegawai ini yang mulanya merupakan dari kalangan rakyat biasa kemudian melalui tahap-tahap tertentu kemudian diangkat oleh Sultan menjadi golongan priyayi yang ditandai dengan statusnya menjadi pegawai resmi Keraton dan penambahan gelar pada namanya. Tugas utama Abdi Dalem ini adalah ngemban dawuh dalem atau melaksanakan semua perintah dan segala aturan dari Sultan melalui perantara/jenjang para sentonodalem/kaum bangsawan (pejabat tinggi Keraton/keluarga sedarah Sultan). Tinggi rendahnya jabatan dan pemberian gelar kepada Abdi Dalem ini ditentukan dan disesuaikan oleh pihak Keraton/Sultan menurut kemampuan dan pengabdiannya masing-masing kepada Keraton(Astuti, 2003: 56). Seseorang itu baru disebut sebagai Abdi Dalem apabila orang itu telah bersedia mengabdikan dirinya kepada budaya Jawa dan Yogyakarta yaitu dengan cara melakukan pengabdian kepada Sultan dan Keraton, kemudian dari pihak Sultan/Keraton itu sendiri telah memberikan orang tersebut berupa kekancingan atau legitimasi resmi yang menjadikan orang itu resmi menjadi Abdi Dalem (Surat Keputusan/Surat Pengukuhan) (Sudaryanto, 2008: 166). 3

Abdi Dalem itu terbagi menjadi dua, yaitu Abdi Dalem Keprajan dan Abdi Dalem Punokawan (Prabowo, 2015). Abdi Dalem Keprajan adalah Abdi Dalem yang berasal dari para pegawai pemerintahan kota DIY, mereka ini memang secara sukarela bergabung menjadi Abdi Dalem Keraton atas kehendak pribadi mereka, atau dalam artian lain tidak ada aturan khusus dari Pemda misalkan yang mewajibkan PNS untuk menjadi Abdi Dalem. Selanjutnya Abdi Dalem yang kedua adalah Abdi Dalem Punokawan. Abdi Dalem Punokawan ini adalah Abdi Dalem yang berasal dari kalangan masyarakat biasa. Dikatakan dari kalangan masyarakat biasa karena mayoritas dari Abdi Dalem ini pekerjaan utamanya adalah sebagai pedagang, petani, buruh serabutan, dan sebagainya, meskipun ada sebagian juga yang bekerja sebagai pegawai atau pensiunan. Proses untuk menjadi Abdi Dalem itu, ada dua tahapan yang berbeda di antara Abdi Dalem Keprajan dan Abdi Dalem Punokawan. Pada Abdi Dalem Punokawan, sebelum mendapatkan kekancingan dari Keraton/Sultan, mereka haruslah melalui tahapan magang dengan waktu yang tidaklah cepat yaitu sekitar 2-5 tahun. Lama cepatnya mendapatkan kekancingan tergantung dari kedisplinan dan pengabdian dari calon Abdi Dalem selama proses magang. Di samping itu, proses untuk mendapatkan kekancingan juga dapat dipercepat dan tergantung oleh perintah dan kebijakan yang dikeluarkan dari Sultan sendiri. 4

Berbeda dari Abdi Dalem Punokawan, untuk menjadi Abdi Dalem Keprajan tidaklah ada tahapan magang. Artinya bagi mereka pegawai pemerintahan yang ingin menjadi Abdi Dalem, mereka sudahdapat langsung di proses pada tahap kekancingan. Pangkat Abdi Dalem yang didapatkan itu sudahotomatis disesuaikan dengan golongan PNS tergantung dari kantor pemerintahan mereka masing -masing (Sudaryanto, 2008: 168). Dari segi gaji atau imbalanyang didapat Abdi Dalem per bulannya itu hampir sekitaran 600.000,00 rupiah - 1.000.000,00 rupiah, hal itutergantung status dan jenjang yang dimiliki dari tiap Abdi Dalem (Anugraheni, 2015). Kisaran imbalantersebut adalah merupakan bagian dari kebijakan pemerintah pusat terkait Dana Keistimewaan Yogyakarta. Kebijakan itu barulah berjalan sekitar 2 tahunan. Sifat dari kebijakan itu sendiri tidaklah tetap, tergantung dari tiap masa pemerintah pusat yang ada. Jauh sebelum adanya kebijakan itu ada, imbalan yang didapatkan Abdi Dalem itu adalah dengan kisaran dibawah 50.000 rupiah. Hal itu tergantung dari masing-masing jenjang yang dimiliki oleh tiap Abdi Dalem. Asal Abdi Dalem ini bukan hanya yang berasal dari lingkungan/kerabat Sultan saja, tetapi Abdi Dalem yang berasal bukan dari kerabat Keraton pun ada. Baik Abdi Dalem Keprajan ataupun Punokawan itu bahkan kebanyakan dari mereka berasal dari luar lingkungan/kerabat Sultan/Keraton atau dapat dikatakan berasal dari rakyat biasa. Diluar itu semua, kewajiban dan hak yang didapat Abdi Dalem yang memiliki hubungan darah dengan Keraton denganabdi Dalem yang 5

tidak memiliki hubungan darah dengan Keraton itu hampir secara keseluruhan sama, hanya saja pemberian nama dan gelar yang didapat pada jenjang tertentu memiliki adanya perbedaan. Perbedaan itu ada pada penambahan nama Raden untuk yang berdarah biru dan Mas untuk yang bukan berdarah biru, meskipun berbeda dalam nama, status dan derajat, tetapi dalam jenjangnya itu akan tetap sama, hanya berbeda nama saja. 1.2. Masalah Penelitian Apa faktor yang mempengaruhi para Abdi Dalem dapat melakukan pengabdiannya dengan tekun kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat meskipun tanpa atau hanya dengan sedikit imbalan? 1.3. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor yang mempengaruhi ketekunan Abdi Dalem dalam pengabdiannya terhadap Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat meskipun tanpa atau hanya dengan sedikit imbalan. 1.4. Kerangka Konseptual 1.4.1. Teori Patron Klien Ada dua versi dari asal istilah Patron Klien, yang pertama menyebutkan istilah Patron berasal dari bahasa Spanyol, yang berarti seseorang yang mempunyai kekuasaan (power), status, wewenang, dan pengaruh,kemudian Client/Klien adalah orang lain yang berkedudukan sebagai anak buah, buruh, atau 6

yang dilindungi oleh Patron (Usman, 2004: 132). Selanjutnya,versi yang kedua menyebutkan istilah ini berasal dari bahasa Latin yaitu Patron dari patronus atau pater yang berarti ayah (father). Ayah yang dimaksud itu, dapat diartikan sebagai sosok seorang yang memberi perlindungan, manfaat, mendanai, dan mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang lain.klien sendiri dari bahasa Latin berasal dari cliĕns yang berarti pengikut (Hefni, 2009). Dari segi asal istilahnya kedua hal itu memang berbeda, tetapi sejatinya makna dari keduanya itu memiliki satu kesamaan makna,yaitu Patron adalah seseorang yang dianggap memiliki kekuasaan dan pengaruh yang kuat sehingga dipercaya dan mampu memberikan perlindungan dan dukungan kepada para Kliennya. Makna dari Klien juga sama, yaitu mereka orang-orang yang berstatus pengikut Patron sebagai anak buah atau buruh. Para Klien ini bersedia menjadi pengikut Patron, karena mereka ini telah merasakan manfaat-manfaat perlindungan dan dukungan yang diberikan oleh Patronnya. Definisi Patron Klien yang disebutkan oleh James C. Scott pun juga bermakna demikian. Menurut Scott (Scott, 1983: 41): Seorang patron menurut definisinya adalah orang yang berada dalam posisi untuk membantu klienkliennya. Klien-klien seringkali berusaha sebisa-bisanya untuk memberikan arti moral kepada hubungan-hubungan itu,oleh karena kedudukan mereka dalam menghadapi patron seringkali lemah sekali (dalam mengikuti pola patronase). 7

Pola patronase itu tapi juga ada segi baiknya, bukan pertama-tama karena dapat diandalkan melainkan mengingat kekuatan sumberdaya yang dimilikinya. Melihat pengertian yang terkandung dalam teori ini, maka akan adanya relevansi terkait tentang sikap ketekunan dan kesetiaan para Abdi Dalem kepada Sultan/Keraton. Relevansi yang muncul itu adalah kesamaan makna antara Sultan yang mewakili Keraton dengan Sultan yang statusnya sebagai seorang Patron,demikian juga para Abdi Dalem yang statusnya memiliki makna yang sama dengan para Klien. Secara singkat dapat disebutkan bahwa Sultan/Keraton adalah Patron dan para Abdi Dalem adalah para Kliennya. Adanya relevansi dari teori ini juga makin diperkuat ketika dari teori Patron Klien ini memisahkan variasinya yang berupa hubungan Patron Klien yang bersifat patrimonial. Variasi hubungan Patron Klien yang bersifat patrimonial ini makin menjelaskan sikap dan hubungan para Abdi Dalem kepada Sultan (Keraton),karena hubungan Patron Klien patrimonial ini, menjelaskan tentang hubungan antara Patron dan Klien yang tercipta bukan karena adanya bentuk represif/eksploitasi/tekanan. Hubungan yang muncul itu lebih didasarkan kepada penerimaan nilai-nilai tradisional tertentu yang kemudian melembagakan adanya posisi super-ordinasi dan sub-ordinasi (Usman, 2004: 134). Penggambaran bentuk kaitan hubungan Sultan dengan para Abdi Dalem ini dapat secara rinci digambarkan oleh teori ini. Seperti Patron dengan posisi 8

yang dimilikinya itu,mampu memberikanperlindungan/mengayomi dan juga memiliki kekuatan materi untuk memberikan sebagian penghasilannya.para Klien ini membalasnya dengan sikap kesetiaannya serta berbagai dukungan politik dan jasa-jasa lainnya yang memperkokoh posisi Patron. Hubungan ini kemudian secara formal dilembagakan/diresmikan dalam bentuk perjanjian (kekancingan misalkan) dan secara informal disosialisasikan secara umum melalui nilai-nilai sosial dengan meninggikan status Klien didalam lingkup masyarakat umum misalkan (Usman, 2004: 132). 1.4.2. Teori Pertukaran Menurut Homans (Ritzer: 359), teori ini membayangkan perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas, nyata atau tak nyata, dan kurang lebih sebagai pertukaran hadiah atau biaya, sekurang-kurangnya antara dua orang. Menjadi Abdi Dalem karena adanya dorongan untuk wujud sumbangsih dari rasa terima kasih atas kebaikan Sultan, adalah salah satu contoh tindakan yang dapat dijelaskan oleh teori pertukaran Homans. Dorongan seseorang untuk menjadi Abdi Dalem karena sebagai bentuk timbal balik atau wujud sumbangsih daru rasa terima kasih kepada Sultan ini, dapat timbul manakala seseorang itu memperoleh sesuatu dari Sultan yang sifatnya dianggap sangat berharga bagi hidupannya. Salah satu contohnya adalah para Abdi Dalem yang mendiami/bertempat tinggal di tanah magersari (tanah milik Sultan/Keraton). Kebanyakan orang di daerah itu menjadi Abdi Dalem, lebih karena sebagai wujud pemberian sumbangsih dari 9

timbal balik atas kebaikan Sultan/Keratonyang telah meminjamkan tanahnya,baik sebagai tempat tinggal ataupun sebagai lahan garapan/pertanian. Melihat tindakan Abdi Dalem dan Sultan ini, maka telah memperlihatkan adanya perilaku pertukaran. Perilaku pertukaran itu adalah ketika orang-orang pengguna tanah Sultan/Keraton memberikan tenaga dan pikirannya kepada Kraton (dengan menjadi Abdi Dalem) sedangkan dari pihak Keraton memberikan izin kepada mereka untuk terus meminjam tanah magersari milik Keraton. Dari kedua hal itu, maka yangperlu digaris bawahi pula adalah contoh dari teori pertukaran ini sifatnya itu lebih cenderung kepada nilai tolong menolong dan bukan kepada sistem kontrak. 1.5. Metode Penelitian 1.5.1. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di kota Yogyakarta. Pemilihankota Yogyakarta ini karena di kota ini masih memiliki adanya kraton yang secara aktif masih terintegrasi baik dengan pemerintah kotanya ataupun provinsinya (karena Gubernur provinsi ini adalah Sultan dari Keraton Yogyakarta sendiri), baik untuk pengadaan kegiatan rutin dari pemerintahan, kegiatan kebudayaan ataupun pariwisata kraton itu sendiri. Di Keraton Yogyakarta ini pula para Abdi Dalem secara keseluruhan telah terlibat dan terorganisir dengan rapi di dalam kegiatankegiatan pemerintahan (baik pemerintahan provinsi atau Keraton) dan juga masih secara serius memerhatikan hal tentangnguri-uri budaya Jawanya (dilihat dari 10

bertahannya status Istimewanya) dibandingkan dengan kegiatan yang bertujuan ke sektor pariwisatanya semata. Kegiatan yang dimaksud itu seperti pada hal yang bersifat substansi, yaitu tentang perjuangannya dalam mempertahankan status Istimewa nya. Kegiatan lain juga, Keraton Yogyakarta ini selalu rutin melaksanakan acara-acara adat yang bersifat serimonial, seperti Grebeg 1 Suro/Syawal, Grebeg Besar, Grebeg Mulud ataupun jamasan pusaka. Subyek yang sudah diteliti adalah para abdi dalem yang telah melewati masa magang atau telah mendapatkan kekancingan (Surat Pengukuhan) dari pihak Keraton. Abdi Dalem yang telah diteliti adalah Abdi Dalem yang termasuk dalam Abdi Dalem yang berkerabat dengan Keraton dan Abdi Dalem yang diluar kerabat Keraton. Pada penelitian ini, informan yang sudah didapatkan bukanlah berdasarkan dari segi jumlah/kuantitas melainkan lebih kepada kecukupan data yang diperlukan. 1.5.2. Jenis Penelitian Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya didapat tidak berdasarkan oleh angka-angka, statistik ataupun bentuk hitung lainnya, melainkan menekankan kepada hal-hal atau peristiwa-peristiwa tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang. Guna mendapatkan, mengungkap, dan memahami adanya hal-hal di balik suatu fenomena yang masih sangat jarang untuk diketahui. Selain itu juga metode ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang suatu wawasan 11

yang masih sedikit yang mengetahuinya (Strauss dan Corbin, 2003: 45). Selain itu juga ada pendekatan kualitatif menurut John W. Creswell (Creswell, 1994:1), yaitu sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan ini digunakan karena pada penelitian ini lebih menekankan pada penggambaran keadaan Abdi Dalem sesuai pada keadaan sekarang ini dan juga berdasarkan fakta atau keadaan sebagaimana adanya. Pendekatan deskriptif sendiri diartikan sebagai salah satu jalan untuk menyelidiki dan memecahkan masalah melalui menjabarkan penggambaran yang ada pada subyek/obyek penelitian. Hal demikian ini dilakukan pada saat sekarang dan berdasarkan fakta yang terlihat sebagaimana adanya (Nawawi, 1983: 63). Pada hal lain juga disebutkan, pendekatan deskriptif (Sanapiah, 1995: 20), yaitu dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteti. 12

1.6. Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan observasi dan wawancara, sedangkan sekunder berasal dari data dokumenter dan studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1.6.1. Observasi Observasi merupakan kegiatan pengamatan, pencatatan fenomena, dan pertimbangan hubungan antar aspek dari berbagai gejala sosial yang dilakukan secara sistematis. Observasi ini dapat mendiskripsikan ciri ciri setting yang dipelajari terkait dari aktivitas aktivitas yang berlangsung, interaksi orang dan pemaknaan tingkah laku manusia yang bersangkutan (Kartono, 1976 : 176). Observasi ini telah dilakukan pada tanggal 5 Maret 2016 hingga 5 Juni 2016. Hal itu dilakukan sesuai waktu yang telah diizinkan oleh pihak Keraton, tetapi observasi ini juga dilakukan secara fleksibel atau tidak kaku. Fleksibel atau tidak kaku yang dimaksudkan itu adalah observasi tidak dilakukan secara teratur atau tiap harinya di dalam Keraton dalam mengobservasi Abdi Dalem hingga batas waktu yang ditentukan tersebut. Observasi ini dilakukan sesuai kebutuhan data,atau dalam arti lain observasi dilakukan tanpa terkekang keteraturan dari waktu. Dalam arti lainnya juga observasi hanya dilakukan ketika penulis membutuhkan data yang bersifat pengamatan langsung terhadap Abdi Dalem di Keraton dan penulis menghentikan 13

observasi tersebut ketika penulis telah mencatat dan memperoleh data-data yang dibutuhkan dari pengamatan selama observasi tersebut. 1.6.2. Wawancara Mendalam Wawancara merupakan proses komunikasi dan interaksi guna mengumpulkan informasi, yang dilakukan dengan pengajuan pertanyaan secara lisan kepada informan secara face to face relationship (Nawawi, 1983: 111). Sedangkan wawancara mendalam adalah wawancara yang yang tidak terstruktur guna menggali dan memburu makna yang tersembunyi dibalik pemaknaan oleh seseorang sehingga suatu fenomena sosial dapat dimengerti (Bungin, 2008: 67). Di dalam proses wawancara mendalam juga menggunakan interview guide sebagai alat pegangan dalam proses pengambilan data agar pokok permasalahan yang ditanyakan itu tetap fokus pada pokok data yang dibutuhkan dan dicari. Wawancara mendalam ini penulis telah lakukan pada tanggal 23 Mei 2016 hingga 25 Mei 2016. Dalam tulisan ini, penulis telah melakukan wawancara mendalam dengan delapan informan Abdi Dalem Keraton dan hal itu dilakukan di Tepas Dwarapura dan Tepas Tandha Yekti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam wawancara mendalam ini, empat orang informan Abdi Dalem telah penulis wawancarai secara bersama-sama dalam waktu dan tempat yang bersamaan. Empat informan Abdi Dalem lainnya, penulis wawancarai secara empat mata dalam waktu yang terpisah tetapi dalam tempat yang sama.abdi dalem yang 14

penulis wawancarai secara bersama-sama dalam waktu dan tempat yang bersamaan adalah Bapak Mujio (dengan nama Abdi Dalem K.M.T. Martodipuro), Bapak Suhartoyo (Mas Penewu Badra Suhartoyo), Bapak Sukarman (Mas Riyo Rajosastro Sukarman), dan Bapak Slamet Mujiraharjo (Mas Wedono Harjoso Raharjo). Selanjutnya empat informan Abdi Dalem lainnya yang penulis wawancarai secara empat mata dalam waktu yang terpisah tetapi dalam tempat yang sama adalah Bapak H.R.M. Kirunmarwito (K.R.T.H. Jatiningrat SH), Bapak Sabono (Mas Riyo Yudha Sabono), Mas Haris (Mas Bekel Prayitno Guritno), dan MasSapto (Mas Wedono Sapto Raharjo). Penulis memilih menggunakan wawancara mendalam dalam penelitian ini karena penulis telah merasakan kemudahan dalam menggali, mendalami, dan memahami faktor-faktor dari sikap pengabdian dan ketekunan dari para Abdi Dalem kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini dengan wawancarawawancara yang bersifat tidak kaku dan tidak terstruktur, karena setelah melakukan wawancara-wawancara yang tidak bersifat kaku dan tidak terstruktur itu, penulis menemukan adanya fenomena-fenomena tersembunyi dari sikap pengabdian dan ketekunan para Abdi Dalem kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini. 1.6.3. Studi Literatur Studi literatur ini berupa penggunaan sumber-sumber data sekunder. Sumber data sekunder itu antara lain seperti buku, jurnal, majalah, karya ilmiah, 15

website, ataupun media-media lainnya yang dinilai bersifat sahih untuk digunakan. Sumber dari studi literatur ini berfungsi untuk melengkapi data lapangan dan untuk mengisi informasi dan data-data yang tidak ditemukan di lapangan. Pada penelitian ini penulis telah menemukan dan menggunakan data dari berbagai studi literatur, literatur- literatur yang ditemukan dan digunakan penulis ini ada yang didapatkan dari pihak Keraton sendiri dan juga ada yang didapatkan penulis dari pihak luar Keraton. Studi literatur yang ditemukan dan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah : - Buku : Ensiklopedia Kraton Yogyakarta karya Arya Ronald, Sri Suwito, Suharti, dan Purwodiningrat ; Perubahan Sosial di Yogyakarta karya Selo Soemardjan; Daerah Istimewa Yogyakarta karya Soedarisman Poerwokoesoemo; dan Buku Profil Proponsi Republik Indonesia karya Rudini. - Jurnal : Hak dan Kewajiban Abdi Dalem dalam Pemerintahan Keraton Yogyakarta karya Agus Sudaryanto. - Karya Ilmiah : Tesis Etos Kerja Abdi Dalem Karaton (Studi Kasus di Karaton Kesultanan Yogyakarta) karya Hartolestari Anita Sapta, Skripsi Peranan Abdi Dalem Prajurit Keraton Ngayogakarto Hadiningrat dalam Upaya Melestarikan Budaya Jawa Keraton Yogyakarta karya Panty Astuti. - Artikel : Pawiyatan, Wewangunan, Peran Keraton dengan NKRI, Tata Peprintahan, Pusaka Kagungan Dalem lan Para Pengageng karya K.R.T.H. Jatiningrat. 16

- Video : Loyalitas Tanpa Batas dokumentasi dari Tepas Tandha Yekti Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. - Website : Menelisik Kehidupan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dari nationalgeographic.co.id, Honor Abdi Dalem Perhitungan Mengikuti Tradisi Keraton dari www.solopos.com, Sejarah Kota Yogyakarta dari www.jogjakota.go.id. 1.7. Teknik Analisa Data Analisa data adalah proses penyerderhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu : >Reduksi data : Proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyerdehanaan, pengabstrakan, dan perubahan data kasar yang muncul dari catatan catatan tertulis di lapangan. > Penyajian data : Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada data kualitatif, data disajikan dala bentuk teks naratif. > Penarikan kesimpulan/naratif : Proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Reduksi data pada analisa data di penelitian ini penulis melakukan perubahan data kasar seperti catatan observasi Abdi Dalem di Keraton, catatan 17

dan penulisan ulang hasil wawancara mendalam dengan Abdi Dalem (penulis dalam wawancara ini dengan alat bantu audio recorder), dan hasil pemilihan dan pemilahan data-data dari studi literatur, kemudian data-data kasar itu penulis abstrakkan dan sederhanakan sehingga penulis mampu mengadakan adanya suatu penyajian data. Penyajian data dalam tulisan ini tertuang di dalam Bab II,III,dan IV, yang mana diketiga Bab itu berisikan sejumlah informasi dan hasil penelitian. Di dalam Bab II adalah mengenai informasi DIY secara umum dan informasi mengenai Keraton dan Abdi Dalem secara khusus. Pada Bab III tertuang informasi dan hasil penelitian dari para Abdi Dalem, kemudian pada Bab IV adalah berisikan mengenai pembahasan dan pengaitan teori terhadap masalah penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap pengabdian dan ketekunan Abdi Dalem kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat meskipun mereka hanya sedikit atau tanpa menerima imbalan. Terakhir adalah penarikan kesimpulan yang tertuang pada Bab V, di dalam Bab V ini, berisikan mengenai penjelasan dari pola sebab akibat para Abdi Dalem ini mampu melakukan pengabdiannya dengan tekun kepada Keraton Ngayogyakarta meskipun hanya sedikit atau tanpa menerima imbalan. 18